Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang, begitu pula

dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah yang

dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah

satu diantaranya adalah glikosida.

Glikosida banyak terdapat di alam. Glikosida merupakan salah satu kandungan

aktiftanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam

tanaman,glikosida tidak diubah lagi menjadi senyaewa lain kecuali, bila memang

mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dari d

ua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentukikata

n berupa jembatan oksigen (O-glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida,adenosine),

jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin) maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaboin)

bagian gula yang biasa disebut aglikon atau genin. Apabila glikondan aglikon saling terikat

maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.

Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman

dan perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun mengangkat temagli

kosida terkususnya glikosida kardioaktif yang merupakan senyawa alamiah yang

biasadigunakan dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya

dalammasyarakat Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa itu glikosida jantung?

b. Bagaimana biosintesis glikosida?

c. Apa macam-macam glikosida?

d. Apa saja tanaman yang mengandung glikosida jantung?


C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui glikosida jantung.

b. Untuk mengetahui biosontesis glikosida jantung.

c. Untuk mengetahui macam-macam glikosida.

d. Untuk mengetahui tanaman yang mengandung glikosida jantung.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Glikosida

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok

metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali

bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan

teroksidasi udara).

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan

bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O –

glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida,

sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut glikon

sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon

saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.

B. Biosintesis Glikosida

Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka glikosida ini

disebut hollosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida. Pembicaraan tentang biosintesa

dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang penting. Yang pertama adalah reaksi

umum bagaimana bagian gula terikat dengan bagian aglikon, diperkirakan reaksi transfer ini

sama pada semua sistem biologik. Ini kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara

mendetail tentang jalannya reaksi biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan menyusun

glikosida.

Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari pembentukan

glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin trifosfat kesuatu gula-l-

fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator pada reaksi ini adalah uridilil transferase

(a) dan telah dapat diisolasi dari binatang, tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat
pentosa, heksosa dan turunan gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan

adalah glikolisis transferase (b), dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat

kepada akseptor tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida

Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk

memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian disakarida.

Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida lainnya yang dapat

membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya dengan reaksi yang sama.

Aglikon

Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-senyawa

tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril sianogenetik,

turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian glikosida tanaman yang pada waktu

ini banyak digunakan secara medisinal kebanyakan mempunyai aglikon steroid, flavonoid atau

antrasen. Ini tidak berarti bahwa glikosida lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk

pengobatan lebih sedikit.

C. Jenis-jenis Gula

Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya dengan

menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung glukosa disebut

glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang mengandung galakturonat

disebut galakturonosida, dan seterusnya.

Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa. Meskipun demikian ada

juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada glikosida misalnya ramnosa,
digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon atau genin terdiri dari berbagai macam senyawa

organik, misalnya triterpena, steroid, antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang mengandung

gugus fenol, alkohol, aldehid, keton dan ester. Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal

dengan satu gugus hidroksi dari gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari

komponen bukan gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam

molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua

konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara teoritis juga

memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk

beta saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion dan

enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada bentuk beta.

KLASIFIKASI DARI GLIKOSIDA

Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai dasar pengaturan, dimana

penggolongannya sebagai berikut:


D. Macam-macam Glikosida

1. Glikosida Saponin

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin

bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin adalah segolongan

senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat

membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Saponin merupakan

senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi

terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah

lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak

diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan

aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan

lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang

berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.

Menurut SOBOTKA :

- Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano

perhidrofenantren
- Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano perhidrofenantren.

Struktur kimiawi

Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2

macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan

glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam

mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur bahan kimia dari

aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis menghasilkan suatu aglycone yang dikenal

sebagai "sapogenin".

BIOSINTESIS GLIKOSIDA SAPONIN

Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat dibagi 2 golongan

yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan rantai samping spiroketal dan saponin asam

yang mempunyai struktur triterpenoid. Biosintesa saponin triterpenoid lebih kurang diketahui

bila dibandingkan dengan saponin steroid tetapi dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai

tidak tolak yang sama yaitu yang berasal dari asetat dan mevalonat. Rantai samping terbentuk

sesudah terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain membentuk

triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula dan dalam beberapa hal aglikon

tak diikat dengan gula tetapi dengan asam uronat.


