Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

UJI EFEK ANALGESIK PADA MENCIT PUTIH

Disusun oleh :

1. ARI GUSMANJAYA (17008)


2. DIAN FITRIA (17024)
3. FADILLAH FITRIANTO (17036)
4. ISNADIA NURMALLIA ARDI (17045)
5. SISKA RAHMAWATI (17086)

AKADEMI FARMASI BHUMI HUSADA JAKARTA

TAHUN 2019 – 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, Januari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan Praktikum....................................................................................3
D. Manfaat Praktikum..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Definisi Analgesik....................................................................................4
B. Golongan analgesik................................................................................6
C. Mekanisme kerja Asetosal......................................................................7
D. Mencit (mus musculus)...........................................................................8
BAB III METODE PERCOBAAN.......................................................................9
A. Rancangan percobaan............................................................................9
B. Alat dan bahan........................................................................................9
C. Pembuatan Sediaan..............................................................................10
D. Perhitungan dosis..................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................10
A. Hasil percobaan....................................................................................13
B. Pembahasan.........................................................................................14
BAB V PENUTUP............................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasa nyeri merupakan masalah yang umum terjadi di masyarakat dan

salah satu penyebab paling sering pasien datang berobat ke dokter

karena rasa nyeri mengganggu fungsi sosial dan kualitas hidup

penderitanya. Hasil penelitian The U.S. centre for Health Statistic selama

8 tahun menunjukkan 32% masyarakat Amerika menderita nyeri yang

kronis dan hasil penelitian WHO yang melibatkan lebih dari 25.000 pasien

dari 14 negara menunjukkan 22% pasien menderita nyeri, minimal selama

6 bulan. Pada populasi orangtua, prevalensi nyeri meningkat menjadi

50%.
Rasa nyeri akan disertai respon stress, antara lain berupa

meningkatnya rasa cemas, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi

napas. Nyeri yang berlanjut atau menurunkan daya tahan tubuh dengan

menurunkan fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan, laju

metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan, sehingga akhirnya

akan memperburuk kualitas kesehatan (Hartwig & Wilson, 2006)


Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan bisa

dirasakan sebagai rasa sakit. Nyeri dapat timbul di bagian tubuh manapun

sebagai respon terhadap stimulus yang berbahaya bagi tubuh, seperti

1
suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, tertusuk benda tajam, patah

tulang, dan lain-lain. Rasa nyeri timbul apabila terjadi kerusakan jaringan

akibat luka, terbentur, terbakar, dan lain sebagainya. Hal ini akan

menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi

tubuhnya (Guyton & Hall, 1997)


Pada dasarnya rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh

meskipun nyeri berguna bagi tubuh, namun dalam kondisi tertentu, nyeri

dapat menimbulkan ketidaknyamanan bahkan penderitaan bagi individu

yang merasakan sensasi ini. Sensasi nyeri yang terjadi mendorong

individu yang bersangkutan untuk mencari pengobatan, antara lain

dengan mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri (Analgetik).

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk menghambat atau

mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Saat ini telah

banyak beredar obat-obatan sintetis seperti obat anti inflamasi non steroid

(AINS). Sebanyak 25% obat yang dijual bebas di pasaran adalah

analgetik asetaminofen, obat ini banyak dipakai untuk bayi, anak-anak,

dewasa, dan orang lanjut usia untuk keluhan nyeri ringan dan demam

(Kee,1994)
Pada praktikum ini kami melihat pengaruh pemberian obat asetosal

atau aspirin terhadap perubahan kondisi fisiologis pada hewan percobaan

(mencit) untuk membandingkan kekuatan analgesik dari obat dan

membuktikan perbedaan efek dari obat yang digunakan.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana obat asetosal atau aspirin dapat

menimbulkan efek analgesik pada hewan percobaan (mencit).

C. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum
Mempraktekkan dan mengamati pengaruh efek hipnotik asetosal atau

aspirin.
2. Tujuan Khusus
Membandingkan onset dan durasi tidur asetosal atau aspirin.

