Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EFEK LOKAL OBAT


( PENGARUH OBAT TERHADAP MEMBRAN DAN KULIT MUKOSA )

DOSEN PEMBIMBING :
APT.THEODORA, M.FARM

DISUSUN OLEH :
ASHMA CHOIRUNNISA 19330135
KELAS A

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,


mendiagnosis penyakit/gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu misalnya
membuatseorang infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan.
Mayoritas obat bekerja secara spesifik terhadap suatu penyakit. Namu, tidak jarang
ada obat yang bekerja secara menyeluruh. Obat berdasarkan yang diberikan kepada
tubuh dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Obat yang berefek sistemik yaitu obat yang memberi efek pada tubuh secara
menyeluruh (sistemik) dan menggunakan sistem saraf sebagai perantara. Kerja obat
ini akan bekerja jika senyawa obat bertemu dengan reseptor yang spesifik
2. Obat yang berefek non-sistemik yaitu obat yang memberikan efek pengaruh pada
tubuh yang bersifat lokal, lokal disini artinya hanya pada daerah tertentu saja yang
diberikan obat.

Anastesi lokal ialah obat penggunaan local diterusan ke impuls-impuls saraf


kemudian ke sistem saraf pusat dengan artian lain menghilangkan atau mengurangi
terutama rasa nyeri, gatal-gatal, dingin dan rasa panas dengan kadar yang tepat.
Bisa dikatakan obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf,
tempat obat bius lokal yng utama di selaput lender. Terjadi konduksi atau transmisi dari
beberapa impuls merupakan gangguan fungsi dari anastesi lokal. Bisa diartikan anestesi
local mempunyai efek yang penting terhadap SSP dan semua jaringan otot. Jumlah obat
yang dapat diserap pada permukaan kulit dan membrane serta kelarutan obat dalam
lemak karena pada epidermis kulit merupakan sawar lemak bergantungnya efek yang
timbul pada membrane dan mukosa. Jauh lebih mudah terabsorpsi pada kulit yang
terkelupas. Obat yang digunakan dapat memberikan efek menggugurkan bulu korosif.
Efek local pada membrane dan kulit mukosa merupakan efek dari Fenol serta astrigen .
1.2 Tujuan Percobaan

1. Memahami efek local dari berbagai obat/ senyawa kimia terhadap kulit dan membrane
mukosa berdasarkan cara kerja masing-masing; serta dapat diaplikasikan dalam
praktek dan dampaknya sebagai dasar keamanan penanganan bahan.
2. Memahami sifat dan intensitas kemampuan merusak kulit dan membrane mukosa dari
berbagai obat yang bekerja local.
3. Menyimpulkan persyaratan farmakologi untuk obat yang dipakai secara local.

1.3 Prinsip Percobaan


Pada praktikum kali ini menguji hewan percobaan menggunakan prinsip percobaan
yaitu 4 jenis zat obat secara lokal terdiri dari zat yang dapat menggugurkan bulu, zat
korosif, zat astringen, dan fenol dalam berbagai larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Obat yang dipakai secara local terdiri dari beberapa sifat dan penggunaan di antaranya:
- Zat yang dapat menggugurkan bulu; bekerja dengan cara memecah ikatan S-S
pada keratin kulit sehingga bulu mudah rusak dan gugur.
- Zat korosif; bekerja dengan cara mengendapkan protein kulit melalui reaksi
oksidasi sehingga kulit dan membrane mukosa akan rusak.
- Zat astringen; bekerja dengan cara mengkoagulasikan protein sehingga
permeabilitas sel pada kulit dan membrane mukosa menjadi turun.
- Fenol dalam berbagai pelarut akan menunjukkan efek local yang berbeda pula;
yang dipengaruhi oleh perbedaan koefisien partisi dan permeabilitas kulit
sehingga mempengaruhi penetrasi fenol ke dalam jaringan.

