Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN FARMAKOLOGI

UJI EFEK DIURETIK PADA MENCIT PUTIH

Disusun oleh :

1. ARI GUSMANJAYA (17008)

2. DIAN FITRIA (17024)

3. FADILLAH FITRIANTO (17036)

4. ISNADIA NURMALLIA ARDI (17045)

5. SISKA RAHMAWATI (17086)

AKADEMI FARMASI BHUMI HUSADA JAKARTA

TAHUN 2019 – 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang telah berkontribusi
denga memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A Latar Belakang ................................................................................. 1
B Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C Tujuan Praktikum ............................................................................. 3
D Manfaat Praktikum ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 4
A. DIURETIKA ...................................................................................... 4
B. Penggolongan Diuretik ..................................................................... 5
C. Furosemida ...................................................................................... 9
D. Hidroklorotiazid ................................................................................ 9
E. Mencit (mus muscular) ................................................................... 10
F. Definisi Operasional ....................................................................... 10
BAB III METODE PERCOBAAN .............................................................. 11
A. Rancangan Pecobaan.................................................................... 11
B. Alat dan Bahan............................................................................... 11
C. Pembuatan Sediaan....................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 14
A. HASIL PERCOBAAN ..................................................................... 14
B. Pembahasan .................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 18
A. Kesimpulan .................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang

Air seni merupakan zat yang tidak berguna atau sampah

sehingga harus dibuang oleh tubuh. Apabila pengeluaran air seni

terhambat, maka akan menimbulkan banyak masalah di dalam

tubuh, contohnya adalah penyakit darah tinggi. Kelancaran

pengeluaran air seni akan mempengaruhi tekanan darah.

Sebaliknya tekanan darah tinggi bisa dipengaruhi atau diobati

dengan peningkatan pengeluaran air pada darah atau urin (diuretik).

Salah satu cara menurunkan tekanan darah adalah menurunkan

jumlah air yang ada dalam plasma darah. Dengan berkurangnya air

maka tekanan darah akan menurun (Permadi, 2006)

Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan

laju aliran urin. Golongan obat ini menghambat penyerapan ion

natrium pada bagianbagian tertentu dari ginjal. Oleh karena itu,

terdapat perbedaan tekanan osmotik yang menyebabkan air ikut

tertarik, sehingga produksi urin semakin bertambah (Satyadharma,

2014). Dengan kata lain diuretik ialah obat yang dapat menambah

kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki dua

pengertian, ialah menunjukkan adanya penambahan volume urin

yang diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat

terlarut dan air (Sunaryo, 1995). Obat diuretik dapat pula digunakan

untuk mengatasi hipertensi dan edema. Edema dapat terjadi pada

1
penyakit gagal jantung kongesif, sindrom nefrotik dan edema

premenstruasi.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem

yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa

sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Proses diuresis

dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan

kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli

inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat

dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi

dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah,

yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman)

dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan

kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi

tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat

ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.

Sisanya yang tak berguna seperti ”sampah” perombakan

metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap

kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran

pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung

penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih

dan ditimbun sebagai urin.

2
B Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara evaluasi secara eksperimental efek diuretik

suatu obat.

2. Bagaimana merumuskan beberapa kriteria diuretik dan

pendekatan yang baik untuk mengatasi diuretik.

C Tujuan Praktikum

1. Membuktikan bahwa FUROSEMID dan HCT mempunyai efek

diuretika

2. Membandingkan onset diuretik setiap kelompok


3. Membandingkan % efek diuretik setiap kelompok
4. Menggambar grafik profil diuretik tiap jam setiap kelompok

D Manfaat Praktikum

Diharapkan pada praktikum ini mahasiswa dapat mengamati

perbedaan dari obat furosemid, dan obat hidroklorohiazida serta

membandingkan onset waktu (durasi) diuretik dari tiap percobaan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIURETIKA

Diuretik merupakan golongan obat yang berfungsi untuk

mendorong produksi air seni (KBBI.web.id). Diuretik merupakan

obat-obatan yang dapat meningkatkan laju aliran urin. Golongan

obat ini menghambat penyerapan ion natrium pada bagianbagian

tertentu dari ginjal. Oleh karena itu, terdapat perbedaan tekanan

osmotik yang menyebabkan air ikut tertarik, sehingga produksi urin

semakin bertambah Diuretik juga bisa diartikan sebagai obat-obat

yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin. Obat-

obat ini menghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+

pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya Na+ dan ion

lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih banyak

dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air yang

mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan

osmotic.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema

yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa

sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal

(Farmakologi dan terapi, 2012).

