Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Delima ditanam di pekarangan dan bermanfaat sebagai tanaman hias dan

obat-obatan serta daging buahnya dapat dimakan langsung yang mempunyai rasa

asam manis. Di samping itu daging buahnya dapat diekstrak dijadikan minuman

yang menyegarkan. Kandungan nutrisi buah delima per 100 g buah terdiri atas air

(78 g), protein (1,6 g), lemak (0,1 g), karbohidrat (14,5 g), dan mineral (0,7 g).

Analisis lain menunjukkan bahwa terdapat kandungan gula inversi (20%), glukosa

(5–10%), asam sitrat (0,5–3,5%), dan vitamin C (14 mg/100 g). Zat pewarna

kuning pada kulit buah delima mengandung asam galotanat. Kandungan tanin

tertinggi terdapat pada kulit akar (28%) (Sudjijo. 2014: 40).

Sebagian besar efek antibakteri daun sirih adalah karena daun sirih

mengandung 4.2% minyak atsiri yang komponen utamanya terdiri dari bethel

phenol dan turunannya yang berkhasiat sebagai antibakteri. Fenol dan senyawa

turunannya ini dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Inatullah. 2014: 1)

Tumbuhan sambiloto terdapat di seluruh Nusantara karena dapat tumbuh

dan berkembang baik pada berbagai topografi dan jenis tanah. Tumbuh baik pada

curah hujan 2.000 – 3.000 mm tahun-1, suhu udara 25 – 32ºC serta kelembaban

yang dibutuhkan antara 70 – 90 %. Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh pada

semua jenis tanah, ialah yang subur, mengandung banyak humus, tata udara dan

pengairan yang baik. Sambiloto tumbuh optimal pada pH tanah 6 – 7 (netral).

Pada tingkat kemasaman tersebut, unsur hara yang dibutuhkan tanaman cukup

tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Kedalaman perakaran sambiloto dapat

mencapai 25 cm dari permukaan tanah (Anonymous. 2015: 1).


Pada tahun 2003 - 2005 Indonesia menjadi produsen dan eksportir utama

kayu manis dengan pangsa pasar dunia sebesar 26,10%, diikuti Tiongkok

(24,63%), Sri Lanka (8,05%), Vietnam (5,30%), dan negara lainnya (35,92%).

Pada tahun yang sama jumlah ekspor Indonesia adalah sebesar 37.192 ton dengan

nilai 22.4 US$ Pada umumnya kayu manis dikembangkan dalam bentuk hutan

rakyat. Pada tahun 2005 luas areal pengembangan kayu manis adalah 134.770 ha

yang tersebar di 19 wilayah propinsi dengan nilai produksi mencapai 100.775 ton.

Namun tahun 2013, luas areal penanaman kayu manis mengalami penurunan

hingga tersisa 101.800 ha dengan nilai produksi sebesar 89.500 ton (Jaya, dkk.

2014 : 1).

Jintan hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu tanaman obat,

termasuk famili Ranunculaceae, yang telah digunakan selama ribuan tahun

sebagai obat dan rempah. Tanaman ini merupakan tanaman introduksi sehingga

keberadaannya belum banyak diketahui masyarakat. Total pemakaian jintan hitam

dalam industri besar dan menengah dalam setahun adalah 144.817 kg. Saat ini

penelitian tentang budidaya jintan hitam di Indonesia masih kurang. Oleh sebab

itu, peluang pengembangan tanaman ini di Indonesia masih sangat luas (Taopik.

2016: 1).

Produksi temulawak pada tahun 2007 merupakan produksi

temulawak tertinggi yaitu sebesar 40,800,834 kg. Akan tetapi produksi

tanaman temulawak menurun drastis pada tahun berikutnya (2008), yaitu

sebesar 23,740,105 kg. Dari data produksi temulawak 5 tahun terakhir

menunjukkan bahwa jumlah produksit i a p t a h u n t i d a k s t a b i l . H a l

t e r s e b u t d i s e b a b k a n k a r e n a c u a c a ya n g t i d a k b i s a diprediksi,

selain itu lahan yang kurang berpotensi untuk budi daya


temulawak dikarenakan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan (Badan

Stastik. 2015: 5).

Sampai saat ini Indonesia termasuk salah satu negara produsen dan

pengekspor biji dan fuli pala terbesar dunia, dengan pangsa pasar dunia sebesar 75

persen. Pasar utama tujuan ekspor pala Indonesia adalah Uni Eropa, Amerika,

Jepang, dan India (Nila kusuma. 2016: 5)

Di Indonesia, petai Cina umumnya ditanam untuk pakan ternak, tanaman

pagar dan tanaman pelindung untuk kopi dan vanili. Masyarakat memanfaatkan

buah dan daun muda petai Cina untuk sayur. Tidak hanya itu, daun petaiCina

dapat digunakan sebagai pakan ternak dan batang pohonnya dimanfaatkan sebagai

perabotan dan kayu bakar. Akan tetapi biji petai Cina kurang diminati dan

terbuang sia-sia, sehingga biji petai Cina merupakan salah satu limbah yang

kurang dimanfaatkan oleh manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji

petai Cina memiliki kandungan protein sebesar 31,1% dan metabolisme energi

sebesar 2573,26 kcal/kg. Kandungan asam amino dari biji petai Cina yaitu lisina

1,39%, metionina 0,36%, sisteina 0,35%, arginine 2,62%, asam glutamat 4,63%,

treonina 0,87%, glisina 1,38%, alanine 1,11%, valine 1,11%, isoleusina 0,93%

dan leusina 1,81% (Reski Cahyo. 2014: 5).