Efek obat yang akan timbul pada membrane dan kulit mukosa tergantung pada
jumlah obat yang dapat diserap pada permukaan kulit dan membrane serta kelarutan
obat dalam lemak karena pada epidermis kulit merupakan sawar lemak. Pada kulit yang
terkelupas/ luka maka absorpsi jauh lebih mudah. Obat yang digunakan di sini dapat
memberikan efek menggugurkan bulu korosif. Fenol serta adstrigen obat tersebut obat
tersebut dapat memberikan efek local pada membrane dan kulit mukosa.
 Fenol ( C6H5OH )
Fenol mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C6H5OH
dihitung terhadap zat anhidrat dapat mengandung stabilisator yang sesuai. Fenol
merupakan suatu hablur bentuk jarum/ massa hablur, tidak berwarna/ putih/ merah
jambu, bau khas, mencair dengan penghangatan dan dengan penambahan 10 % air.
Mendidih pada lebih 182 0 C, uapnya mudah membakar pada konsentrasi 0,5 – 1 %
dalam larutan digunkan sebagai anestetik local. Larutan 5 % digunkan sebagai
desinfektan.
 Veet cream
Komposisi : water, glearil alcohol, potassium, thioglikolate, calcium hidrixide, sodium
magnesium silicate, fragrance, PPG – 15, steryl ether, Mg trisilicate, titanium dioxide,
propylene glikol, capolymer, mineral oil, sweet almond oil, sodium glikonate, pigmen
red 5.
 AgNO3
AgNO3 di samping bekerja bakterisid juga mempunyai sifat adstrigen dan korosif.
Larutan AgNO3 1 % digunakan untuk perlindungan terhadap blenorea pada bayi yang
baru lahir ( profilaksis Lrede ). Larutan AgNO3 P / batang AgNO3 digunakan sebagai
korosif. Lama kerja serta dalamnya penetrasi dibatasi oleh ion klorida jaringan, yang
dengan AgNO3 membentuk endapol mengandung tian AgCl. Garam peram
sulfonamide, sulfadiazine, sulfadiazine perak, Flamazine, terutama digunakan untuk
luka baker, senyawa perak protein asetilanat ( targesin ) dalam betuk tetes mata
berfungsi pada penanganan konjungtivitas.
 Tanin
Tanin memberikan efek adstringen dimana dapat diserap melalui mukosa serta
memiliki sifat dapat menimbulkan presipitasi proten pada permukaan sel dengan daya
penetrasi yang sehingga hanya permeabilitas membrane sel yang dipengaruhi. Tanin
dapat menimbulkan nekrosis hati.
 Etanol
Etanol mengandung tidak kurang dari 92.3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b, setara
dengan tidak kurang dari 94,9% dan tidak lebih dari 96,0% v/v C6H5OH pd suhu
15,56o. Cairan mudah menguap, jernih dan tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan seperti rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78o, mudah terbakar.
 Glyserin
Glyserin mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih 101% C3H8O3. Cairan
jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah
(tajam/tidak enak), higroskopis, netral terhadap lakmus. Dapat bercampur bercampur
dengan air dan dengan etanol, tidak larut CHCl3 dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
 Adstringen
Adalah senyawa yang dengan protein dalam larutan netral atau asam lemah akan
membentuk endapan yang tidak larut, terasa kesat jika di berikan. Pada mukosa akan
bekerja menciutkan. Zat ini akan menyebabkan perapatan dan penciutan lapisan sel
terluar sel juga sekresi jaringan yang meradang akan dihambat. Jika selalu
adstrigensia, terutama garam logam yang bekerja adstrigensia digunakan dalam
konsentrasi terlalu tinggi, maka zat ini dapat menembus lapisan sel teratas dan juga
menyerang lapisan bawahnya.
Efek local obat terjadi akibat penggabungan langsung antara molekul obat dengan
reseptor, sehingga akan terobservasi timbulnya perubahan dari fungsi organ tergantung
pada daerah lokasi. Oleh karena itu, timbullah suatu efek obat. Adapun factor – factor
yang mempengaruhi efek local obat ini diketahui jika efek terapi telah diketahui dan
dicapai.
Mukosa yang tervaskularisasi baik, yaitu rongga mulut dan rongga tenggorokan (
rute local, sublingual ), memilliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang tidak
terionisasi lipofil.
Yang menguntungkan pada bentuk pemakaian ini ialah munculnya kerja yang
cepat, di samping tak ada kerja cairan pencernaan dari saluran cerna dan bahan obat tidak
harus melewati hati segera setelah diabsorpsi. Karena permukaan absorpsi yang relative
kecil, rute bukal/ sublingual hanya mungkin untuk senyawa yang dapat diabsorpsi
dengan mudah dan selain itu tidak mudah rasa tidak enak. Indikasi penting ialah
pengobatan serangan angina pectoris dengan nitrogliserol dalam kapsul kunyah/ sebagai
aerosol.
Pada pecobaan efek obat pada membrane mukosa ini digunakan berbagai reagen
yang dibuat seperti H2SO4(p), HCL (p), NAOH, Tanin, AgNO3, Fenol 5 % dalam
gliserin, Fenol 5 % dalam minyak lemak dan veet cream.

