Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN FARMAKOLOGI II

“EFEK OBAT ANALGETIK PADA HEWAN UJI MENCIT”

Oleh:
KELOMPOK III
NAMA AHMAD ZS (F.19.002)
KELOMPOK ARIMALADITA (F.19.009)

AYU BAYA (F.19.011)


A ERYZA SATIVA. A. L. (F.19.018)
IIN ISRIANI (F.19.024)

IIN PERMATA HATI (F.19.025)

KELAS IV.A FARMASI

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI DIPLOMA FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan mata

kuliah “PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II” sholawat serta salam tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita dari

zaman jahiliyyah menuju zaman yang serba canggih ini sehingga kita bisa

merasakan nikmatnya mencari ilmu.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penyampaian materi, tetapi

kami berharap laporam ini akan memberi manfaat bagi pembaca.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati perkenankan kami mengucapkan

banyak terima kasih kepada dosen kami apt. MUHAMMAD AZDAR

SETIAWAN, MM dan laboran kami Hasnawati,S.Farm dan Inggit

Suryaningsih, Amd. Farm yang telah memberikan motivasi dan bimbingan

dengan penuh kesabaran.

Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan mengingat

kurang sempurnanya laporan yang kami susun, kurang lebihnya kami

sampaikan terima kasih.

Kendari, 2 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
A. TEORI UMUM......................................................................................3
B. TEORI MENCIT....................................................................................3
C. URAIAN BAHAN.................................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. PERHITUNGAN BAHAN....................................................................6
B. CARA KERJA.......................................................................................6
C. CARA KERJA PERLAKUAN HEWAN UJI........................................
D. SKEMA KERJA.....................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL....................................................................................................
B. PEMBAHASAN....................................................................................
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN......................................................................................
B. SARAN..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemilihan hewan uji ini dipilih karena kedekatan taksonomi dan kemiripan
fisiologinya dengan manusia, mudah brekembang biak karena memiliki
karakteristik masa reproduksi yang cepat,berumur pendek,dan tidak terlalu sulit
perawatannya M. musculus. Beberapa contoh gangguan dan penyakit pada
manusia, dimana tikus dan mencit digunakan sebagai model penelitian, meliputi
hipertensi, diabetes, katarak, obesitas, kejang-kejang, masalah pernapasan, tuli,
penyakit Parkinson, Alzheimer, kanker, cystic fibrosis, HIV/AIDS, penyakit
jantung, penyakit otot distrofi, serta cedera tulang belakang.
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk dalam famili
Murideae (Anonim, 2005). Hewan ini ditandai dengan ciri sebagai berikut: jinak,
takut cahaya, aktif pada malam hari, mudah berkembangbiak, siklus hidup yang
pendek, dan tergolong poliestrus (Fransius, 2008). Mencit (Mus musculus)
merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium
sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80% (Aditya, 2006). Mencit memiliki
banyak keunggulan sebagai hewan percobaan (khususnya digunakan dalam
penelitian biologi), yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per
kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya
(Fransius, 2008).

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari percobaan in adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas
atau daya kerja obat analgetik terhadap hewan uji mencit (Mus musculus. L)
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek analgetik dari
beberap golongan obat (Asam mefenamat, piroxicam, meloxicam, natrium
diklofenak).
BAB II
LANDASASAN TEORI