Salah satu tanaman obat tradisional tersebut diantaranya kayu tanaman

secang (Caesalpinia sappan Linn). Tanaman ini mudah didapat di sekitar kita,

kayu tanaman secang ini sering dibuat dalam bentuk minuman wedang secang

khas kerajaan mataram, teh secang khas sulawesi, bir pletok, maupun zat pewarna

alami. Dari 40 bahan tanaman obat tradisional di Indonesia yang diekstraksi

denganmetanol dan 50% etanol, didapatkan fakta bahwa Caesalpinia sappan

Linnini merupakan salah satu ekstrak terbaik yang mampu bekerja sebagai suatu

antibakteri potensial untuk diteliti lebih lanjut (Kurniati dkk. 2015: 5).
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada terbesar kedua

didunia. Selain itu, lada mempunyai sebutan “The King of Spice” (Raja rempah-

rempah) yang mana konsumsilada di dunia tahun 2013 mencapai 472.526 ton

berdasarkan data dari FAO sedangkan total ekspor lada dunia tahun 2013

mencapai 278.126 ton, hal tersebut menunjukan bahwa peluang Indonesia untuk

meningkatkan ekspor lada sangatlah besar.Kontribusi lada Indonesia di pasar

dunia pada tahun 2010 adalah sebesar 17 persen dari produksi lada dunia dan

merupakan produsen lada terbesar kedua di dunia setelah Vietnam. Bahkan jika 2

dibandingkan dengan produsen lada lainnya, perminataan akan lada dari Indonesia

cukup besar karena cita rasanya yang berbeda (Direktorat Jenderal Perkebunan.

2015: 14).

Adapun tujuan dilakukuan praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi

simplisia yang terdapat pada jamu dengan menggunakan mikroskop serta untuk

mengetahui morfologi dan anatomi dari sediaan jamu.

Adapun pentingnya dilakukan praktikum ini adalah dengan melakukan

praktikum ini dapat diketahui komposisi, anatomi, bentuk atau sel jaringan pada

jamu yang beredar dipasaran melalui uji mikroskpik dengan menggunakan

mikroskop.

Adapun hubungan praktikum dengan dunia farmasi adalah sebagai seorang

farmasis harus mengetahui cara identifikasi sediaan secara mikroskopik dari suatu

tanaman yag dapat dijadika sebagai bahan utama dan pembuatan obat-obat untuk

kesehatan.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan adalah mengetahui dan memahami

pengamatan mikroskopik pada sediaan jamu.


2. Tujuan Percobaan

Menentukan pengamatan anatomi. Bentuk sel atau jaringan dari serbuk

sediaan jamu yang berdar dipasaran.

C. Prinsip Percobaan

Penentuan pengamatan simplisia jamu yang berupa anatomi serbuk yang

menyusun dari komposisi dari sediaan jamu dengan menggunakan mikroskop dan

membandingkannya dengan haksel (serbuk pembanding) dari komposisi biji pala

(myristica fragrans), delima (punica granatum), jintan hitam (cumimum

cyminum), kapulaga (amomum compalium), kayu manis (cinamomun verum), lada

(piper nigrum), petai cina (Leucaena leucochepala), sambiloto (andrographis

paniculata), sepang (cacialpenia sapeau), sirih (piper betle), dan temulawak

(curcuma xanthariza).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Delima (Dalimartha. 1999: 4)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaraceae

Genus : Punica

Spesies : Punica granatum

Gambar buah delima (Sudjijo. 2014: 40)

Bentuk tanaman berbentuk pohon perdu meranggas, berbelok-belok,

bercabang banyak, dapat mencapai ketinggian 5–18 m. Cabang terdapat duri,

daunnya kecil-kecil lonjong, bunga terdapat pada ujung ranting tetapi juga sering.

Daunnya lebih banyak berhadapan, bentuk daun lonjong-agak oval, pangkal daun

lancip tetapi ada juga yang tumpul, pinggir daun rata dengan ujung lancip, juga

dijumpai bercabik dengan tangkai daun pendek. Bunganya berkuntum, satu

tangkai terdapat 1–5 kuntum berada pada ujung ranting, berdaun mahkota 3–7

helai, benangsarinya banyak, dan tangkai putik lebih panjang dari benangsari.

Pada umumnya penyerbukan bunga secara alami dan oleh serangga, pembentukan
buah akan semakin baik bila terjadi penyerbukan yang sempurna. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara penyerbukan buatan. Apabila kondisi lingkungan

mendukung, maka lebih dari setengah bunganya akan menjadi buah (Sudjijo.

2014: 40).

2. Jintan Hitam (Nurhikmah. 2016: 5)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Cumimum

Spesies : Cumimum Cynimum

Gambar 2 Jintan Hitam (Anonymous. 2015)

Jintan hitam merupakan tanaman herbal tegak dengan tinngi mencapai 70

cm. batang memiliki banyak percabangan. Susunan daun berseling, mempunyai

tangkai daun yang kuat dan berbulu halus. Umumnya daun berwarna hijau dan

kadang-kadang berubah menjadi coklat kemerahan. Buah jintan hitam berbentuk

bumbung, keras seperti buah buni, menggembung, berisi 3-7 unit folikel yang

masing-masing berisis banyak biji. Bagian tanaman yang biasa dimanfaatnya

adalah bijinya. Biji jintan hitam kecil dan pendek berwarna hitam, berbentuk
trigonal, berkelenjar dan tampak seperti batu api jika diamati dengan mikroskop

(Junaedi dan Yulianti. 2014: 9-10).

3. Kayu Manis (Dalimartha. 1999: 4)

Regnum : Plantae

Divisi : Trachrophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Laurales

Family : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum Verum

Gambar 3 kulit kayu manis (Departemen Kesehatan, RI. 1977)

Kulit batang kayu manis memiliki bau khas aromatik: rasa agak manis,

agak pedas, dan kelat. Potongan kulit berbantuk gelondong, agak menggulung,

membujur, agak pipih, atau berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa

potongan kulit ayng tergulung membujur yang panjangnya 1 meter, tebal kulit 1

nm-3 nm, atau lebih (Departemen Kesehatan, RI. 1977).