 H2SO4 pekat
Asam sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0 %, dan tidak lebih dari 98 % b/b
H2SO4. Asam sulfat merupakan suatu cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna,
bau sangat tajam dan korosif. Asam sulfat jika bercampur dengan air dapat
menimbulkan panas yang berlebih.
 HCL pekat
Asam klorida merupakan cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Asam klorida mengandung tidak
kurang dari 36,5 % bdak b/b dan tidak lebih dari 38,0 % b/b HCL.
 NaOH
NaOH merupakan suatu serpihan/ batang atau bentuk lain, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur, berwarna putih/ praktis putih, massa melebur,
berbentuk pellet. NaOH bersifat basa kuat dan korosif. NaOH mengandung tidak
kurang dar 95,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % alkali jumlah dihitung sebagai NaOH
mengandung Na2CO3 tidak lebih 30 %.
Bila dibiarkan di udara akan cepat menguap karbon dioksida dan lembab. Hati – hati
dalam pemakaian NaOH karma merusak jaringan dengan cepat.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat, Bahan dan Prosedur


1. Menggugurkan Bulu
Hewan coba : Tikus putih, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200-
300 g
Obat : - Veet cream
- Larutan NaOH 20%
- Larutan Na2S 20%
- Kertas saring
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stop watch
Prosedur :
1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.
2. Ambil kulitnya lalu dibuat tiga potongan; masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 cm.
3. Letakkan potongan kulit tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
4. Catat bau asli/ awal dari obat yang digunakan.
5. Oleskan/ teteskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus tersebut.
6. Amati selama 30 menit efek menggugurkan bulu setelah pemberian obat dengan
bantuan batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan.

2. Korosif
Hewan coba : Tikus putih, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200-
300 g
Obat : - Larutan AgCl2 5%
- Larutan fenol 5%
- Larutan NaOH 10%
- Larutan H2SO4 pekat
- Larutan HCl pekat
- Larutan AgNO3 1%
- Kertas saring
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stop watch

Prosedur :
1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.
2. Ambil ususnya lalu dibuat enam potongan; masing-masing berukuran 4-5 cm.
3. Letakkan potongan usus tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
4. Teteskan larutan obat pada potongan usus tikus tersebut hingga terendam.
5. Rendam selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, amati efek korosif/ kerusakan jaringan setelah pemberian obat
dengan bantuan batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan.

3. Astringen
Prosedur:
1. Mulut praktikan dibilas/ dikumur dengan larutan tannin 1%.
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami di mulut.
3. Catat dan tabelkan pengamatan.

4. Efek Local Fenol


Prosedur:
1. Celupkan empat jari tangan selama 5 menit ke dalam larutan fenol yang tersedia.
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami jari tangan (rasa tebal, dingin, panas).
3. Jika jari terasa nyeri sebelum 5 menit, angkat segera dan bilas dengan etanol.
4. Catat dan tabelkan pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

1. Menggugurkan Bulu
Dalam suatu praktikum farmakologi selama 30 menit diperoleh data efek
menggugurkan bulu seperti tabel di bawah ini.

2. Korosif
Dalam suatu praktikum farmakologi setelah 30 menit pengamatan diperoleh data efek
korosif seperti tabel di bawah ini.

3. Efek Lokal Fenol


Dalam suatu praktikum farmakologi diperoleh data efek lokal fenol pada jari tangan
seperti tabel di bawah ini.
B. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh obat terhadap