A. TEORI UMUM
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,
berhubungan dengan ancaman, timbulnya gangguan atau kerusakan jaringan.
Keadaan psikologis seseorang sangat berpengaruh, misalnya emosi dapat
menimbulkan nyeri/sakit kepala atau membuatya semakin parah. Ambang batas
nyeri yang dapat ditoleransi seseorang berbeda – beda karena nyeri merupakan
suatu perasaan subyektif (Sherwood, 2012).
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,
sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik,
reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan
dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi. Rangsang nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit
dan visera. Sel yang nekrotik akan melepaskan K + dan protein intrasel yang dapat
mengakibatkan inflamasi. Mediator penyebab nyeri akan dilepaskan. Leukotrien,
prostatglandin E2, dan histamine akan mensensitisasi nosiseptor  selain itu lesi
jaringan juga mengaktifkan pembekuan darah sehingga melepaskan bradikinin dan
serotonin. Jika terdapat penyumbatan pembuluh darah, akan terjadi iskemia dan
penimbunan K+ dan H+ ekstrasel yang diakibatkan akan semakin mengaktifkan
nosiseptor yang telah tersensitasi. Perangsangan nosiseptor melepaskan substansi
peptide P (SP) dan peptide yang berhubungan dengan gen kalsitonin (CGRP),
yang meningkatkan respon inflamasi dan menyebabkan vasodilatasi serta
meningkatkan permeabilitas vaskular.
Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi
kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Mekanisme analgesik di dalam tubuh yaitu
dengan cara menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri, saraf
sensoris, dan sistem syaraf pusat (Arif, 2010). Analgesik yang termasuk dalam
golongan AINS bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase yang
akan mengubah asam 3 arakidonat menjadi prostaglandin di mana prostaglandin
adalah mediator nyeri, sedangkan analgesik golongan opioid bekerja di sentral
menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis yang menjaga pelepasan
transmiter dan rangsang nyeri sehingga terjadi penghambatan rasa nyeri
(Ganiswarna dkk, 1995)
Analgetik berdasarkan farmakologisnya dibagi dalam dua kelompok besar,
yakni (Tjay dan Raharja, 2002) :
a. Analgetik Perifer (non narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat-obat ini mampu
menghilangkan atau menghalau rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem syaraf
pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Secara
kimiawi, analgetik perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni:
1. Parasetamol
2. Salisilat: asetosal, salisilamida, dan benorilat
3. Penghambat Prostaglandin (NSAID): ibuprofen
4. Derivat-derivat antranilat: mefenaminat, asam niflumat glafenin,
floktafenin
5. Derivat-derivat pirazolinon: aminofenazon, isopropil fenazon,
isopropilaminofenazon, dan metamizol
6. Lainnya: benzidamin (tatum) Obat-obat ini mampu menghilangkan atau
menghalau rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem syaraf pusat atau
menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.

b. Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,


seperti pada kanker (Anief, 1996). Penggunaan untuk jangka waktu lama pada
sebagian pemakai menimbulkan kebiasaan dan ketergantungan (Tjay dan
Raharja, 2002). Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam
tiga kelompok yakni (Tjay dan Raharja, 2002)
1. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam alkoloida candu: Morfin, Kodein,
Heroin, dan Nicomorfin.
2. Antagonis Opiat: Nalokson, Nalorfin, Pentazosin dan Buprenorfin. Bila
digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat menduduki salah satu
reseptor.
3. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opiat, tetapi tidak
mengaktifasi kerjanya dengan sempurna.

B. TEORI MENCIT
Mencit adalah kelompok hewan mamalia rodensia (pengerat) yang masuk
dalam famili Muridae. Hewan ini sering ditemukan di dekat pemukiman dengan
bentuk seperti tikus kecil. Di alam, hewan ini sering dijumpai dengan warna
hitam-keabuan sementara untuk hewan uji, warna tikus ini diseleksi yang albino
(putih). Hewan mencit sebagai hewan percobaan sering digunakan dalam
penelitian biologi, biomedis dan reproduksi. Alasan mencit sebagai hewan
percobaan dikarenakan mencit memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,
antara lain:
1. Cepat berkembangbiak.

2. Ukuran tubuhnya relatif lebih kecil dibandingkan berbagai jenis hewan


percobaan lainnya.

3. Mudah dipelihara dalam jumlah banyak.

4. Karakter anatomi dan fisiloginya mudah diamati.

5. Mus musculus memiliki aktivitas reproduksi yang panjang (2-14 bulan).

6. Variasi genetiknya cukup besar.


Klasifikasi hewan coba mencit ( Mus musculus ) (Sulaksono,1987) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Ciri-ciri morfologi mencit secara umum adalah :


1. Tekstur rambut lembut, dan halus
2. Bentuk hidung kerucut terpotong
3. Bentuk badan silindris agak membesar kebelakang
4. Warna rambut putih, mata merah, ekor merah muda
5. Mencit liar berwarna keabu-abuan dan warna perut lebih pucat, mata
berwarna hitam dan kulit berpegmen
6. Dewasa berat badan 25-40 g (betina), 20-40 g (jantan).
C. URAIAN BAHAN
1. Na-CMC (Dirjen POM, 1979 : 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHIL CELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kuning gading, tidak
berbau, dan bersifat higroskopik.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk suspense
koloida, tidak larut dalam etanol.
Kegunaan : Sebagai control