4. Kumis Kucing (Dalimartha. 1999: 7)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Laniales

Family : Laniaceae
Genus : Orthosiphon

Spesies : Orthosiphon Staneus

Gambar 4. Kumis Kucing (Almatar dan Zaedah. 2014)

Tanaman ini pertama kali disebarluaskan dari India, Indo China, dan

Thailand melewati kawasan Malesia (Indonesia, Filipina, Papua Nugini) hingga

Australia. Sebagai tanaman yang tumbuh liar disepanjang anak sungai dan

selokan, Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) mulai banyak ditanam di

pekarangan sebagai tumbuhan obat dan dapat ditemukan di daerah dataran rendah

sampai ketinggian 700 mdpl, disebut Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)

karena kumpulan benang sari bunganya panjang dan menjulur dari dua sisi yang

berbeda sehingga mirip dengan kumis kucing. Bagian tanaman yang sering

digunakan sebagai obat adalah daunnya, baik yang segar maupun yang telah

dikeringkan. Daun Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) rasanya sedikit pahit

(Almatar dan Zaedah. 2014: 4-5).

5. Biji Pala (Dalimartha. 1999: 4)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaraceae

Genus : Punica
Spesies : Punica granatum
Gambar 5. Biji Pala (Departemen Pertaniaan. 1986)

Pala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropis yang

memiliki 200 species dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan

pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan

tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian

paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna

hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan panjang tangkai

daun 0,7 -1,5 cm (Departemen Pertanian. 1986: 17).

6. Lada (Dalimartha. 1999: 10)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledonae
Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper Nigrum

Gambar 6. Lada Hitam (Mediatan. 2015: 7).


Lada merupakan tumbuhan merambat yang hidup pada iklim tropis

dimana bijinya sangat sering dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Aroma dan

rasa lada sangat khas, sehingga terkadang menjadi bagian dari resep masakan

andalan. Bentuk batang pada tanaman lada adalah beruas-ruas seperti tanaman

tebu dengan panjang ruas bukunya berkisar 4-7 cm, hal ini tergantung pada

tingkat kesuburan. Panjang ruas buku pada pangkal batang biasanya lebih pendek

dibandingkan dengan ruas yang berada pada pertengahan dan diujung batang,

sedangkan ukuran diameter batang rata-rata berukuran 6-25 mm. Tanaman lada

berfamili dengan Piperaceae yang berasal dari india dan menyebar luas

keberbagai benua terutamanya benua Asia (Mediatan. 2015: 7).

7. Petai Cina (Dalimartha. 1999: 14)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Eabales

Family : Eabaceae

Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena Leucepala

Gambar 7. Petai Cina (Riefqi. 2014: 11)

Tanaman Petai Cina merupakan tanaman yang memiliki morfologi akar

yang sangat kokoh, karena akar tunggangnya yang menembus kuat ke dalam

tanah sehingga pohon tidak mudah tumbang oleh tiupan angin. Pohon petai cina
mempunyai batang yang kuat, sehingga tidak mudah patah. Warna batang coklat

kemerahan sehingga menarik untuk dilihat. Batang pohon petai cina dalam waktu

satu tahun dapat mencapai garis tengah 10-15 cm. Daun petai cina berbentuk

simetris, dengan tipe daun majemuk ganda dan daun berwarna hijau. Buah petai

cina berbentuk polong dalam tandan. Disetiap tandan buah dapat mencapai 20-30

buah polong, sedangkan dalam satu polongnya dapat mencapai 15-30 biji. Selain

itu batang tandan memiliki bentuk besar dan agak pendek. Bijinya berbentuk

lonjong dan pipih, jika sudah tua biji tersebut berwarna coklat kehitaman (Riefqi.

2014: 11).

8. Sirih (Dalimartha. 1999: 19)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper Betle

Gambar 8. Tanaman sirih (Mubeen, et al. 2014)

Tanaman sirih memiliki daun yang berwarna hijau dan berbentuk seperti

hati dengan akar yang merambat(Guha, 2006). Lamina pada daun sirih bertekstur

lembut, termasuk pada bagian permukaan. Ketebalannya sekitar 160-170µm


dengan serat trikoma berbentuk silinder menjari. Panjang serat trikomanya kurang
lebih 30µm dengan tebal sekitar 5µm. Stomata daun sirih memiliki tipe

cyclocytic. Daunnya memiliki rasa dan bau yang berbeda pada masingmasing

daerah di mana ia tumbuh (Mubeen,et al. 2014: 6).

9. Kapulaga (Utami. 2013: 11)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyte

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingineraceae

Genus : Amomum

Spesies : Amomum Cumpacum

Gambar 9. Biji kapulaga (Sumardi. 1998)

Kapulaga merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5 m,

berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau.

Mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan

tepi rata.Pangkal daun berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-

12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau (Maryani, 2003). Batang

kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh pelepah daun yang

berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m.

Batang tumbuh dari rizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun

bisa mencapai 20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang

muda yang tumbuh dari rizoma lain (Sumardi. 2015: 12)


10. Sambiloto (Dalimartha. 1999: 18)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Scroplariales

Family : Arcaleceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis Faniculata

Gambar 10. Sambiloto (Depkes RI. 1979)

Sambiloto merupakan tumbuhan tegak yang berukuran 40 cm sampai 90

cm. Cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut, percabangan banyak

dengan letak yang berlawanan. Bentuk daun lanset, panjang daun 3 cm sampai 12

cm dan lebar daun 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm,

ujung dan pangkal daun tajam atau agak tajam, tepi daun rata. Perbungaan tegak

bercabang-cabang, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm, bunga berbibir

berbentuk tabung, bibir bunga bagian atas berwarna putih atau berwarna kuning

dengan ukuran 7 mm sampai 8 mm, bibir bunga bawah lebar berbentuk biji berwarna

ungu dengan panjang 6 mm (Depkes RI. 1979: 5).