4
Faktor yang Mempengaruhi Respon Diuretik, Terdapat tiga faktor

utama yang mempengaruhi respon diuretik. Pertama, tempat kerja

diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi

natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila

dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang

reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ.

Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam

keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap

diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor (Siregar, P.,

W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).

B. Penggolongan Diuretik

Secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan besar,

yaitu penghambat mekanisme transport elektrolit dalam tubuli ginjal

dan diuretik osmosis.

1. Diuretik Penghambat Mekanisme Transport Elektrolit dalam Tubuli

Ginjal. Golongan obat diuretik ini, digolongkan kedalam beberapa

golongan, yaitu:

a. Benzotiazid

Bezotiazid merupakan diuretik turunan tiazida adalah saluretik, yang

dapat menekan absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan

ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion K+, Mg++ dan HCO3- dan

menurunkan eksresi asam urat (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

5
Diuretik turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan udem

pada keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada

pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan

secara langsung menyebabkan relaksasi otot polos arteriola.

Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat

antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan

hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

b. Diuretik Kuat

Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat

kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja utamanya

dibagian epitel tebal lengkung henlebagian asenden, oleh karena itu

golongan obat ini disebut juga sebagai loop diuretic. Obat yang

termasuk dalam golongan ini adalah furosemid, toremid, asam

etakrinat, dan bumetanid (Farmakologi dan terapi, 2012)

Diuretik lengkung Henle merupakan senyawa saluretik yang sangat

kuat, aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazida dan

senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat memblok pengangkutan

aktif NaCl pada lengkung Henle sehingga menurunkan absorpsi

kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25%

(Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik lengkung Henle

menimbulkan efek samping yang cukup serius, seperti hiperurisemi,

hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik alkalosis, kelainan

hematologis dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan

udem paru yang akut, udem karena kelainan jantung, ginjal atau

6
hati, udem karena keracunan kehamilan, udem otak dan untuk

pengobatan hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi yang

sedang dan berat biasanya dikombinasikan dengan obat

antihipertensi (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

c. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas

natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+.

Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distalis dengan cara

memblok penukaran ion Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan

retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air

(Siswandono dan Soekardjo, 2000). Aktivitas diuretiknya relatif

lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan diuretik tiazida.

Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi ion

K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan

efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping

hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta

menyebabkan gangguan pada saluran cerna (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

d. Penghambat Karbonik Anhidrase

Senyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik,

digunakan secara luas untuk pengobatan sembab yang ringan

dan moderat, sebelum diketemukan diuretik turunan tiazida.

Efek samping yang ditimbulkan golongan ini antara lain adalah

gangguan saluran cerna, menurunnya nafsu makan,

parestisia, asidosis sistemik, alkalinisasi urin dan hipokalemi.

7
Adanya efek asidosis sistemik dan alkalinisasi urin dapat

mengubah secara bermakna perbandingan bentuk terionisasi

dan yang tak terionisasi dari obat-obat lain dalam cairan tubuh,

sehingga mempengaruhi pengangkutan, penyimpanan,

metabolisme, ekskresi dan aktivitas obat-obat tersebut

(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

2. Diuretik Osmotik

Diuretik osmosis adalah senyawa yang dapat meningkatkan

ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan

tekanan osmosa. Diuretik osmosis mempunyai berat molekul yang

rendah, dalam tubuh tidak mengalami metabolisme, secara pasif

disaring melalui kapsula Bowman ginjal, dan tidak dapat direabsorpsi

kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis besar atau

larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus renalis yang

disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa sehingga terjadi

dieresis (Siswandono dan Sukardjo, 1995).

Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan

ekskresi natrium dan air. Efek samping diuretika osmotik antara lain

adalah gangguan keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri

kepala dan takikardia. Contoh diuretik osmosis: manitol, gliserin,

isosorbid, dan urea (Siswandono dan Sukardjo, 2000).

8
C. Furosemida

Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif

sebagai diuretik. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang singkat.

Mekanisme kerja furosemid adalah menghambat penyerapan

kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan

pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi

tekanan darah yang normal. Pada penggunaan oral, furosemida

diabsorpsi sebagian secara cepat dan diekskresikan bersama urin

dan feses (Lukmanto,2003).

Efek Samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti mual,

muntah, diare, rash kulit, pruritus dan kabur penglihatan. Pemakaian

furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka

waktu lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan

elektrolit.

D. Hidroklorotiazid

Hydrochlorothiazide adalah obat golongan diuretik yang

digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi).