2. GLIKOSIDA STEROID

Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid

disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot

jantung.

Struktur Kimiawi

Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan asam empedu yaitu

bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti steroid dan bagian aglikonnya berupa

steroid yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe kardenolida dan tipe bufadienolida. Tipe kardenolida

merupakan steroid yang mengandung atom C-23 dengan rantai samping terdiri dari lingkaran

lakton 5-anggota yang tidak jenuh dan alfa-beta menempel pada atom C nomor 17 bentuk beta.

Sementara tipe bufadienolida berupa homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan

mempunyai rantai samping lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda yang menempel pada

atom C nomor 17.

Biosintesa Glikosida Jantung

Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-pentenofenantren

yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom C-17. Seperti sudah kita ketahui

biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya didasarkan atas biosintesa dari senyawa

kolesterol. Meskipun tidak semua senyawa steroid memerlukan kolesterol sebagai prekursor (pra

zat) pembentukannya, paling tidak pembentukan kolesterol ini dianggap sebagai mekanisme

biosintesa senyawa steroid pada umumnya.

3. GLIKOSIDA ANTRAKUINON
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida sebagai isi

aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut mengandung turunan

antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang mengandung glikosida ini antara

lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae

Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan

antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras

(Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat

warna (Cochineal, Coccus Cacti). Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara

telah lama dikenal sebagai obat alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan

kimiawinya belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan kandungan

kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna alami. Senyawa yang pertama

ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun sebagai

glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan

antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk lain

seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini

dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat

pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.

Struktur Kimiawi

Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah

terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi antrakuinon,

atau tetrahidroksi antrakuinon.


Biosintesa Senyawa Antrakinon

Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme. Dan disimpulkan

bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui proses yang serupa, salah satu contoh

yang sederhana ialah pembentukan turunan antrakinon dari asam asetat yang diberi label dalam

Peniccilium islandicum, jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan bermacam-macam turunan

antrakinon.

Terjadinya proses biosintesa emodin atau senyawa antrakinon lainnya dapat diikuti dengan

memberi label (tanda) pada asam asetat, yang dimaksud dengan memberi label adalah

menggunakan senyawa yang sebagian unsure-unsurnya diberi muatan radio aktif dengan

menggunakan isotopnya yang radioaktif.

4. GLIKOSIDA SIANOPORA

Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan terurai menjadi

bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).


Biosintesa Glikosida Sianopor

Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam pengobatan adalah

senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam amino C6 – C3 seperti

fenilalanin dan tirosin. Biosintesa senyawa ini adalah melalui “Shikimic Acid Pathway”. Setelah

terbentuk asam shikimat dapat mengalami fosforilasi dan bereaksi dengan asam fosfoenolpiruvat

membentuk asam profenat, yang selanjutnya melalui asam fenilpiruvat menjadi fenilalanin.

5. GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT

Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida yang

aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau aromatik. Senyawa-

senyawa yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black

mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed).

Biosintesa Glikosida Isotiosianat

Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik atau turunan

aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan bahwa aglikon yang berupa senyawa

alifatik biosintesanya dapat melalui “Acetate Pathway” sedang yang aromatik melalui “Shikimic

Acel Pathwey”.

6. GLIKOSIDA FLAVONOL

Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini merupakan

senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah

besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh

tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin,

hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal.

Biosintesa Glikosida Flavonoid


Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh senyawa yang di

dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua cara pembentukan senyawa

aromatis, yaitu dengan kondensasi asam asetat dan melalui shikimic Acid Pathway.

7. GLIKOSIDA ALKOHOL

Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus hidroksi.

Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin adalah glikosida yang diperoleh

dari beberapa spesies Salix dan Populus.

8. GLIKOSIDA ALDEHIDA

Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat oleh m-

hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya suatu aldehida.