11. Sappang (Dalimartha. 1999: 6)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida

Ordo : Pabales

Family : Pabaceae

Genus : Cacialpenia

Spesies : Cacialpenia Sapeau

Gambar 11. Tanaman Sappang (Hariana. 2016)

Kayu secang merupakan tumbuhan yang umumnya tumbuh di tempat

terbuka sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut seperti di daerah

pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya 5-10 m.

Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Batang dan percabangan

terdapat duri-duri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya tersebar. Daun

secang merupakan daun majemuk menyirip ganda dengan panjang 25-40 cm,
jumlah anak daunya 10- 20 pasang yang letaknya behadapan. Bunga secang

adalah bunga majemuk berbentuk malai, bunganya keluar dari ujung tangkai

dengan panjang 10-40 cm, mahkota bungan berbentuk tabung berwarna kuning.

Buah secang adalah buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung seperti

paruh berisi 3-4 biji, jika masak berwarna hitam. Bijinya bulat memanjang dengan

panjang 15-18 mm dan lebar 8-11 mm, tebalnya 5-7 mm, warnanya kuning

kecoklatan. Akar secang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor (Hariana.

2006: 7).

12. Temulawak (Dalimartha. 1999: 6)

Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma Xanthoriza

Gambar 12. Temulawak (Rukmana. 1995)

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Batang

tanaman temulawak adalah batang semu yang merupakan metamorphosis atau

penjelmaan dari daun tanaman dengan tinggi mencapai 2 – 2,5 meter. Tiap

rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman

memiliki 2 – 9 helai daun. Daun tanaman berbentuk panjang dan agak lebar.

Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Lebar helaian daun

temulawak adalah ±18 cm dengan panjang daunnya 50-55 cm, tiap helaian daun

melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur

(Rukmana. 1995: 1).


B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM. 2014: 63)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling, air murni, air batering, aquabides, aqua

demineral

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

Rumus struktur : O

H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Etanol (Dirjen POM. 2014: 399)

Nama resmi : ETANOL

Nama lain : Alkohol, etil alkohol, hidroksietana, etil hidrat,

alkohol absolut

Rumus molekul : C2H4O

Berat molekul : 46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berbau; bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 780C, mudah terbakar


Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan

semua pelarut organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

Kegunaan : Sebagai pelarut

3. FeCl3 (Dirjen POM. 2014: 228)

Nama resmi : FERII CHLORIDUM

Nama lain : Besi (III) klorida, ferric chloride, ferri klorida

Rumus molekul : FeCl3

Berat molekul : 162,5

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas

warna hingga dari garam hidrat yang telah

berpengaruh oleh kelembaban

Kelarutan : Larut dalam air, larutan berpotensi warna jingga

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

4. Fluoroglusin (Dirjen POM. 2014: 162)

Nama resmi : FLOROGLUSINOL

Nama lain : Floroglusin, 1,3,5-trihidroksibenzen

Rumus molekul : CH3(OH)3-2H2O

Berat molekul : 126,11

Rumus struktur :
Pemerian : Hablur Putih Atau Putih Kekuningan

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)P

Penyimpanan : Terlindung Dari Cahaya Matahari Dan Tertutup

Rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

5. Iodium (Dirjen POM. 2014: 571)

Nama resmi : IODIUM

Nama lain : Iodine,

Rumus molekul : I2

Berat molekul : 126,90

Rumus struktur : I I

Pemerian : Keping atau granul; hitam keabu-abuan; bau khas;

berkilau seperti metal

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam

karbon disulfide, dalam loroform, dalam karbon

tetraklorida, dan dalam eter; larut dalam etanol dan

dalam larutan iodide; agak sukar larut dalam gliserin

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

6. Kalium Iodida (Dirjen POM, 2014 : 593)

Nama resmi : KALIUM IODIDA

Nama lain : Potasium Iodida

Rumus molekul : KI

Berat molekul : 166,00

Rumus struktur : K I

Pemerian : Hablur heksahedral;transparan atau tidak berwarna


atau agak buram dan putih atau serbuk granul putih;

agak higroskopik. Larutan menunjukkan reaksi netral

atau basa terhadap lakmus.

Kelarutan : Sangat m,udah larut dalam air, terlebih dalam air

mendidih; mudah larut dalam gliserin; larut dalam

etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

7. Kloralhidrat (Dirjen POM, 2014 : 682)

Nama resmi : KLORALHIDRAT

Nama lain : Chloral hydrate, 2,2,2-trichloroethane, 1,1-idiol

Rumus molekul : C2H3Cl3O2

Berat molekul : 165,40

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau putih; bau

aromatis tajam dan sedikit asam; rasa membakar dan

agak pahit. Melebur pada lebih kurang 550 dan

perlahan-lahan menguap bila kena udara.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam minyak zaitun;

mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan

dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi


8. NaOH (Dirjen POM. 2014: 911)

Nama resmi : NATRIUM HIDROKSIDA

Nama lain : Sodium hydroxide

Rumus molekul : NaOH

Berat molekul : 40,00

Rumus struktur : Na OH

Pemerian : Putih atau praktis putih, keras, rapuh, dan

menunjukkan pacahan hablur. Jika terpapar di udara,

akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.