D. Manfaat Praktikum

Diharapkan pada praktikum ini para mahasiswa dapat mengamati

perbedaan dari efek hipnotik fenobarbital, diazepam, dan fenobarbital

dengan diazepam serta membandingkan onset waktu (durasi) tidur dari

tiap percobaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
A. Definisi Analgesik

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa

nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan

sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan

ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal

hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat

bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan,

rheumatik, encok arau kejang otot (Tjay, 2007)


Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas,

yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri

disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras yaitu, jaras

nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri

lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall

1997; Ganong 2003)


Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine,

bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri

(nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta

jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang

dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan

dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan

disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron

4
dengan sangat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum

lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian

diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan

sebagai nyeri (Tjay & Rahardja 2007)


Analgesik – antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan

penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa

nyeri sendiri dibedakan dalam 3 kategori :


1. Nyeri ringan
Contoh : sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dapat

diatasi dengan asetosal, paracetamol, bahkan placebo


2. Nyeri sedang
Contoh : migran, sakit punggung, rheumatik memerlukan

analgesik kuat.
3. Nyeri berat
Contoh : kolik/kejang usus harus diatasi dengan analgesik

sentral atau analgesik narkotik

B. Golongan anlagesik

Bardasarkan aksinya, obat-obat analgesik atau analgetik dibagi menjadi

2 golongan yaitu :

1. Analgesik Non-opoid atau analgesik non narkotika


Merupakan jenis obat analgesik yang paling umum digunakan.

Obat analgesik golongan ini sering dikenal dengan istilah

analgetik perifer, obat ini cenderung mampu menghilangkan

atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada system

5
susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan

tingkat kesadaran.
2. Analgesik opoid atau analgesik narkotika
Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti

opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk

meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura

dan kanker.

C. Mekanisme Kerja Asetosal

1. Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal adalah

analgesik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan

digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai prototipe, obat ini

merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis. (Wilmana dan Gan,

2007)

MONOGRAFI

No Pemerian Kelarutan Penyimpanan Khasiat Dosis


1. Hablur tidak Sukar larut dalam Dalam wadah Analgetik, 500-650 mg
berwarna atau air, mudah larut tertutup rapat Antipiretik setiap 4 jam
serbuk hablur dalam etanol, tidak tembus (maksimal 4
putih, tidak larut dalam cahaya g/hari)
berbau atau kloroform, dan
hampir tidak dalam eter, agar
berbau, rasa sukar larut dalam
asam eter mutlak

Asetosal adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS

dalam asetilasi sikloosigenase ireversibel. Asetosal cepat diasetilasi oleh

6
esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti

inflamasi, antipiretik, dan analgesik (Myceket al, 2001)

7
D. Mencit (mus musculus)

2. Mencit merupakan hewan yang selalu berusaha untuk menggigit

dan mampu meloncat sampai beberapa meter. Namun kehadiran

manusia akan menghambat aktivitas mencit. Mencit dalam laboratorium

merupakan hewan yang mudah tangani, mencit bersifat penakut,

fotofobik, cenderung berkumpul dengan sesamanya, mempunyai

kecendrungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari.

3. Sistematika binatang percobaan (mencit)

4. Filium : chordate

5. Anak filium : vartebrata

6. Kelas : Mamalia

7. Anak kelas : plasenta

8. Bangsa : rodenita

9. Suku : muridae

10. Marga : mus

11. Jenis : mus musculus

8
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Rancangan percobaan

Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum adalah

menyiapkan 5 ekor mencit yang sudah di puasakan (kurang lebih 12-

14jam sebelum di gunakan untuk praktik) dan kemudian melakukan

penomoran pada mencit, kemudian di timbang untuk mengetahui berat

badan mencit, setelah itu di tentukan dosis analgesik yang akan

diberikan pada setiap mencit kemudian dilakukan penyuntikan

menggunakan sonde (jarum suntik yang ujungnya tumpul) untuk

dimasukan kedalam mulut mencit kemudian perlahan-lahan di

masukan melalui tepi langit-langit kebelakang sampai ke esofagus.

Kemudian di lakukan pengamatan pada masing masing mencit dan

melakukan pencatatan ketika mencit tidur sampai mencit tersebut

terbangun.

B. Alat dan bahan

1. Alat
a. Timbangan hewan
b. Alat suntik 1 ml
c. Sonde oral
d. Bejana pengamatan mencit
e. Timer
f. Wadah tempat pengamatan

9
2. Bahan :
a. Asetosal
b. Tragakan
c. Asam asetat 1%
d. Etanol 70%, kapas atau alcohol swab
e. Mencit putih galur
f. Aqua dest

C. Pembuatan Sediaan

1. Gerus 250 tragakan di lumpang, tambahkan aqua adest sedikit-

sedikit ad 50 mL. beaker glass, beri etiket tragakan 1/2 %.