Meningkatnya tekanan darah dapat terjadi akibat kandungan garam

dan cairan yang berlebih pada pembuluh darah. Dalam hal ini,

hydrochlorothiazide bekerja dengan cara membuang garam dan

cairan melalui urine, sehingga menurunkan tekanan dalam

pembuluh darah.

9
E. Mencit (mus muscular)

Mencit merupakan hewan yang selalu berusaha untuk

menggigit dan mampu meloncat sampai beberapa meter. Namun

kehadiran manusia akan menghambat aktivitas mencit. Mencit

dalam laboratorium merupakan hewan yang mudah tangani, mencit

bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul dengan

sesamanya, mempunyai kecendrungan untuk bersembunyi dan

lebih aktif pada malam hari.

Sistematika binatang percobaan (mencit)

Filium : chordate

Anak filium : vartebrata

Kelas : Mamalia

Anak kelas : plasenta

Bangsa : rodenita

Suku : muridae

Marga : mus

Jenis : mus musculus

F. Definisi Operasional

Efek diuretik dihitung volume urine mencit yang diberikan

obat furosemide dan hct yang di tampung.

10
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Rancangan Pecobaan

Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum adalah

menyiapkan 4 ekor mencit dan kemudian melakukan penomoran

pada mencit, kemudian di timbang untuk mengetahui berat badan

mencit, setelah itu di tentukan dosis diuretik yang akan diberikan

pada setiap mencit kemudian dilakukan penyuntikan menggunakan

sonde (jarum suntik yang ujungnya tumpul) untuk dimasukan

kedalam mulut mencit kemudian perlahan-lahan di masukan melalui

tepi langit-langit kebelakang sampai ke esofagus. Kemudian

letakkan mencit pada alat urine volumeter lakukan pengamatan pada

masing masing mencit dan melakukan pencatatan ketika mencit

mengeluarkan urine.

B. Alat dan Bahan

1. Alat :

a. Timbangan mencit

b. Alat suntik 1ml dan 2,5ml

c. Sonde oral

d. Kandang metabolism

e. Alat gelas sesuai ukuran

11
2. Bahan :

a. Larutan Nacl 3,6

b. Furosemide tablet 40mg

c. Hct tablet 25mg

d. Tragakan 0,5%

e. Mencit putih

C. Pembuatan Sediaan

1. Nacl 3,6 g dilarutkan dalam ades ad 100 ml, etiket.

2. Sediaan induk furosemide, 1tablet furosemide 40mg digerus

dengan tragakan 1/2% sedikit-sedikit ad 10ml, vial, beri etiket

furosemide 4 mg/ml.

3. F40 dibuat dengan mengencerkan 1/2 ml (@2mg) aduk dengan

tragakan 1/2% ad 10ml.

4. Sediaan induk HCT, 1tablet HCT 25 mg digerus dengan tragakan

1/2% sedikit-sedikit ad 10ml, vial, beri etiket HCT 2,5 mg/ml.

5. H50 dibuat dengan mengencerkan 1 ml (@2,5mg) aduk dengan

tragakan 1/2% ad 10ml.

D. Perhitungan

1. Nacl :
16,5
a. Mencit no. 9 = x 0,5 ml = 0,4125ml
20

17,7
b. Mencit no.10 = x 0,5 ml = 0,445ml
20

12
19,5
c. Mencit no.11 = x 0,5 ml = 0,487 ml
20

16,4
d. Mencit no. 12 = x 0,5 ml = 0,41 ml
20

2. Furosemide

a. Mencit no.10 = 40 x 0,0026 = 0,104mg/20gramBB

17,7
x 0,104 = 0,092 mg
20

0,092
x 1ml = 0,023 ml
4mg

16,4
b. Mencit no. 12 = x 0,104 = 0,0852 mg
20

0,0852
x 1ml = 0,0213ml
4mg

3. HCT

a. Mencit no.11 = 50mg x 0,0026 = 0,13mg

19,5
x 0,13 = 0,1267 mg
20

0,1267mg
x 1ml = 0,0506 ml
2,5mg

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PERCOBAAN

TABEL 1
HASIL PERCOBAAN UJI DIURETIK

Perhitungan berdasarkan volume carapemberian dengan volume

urine tertampung dengan rumus VUT/VCB x 100%.

0,1
1. Mencit no. 9 = 0,824x 100% = 12,135 %

0,1
2. Mencit no. 10 = 0,468 x 100% = 21,367%

0,793
3. Mencit no.11 = 0,537 x 100% = 147,67%

0,2
4. Mencit no. 12 =0,431 x 100% = 46,403%

14
Grafik 1

Hasil uji diuretik

160 147,67
140
120
100
80
60 46,403
40
21,367
20 12,135

0
N F40 H50 F40

efek diuretik Column1 Column2

B. Pembahasan

Pada pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri

berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan

pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat

pruduksi urine meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci

atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya.