Massa melebur, berbentuk plat kecil, serpihan atau

batang atau bentuk lain.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi


C. Uraian Tanaman

1. Biji Pala (Agoes. 2010: 73)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Magnoliales

Family : Myristiceae

Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans

Nama Daerah : Fala (Sinjai), falo (Nias), pahalo (Lampung), palo

(Sumatera), pala (Melayu)

Nama Simplisia : Semen Myristica fragrans

Kegunaan : Antiinsomnia, antihipertensi, analgetik

Morfologi : Akar

Akar tanaman pala merupakan akar tunggang yang

dalam akar lateralnya (feeder alias penghisap zat

makanan) berakar serabut yang cukup tebal, dangkal

letaknya di bawah permukaan tanah. Oleh karena itu

mudah diserang erosi air dan mudah menderita

kekeringan.

Batang

Tanaman pala memiliki bentuk pohon yang indah.

Dengan tinggi mencapai 10 sampai 20 m, menjulang

tinggi ke atas dan ke pinggir, pohon ini terlihat

menarik berbentuk silindris dan bulat serta


meruncing dengan percabangannya yang teratur.

Daun

Tanaman pala memiliki daun berbentuk elips dan

langsing, serta berwarna hijau mengkilap dan gelap.

Panjang daunnya yaitu sekitar 5 sampai 15 cm

dengan lebar 3 hingga 7 cm dan panjang tangkai 0,4 -

1,5 cm.

2. Delima (Budka. 2008: 45)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Family : Lythraceae

Genus : Punica

Spesies : Punica granatum

Nama Daerah : Dalimo (Batak), glima (Aceh), glimeu (Gayo),

dalima (Sunda), gangsalan (Jawa)

Nama Simplisia : Granati cortex

Kegunaan : Antidiabetik, antelmintika

Morfologi : Akar

Akar buah delima tunggal, berbentuk bulat

memanjang, berserabut besar, dengan panjang

mencapai 10-20 m bahkan lebih, dan berwarna

kecoklatan muda. Akar tanaman ini juga dapat

menembus permukaan tanah hingga kedalaman 5-10


m bahkan lebih, yang berguna dan bermanfaat untuk

membantu menyokong tanaman maupun menyerap

unsur air dari dalam tanah.

Batang

Batang berkayu, bulat memancang, dengan ranting

persegi, percabangan banyak, dan juga terdapat duri

pada ketiak daunnya. Selain itu, batang tanaman ini

juga memiliki warna cokelat jika masih muda dan

hijau kotor jika sudah tua.

Daun

Daun tanaman delima ini tunggal, bertangkai pendek,

terletak berkelompok, helaian daunnya berbentuk

lonjong sampai lanset, memiliki pangkal meruncing

atau lancip, bagian ujung tumpul, tepi merata,

pertulangan menyirip, permukaan mengkilap,

memiliki panjang mencapai 1-9 cm dan lebar 0,5-2,5

cm yang berwarna kehijauan muda.

3. Jintan hitam (Heyne. 1987: 25)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Ranunculales

Family : Ranunculaceae

Genus : Nigella

Spesies : Nigella sativa


Nama Daerah : Jinten lotong (Bugis), ginten (Bali), jinten ireng

(Jawa), jeura (Aceh)

Nama Simplisia : Nigellia sativae semen

Kegunaan : Memperlancar asi, obat keracunan, obat diare

Morfologi : Akar

Mempunyai sistem perakaran tunggang tidak

bercabang berbentuk benang (foliformis), berwarna

cokelat.

Batang

Tanaman jintan hitam memiliki tinggi tumbuhan 20-

50cm, memiliki batang tegak lurus berbentuk bulat

dan berusukWarna batang hijau kemerahan, tegak,

lunak, beralur, berusuk dan berbulu kasar, rapat atau

jarang dan disertai dengan adanya bulu-bulu yang

berkelenjar.

Daun

Berdaun runcing, bercabang, bergaris (namun garis

daunnya tidak seperti ciri daun tumbuhan) Bentuk

daun lanset garis (lonjong), panjang 1,5 sampai 2 cm.

Merupakan daun tunggal yang ujung dan pangkalnya

runcing, tepi berigi dan berwarna hijau. Pertulangan

menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu

Berdaun tunggal bahkan sampai majemuk dengan

posisi menyebar dan berhadapan. Bangun daun

bentuk lanset dengan ujung runcing, terdapat bulu

halus di bagian permukaan daun.terdapat daun


pembalut yg relatif kecil.

4. Kapulaga (Utami. 2013: 10-11)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Amomun

Spesies : Amomum copactum

Nama Daerah : Palage (Sunda), gandimang (Bugis), kapol

(Sumatera), palago (Madura)

Nama Simplisia : Amomi fructus

Kegunaan : Antipiretik, menghilangkan bau mulut, obat batuk

Morfologi : Akar

Tanaman kapulaga memiliki akar yang berumbi

akar, dengan tinggi berkisar antara 2-3 cm.

Batang

Kapulaga merupakan tanaman tahunan berbatang

semu. Batang kapulaga disebut batang semu, karena

terbungkus oleh pelepah daun. Bentuk batang bulat,

tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m. Batang

tumbuh dari rhizoma yang berada di bawah

permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai 20-30

batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh

batang muda yang tumbuh dari rhizoma lain.


Daun

Daun pada umumnya berwarna hijau tua, dan

berbentuk tumpang. Lebar daun sekitar 3-10 cm dan

panjangnya 7-50 cm.

5. Kayu manis (Rismunandar dan Paimin. 2001: 92)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Policarpicae

Family : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanii

Nama Daerah : Cingar (Bali), keningar (Jawa), holim manis

(Sumatera), kiamis (Sunda)

Nama Simplisia : Cinnamomi cortex

Kegunaan : Antihipertensi, mengobati alzheimer, mengontrol

gula darah

Morfologi : Akar

Berakar tunjang dalam. Sistem perakaran tanaman

kayu manis menyebar ke segala arah dan dapat

mencapai kedalaman antara 30 cm sampai 50 cm.