2. Gerus 1 tablet aspilets, tambahkan tragakan 1/2 % sedikit-sedikit

ad 20 mL. beri etiket aspilets 5mg/ml.


3. Ambil 10 mL (ad 2) adkan dengan tragakan ½ % sedikit-sedikit

ad 20 mL. Vial, beri etiket Aspilets 2,5mg/ml


4. Ambil 10 mL (ad 3) adkan dengan tragakan ½ % sedikit-sedikit

ad 20 mL. Vial, beri etiket Aspilets 1,25mg/ml

D. Perhitungan dosis

1. Mencit No.1 (23,8)


23 , 8
Asam asetat = x 0,15 = 0,178 ml
20
23 , 8
Tragakan = x 0,5 = 0,595 ml
20
2. Mencit No.2 (22,4)
Asetosal 1 = 1000mg x 0,0026 = 2,6 mg
22,4
= x 2,6 = 2,912 mg
20
2 , 912
= x 1ml = 0,1456 ml
20
22, 4
Asam asetat = x 0,15 = 0,168 ml
20
3. Mencit No.3 (22,7)
Asetosal 0,5 = 500mg x 0,0026 = 1,3 mg

10
22,7
= x 1,3 = 1,475
20
1, 4 75
= x 1 ml = 0,073 ml
20

22, 7
Asam asetat = x 0,15 = 0,170 ml
20

4. Mencit No.4 (22,5)


Asetosal 0,250 = 250mg x 0,0026 = 0,65
22,5
= x 0,65 = 0,731
20
0 ,731
= x 1 ml = 0,036 ml
20

22 , 5
Asam asetat = x 0,15 = 0,168 ml
20

5. Mencit No.5 (22,9)


22 , 9
Tragakan = x 0,5 = 0,572 ml
20
22 , 9
Asam asetat = x 0,15 = 0,1717 ml
20

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil percobaan

Tabel 1
Hasil percobaan uji efek analgesik

Grafik 1
hasil percobaanuji efek anestesi

12
B. Pembahasan

12. Pada praktikum kali ini sampel obat yang digunakan adalah

asetosal, tragakan dengan iduksi asam asetat dengan hewan coba.

dari hasil praktikum mencit yang di berikan asetosal 0,5 mengalami

geliat lebih banyak daripada mencit yang tidak di berikan asetosal

13
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa:
1. Dalam hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi dosis yg diberikan waktu mencit dalam merespon pun akan

semakin lebih lama.


2. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk sebagai

penghilang nyeri. Analgesik dibagi 2 golongan yaitu analgetik

central dan perifer.

B. Saran
Mahasiswa berhati-hati dalam mensondekan obat kepada

mencit supaya tidak menyakitkan mencit.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesi Edisi 3, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesi Edisi 4, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Diphalma, J. R., Digregorio, G. J, 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed.
Mcgraw-hill Publishing Company: 319-20, New York
Ganong, William F, 2003, Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20, EGC, Jakarta.
Guyton, A.C. & Hall, J.E. , 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , EGC, Jakarta.
Hartwig, Wilson, Lorraine M, Mary S, 2006, Nyeri Dalam Patofisiologi Konsep
Klinis Proses – Proses Penyakit, Terjemahan dari Huriawati Hartanto et all, Ed 6.
Hal : 1063 -1103. EGC, Jakarta
Katzung, G. Bertram, 1998, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi keenam,
EGC,Jakarta
Katzung, G. Bertram, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi kedelapan,
EGC,Jakarta
Kee, Evelyn R.Hayes, 1994, Farmakologi, EGC, Jakarta.
Lacy, C.F., Amstrong , L.L, Goldman, M.R., 2003, Drug Information Handbook , 11st
Edition, Apja, Lexi-Comp Inc, Canada, pp 25, 129
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar
(edisi 2) (Agus, A., penerjemah), Widya Medika, Jakarta
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.
Wilmana, P. F,1995, Analgesik Antipiretik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Piri,
Dalam Ganiswarna, S. G. (Ed.). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Wilmana, P. F. dan Gan, S., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Jakarta: FK UI

15

Anda mungkin juga menyukai