Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang,


begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-
senyawa aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana
pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida.

Glikosida banyak terdapat dalam alam. Glikosida merupakan salah satu


kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder.
Di dalam tanaman, glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali
bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida
terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula.
Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O –
glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur
(S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian
gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon
atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut
sebagai glikosida.

Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman


dan perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun
mengangkat tema glikosida yang merupakan senyawa alamiah yang biasa
digunakan dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya
dalam masyarakat Indonesia.

I.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian Glikosida ?


2. Mengetahui Jenis-jenis Gula ?
3. Mengetahui Macam-macam Glikosida ?
4. Mengetahui Fungsi Glikosida ?
5. Mengetahui pembentukan Glikosida ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Glikosida

Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang


termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida
tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami
peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya terkena panas dan
teroksidasi udara) ( Gunawan, 2004).

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian


senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu
bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, dioscin), jembatan
nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin),
maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa
disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau
genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut
sebagai glikosida ( Sudirman dan Nurjanah, 2016).

2.1.1 Biosintesis Glikosida


Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan
gula, maka glikosida ini disebut hollosida, sedang kalau bukan gula
disebut heterosida. Pembicaraan tentang biosintesa dari heterosida
umumnya terdiri dari dua bagian yang penting. Yang pertama adalah
reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan bagian aglikon,
diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini
kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan secara mendetail tentang
jalannya reaksi biosintesa untuk berbagai jenis aglikon yang akan
menyusun glikosida ( Agustina et al, 2018).
Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi
utama dari pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer)
gugusan uridilil dari uridin trifosfat kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-
enzim yang bertindak sebagai katalisator pada reaksi ini adalah
uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari binatang,
tanaman dan mikroba. Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa
dan turunan gula lainnya. Pada tingkat reaksi berikutnya enzim yang
digunakan adalah glikolisis transferase (b), dimana terjadi
pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat kepada akseptor
tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida

Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan


bekerja untuk memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida
sehingga terbentuk bagian disakarida. Enzim serupa terdapat pula
dalam tanaman yang mengandung glikosida lainnya yang dapat
membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya
dengan reaksi yang sama.

Aglikon
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi.
Senyawa-senyawa tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan
fenolik, isotiosianat, nitril sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid
dan steroid. Meskipun demikian glikosida tanaman yang pada waktu
ini banyak digunakan secara medisinal kebanyakan mempunyai
aglikon steroid, flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti bahwa
glikosida lain tidak penting, hanya yang digunakan untuk pengobatan
lebih sedikit ( Agustina et al, 2018).

2.2 Jenis-jenis Gula


Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel
didalamnya dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida
yang mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa
disebut arabinosida, yang mengandung galakturonat disebut
galakturonosida, dan seterusnya.
Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa.
Meskipun demikian ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai
menempel pada glikosida misalnya ramnosa, digitoksosa dan simarosa.
Bagian aglikon atau genin terdiri dari berbagai macam senyawa organik,
misalnya triterpena, steroid, antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang
mengandung gugus fenol, alkohol, aldehid, keton dan ester. Secara kimiawi,
glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula yang
mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan gula.
Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam
molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula
terdapat dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka
bentuk glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk
beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja
yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa
emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang
ada pada bentuk beta ( Agustina et al, 2018).

Klasifikasi dari Glikosida


Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglycone digunakan sebagai dasar
pengaturan, dimana penggolongannya sebagai berikut:
2.3 Macam-macam Glikosida
2.3.1 Glikosida Saponin
Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin
triterpenoid. Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang
mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat
membentuk larutan koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Saponin
merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan
sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat
bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat
racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan
sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon
yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah
dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih
lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut
sebagai sapotoksin (Musa et al, 2017).
Menurut SOBOTKA :
1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari
siklopentano perhidrofenantren
2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano
perhidrofenantren.
a. Struktur kimiawi
Menurut Musa et al (2017), Berdasarkan struktur aglikonnya
(sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe
steroid dan tipe triterpenoid. Kedua senyawa ini memiliki hubungan
glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama
lewat asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid.

Glikosida saponin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan pada struktur


bahan kimia dari aglycone (sapogenin). Saponin pada hidrolisis
menghasilkan suatu aglycone yang dikenal sebagai "sapogenin".

b. Biosistesis Glikosida Saponin


Berdasarkan struktur dari aglikon maka glikosida dan saponin dapat
dibagi 2 golongan yaitu saponin netral yang berasal dari steroid dengan
rantai samping spiroketal dan saponin asam yang mempunyai struktur
triterpenoid. Biosintesa saponin triterpenoid lebih kurang diketahui bila
dibandingkan dengan saponin steroid tetapi dapat dikatakan bahwa
keduanya mempunyai tidak tolak yang sama yaitu yang berasal dari asetat
dan mevalonat. Rantai samping terbentuk sesudah terbentuknya squalen.
Sebagian terjadi inti steroid spiroketal dan yang lain membentuk
triterpenoid pentasiklik. Gugus gulanya dapat berdiri 1 – 55 gula dan dalam
beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula tetapi dengan asam uronat (
Siahaan dan Sianipar, 2017).

