Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

EFEK LOKAL OBAT


(PENGARUH OBAT TERHADAP MEMBRAN DAN KULIT MUKOSA)

Disusun Oleh :
Nama : Zufar Firza Mahendra
NIM : 17330090
Kelas : B

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa
sakit,serta mengobati ataupun mencegah penyakit pada manusia dan hewan . Tujuan
pembuatan obat yang bersifat lokal untuk menghilangkan sensasi-sensasi yang membuat
bagian spesifik di tubuh tidak nyaman. Zat penghilang rasa setempat atau anastetika lokal
merupakan obat yang pada penggunaan lokal dapat menghalangi secara reversibel
penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan begitu bisa menghilangkan / mengurangi rasa
gatal-gatal, nyeri, rasa dingin /panas.
Obat ini berkerja pada tiap bagian susunan saraf. Sebagian contoh, bila anastetika
local dikenakan pada korteks motoris, implus yang dilarikan dari daeraah tersebut terhenti.
Bila disuntikan kedalam kulit maka transmisi implus sensorik dihambat. Pemberian
anastetik local pada batang syaraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik didaerah
yang dipersyarafinya.
Selain anestesi, obat-obatan yang digunakan melalui transdermal pun mayoritas
menggunakan prinsip efek lokal yang hanya mengobati / mencegah rasa yang tidak
nyaman pada bagian yang diolesi /ditempelkan obat. Cara administrasi obat dengan
bentuk sediaan farmasi/obat berupa gel patch (koyo), atau krim, yang digunakan pada
permukaan kulit, tetapi mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit
dikenal juga dengan transdermal (lewat kulit)

B. Tujuan
1. Mahasiwa dapat memahami efek lokal dari berbagai obat/ senyawa kimia terhadap
kulit dan membran mukosa berdasarkan cara kerja masing-masing; serta dapat
diaplikasikan dalam praktek dan dampaknya sebagai dasar keamanan penanganan
bahan
2. Mahasiswa dapat memahami sifat dan intensitas kemampuan merusak kulit dan
membrane mukosa dari berbagai obat yang bekerja lokal.
3. Mahasiswa dapat Menyimpulkan persyaratan farmakologi untuk obat yang dipakai
secara lokal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anestetik lokal bekerja dengan menyebabkan blokade yang reversibel atas


konduksi sepanjang serat saraf. Obat-obat yang dipakai berbeda dalam hal toksisitas
potensi, stabilitas, lama kerja, kelarutan dalam air, dan kemampuannya menembus
membran mukosa. Keragaman sifat ini ditenentukan oleh kesesuaian obat dalam berbagai
cara pemberian, misalnya infiltrasi, topikal (permukaan), pleksus, blokade spinal atau
epidural (ekstradural). Anestetik lokal juga digunakan sebagai penghilang nyeri pasca
bedah, sehingga mengurangi kebutuhan analgesik seperti opioid.

Bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup, anestetik
lokal dapat menghalangi hantaran saraf. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf
contohnya, bila anestetik lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang dialirkan dari
daerah tersebut terhenti, dan transmisi impuls sensorik dihambat bila disuntikkan ke dalam
kulit. Pada batang saraf bila diberi anestetik lokal menyebabkan paralisis motorik dan
sensorik di daerah yang disarafinya. Banyak zat yang dapat mempengaruhi hantaran saraf,
tetapi pada umumnya tidak dapat dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen pada
sel saraf. Paralisis saraf karena anestetik lokal bersifat reversible, tanpa merusak sel saraf
atau serabut saraf.

Munculnya Efek obat pada membrane dan kulit mukosa tergantung pada jumlah
obat yang dapat diserap pada membrane dan permukaan kulit serta kelarutan obat dalam
lemak karena pada epidermis kulit merupakan sawar lemak. Pada kulit yang lukanya
terkelupas maka absorpsi jauh lebih mudah. Obat yang digunakan dapat memberikan efek
menggurkan bulu korosif. Fenol serta astringen obat tersebut, obat tersebut dapat
memberikan efek local pada membrane dan kulit mukosa.
Mukosa yang tervaskularisasi baik, yaitu rongga mulut dan rongga tenggorokan (rute
local, sublingual), memiliki sifat absorpsi yang tidak baik untuk senyawa yang tidak
terionisasi lipofil. Efek lokal obat terjadi akibat penggabungan langsung antara molekul
obat dengan reseptor, sehingga akan terobservasi timbulnya perubahan di fungsi organ
tergantung pada daerah lokasi. Oleh karena itu, timbullah suatu efek obat. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi efek lokal obat ini diketahui jika efek terapi telah diketahui dan
dicapai.
Selain anestesi, obat-obatan yang digunakan melalui transdermal pun mayoritas
menggunakan prinsip efek lokal yang hanya mengobati / mencegah rasa yang tidak nyaman
pada bagian yang diolesi /ditempelkan obat. Cara administrasi obat dengan bentuk sediaan
farmasi/obat berupa gel patch (koyo), atau krim, yang digunakan pada permukaan kulit,
tetapi mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit dikenal juga dengan
transdermal (trans = lewat, dermal = kulit)