2. ASAM ASETAT (FI Edisi III Hal.41)


Nama resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam asetat
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, bau menusuk, rasa
asam, tajam
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P
dan dengan gliserol P
Kegunaan : Sebagai pereaksi

3. MELOXICAM (Dirjen POM, 1995)


Nama Resmi : MELOXICAMUM
Sinonim : Meloksikam
RM/BM : C15H13N3O4S/331,35
Pemerian : Srbuk, hampir putih, tidak berbau.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer
dan sebagian besar pelarut organik. Sukar larut
dalam etanol dan dalam larutan alkali yang
mengandung air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. PERHITUNGAN BAHAN
1. Na-CMC 0,5%, 7 mL :
gram
%= x 100 %
volume
gram
0,5 %= x 100 %
7 mL
0,5 % x 7 mL
gram=
100
gram=0,035 gram

2. Asam Asetat 0,5%, 10 mL :


volume
%= x 100 %
volume
volume
0,5 %= x 100 %
10 mL
0,5 % x 10 mL
volume=
100
volume=0,05 mL

3. Meloxicam 7,5 gram


 D Konversi = Bilangan konversi x Dosis
= 0,0026 x 7,5 mg
= 0,0195 mg/gr BB
0,0195
 Bobot serbuk = 7,5 x bobot rata-rata tablet
0,0195
= 7,5 x 0.1445 gram
= 0,0003 gram
 Bobot serbuk 5 mL = 0,003 x 5 mL
= 0,0015 gram = 1,5 mg
Volume pemberian :
Berat mencit 1
a. VP1 = x 1 mL
Berat maksimum mencit
18,6 gram
= x 1mL
30 gram
= 0,62 gram
Berat mencit 1
b. VP2 = x 1 mL
Berat maksimum mencit
22,2 gram
= x 1 mL
30 gram
= 0,74 gram
Berat mencit 1
c. VP3 = x 1 mL
Berat maksimum mencit
20 gram
= x 1mL
30 gram
= 0,66 gram

B. CARA KERJA
1. Prosedur pembuatan Na-CMC
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang Na-CMC sebanyak 0,035 gram
c. Dipanaskan aquadest secukupnya diatas hot plate
d. Setelah aquadest panas, ditambahkan kedalam gelas kimia berisikan Na-
CMC sebanyak 7 mL
e. Diaduk ad homogen, lalu diberi etiket

2. Prosedur pembuatan asam asetat


a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dispoit asam asetat sebanyak 0,05 mL
c. Ditambahkan aquadest sebanyak 10 mL kedalam gelas kimia
d. Diaduk homogen, lalu diberi etiket

3. Cara kerja pembuatan obat analgetik Meloxicam 7,5 gram


a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang meloxicam serbuk 0,0015 gram
c. Dimasukkan meloxicam kedalam gelas kimia
d. Dilarutkan meloxicam dengan aquadest panas sebanyak 5 mL

C. PERLAKUAN CARA KERJA PERLAKUAN HEWAN UJI


1. Diamati perlakuan hewan uji selama 7 hari meliputi pakan, aktivitas, dan
gerakan hewan uji mencit.
2. Hewan uji dipuasakan selama 4-8 jam dengan tetap memberikan minum ad
libitum.
3. Ditimbang hewan uji dan dikelompokkan sesuai perlakuan per oral, dibagi
menjadi 2 kelompok :
a. Kelompok 1 : Suspensi Na.CMC 0,5%
b. Kelompok 2 : Suspensi Meloxicam
4. Setelah seluruh hewan mendapatkan masing-masing perlakuan, 5 menit
kemudian seluruh hewan coba diberi suntikan i.p (intra penitorial) dengan
larutan asam asetat 0,5% v/v dosis 25 mg/kgBB
5. Diamati hewan coba, mencit mulai menggeliat (perutnya kejang dan kaki
ditarik ke belakang).
6. Dicatat jumlah geliat kumulatif yang timbul pada menit 15, 30, 60, 90, dan 12
D. SKEMA KERJA

Dipuasakan 4-8 jam


((tetap diberi minum)