Pada pratikum kali ini hewan percobaan yang digunakan

adalah 4 ekor mencit. Sebelum disonde dengan obat diuretik

tersebut di timbang terlebih dahulu guna menentukan jumlah obat

yang akan digunakan. Setelah didapatkan jumlah dosis barulah

diambil obat yang akan digunakan. Pada bab diuretik ini digunakan

obat furosemid dan obat HCT. Setelah itu mencit disonde dengan

konsentrasi dosis yang berbeda. Untuk mencit no.9 digunakan dosis

normal Nacl. Sedangkan untuk mencit no.10 dan no. 12 digunakan

15
dosis furosemide 40. Dan mencit no. 11 digunakan dosis HCT 25

obat disondekan secara per oral.

Setelah masing-masing mencit diberikan obat, mencit

lansung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu kandang metabolisme.

Masing – masing mencit diletakkan pada kandang yang berbeda.

Kemudian setelah 1 jam berada didalam kandang masing – masing

mencit mulai mengeluarkan urine. Kemudian urine tersebut di

tampung menggunakan gelas ukur. Setelah itu urin yang telah

ditambung menggunakan gelas ukur tersebut diukur dan dicatat

berapa banyak keluarnya. Masing – masing urin mencit diukur

dengan selang waktu antara 1 jam , 2 jam , 3 jam.

Pada mencit no.9 diperoleh data sebagai berikut pada jam ke

1 urine berjumlah 0,1 ml , pada jam ke 2 dan ke 3 tidak ada

pertambahan urine, setelah di jumlahkan maka di peroleh jumlah

hasil urine dari mencit no.9 adalah 0,1 ml.

Pada mencit no.10 diperoleh data sebagai berikut jam ke 1

urine tikus berjumlah 0,1 ml , pada jam ke 2 dan ke 3 tidak ada

pertambahan urine. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine

dari mencit no. 10 adalah 0,1 ml.

Pada mencit no.11 diperoleh data sebagai berikut jam ke 1

urine mencit berjumlah 0,76 ml , pada jam ke 2 urine mencit

bertambah 0,54 ml , jam ke 3 urine mencit tidak bertambah. Setelah

16
di jumlahkan maka diperoleh hasil urine dari mencit no.11 adalah

0,793 ml.

Pada mencit no.12 diperoleh data sebagai berikut jam ke 1

urine tikus berjumlah 0,2 ml , pada jam ke 2 dan ke 3 tidak ada

pertambahan urine. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine

dari mencit no. 12 adalah 0,2 ml.

Dari hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan mencit no.11

lebih banyak mengeluarkan urine dari pada mencit no.9,10,dan 12.

Urine yang sedikit ini juga bisa disebabkan karena masing – masing

mencit sebelum pratikum ini hanya meminum sedikit air. Sehingga

kadar air didalam tubuhnya hanya sedikit dan membuat urine yang

dihasilkan sedikit.

17
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan

pembentukan urine.

2. Mencit no.11 lebih banyak mengeluarkan urine dari pada mencit

lainnya .

3. Pada paktikum uji diuretik kelompok 3 yang termasuk dalam diuretik

kuat adalah obat HCT dengan 147,67%.

4. Pada praktikum ini control yang digunakan adalah Nacl, furosemide,

dan mencit yang menghasilkan banyak urine pada perlakuan mencit

yang diberikan obat HCT.

B. Saran

Adapun saran saya sebagai praktikan yaitu kami sangat

membutuhkan banyak bimbingan dari asisten dosen atau pembimbing

agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan juga dapat

meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:


Dirjen PO
Katzung Bertam. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba
Medika
Lukmanto, H. 2003. Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia. Edisi
II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mycek, M.J., R.A. Harvey., Champe, P.C. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Edisi 2. Jakarta : Widya Medika
Permadi. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar
Swaday.
Siswandono dan Soekardjo, B., 1995,Kimia Medisinal, Airlangga
University Press, Surabaya.
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, Airlangga
University Press, Surabaya.
Siregar P., Wiguna P., Roemiati, Oesman, Sidabutar R.P. 2007. Masalah
PenggunaanDiuretik.http://www.kalbe.co.id/files/cdk.files/09_Masal
ahPenggunaanDiuretika.pdf/09_MasalahPenggunaanDiuretika.html
17 januari 2020

19

Anda mungkin juga menyukai