Obat yang dipakai secara local terdiri dari beberapa sifat dan penggunaan di antaranya:

1. Zat yang dapat menggugurkan bulu; bekerja dengan cara memecah ikatan S-S pada keratin
kulit sehingga bulu mudah rusak dan gugur.
2. Zat korosif; bekerja dengan cara mengendapkan protein kulit melalui reaksi oksidasi
sehingga kulit dan membrane mukosa akan rusak.
3. Zat astringen; bekerja dengan cara mengkoagulasikan protein sehingga permeabilitas sel
pada kulit dan membrane mukosa menjadi turun.
4. Fenol dalam berbagai pelarut akan menunjukkan efek local yang berbeda pula; yang
dipengaruhi oleh perbedaan koefisien partisi dan permeabilitas kulit sehingga
mempengaruhi penetrasi fenol ke dalam jaringan.
BAB III

ALAT, BAHAN DAN METODE KERJA

A. Menggugurkan Bulu
1. Alat dan Bahan
Hewan coba Tikus putih, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh
200- 300 gram
Obat - Veet cream
- Larutan NaOH 20%
- Larutan Na2S 20%
- Kertas saring
Alat - Gunting bedah
- Batang pengaduk
- Gelas Arloji
- Stop watch

2. Metode Kerja

1) Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.


2) Ambil kulitnya lalu dibuat tiga potongan; masing-masing berukuran 2,5 x 2,5
cm.
3) Letakkan potongan kulit tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
4) Catat bau asli/ awal dari obat yang digunakan.
5) Oleskan/ teteskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus tersebut.
6) Amati selama 30 menit efek menggugurkan bulu setelah pemberian obat dengan
bantuan batang pengaduk.
7) Catat dan tabelkan pengamatan.
B. Korosif

1. Alat dan Bahan

Hewan coba Kelinci (jumlah 1 ekor), bobot tubuh ±1,5 kg


Obat - Tetes mata prokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
- Tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
Alat - Gunting
- Aplikator
- Kotak kelinci
- Stop watch

2. Metode Kerja

1) Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan.


2) Ambil ususnya lalu dibuat enam potongan; masing-masing berukuran 4-5 cm.
3) Letakkan potongan usus tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
4) Teteskan larutan obat pada potongan usus tikus tersebut hingga terendam.
5) Rendam selama 30 menit.
6) Setelah 30 menit, amati efek korosif/ kerusakan jaringan setelah pemberian obat
dengan bantuan batang pengaduk.
7) Catat dan tabelkan pengamatan.

C. Astringen

Metode Kerja

1) Mulut praktikan dibilas/ dikumur dengan larutan tannin 1%.


2) Rasakan jenis sensasi yang dialami di mulut.
3) Catat dan tabelkan pengamatan.
D. Efek Lokal Fenol

Metode Kerja

1) Celupkan empat jari tangan selama 5 menit ke dalam larutan fenol yang tersedia.
2) Rasakan jenis sensasi yang dialami jari tangan (rasa tebal, dingin, panas).
3) Jika jari terasa nyeri sebelum 5 menit, angkat segera dan bilas dengan etanol.
4) Catat dan tabelkan pengamatan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Efek

Gugur Bulu
Percobaan Bahan Obat (catat waktu saat
Bau Awal mulai gugur
bulu)
Kulit tikus Veet cream Bau khas wangi 8 menit 25 detik
Menggugurkan
Larutan NaOH Tidak berbau 30 menit
bulu
20%
Larutan NaS 20% Bau khas menyengat 15 menit

Efek
Percobaan Bahan Obat Kerusakan pada
Sifat Korosif
Jaringan
Usus Larutan fenol 5% Korosif Usus kaku pucat, dan
tikus mengkerut
Larutan NaOH 10% Sangat Korosif Usus menipis, lembek,
dan menghitam
Korosif Larutan H2SO4 pekat Sangat korosif Usus menghitam, menciut
dan hancur
Larutan HCl pekat Korosif Usus kaku pucat dan
mengkerut
Larutan AgNO3 1% Korosif Usus kaku pucat dan
memendek

Efek Sensasi Jari Tangan (rasa


Percobaan Bahan Obat
tebal, dingin, panas)
Fenol dalam Jari tangan Larutan fenol 5% dalam air Dingin
berbagai Larutan fenol 5% dalam Dingin, tebal
pelarut etanol
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji efek local obat untuk mengetahui pengaruh obat
terhadap membrane kulit dan mukosa. Tikus yang digunakan dalam percobaan dikorbankan terlebih
dahulu. Penggorbaan dapat dilakukakan dengan cara dislokasi local., anestesi local dilakukan
dengan cara memasukan tikus kedalam toples yang telah dijenuhkan larutan eter dan tertutp, tunggu
hingga tikus dalam keaadan mati.