2.3.2 Glikosida Steroid


Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid.
Glikosida steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja
kuat dan spesifik terhadap otot jantung (Elisa et al, 2018).
a. Struktur Kimiawi
Secara kimiawi bentuk struktur glikosida jantung sangat mirip dengan
asam empedu yaitu bagian gula yang menempel pada posisi tiga dari inti
steroid dan bagian aglikonnya berupa steroid yang terdiri dari dua tipe
yaitu tipe kardenolida dan tipe bufadienolida. Tipe kardenolida merupakan
steroid yang mengandung atom C-23 dengan rantai samping terdiri dari
lingkaran lakton 5-anggota yang tidak jenuh dan alfa-beta menempel pada
atom C nomor 17 bentuk beta. Sementara tipe bufadienolida berupa
homolog dari kardenolida dengan atom C-24 dan mempunyai rantai
samping lingkaran keton 6-anggota tidak jenuh ganda yang menempel pada
atom C nomor 17 (Elisa et al, 2018).

b. Biosintesa Glikosida Jantung


Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-
pentenofenantren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh
pada atom C-17. Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid
pada umumnya didasarkan atas biosintesa dari senyawa kolesterol.
Meskipun tidak semua senyawa steroid memerlukan kolesterol sebagai
prekursor (pra zat) pembentukannya, paling tidak pembentukan kolesterol
ini dianggap sebagai mekanisme biosintesa senyawa steroid pada umumnya
( Siahaan dan Sianipar, 2017).

2.3.3 Glikosida Antrakuinon


Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman
mengandung glikosida sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang
terdapat di dalam obat pencahar tersebut mengandung turunan antrasen
atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang mengandung glikosida
ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe,
Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal
(Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak
digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras
(Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya
digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti). Tanaman-tanaman
seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikenal sebagai obat
alami kelompok purgativummeskipun pada saat itu kandungan kimiawinya
belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan
kandungan kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan
pewarna alami. Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe
antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung
turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan
antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari
dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam
keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida)
dapat pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut
berfungsi sebagai aglikon (Musa et al, 2017).
a. Struktur Kimiawi
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga
mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi
antrakuinon, trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon.
b. Biosintesa Senyawa Antrakinon
Biosintesa senyawa antrakinon diselidiki di dalam mikroorganisme.
Dan disimpulkan bahwa biosintesa pada tumbuhan tinggi terjadi melalui
proses yang serupa, salah satu contoh yang sederhana ialah pembentukan
turunan antrakinon dari asam asetat yang diberi label dalam Peniccilium
islandicum, jenis Penicillium yang dikenal menghasilkan bermacam-macam
turunan antrakinon (Elisa et al, 2018).
Terjadinya proses biosintesa emodin atau senyawa antrakinon lainnya
dapat diikuti dengan memberi label (tanda) pada asam asetat, yang
dimaksud dengan memberi label adalah menggunakan senyawa yang
sebagian unsure-unsurnya diberi muatan radio aktif dengan menggunakan
isotopnya yang radioaktif.

2.3.4 Glikosida Sianopora


Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis
akan terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida
(HCN) ( Siahaan dan Sianipar, 2017).
a. Biosintesa Glikosida Sianopor
Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam
pengobatan adalah senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan
turunan dari asam amino C6 – C3 seperti fenilalanin dan tirosin. Biosintesa
senyawa ini adalah melalui “Shikimic Acid Pathway”. Setelah terbentuk
asam shikimat dapat mengalami fosforilasi dan bereaksi dengan asam
fosfoenolpiruvat membentuk asam profenat, yang selanjutnya melalui asam
fenilpiruvat menjadi fenilalanin (Musa et al, 2017).

2.3.5 Glikosida Isotiosianat


Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung
glikosida yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan
turunan alifatik atau aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara
farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard),
sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed) (Elisa et
al, 2018).

a. Biosintesa Glikosida Isotiosianat


Aglikon dari glikosida isotiosianat dapat merupakan senyawa alifatik
atau turunan aromatik. Penelitian dengan radio isotop telah menunjukkan
bahwa aglikon yang berupa senyawa alifatik biosintesanya dapat melalui
“Acetate Pathway” sedang yang aromatik melalui “Shikimic Acel Pathwey”.

2.3.6 Glikosida Flavonol


Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid.
Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di
dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang
berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh
tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid
(termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan
kandungan flavonoid yang paling dikenal ( Siahaan dan Sianipar, 2017).

a. Biosintesa Glikosida Flavonoid


Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh
senyawa yang di dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui
kedua cara pembentukan senyawa aromatis, yaitu dengan kondensasi asam
asetat dan melalui shikimic Acid Pathway.