9. GLIKOSIDA LAKTON

Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang mengandung

kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa glikosida dari turunan hidroksi

kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam

korteks horse chestnut, daphin dalam mezereum, fraksin dan limettin.

10. GLIKOSIDA FENOL

Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan senyawa fenol.

Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon

sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida

fenol. Uva ursi adalah daun kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman ini

merupakan semak yang selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika Serikat

dan Kanada.

E. FUNGSI GLIKOSIDA
Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam

arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal,

analgetikum dan penurunan tegangan permukaan.

Fungsi glikosida :

1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer

2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi

3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor

4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu

5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik

Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan obat yang sangat

penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu glikosida dari Digitalis, Strophanthus,

Colchicum, Conyallaria, Apocynum dan sebagainya yang berkhasiat laksatifa/pencahar seperti

Senna, Aloe, Rheum, Cascara Sagrada dan Frangula yang mengandung glikosida turunan

antrakinon emodin. Selanjutnya sinigrin, suatu glikosida dari Sinapis nigra, mengandung

alilisotiosianat suatu iritansia lokal. Gaulterin adalah glikosida dari gaulteria yang dapat

menghasilkan metal salisilat sebagai analgesik.

Beberapa Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman

1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer. Teori Pfeffer mengatakan bahwa glikosida

adalah meruapakan cadangan gula temporer (cadangan gula sementara) bagi tanaman.

Cadangan gula di dalam bentuk ikatan glikosides ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel

yang lain, oleh karena adanya bagian aglikon.


2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi. Pada tahun 1915, Geris

mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah merupakan proses detoksikasi,

sedang anglikonnya merupakan sisa metabolisme.

3. Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor Teori Wasicky mengatakan bahwa setelah

diadakan percobaan-percobaan pada tanaman digitalis, ternyata bahwa glikosida mempunyai

fungsi sebagai pengatur tekanan turgor di dalam sel.

4. Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang menggangu. Teori ini

menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam tanaman dimaksudkan untuk menjaga diri

terhadap serangan serangga atau binatang lain dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada

tanaman.

5. Glikosida sebagai petunjuk sistimatik. Adanya glikosida didalam tanaman, meskipun masih

sangat tersebar, dapat digunakan sebagai salah satu cara mengenal tanaman secara sistimatik,

baik dari aglikonnya, bagian gulanya maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab ada beberapa

glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam tanaman atau familia tertentu.

6. Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam waktu 24

jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau dari sudut

biologi maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan pada tempat yang

gelap selama 24 jam, tidak ada perubahan kadar glikosida.

F. PEMBENTUKAN GLIKOSIDA

Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua senyawa. Kedua

senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki sifat aldehida. Keadaan

ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus –OH yang terikat pada atom karbon

nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut secara umum glikosida. Ikatan yang

terjadi antara gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus –OH yang

bereaksi disebut gugus –OH glikosidik.

Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol disebut juga

metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu metil–α–D–glukosida atau
metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau metil-β-D-glukopiranosida. Kedua senyawa

ini berbeda dalam hal rotasi optic, kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil

glikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan metilalkohol.

Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan karbohidrat

dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lagi misalnya sterol. Di

samping itu antara sesama monosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya pada molekul

sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-fruktosida.


G. Klasifikasi Tanaman

 Tanaman Andong

Nama ilmiah andong atau nama lain andong adalah Cordyline fruticosa (L.) A Chev.

Klasifikasi tumbuhan andong adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Viridiplantae

Infra Kingdom : Sterptophyta

Super Divisi : Embryophyta

Divisi : Tracheophyta

Sub Divisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida

Super Ordo : Lilianae

Ordo : Asparagales

Famili : Asparagaceae

Genus : Cordyline Comm. ex R. Br

Spesies : Cordyline fruticosa (L.) A. Chev

Zat berkhasiat : Saponin, flavonoida, polifenol dan steroid

Penggunaan : Hemostatik, antibengkak, batuk darah, disentri,

haid terlalu banyak, wasir berdarah

Bagian yang digunakan : Daun

Waktu Panen :

Penyimpanan :

 Morfologi Tanaman Andong

Tanaman andong merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak

tumbuh di sekitar masyarakat kita. Kebanyakan dari masyarakat tidak mengerti


bahwa tanaman andong memiliki banyak khasiat dalam bidang kesehatan. Dan

sampai saat ini masih sangat jarang masyarakat yang memanfaatkan tanaman andong

sebagai obat. Bahkan kebanyakan tanaman andong hanya di manfaatkan sebagai

pagar hidup ataupun sebagai tanaman hiasan di taman.