Tikus yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti (diambil kulit) sesuai dengan ukuran, yang
dibutuhkan ukuran 2,5 x 2,5 cm sebanyak 3 potong. Selain, kulit bagian usus dari mencit juga
digunakan dengan cara membelah usus mencit dan memotong dengan ukuran 5 cm sebanyak 5
potong. Kulit dan usus yang sudah ada tadi diletakan diatas ketas saring dan mulai pengujian yang
sudah ditentukan.

Uji menggugurkan bulu, pada uji ini oles/teteskan kulit tikus dengan Veet cream, Larutan
NaOH 20%, Larutan NaS 20% pada masing-masing potongan kulit tikus. Pada tikus yang diolesi
veet cream, bau awal setelah diamati terdapat bau khas kemudian bulu tikus gugur dalam waktu 8
menit 25 detik. Pada kulit yang diteteskan larutan NaOH 20% dan tidak berbau dengan waktu gugur
bulu 30 menit. Lalu pada uji potongan kulit tikus yang ditetesi Na2S 20%, didapati bau menyengat
dengan waktu gugur bulu 15 menit. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa veet
cream memiliki efek pengguguran bulu pada kulit tikus tercepat, diikuti oleh NaS dan NaOH
memiliki efek menggugurkan bulu terlama. Pada literatur menyebutkan bahwa veet cream lebih
cepat memberi efek menggugurkan bulu, karena veet cream mengandung keraderm yang bekerja
langsung hingga akar rambut/bulu serta dan veet cream bekerja dengan cara memecah ikatan S-S
pada keratin kulit sehingga bulu akan rusak dan menggugur. Diikuti dengan NaOH yangmana jika
terkena kulit, akan menyebabkan iritasi bahkan luka bakar, yang terakhir adalah larutan NaS dimana
larutan ini dapat merusak jaringan kulit namun efeknya tidak setinggi pada larutan NaOH. Pada
percobaan ini hasilnya kurang sesuai, hal ini dapat terjadi karena melemahnya efek suatu zat juga
kurangnya ketelitian praktikan dalam mengamati efek local yang dihasilkan obat.

Pada pengujian Korosif, korosif yaitu pengikisan obat terhadap jaringan secra kimiawi dan
memberi efek peradangan, digunakan usus tikus, usus digunakan karena sifatnya yang lebih
sensitive dibandingkan permukaan kulit sehingga penetesan cairan iritan yang pekat dapat
menunjukkan gejala klinis yang lebih cepat dan jelas. Tikus yang dikorbankan diambil usunya dan
diporong menjadi 5 bagian berukuran 4-5 cm, masing-masing potongan tersebut diletakkan dalam
gelas beaker yang dialasi kertas saring, rendam 30 menit usus tersebut dengan masing-masing obat
yaitu; Larutan fenol 5%, Larutan NaOH 10%, Larutan H2SO4 pekat, Larutan HCl pekat dan Larutan
AgNO3 1%. Setelah diamati didapat data berikut:

- Larutan fenol 5%, menyebabkan usus kaku pucat, dan mengkerut → Korosif
- Larutan NaOH 10%, menyebabkan usus menipis, lembek, dan menghitam → Sangat korosif
- Larutan H2SO4 pekat, menyebabkan usus menghitam, menciut dan hancur → Sangat korosif
- Larutan HCl pekat, menyebabkan usus kaku pucat dan mengkerut → Korosif
- AgNO3 1%, menyebabkan, usus kaku pucat dan memendek → Korosif
Dalam pengujian ini didapat bahwa larutan H2SO4 pekat dan NaOH merupakan zat yang sangat
korosif.

Pada uji efek local fenol atau percobaan jari tangan yang dicelupkan kedalam larutan fenol
5% dan etanol. Kedua larutan tersebut menghasilkan beberapa jenis sensasi. Larutan fenol 5%
dalam air memberi efek dingin, pucat, dan kebas. Sedangkan larutan fenol 5% dalam etanol berefek
dingin, gatal, dan tidak terlalu kebas. Fenol merupakan agen iritan yang bersifat keratolisis dan
vasokonstriktif. Artinya, pemberian fenol dapat menyebabkan terjadinya lisis pada sel kulit dan
menyempitnya pembuluh darah. Fenol merupakan senyawa polar, pelarutan dengan air dan alcohol
dapat menyebabkan iritasi tangan bila disentuh. Pengujian fenol akan menunjukkan efek local
yang berbeda; yang dipengaruhi oleh perbedaan koefisien partisi dan permeabilitas kulit sehingga
mempengaruhi penetrasi fenol ke dalam jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Refdanita, Putu R.V, dkk. 2018. Petunjuk dan Paket Materi Praktikum Farmakologi. Jakarta:
Institut Sains dan Teknologi Nasional.

Tjay, H.T.,dan Rahardja K., 2007 , Obat- Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek- Efek
Sampingnya, edisi IV . Dit. Jen. POM, Dep. Kes. RI, Jakarta.
Ariens EJ, Mutschler E., Simonis A.M. 1978. Pengantar Toksikologi Umum
Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar II. Depok: Leskonfi
Lucia. 2016. Eksperimental Farmakologi: Orientasi Preklinik. Surabaya: Sandira Surabaya

Anda mungkin juga menyukai