Batang

Tumbuh menjulang ke atas cukup tinggi sekitar 5 –

15 meter yang kulit pohonnya berwarna abu – abu

tua dengan bau khas, sedangkan anak kayunya adalah


merah cokelat muda.

Daun

Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam

rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9–12 cm dan

lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna

pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau

tua. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna

dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya

adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging.

Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna

hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua .

6. Kumis kucing (Bogoriense. 2014: 97)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Lamiales

Family : Lamiaceae

Genus : Orthosiphon

Spesies : Ortosiphon aristatus

Nama Daerah : Rumujung (Jawa), kumis kucing (Melayu), kumis

kucing (Sumatera), songkot koceng (Madura)

Nama Simplisia : Orthosiphonis folium

Kegunaan : Antioksidan, antihipertensi, antialergi

Morfologi : Akar

Akar tunggang, berbentuk bulat, dan berserabut


banyak. Akar tanaman ini berdiameter 1-2 mm

dengan pangkal ujung kecil berwarna kekuningan

dengan panjang mencapai 25-30 cm yang akan

menembus permukaan tanah.

Batang

Batang berbentuk segi empat, berwarna keunguan

hingga kehijauan dengan diameter 1-2 cm, bercabang

banyak dan terdapat ruas pada bagian bawah batang.

Selain itu, batang tumbuh dengan tegak mencapai

ketinggian 2-3 m bahkan lebih tergantung jenis dan

varietasnya.

Daun

Daun berbentuk oval memanjang dengan panjang 1-2

cm, memiliki bagian tepi merata, dan juga

pertulangan yang tampak berwarna keputihan. Daun

berwarna hijau muda hingga hijau tua. Daun juga

memiliki pertangkaian pendek dengan panjang

kurang dari 1 cm dengan warna kecoklatan hingga

kehijauan.

7. Merica Hitam (Dalimartha. 1999: 10)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Piperales
Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum

Nama Daerah : Lada (Aceh), lada (Batak), lada kecik (Bengkulu),

hisang parangeng (Sangi)

Nama Simplisia : Piperis nigri fructus

Kegunaan : Antipiretik, analgetik, antiinflamasi

Morfologi : Akar

Akar berbentuk buku-buku ruas batang pokok dan

cabang. Akar lateral dengan serabut yang tebalnya

kira-kira 30 cm berada di dalam lapisan tanah bagian

atas. Akar bisa masuk ke dalam tanah hingga

kedalaman 1-2 m.

Batang

Mempunyai batang pendek dan cabang-cabang yang

menyebar. Batangnya tumbuh merambat atau

menjalar di tanah. Batang berbuku yang memanjat

dengan tinggi mencapai 10 m.

Daun

Berbentuk oval dengan bagian pucuknya meruncing.

Merupakan daun tunggal, bertangkai dengan panjang

2-5 cm dan membentuk aluran di bagian atasnya.

Panjang daun 8-20 cm dan lebar 4-12 cm berwarna

hijau tua dan berurat 5-7 helai.

8. Petai Cina (Dalimartha. 1999: 10)

Klasifikasi
Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena leucepbala

Nama Daerah : Kalandinga (madura), lamtoro (Jawa), silong

(Sunda), petai cina (Bulukumba)

Nama Simplisia : Leucaenae folium

Kegunaan : Obat diare, mencegah penuaan dini, melancarkan

haid

Morfologi : Akar

Berakar tunggang yang menembus kuat ke dalam

tanah sehingga pohon tidak mudah tumbang oleh

tiupan angin. Rambut akarnya tidak terlalu besar dan

semerawut sehingga tidak menonjol ke permukaan

tanah,

Batang

Pohon atau perdu memiliki tinggi hingga 20 m,

percabangan rendah dan banyak dengan pepagan

berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-

bintil dan berlentisel. Ranting-rantingnya berbentuk

bulat torak dengan ujung yang berambut rapat.

Daun

Daun majemuk dan berbentuk menyirip rangkap,


siripnya berjumlah 3-10 pasang. Kebanyakan dengan

kelenjar pada poros dauntepat sebelum pangkal sirip

terbawah. Anak daun tiap sirip 5-20 pasang,

berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung

runcing dan pangkal miring (tidak sama).

Permukaannya berambut halus dan tepinya

berjumbai.

9. Sambiloto (Dalimartha. 1999: 18)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Stropculaticiales

Family : Archartaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis faniculata

Nama Daerah : Sambilata(Melayu), pepaitan (Madura), bidara

(Jawa), ampadu tanah (Sumatera)

Nama Simplisia : Andrographidis folium

Kegunaan : Obat diare, mencegah penuaan dini, melancarkan

haid

Morfologi : Akar

tanaman perdu yang memiliki akar tunggang dan

berwarna putih kecoklatan.

Batang

Batang tanaman ini berbentuk bulat, segi empat dan


merupakan monopodial (memiliki banyak

cabang).Batang tak berambut dengan tebal antara 2

mm sampai 6 mm. Pada bagian atas batang, sudut

biasanya agak berusuk.

Daun

Memiliki daun yang bentuknya bersilang berhadapan

dan umumnya terlepas dari batang. Berbentuk lanset

(pedang) hingga bentuk lidah tombak dengan ukuran

panjang 2 cm hingga 7 cm dan lebar 1 cm hingga 3

cm. Daun tersebut cukup rapuh dan tipis, tidak

memiliki rambut, pangkal dan ujung daun berbentuk

runcing, serta bagian tepi daun rata. Permukaan daun

berwarna hijau tua atau kecoklatan, sedangkan bagian

permukaan bawahnya berwarnan hijau pucat

10. Sepang (Dalimartha. 1999: 8)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Capialpina

Spesies : Capialpina sapeau

Nama Daerah : Sepang (Gayo), sapang (Sulawesi Utara), soya

(Jawa), singiang (Maluku)

Nama Simplisia : Sappan lignum


Kegunaan : Obat diare, mencegah penuaan dini, melancarkan

haid

Morfologi : Akar

Berakar tunggang dan warna batang coklat kotor.

Batang

Tinggi batang hingga 6 m. Batangnya memiliki

bentuk silinder dengan warna kecoklatan dan kulit

kayunya mengeluarkan cairan berwarna kemerahan.

Daun

Daun majemuk, panjang 25 cm sampai 40 cm,

bersirip, panjang sirip 9 cm sampai 15 cm, setiap

sirip mempunyai 10 sampai 20 pasang anak daun

yang berhadapan. Anak daun tidak bertangkai,

bentuk lonjong, pangkal hampir rompang, ujung

bundar serta sisinya agak sejajar, panjang anak daun

10 mm sampai 25 mm, lebar 3 mm sampai 11 mm.

11. Sirih (Tjitrosoepomo. 1999: 48)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper bettle

Nama Daerah : Sedah (Jawa), ranub (Aceh), sureuh (Sunda), perigi


(Sulawesi)

Nama Simplisia : Piperis betle folium

Kegunaan : Melancarkan haid, obat demam berdarah, obat batuk

Morfologi : Akar

Akar daun sirih tunggang, berbentuk bulat

memanjang, dengan tumbuhnya tunas baru yang

banyak, berwarna kecoklatan hingga kekuningan dan

tumbuh dengan menjalar

Batang

Batang bulat memanjang, dengan mencapai

ketinggian 5-15 m, dan tumbuh dengan menjalar atau

merambat. Selain itu, batang ini juga bersulur,

beruas, berbuku dengan jarak 5-10 cm, dan memiliki

pertunasan yang banyak dibagian batang. Pada

umumnya, batang ini berwarna kecoklatan hingga

kehijauan.

Daun

Daun berbentuk bulat oval atau telur, pangkal daun

berbentuk hampir menyerupai jantung, pertulangan

menyirip , permukaan bagian tepi merata dan berbulu

dengan jarak 5-10 cm, panjang 5-15 cm yang

berwarna kehijauan muda hingga tua.

12. Temulawak (Tjitrosoepomo. 2007: 7)

Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthoriza

Nama Daerah : Temulawak (Melayu), gedi (Sunda), kuneng (Jawa),

temtaban (Madura)

Nama Simplisia : Curcumae rhizoma

Kegunaan : Antioksidan, antimalasria, antiinsomnia

Morfologi : Akar

System perakaran termasuk akar serabut. Akar-

akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk.

Panjang sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.

Batang

Batang temulawak termasuk tanaman tahunan yang

tumbuh merumpun. Berbatang semu dan habitatnya

dapat mencapai ketinggian 2-2,5 m. tiap rumpun

tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan).

Daun

Daun panjang dan agak lebar. Lamina daun dan

seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun

sekitar 50-55 cm, lebarnya 18 cm, dan tiap helai daun

melekat pada tangkai daun yang posisinya saling

menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset

memanjang berwarna hijau tua dengan garis-garis

cokelat.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol cokelat, deg glass,

gegep, gelas kimia, gelas ukur, handscoon, kamera, labu tentukur, lumpang dan

alu, mikroskop, objek glass, pinset, pipet tetes, dan spiritus.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, besi (III)

klorida, fluoroglusin, haksel, iodium, kalium iodida, kloralhidrat, natrium

hidroksida, sampel biji pala (Myristica fragrans), delima (Punica granatum),

jintan hitam (Nigella sativa), kapulaga (Amomum copactum), kayu manis

(Cinnamomum burmani), kumis kucing (Orthosipon aristatus), merica hitam

(Piper nigrum), petai cina (Leucaena leuocepbala), sambiloto (Andrographis

faniculata), sepang (Capialpina sapeau), sririh (Piper bettle), temulawak

(Curcuma xanthoriza)), dan tissu.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan reagen NaOH 40%

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 4 g NaOH

c. Dimasukkan dalam gelas kimia

d. Ditambahkan aquadest 100 ml

e. Diaduk hingga homogen, kemudian didinginkan

f. Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml

g. Ditambahkan aquadest hingga tanda

h. Dihomogenkan, kemudian dipindahkan dalam botol cokelat


2. Pembuatan reagen FeCl3 10%

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 10 g FeCl3

c. Dimasukkan dalam gelas kimia

d. Ditambahkan aquadest 100 ml

e. Dihomogenkan

f. Dimasukkan dalam botol cokelat

3. Pembuatan reagen iodium

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 2,6 g I2 dan 3 g KI

c. Dimasukkan dalam gelas kimia

d. Ditambahkan aquadest 100 ml

e. Dihomogenkan

f. Dimasukkan dalam botol cokelat

4. Pembuatan reagen kloralhidrat

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 50 g kloralhidrat

c. Dimasukkan dalam gelas kimia

d. Ditambahkan 20 ml aquadest

e. Dihomogenkan

f. Dimasukkan dalam botol

5. Pembuatan reagen fluoroglusin

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 1 g fluoroglusin

c. Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml

d. Ditambahkan etanol hingga tanda


e. Dihomogenkan

f. Dimasukkan dalam botol cokelat

6. Pengamatan mikroskopik

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dihaluskan sampel dan haksel

c. Diletakkan dalam objek glass

d. Ditetesi masing-masing fluoroglusin, iodium, kloralhidrat, NaOH, dan

FeCl3

e. Ditutup dengan deg glass

f. Difiksasi

g. Diamati di bawah mikroskop

h. Diambil gambar dan dibandingkan dengan literatur


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada uji

organoleptik dari marfologi sampel mulai dari warna, bau rasa dan bentuk untuk

percobaan kali ini didapatkaan hasil organoleptic semua simplisia yaitu untuk

pengamatan bau terdaat bau yang khas dan menyengat, untuk warna terdapat

warna orange, kuning, hijau kecoklatan dan hitam, untuk rasa terdapat rasa

hambar, pahit, dan pedis. Untuk bentuk terdapat bentuk kasar, berserat dan bentuk

panjang. Untuk hasil mikroskopik pada sampel berupa batang atau akar terdapat

endosperm, berkas pengangkut, parenkim, korteks, serta butiran amilum. Untuk

simplisia berupa daun terdapat stomata, klorofil, memiliki sisik kelenjar, rambut

penutup dan epidermis. .