membran dan mukosa kulit. Menggunakan hewan coba tikus, tikus dikorbankan
dengan cara penyuntikan obat yang menyebabkan menghilangnya kedasaran sampai
kematian atau dengan cara dislokasi leher. Setelah tikus dikorbankan kemudian
diambil usus dan kulitnya sesuai dengan kebutuhan. Kulit dan usus yang sudah ada
diletakan diatas kertas saring dan mulai diberikan larutan obat dan diamati perubahan
yang terjadi.
Percobaan pertama yaitu menggugurkan bulu bekerja dengan cara memecahkan
ikatan S – S pada keratin kulit sehingga bulu akan rusak serta mudah gugur, dimana
percobaan ini menggunakan 1 ekor tikus yang telah dikorbankan lalu kulitnya diambil
dan dibuat 3 potong yang masing – masing ukurannya 2,5cm x 2,5cm. Kemudian kulit
tersebut diletakkan digelas arloji dan diberikan obat. Obat pertama adalah veet cream
yang memberikan bau awalnya wangi dan pada 8 menit 25 detik sudah memberikan
efek bulu tikus. Veet cream merupakan penghilang bulu yang dapat memecah struktur
bulu dan menghancurkan keratin pada bulu sehingga bulu menjadi lemah, rontok dan
gugur. Obat yang kedua adalah larutan NaOh 20% dengan bau awalnya tidak ada bau
dan pada 30 menit baru memberikan efek gugur bulu. Dimana NaOH dapat
menyebabkan iritasi kulit sehingga keratin kulit rusak dan bulu menjadi gugur. Obat
yang ketiga adalah larutan NaS 20% memiliki bau awal yang khas dan menyengat.
Pada 15 menit memberikan efek gugur bulu. NaS ini bersifat korosif dan dapat dapat
menyerang kulit. Pada percobaan ini yang paling cepat memberikan efek adalah veet
cream, karena veet cream didalamnya memiliki komposisi bahan yang zatnya sudah
memang digunakan untuk menggugurkan bulu.
Pada percobaan kedua yaitu korosif, memiliki mekanisme kerja dengan cara
mengendapkan protein kulit hingga kulit membran mukosa akan rusak. percobaan ini
menggunakan usus tikus yang telah dikorbankan dibuat menjadi 6 potongan dengan
ukuran masing – masing 4 – 5 cm. Kemudian usus tersebut deletakkan digelas arloji
dan diberikan obat. Obat pertama adalah larutan fenol 5% yang memiliki sifat yang
beracun dan korosif yang mudah menguap dan mudah diserap oleh kulit yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditandai dengan usus kaku, pucat, dan
mengkerut. Obat yang kedua adalah larutan NaOH 10% yang memiliki sifat sangat
korosif sehingga menyebabkan usus menipis, lembek dan menghitam karena sifatnya
dapat merusak jaringan tubuh. Obat ketiga adalah larutan H₂SO₄ pekat yang memiliki
sifat sangat korosif sehingga menyebabkan usus menghitam, menciut dan hancur.
H₂SO₄ merupakan mineral asam yang kuat dan beracun. Jika kontak dengan kulit akan
menyebabkan luka bakar selain itu juga dapat mengiritasi mata, saluran pernafasan,
dan membran mukosa yang parah. Obat keempat adalah larutan CHl pekat merupakan
senyawa dan cairan yang korosif sehingga usus menjadi kaku pucat dan mengkerut.
HCl nerupakan senyawa cairan yang korosif karena berpotensi menyebabkan
kerusakan pada jaringan pada organ pernapasan, mata dan kulit. Obat yang terakhir
adalah larutan AgNO3 merupakan senyawa yang tidak sensitif terhadap sinar
matahari. AgNO3 juga dapat menyebabkan kerusakan membrane sel, pigmen kulit,
dan juga saraf. Jika AgNO3 mengenai mata pun dapat merusak kornea mata. Pada
praktikum ini larutan AgNO3 yang diberikan pada usus menyebabkan usus kaku,
pucat dan memendek. Zat yang paling korosif adalah H₂SO₄ bersifar korosif yang
paling berbahaya karen mengandung asam yang kuat dan beracun.
Pada percobaan ketiga yaitu efek lokal fenol, Percobaan pertama praktikan
mencelupkan empat jari kedalam larutan fenol 5% dalam air selama 5 menit, reaksi
yang ditumbulkan adalah jari terasa dingin. Fenol merupakan senyawa yang dapat
menembuskulit dan mampu menyebabkan terjadinya keratolisis pada kulit.
Pencampuran fenol dan air tidak akan menggangu reaksi fenol karena fenol adalah
asam karbolat yang jika mengenai kulit dapat menyebabkan luka bakar akibat trauma
asam. Percobaan yang kedua adalah denganmencelupkan empat jari tangan kelarutan
fenol 5% dalam etanol selama 5 menit, reaksi yang ditimbulkan adalah dingin dan
tebal. Karena obat menyerap banyak kalor dari kulit sehingga menjadi uap. Kalor
panas yang berada di dalam tubuh atau kulit sedikit demi sedikt akan menghilang
yang membuat tangan dingin saat menyentuhnya. Aklohol atau etanol merupakan
senyawa yang digunakan untuk membunuh kuman, pelarut dan antiseptik selain itu
etanol juga bahan yang mudah terbakar. Dapat disimpulkan bahwa larutan fenol
dalam air dan larutan fenol dalam etanol dapat menyebabkan efek lokal hal ini sesuai
dengan teori.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Efek lokal obat dapat diketahui melalui sifat dan penggunaannya seperti dengan zat yang
dapat menggugurkan bulu, korosif dan dengan efek lokal fenol. Dengan zat yang dapat
menggugurkan bulu didapat ketiga bahan obat yang digunakan memiliki efek gugur bulu
dengan waktu yang berbeda – beda. Untuk korosif menjelaskan menjelaskan bahwa semua
bahan obat yang digunakan memiliki sifar korosif terhadap usus tikus. Untuk larutan fenol
dilakukan dua percobaan yaitu larutan fenol dengan air memberikan efek dingin sedangkan
larutan fenol dengan alkohol memberikan efek dingin dan tebal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. 2020. Penuntun Praktikum
Farmakologi.
2. Mardjono,Mahar.(1995).Farmakologi dan Terapi Edisi 4,Jakarta,Gaya Baru.
3. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta
4. Mutschler E., Dinamika obat, Buku ajar Farmakologi dan Toksikologi, ITB : Bandung
5. Katzung.G.Bertram, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta. 2002
6. Anonym. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Anastesi lokal. Universitas
Muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai