Anda di halaman 1dari 11

FARMAKOGNOSI

SIMPLISIA KELOR

Disusun oleh:

1. Bella Rukma Putri


2. Dika Handayani
3. Fita Maulinda
4. Husnuz Zilam
5. Iin Inayati
6. Lunna Dinda Ikhwa R.

SMK YARSI MATARAM


XII FARMASI
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun wawasan tambahan bagi pembaca dalam memahami pembahasan
Simplisia Kelor.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh kerena itu kami akan merasa sangat
senang jika para pembaca bersedia memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Mataram, 4 Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………..……………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….…... iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….………………. 1
A. Pengertian Simplisia……………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….. 2
A. Tinjauan Daun Kelor…………………………………………………………………... 2
B. Tahapan Penyiapan Simplisia…………………………………………………………. 3
a. Penyiapan Bahan Baku……………………………………………………………. 3
b. Sortasi Basah………………………………………………………………………. 4
c. Pencucian………………………………………………………………………….. 4
d. Penirisan dan Pengeringan………………………………………………………… 5
e. Sortasi Kering……………………………………………………………………... 5
f. Pengemasan dan Penyimpanan……………………………………………………. 5
C. Ekstraksi Simplisia…………………………………………………………………….. 6
a. Maserasi…………………………………………………………………………… 6
b. Perkolasi…………………………………………………………………………... 6
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………..…… 7
A. Simpulan ………………………………………………………………………………. 7
B. Saran ………………………………………………………………………………….... 7
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………... 8

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Pengertian Simplisia

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Simplisia dapat juga didefinisikan sebagai
bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga atau
yang baru mengalami proses setengah jadi, seperti pengeringan. Kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°. Simplisia segar adalah bahan alam segar yang
belum dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau mineral
(DEPKES RI, 2008).

Simplisia nabati dapat berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman (akar, batang, daun
dan sebagainya) atau eksudat tanaman, yaitu isi sel yang secara spontan dikeluarkan dari
tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel atau zat-zat lain dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanaman. Simplisia hewani yaitu simplisia yang dapat berupa hewan utuh,
bagian dari hewan, atau zat berguna yang dihasilkan hewan, tetapi bukan merupakan zat kimia
murni. Simplisia pelikan atau mineral belum diolah atau telah diolah secara sederhana, akan
tetapi belum/bukan berupa zat kimia murni (Agoes, 2009).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Daun Kelor

Daun kelor adalah salah satu tanaman herbal tradisional yang sudah sejak lama dikenal
bisa dijadikan obat. Manfaat daun kelor untuk kesehatan datang dari kandungan antioksidan
yang sangat tinggi dan ini telah dibuktikan secara ilmiah. Berikut klasifikasi kelor:

Nama asal : Moringa Oleifera

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta (vascular plants)

Superdivisi : Spermatophyta (seed plants)

Divisi : Magnoliophyta (flowering plants)

Kelas : Magnoliopsida (dicotyledons)

Subkelas : Dilleniidae

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa Oleifera Lam

Moringa Oleifera L. dapat berupa semak atau dapat pula berupa pohon dengan tinggi
12 m dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas
rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk
telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau kecoklatan,
bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung

2
daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan
pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak
keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak
berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah.

Tanaman Kelor dikenal di Indonesia dengan berbagai nama yang berbeda seperti Kelor
(Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Maronggih (Madura), Moltong (Flores), Keloro (Bugis),
Ongge (Bima), dan Hau Fo (Timur). Tumbuhan Kelor memiliki rasa agak pahit, bersifat netral,
dan tidak beracun (Hariana, 2008). Menurut Utami (2013), manfaat dari daun kelor antara lain
sebagai anti peradangan, hepatitis, memperlancar buang air kecil, dan anti alergi. Daun Kelor
banyak digunakan dan dipercaya sebagai obat infeksi, anti bakteri, infeksi saluran urine, luka
eksternal, anti-hipersensitif, anti anemik, diabetes, colitis, diare, disentri, dan rematik (Fahey,
2005).

B. Tahapan Penyiapan Simplisia


Cara penyiapan atau pembuatan simplisia kelor terdiri dari beberapa tahapan meliputi
pemanenan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan
penyimpanan. Berikut adalah tahapan-tahapannya:

1. Pemanenan Daun; dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian
cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Daun kelor dapat
dipanen 3-4 bulan setelah ditanam. Panen manual daun menggunakan gunting stek,
sabit atau pisau tajam. Cabang daun kelor mudah patah, hindari menumpuk kelor
di bawah barang atau diduduki, hal itu akan merusak kualitas daun.

3
2. Sortasi Basah; sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing
serta bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Kotoran
tersebut dapat berupa tanah, kerikil, rumput, tanaman lain yang serupa, bahan yang
telah rusak atau busuk, serta bagian dari tanaman yang memang harus dipisahkan
dan dibuang. Sortasi basah harus dilakukan dengan teliti dan cermat, kegiatan ini
juga dapat dilakukan dengan pencucian atau penirisan.