B. Saran

1. Laboratorium

Sebaiknya bahan atau sampel perlu dilengkapi lagi agar tujuan praktikum

dapat tercapai dengan baik

2. Asisten

Cara asisten dalam membimbing terhadap jalannya praktikum sudah baik

sehingga mudah dipahami dan tujuan percobaan dapat tercapai dengan baik.
KEPUSTAKAAN

Agoes, A. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medika: Jakarta. 2010.

Anonymous. Herbal Medicine. The Free Dictionary Falex. 2015.

Bogoriense. Herbarium. Balai Penelitian Botani.: Bogor. 2014.

Budka, F. Active Ingredients, Their Bioavability and the Heatlh Benefit of Punica
granatum Unn (Pomegranate). USA: American. 2008.

Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Jilid I. Trubus Agriwidya: Jakarta.


1999.

Departemen Pertanian. Pedoman Umum Pengembangan Tanaman. Jakarta. 1989.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI. 2014.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI. 1979.

Direktorat Jenderal Perkebunan. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta. 2015.

Drektoral Jenderal Badan Pusat Statistik. Publikasi Statistik Tanaman Obat.


Durektoral Hurtikultura: Jakarta. 2015.

Hariana, Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Swadaya: Jakarta. 2016.

Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Balitbang Kehutanan RI: Jakarta.


1987.

Mubeen, Kalsoon A. Impact Of Capital Structure on Firms Financial Perfomance


and Shareholders Wealth. International Journal Of Learning: Pakistan.
2014.

Nila, Kusuma. Faktor Peningkatan Ekspor Buah Pala Indonesia-UNI Eropa.


JOM Fisip. 2016.

Riefqy. Potensi Ekstrak Daun Lamtoro (Leucena Leucocephala. Jakarta. 2014.

Rismunandar dan Farry B. Paimin. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan.


Penebar Swadaya: 2001.

Rukmana, Rahmat, Sistem Informasi Manajemen Pembangunan Pedesaan. Kemal


Prihama: Jakarta. 2015.

Sudjija. Balai Penelitian Tanaman Buah Topika. Iptek Hortikultura: Sumatera


Barat. 2014.

Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta. 1993.


Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta. 2001.
Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta. 2007.

Utami, Dahuri. Pencegahan dan Pengobatan Herbal. Nusa creative: Yogyakarta.


2013
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Pembuatan Reagen NaOH 40%

Alat dan bahan

4g NaOH

Masukkan dalam gelas kimia

+ aquadest 100 ml

Homogenkan, kemudian dinginkan

Masukkan dalam labu tentukur 100


ml

+ aquadest hingga tanda

Homogenkan, pindahkan ke dalam


botol cokelat
2. Pembuatan Reagen FeCl3
Alat dan bahan

10 g FeCl3

Masukkan dalam gelas kimia

+ aquadest 100 ml

Homogenkan, masukkan dalam


botol cokelat

3. Pembuatan Reagen Iodium

Alat dan bahan

2,6 g I2 dan 3 g KI

Masukkan dalam gelas kimia

+ aquadest 100 ml

Homogenkan, masukkan dalam


botol cokelat
4. Pembuatan Reagen Kloralhidrat

Alat dan bahan

50 g kloralhidrat

Masukkan dalam gelas kimia

+ 20 ml aquadest

Homogenkan, pindahkan ke dalam


botol cokelat

5. Pembuatan Reagen Fluoroglusin

Alat dan bahan

1 g fluoroglusin

Masukkan dalam labu tentukur


100ml

+ etanol hingga tanda

Homogenkan, masukkan dalam


botol cokelat
6. Pengamatan Mikroskopik

Alat dan bahan

Haluskan sampel dan haksel

Letakkan di atas objek glass

Tetesi masing-masing fluoroglusin,


iodium, kloralhidrat, NaOH, dan
FeCl3

Tutup dengan deg glass

fiksasi

Amati di bawah mikroskop

Ambil gambar dan bandingkan


dengan literatur
LAMPIRAN

Laboratorium Biologi Farmasi Praktikum farmakognosi


Praktikum farmakognosi Percobaan
1 Percobaan Pemeriksaan Mikroskopik Pada Jamu
Pemeriksaan Mikroskopik Pada Jamu

Keterangan :
Keterangan : Simplisia jamu dan haksel di haluskan terlebih
Simplisia jamu dan haksel yang ada di dahulu
laboratorium
Laboratorium Biologi Farmasi

Laboratorium Biologi Farmasi Laboratorium Biologi Farmasi


Praktikum farmakognosi Praktikum farmakognosi
Percobaan Percobaan
Pemeriksaan Mikroskopik Pada Jamu Pemeriksaan Mikroskopik Pada Jamu

Keterangan : Keterangan:
Simplisia jamu diletakkan di atas objek glass Ditetesi dengan pereaksi
Laboratorium Biologi Farmasi Laboratorium Biologi Farmasi
Praktikum farmakognosi Praktikum farmakognosi
Percobaan Percobaan
Pemeriksaan Mikroskopik Pada Jamu Pemeriksaan Mikroskopik Pada Jamu

Keterangan: Keterangan:
Difiksasi kemudian ditutup dengan deg glass Diamati di bawah mikroskop

Anda mungkin juga menyukai