Tanaman andong juga biasa di kenal dengan nama tanaman hanjuang.

Tanaman ini merupakan tanaman monokotil berbatang yang sering hidup

berkelompok. Pemanfaatan yang paling banyak dari tanaman ini adalah untuk

tanaman hias. Tanaman andong atau hanjuang ini memiliki banyak jenis.

Morfologi Batang Andong

Tanaman andong merupakan tanaman perdu yang bercabang. Tanaman ini

memiliki ketinggian 2 meter sampai dengan 4 meter. Ranting dari tanaman

andong memiliki bekas daun yang rontok berbentuk seperti cincin. Pada

bagian batang pohon terlihat berwarna cokelat keabu – abuan.

Morfologi Daun Andong

Daun andong memiliki susunan spiral dengan ujung ranting yang berejal. Pada

bagian tangkai berbentuk talang. Sedang helaian daun berbentuk garis atau

lancet. Panjang daun andong berkisar antara 20 sampai 60 cm dengan lebar 1 cm

sampai dengan 13 cm. Warna daun andong bermacam macam yaitu ada yang

berwarna hijau, merah atau lorek. Pada pangkal daun berbentuk baji dengan ujung

berbentuk runcing.

Morfologi Bunga Andong

Bunga andong memiliki malai bunga di ketiak daun. Bunga bertangkai

panjang, bercabang melebar, dengan daun pelindung yang besar pada pangkal

cabang. Sedang anak daun pelindung yang terdapat pada pangkal bunga lebih kecil.
Bunga andong berwarna keunguan atau kuning yang terdiri dari kelopak bunga. Dan

benang sari yang berjumlah 6 yang tertancap pada tenda bunga. Kepala putik bunga

andok pendek 3 taju. Buah dari tanaman andong berbentuk seperti bola berwarna

merah mengkilat. Dengan biji berwarna hitam.

 Struktur Kimia Tanaman Andong

Beberapa zat aktif dari tanaman andong adalah sebagai berikut:

Saponin Steroid

Saponin steroid tersusun atas

inti steroid (C27) dengan

molekul karbohidrat. Steroid

saponin dihidrolisis

menghasilkan satu aglikon

yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada

binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid

diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai

bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki

aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.

Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena

memiliki efek kuat terhadap jantung.

Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa fenol yang berasal dari senyawa

aromatik yang terdapat dialam. Meski sering disebut senyawa fenol namun sebagian

besar senyawa flavanoid bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam

keadaan bebas.

Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini

memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam

molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut

dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer

penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol

dan kadang-kadang satuan fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan

terpenoid (Harbone, 1987).


Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna

daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran

serta biji-bijian. Rata-rata manusia mengkonsumsi polifenol dalam sehari sampai 23

mg. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan efek melindungi

terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan

pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini.

 Tanaman Rimbang

Nama umum : Terung pipit, terong pipit, rimbang, pokak (Jawa),

takokak (Sunda)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub-kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (Suku terung-terungan)

Genus : Solanum

Spesies : Solanum torvum Swartz

Pengunaan :

Zat Berkhasiat : Saponin, flavonoid, vitamin C, vitamin B, garam besi dan

steroid alkaloid

Pengunaan : antioksidan, antijamur, antihipertensi, antidiabetes,

analgesik dan antiinflamasi

Bahan yang digunakan : Daun

Penyimpanan :
 Morfologi Tanaman Rimbang

Sistem perakaran tanaman rimbang adalah perakaran tunggang, akar

tunggang ini kemudian bercabang-cabang. Tanaman rimbang adalah tanaman pohon

kecil tahunan yang dapat tumbuh sampai tiga meter tingginya dan kadang-kadang

bias lebih.