2.3.7 Glikosida Alkohol


Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki
gugus hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin.
Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan
Populus ( Agustina et al, 2018).

2.3.8 Glikosida Aldehida


Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa
yang diikat oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida
yang aglikonnya suatu aldehida ( Siahaan dan Sianipar, 2017).

2.3.9 Glikosida Lakton


Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida
yang mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan.
Beberapa glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan
tanaman seperti skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks
horse chestnut, daphin dalam mezereum, fraksin dan limettin ( Agustina et
al, 2018).

2.3.10 Glikosida Fenol


Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan
bercirikan senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan
tanaman Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya.
Hesperidin dalam buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida
fenol. Uva ursi adalah daun kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili
Ericaceae). Tanaman ini merupakan semak yang selalu hijau merupakan
tanaman asli dari Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Kanada ( Siahaan dan
Sianipar, 2017).

2.4 Fungsi Glikosida

Secara umum arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk


sarana pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah
sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan
penurunan tegangan permukaan.
Menurtu Poedjiadi (1994), Fungsi glikosida :
1. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer

2. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi

3. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor

4. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang


mengganggu

5. Glikosida sebagai petunjuk sistematik


Penggunaan glikosida dimana beberapa diantara glikosida merupakan
obat yang sangat penting, misalnya yang berkhasiat kardiotonik, yaitu
glikosida dari Digitalis, Strophanthus, Colchicum, Conyallaria, Apocynum
dan sebagainya yang berkhasiat laksatifa/pencahar seperti Senna, Aloe,
Rheum, Cascara Sagrada dan Frangula yang mengandung glikosida
turunan antrakinon emodin. Selanjutnya sinigrin, suatu glikosida dari
Sinapis nigra, mengandung alilisotiosianat suatu iritansia lokal. Gaulterin
adalah glikosida dari gaulteria yang dapat menghasilkan metal salisilat
sebagai analgesik.

2.5 Pembentukan Glikosida


Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua
senyawa. Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan
keduanya tidak memiliki sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa
yang menjadi pusat reaksi adalah gugus –OH yang terikat pada atom
karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan disebut
secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi antara gugus metal dengan
monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus –OH yang bereaksi
disebut gugus –OH glikosidik ( Sudirman dan Nurjanah, 2016).
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol
disebut juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi
ini, yaitu metil–α–D–glukosida atau metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-
D-glukosida atau metil-β-D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda
dalam hal rotasi optic, kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan
hidrolisis, metil glikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan
metilalkohol ( Sudirman dan Nurjanah, 2016).
Glikosida banyak terdapat dalam alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian
yang bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol,
gliserol atau lebih kompleks lagi misalnya sterol. Di samping itu antara
sesama monosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya pada
molekul sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-fruktosida ( Sudirman dan
Nurjanah, 2016).
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang


termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman
glikosida tidak lagi diubah menjadi senyawa lain, kecuali bila memang
mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar (misalnya
terkena panas dan teroksidasi udara).
2. Macam- macam glikosida adalah glikosida steroid, glikosida saponin,
glikosida antrakuinon, glikosida sianopora, glikosida isotiosianat,
glikosida flavonol, glikosida alcohol, glikosida aldehida, glikosida lakton,
dan glikosida fenol.
3. Fungsi glikosida :
2. Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
3. Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
4. Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
5. Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang
mengganggu
6. Glikosida sebagai petunjuk sistematik
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E., F. Andiarna., N. Lusiana., R. Purnamasari dan M. I. Hadi. 2018.


Identifikasi Senyawa Aktif dari Ekstrak Daun Jambu Air ( Syzygium
aqueum) dengan Perbandingan Beberapa Pelarut pada Metode Maserasi.
The Journal Of Tropical Biology. 2 (2). 108 -118.

Elisa, G., M. Nainggolan., G. Haro. 2018. Skrining Fitokimia dan Isolasi


Senyawa Triterpenoid / Sterid dari Daun Buni (Antidesma bunius (L.)
Spreng.). Talenta Conference Series : Tropical Medicine ™ . 1 (1). 271 – 276.

Gunawan, D. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Musa. S., G. Sanger., H. A. Dien. 2017. Komposisi Kimia, Senyawa Bioaktif dan
Angka Lempeng Total pada Rumput Laut ( Gracillaria edulis ). Jurnal Media
Teknologi Hasil Perikanan. 5 (3). 184-189.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

Siahaan, M. A dan R. H. Sianipar. Pemeriksaan Senyawa Alkaloid pada


Beberapa Tanaman Familia Solanaceae serta Identifikasinya dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Jurnal Farmanesia. 4 (1). 1-11.

Sudirman. S., A. M. J. Nurjanah., A.M. Jacoeb. Identifikasi Struktur Senyawa


Antioksidan Buah Lindur. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 19
( 2). 94 – 99.

Anda mungkin juga menyukai