3. Pencucian; dilakukan untuk menghilangkan tanah dan juga kotoran lain yang
melekat pada bahan simplisia (Prasetyo dan Inoriah, 2013). Pencucian dilakukan
dengan air bersih, cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah mikroba awal simplisia. Jika air yang digunakan saat pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat dalam bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba.
Pencucian sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar kotoran yang terlepas
tidak menempel kembali.

4
4. Penirisan dan pengeringan; setelah pencucian, pengeringan dilakukan
menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Perhatikan
suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan luas
permukaan. Gunakan kain hitam untuk menutupi simplisia yang akan dijemur agar
sinar matahari lebih cepat diserap.

5. Sortasi Kering; sortasi kering merupakan tahapan akhir pembuatan simplisia.


Untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia kering. Proses ini
sebaiknya dilakukan sebelum pengemasan simplisia (Agoes, 2009).
6. Pengemasan dan Penyimpanan; simplisia disimpan di tempat-tempat yang
memiliki suhu kamar (15°C — 30°C) tergantung pada sifat dan ketahanan simplisia
(Agoes, 2009). Bahan kemas yang dapat digunakan antara lain aluminium foil,
plastik atau botol yang berwarna gelap, kaleng, dan sebagainya.

5
C. Ekstraksi Simplisia

Terdapat 2 metode yang dapat digunakan untuk memperoleh ekstraksi simplisia daun
kelor, yaitu; Maserasi dan Perkolasi. Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat
pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebih mudah
digunakan daripada simplisia asal. Zat yang diambil dari ekstraksi daun kelor ini adalah
Flavonoid yang serupa dengan antioksidan; dapat memperbaiki sel yang rusak akibat radikal
bebas, membantu tubuh menyerap vitamin C dengan lebih baik, membantu mencegah dan/atau
mengobati alergi, infeksi virus, arthritis, dan kondisi peradangan tertentu. Berikut metode
ekstraksinya:

1. Maserasi; serbuk daun kelor dimaserasi dengan etanol 96% pada suhu kamar selama
4 hari dan disaring melalui kertas saring Whatman No. 1. Bagian lain dari pelarut
ditambahkan dan ekstraksi diulang sampai ekstrak terakhir tidak berwarna. Ekstrak
digabungkan dan terkonsentrasi diuapkan di bawah tekanan 75 mbar pada temperatur
40°C menggunakan evaporator vakum putar. Ekstrak kental kemudian diuapkan bak
air mendidih sampai diperoleh berat konstan.
2. Perkolasi; serbuk daun kelor dilapisi dengan etanol 96% pada suhu kamar (laju alir 1
ml/menit). Bagian lain dari pelarut itu ditambahkan dan ekstraksi diylang sampai
ekstrak terakhir tidak berwarna. Ekstrak gabungan disaring dan filtrat terkonsentrasi
diuapkan di bawah tekanan 75 mbar pada temperatur 40°C menggunakan evaporator
vakum putar. Ekstrak kental kemudian diuapkan pada bak air mendidih sampai
diperoleh berat konstan.

Kadar total Flavonoid yang diperoleh dari metode maserasi adalah 19,716 (mg/kg)
dengan absorbansi 0,102. Dan kadar total Flavonoid yang diperoleh dari metode perkolasi
adalah 47,959 (mg/kg) dengan absorbansi 0,201.

6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pembuatan simplisia berbasis tanaman kelor yang dilakukan melibatkan serangkaian


proses yaitu pemanenan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, dan penyimpanan simplisia
kering. Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman herbal tradisional yang sudah sejak lama
dikenal bisa dijadikan obat, bermanfaat untuk kesehatan yang manfaatnya datang dari
kandungan antioksidan yang sangat tinggi dan sudah dibuktikan secara ilmiah. Zat aktif yang
terkandung dalam daun kelor yang berpotensi sebagai antioksidan adalah berbagai jenis
vitamin (A, C, E, K, B1, B2, B3, B6), flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan terpenoid.

B. Saran

Saran yang bisa penulis berikan adalah perlu adanya praktikum secara langsung agar
dapat memaksimalkan pembuatan simplisia kelor ini, guna melengkapi tahapan Pengecilan
Ukuran Simplisia dan Pengayakan yang tidak dapat penulis cantumkan di sini sebab belum
melakukan tahapannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Agoes, Goeswin, 2009. Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2) edisi revisi.
Penerbit ITB, Bandung.

Beranda Ensiklopedia UGM, 2011. Kelor (Moringa Oleifera L.) Research Center UGM,
Yogyakarta.

Kurniasih, 2013. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Indra, 2019. Segudang Manfaat Flavonoid untuk Kesehatan Tubuh. Dinas Kesehatan, Padang.

Agrotek, 2020. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelor.

Anda mungkin juga menyukai