Batang rimbang bercabang, berambut dan berduri yang berwarna abu-abu.

Batang rimbang jelas, sehingga batang ini digolongkan kedalam tipe batang perdu.

Bentuk dan permukaan batang membulat. Pohon takokak dikenal tahan terhadap

penyakit yang menyerang batang.

Morfologi Daun Rimbang

Daun tanaman rimbang adalah daun tunggal dan berwarna hijau, daun

tanaman rimbang termasuk daun tidak lengkap, karena daun berdiri dari tangkai daun

dan helaian daun. Letak daun rimbang seling-seling. Bagian ujung daun rimbang

meruncing dan pangkal daun bertoreh. Bentuk daun rimbang bulat telur.

Tepi helaian daun mempengaruhi bentuk daun karena dalamnya torehan yang

kurang dari setengah panjang tulang cabang daun. Panjang daun rimbang sekitar 7 –

20 cm dengan lebar kira-kira 4 hingga 18 cm. daunnya bercanggap dan

permukaannya ditutupi rambut tipis yang agak rapat. Tangkai daun berambut rapat

dengan beberapa duri tempel.

Morfologi Bungan Rimbang

Bunga tanaman rimbang termasuk bunga majemuk dan majemuknya adalah

majemuk campuran karena pada satu tangkai terdapat lebih dari satu bunga. Sepia

bunga berwarna hijau , berjumlah 5 dan berlekatan. Petal berwarna putih

Berjumlah 5 dan berlekatan, stamen berjumlah sama dengan petal.


Tangkai perbungaan rimbang pendek,sering bercabang-cabang dan banyak

bunganya. Bunganya ini berbentuk seperti bintang dan berwarna putih, dan tengahnya

berwarna kuning. Mahkota bunga berwarna putih dan berjumlah 5. Kepalasari

berukuran besar dan tegak menutupi putiknya. Bunga keluar dari ujung batang atau

ketiak daun.

Morfologi Buah Rimbang

Buah rimbang adalah buah buni, banyak dan berbentuk bulat. Buahnya berwarna

hijau muda atau hijau, dan jika sudah matang, buah berwarna kuning orange dan licin.

Buah bias dimakan baik yang muda atau yang tua.buah ini merupakan buah majemuk

sejati dan berbiji banyak. Biji rimbang kusam, rata, berwarna kecoklatan, panjang 1,5

– 2 mm dan berbentuk cakram.

 Struktur Kimia Tanaman Rimbang

Saponin Steroid

Saponin steroid tersusun atas

inti steroid (C27) dengan

molekul karbohidrat. Steroid

saponin dihidrolisis

menghasilkan satu aglikon

yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada

binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid

diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai

bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki

aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan.

Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena

memiliki efek kuat terhadap jantung.


Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa fenol yang berasal dari senyawa

aromatik yang terdapat dialam. Meski sering disebut senyawa fenol namun sebagian

besar senyawa flavanoid bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam

keadaan bebas.

Vitamin C

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan

penting dalam menangkal berbagai penyakit. memiliki sifat-sifat antioksidan. Asam

askorbat juga memainkan peran yang sangat penting sebagai koenzim dan pendonor

electron didalam reaksi organic enzimatik dioksigenase seperti hidroksilasi pada

karnitina, EGF, atau mono dan dioksigenasi pada berbagai neurotransmitter dan

sintesis hormone peptide, noradrenalin, kolesterol, dan asam amino demetalisasi

histon dan asam nukleat, dealkilasioksidatif DNA, meningkatkan kualitas asam

suksinat, asam malat dan gliserol 3-fosfat didalam mitokondria, homeostatis, gaya

gerak proton, deglikanasi senyawa proteoglikan, menangkap ROS berlebih hingga

menurunkan stress oksidatif.


Vitamin B

Garam besi

Anda mungkin juga menyukai