Dikelompokkan hewan
uji

Diberi obat per oral

Na-CMC Meloxicam 7,5 gr

Setelah 5 menit

Disuntikkan secara I.P Asam asetat 0,5%

Diamati geliat

Catat jumlah geliat


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Vol. Pemberian
BB Hewan Uji (g) Jumlah Geliat Kumulatif Menit
(mL)

Perlakuan
15 30 60
I II III I II III 90

I II III Rt” I II III Rt” I II III Rt” I II III Rt”

Meloxicam
18,6 22,2 20 0.62 0.74 0,66 12 7 6 7 9 15 3 9 6 3 0 3 0 2 1 1
7,5 gram
B. PEMBAHASAN
Percobaan yang kami lakukan, yakni pada praktikum farmakologi II adalah
percobaan efek obat analgetika. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek
analgetik dari beberapa golongan obat (Asam mefenamat, piroxicam, meloxicam,
natrium diklofenak).
Hewan coba yang kami gunakan adalah mencit (Mus musculus. L) dengan
sampel obat adalah Meloxicam 7,5 mg. Secara keseluruhan sampel obat yang
digunakan adalah Asam mefenamat 500 mg, Piroxicam 20 mg, Meloxicam 7,5 mg,
Natrium diklofenak 50 mg, Na-CMC 0,5%, Asam asetat 0,5% dan aquadest.
Dalam praktikum kali ini menggunakan 3 mencit, 2 mencit untuk diberikan
obat dan 1 mencit diberikan Na-CMC sebagai control negative pada hewan uji.
Untuk mencit pertama dan kedua diberikan larutan obat Meloxicam dengan
dosis 7,5 mg yang disuntikkan secara peroral dengan menggunakan alat canula
sebanyak volume pemberian. Setelah 5 menit kemudian diberikan larutan asam
asetat 0,5% v/v yang disuntikkan secara intraperitonial sesuai volume pemberian
mencit pertama dan kedua. Setelah diberikan asam asetat tersebut dilakukan
pengamatan geliat terhadap hewan uji (perutnya kejang dan kaki ditarik
kebelakang). Kemudian dicatat jumlah geliat kumulatif yang timbul pada mencit
pada menit ke 15, 30, 60, dan 90.
Selanjutnya, pada mencit ketiga diberi Na-CMC 0,5% sebagai control
negative pada hewan uji yang diberikan secara per oral sebanyak volume
pemberian dengan menggunkan alat canula. Kemudian dicatat jumlah geliat yang
terlihat pada menit ke 15, 30, 60, dan 90.
Pada menit ke-15, mencit pertama menggelit sebanyak 12 kali, mencit kedua
sebanyak 7 kali, dan mencit ketiga 6 kali, dengan total rata-rata geliat ialah 8,33
Pada menit ke-30, mencit pertama menggeliat sebanyak 9 kali, mencit kedua
menggeliat sebanyak 15 kali, dan mencit ketiga sebanyak 3 kali. Dengan total rata-
rata geliat ialah 9.
Pada menit ke-60, mencit pertama menggeliat sebanyak 6 kali, mencit kedua
menggeliat sebanyak 3 kali, dan mencit ketiga tidak mengalami geliat. Dengan
total rata-rata geliat ialah 3.
Pada menit ke-90, mencit pertama tidak mengalami geliat, mencit kedua
menggeliat sebanyak 2 kali, dan mencit ketiga menggeliat sebanyak 1 kali. Dengan
total rata-rata geliat ialah 1.
Pada menit ke-15 hingga menit ke-90 mencit terus menggeliat akan tetapi
frekuensi geliat mencit tidak stabil, hal ini menandakan bahwa obat meloxicam
telah memberikan efek terapinya.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

obat meloxicam menunjukkan efek analgetiknya secara efektif dan optimal pada

menit ke-90.

B. SARAN

Diharapkan kepada seluruh praktikan agar pada saat melakukan praktikum

selalu mengikuti peraturan dan tata tertib yang sudah ditetapkan serta melakukan

praktikum dengan teliti.


DAFTAR PUSTAKA

Arrington LR.1972. Introduction to Laboratory Animal Science : The Breeding,

Care and Management of Experimental Animals. Danvill (US) : The

Interstate Printers and Publishers Inc

Anda mungkin juga menyukai