Anda di halaman 1dari 11

Fitokimia dan Farmakognosi

BAB 16
SENYAWA GLIKOSIDA DAN ANALISISNYA

Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mampu :
1. Memahami pembentukan senyawa glikosida
2. Memahami fungsi dan kegunaan senyawa glikosida
3. Memahami sifat kimia senyawa glikosida
4. Memahami analisis kualitatif senyawa glikosida
5. Memahami metode yang tepat dalam mengidentifikasi senyawa glikosida
6. Memahami cara – cara identifikasi glikosida berdasarkan kelompok aglikon
7. Memahami analisis glikosida secara kuantitatif

a. Latar Belakang
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi
senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar
(misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).
Analisis kimia pada dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang dikenal
dengan analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa
yang terkandung dalam sampel uji.
Metode yang dipakai untuk tujuan ini bisa secara klasik atau instrumen, metoda klasik
yang paling utama adalah analisis warna atau reaksi warna, metode ini dipakai untuk
senyawa organik seperti sering digunakan untuk skrining fitokimia dalam penentuan
metabolit sekunder tumbuhan, metoda tersebut diawali dengan analisis organoleptis atau
uji pendahuluan. Analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui
kadar suatu senyawa dalam sampel.
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi
senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan luar
(misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).

b. Materi Inti

Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula.
Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida,
dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida,
sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa disebut
glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila glikon
dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan oksigen
yang menghubungkan glikon-anglikon ini sangat mudah terurai oleh pelarut asam ,basa,
enzim , air dan panas . semakin pekat kadar asam atau basa maupun semakin panas
lingkungannya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis. Saat glikosida
terhidrolisis maka molekul akan pecah menjadi dua bagian yaitu bagian gula dan bagian
bukan gula.

Glikon O Aglikon

Gambar Struktur Glikosida


Fitokimia dan Farmakognosi

Pembentukan Glikosida
Apabila glukosa direaksikan dengan metal alkohol, menghasilkan dua senyawa.
Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki sifat
aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus –OH
yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan
disebut secara umum glikosida. Ikatan yang terjadi antara gugus metal dengan
monosakarida disebut ikatan glikosida dan gugus –OH yang bereaksi disebut gugus –OH
glikosidik.
Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alkohol disebut juga
metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu metil–α–D–
glukosida atau metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau metil-β-D-
glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optik, kelarutan serta sifat
fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan
metilalkohol. Glikosida banyak terdapat di alam, yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan
karbohidrat dalam glikosida ini dapat berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lagi
misalnya sterol. Di samping itu antara sesama monosakarida dapat terjadi ikatan
glikosida, misalnya pada molekul sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-fruktosida.

Biosintesis Glikosida
Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka glikosida ini
disebut holosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida. Pembicaraan tentang
biosintesa dari heterosida umumnya terdiri dari dua bagian yang penting, yakni yang
pertama adalah reaksi umum bagaimana bagian gula terikat dengan bagian aglikon,
diperkirakan reaksi transfer ini sama pada semua sistem biologik. Ini kemudian dilanjutkan
dengan pembicaraan secara mendetail tentang jalannya reaksi biosintesa untuk berbagai
jenis aglikon yang akan menyusun glikosida.
Hasil-hasil penyelidikan telah menunjukkan bahwa jalan reaksi utama dari
pembentukan glikosida meliputi pemindahan (transfer) gugusan uridilil dari uridin trifosfat
kesuatu gula-l-fosfat. Enzim-enzim yang bertindak sebagai katalisator pada reaksi ini
adalah uridilil transferase (a) dan telah dapat diisolasi dari binatang, tanaman dan mikroba.
Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa dan turunan gula lainnya. Pada tingkat
reaksi berikutnya enzim yang digunakan adalah glikolisis transferase (b), dimana terjadi
pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat kepada akseptor tertentu (aglikon) dan
membentuk glikosida
U T P + Gula-l-fosfat UDP – gula + PP1
UDP – Gula + akseptor Akseptor – gula + UDP
(glikosida)
Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida
lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya dengan
reaksi yang sama.

Aglikon
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-senyawa
tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril sianogenetik,
turunan antrasen, flavonoid dan steroid. Meskipun demikian glikosida tanaman yang pada
waktu ini banyak digunakan secara medisinal kebanyakan mempunyai aglikon steroid,
flavonoid atau antrasen. Ini tidak berarti bahwa glikosida lain tidak penting, hanya yang
digunakan untuk pengobatan lebih sedikit.
Fitokimia dan Farmakognosi

Jenis – Jenis Gula


Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel didalamnya dengan
menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung glukosa disebut
glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida, yang mengandung
galakturonat disebut galakturonosida, dan seterusnya.
Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa. Meskipun demikian
ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada glikosida misalnya
ramnosa, digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon atau genin terdiri dari berbagai
macam senyawa organik, misalnya triterpena, steroid, antrasena, ataupun senyawa-
senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol, aldehid, keton dan ester.
Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari
gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan gula.
Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula itu
sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua konformasi,
yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara teoritis juga memiliki
bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta
saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion dan
enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada bentuk beta.

Gambar. Bentuk α dan β Glikosida

Penggolongan Glikosida

Ketika bahan kimia alami dari kelompok aglikon digunakan sebagai dasar
pengaturan, dimana penggolongannya sebagai berikut:
Fitokimia dan Farmakognosi

Gambar Bagan klasifikasi glikosida berdasarkan aglikon

1) Glikosida Saponin
adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin bisa
berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid. Saponin adalah segolongan
senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat
khas dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan menimbulkan bui bila
dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan
bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga
bersifat bisa menghancurkan sel darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat
racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai
racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut
sapogenin. Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi
keras atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.
Contoh tanaman yang mengandung glikosida saponin :
Glicyrrhizae radix, liquorice root, atau radix liquiritiae adalah akar dan batang
bawah tanah tanaman Glycyrrhizae glabra L atau tanaman Succus liquiritiae L
yang berasa manis.

2) Glikosida steroid
adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid disebut juga
glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot
jantung. Contoh tanaman yang mengandung glikosida steroid yakni daun Digitalis
purpurea Linne atau D. lanata ( famili Scorphulariaceae)

3) Glikosida Antrakinon
Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida
sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar
tersebut mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya.
Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex,
Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu
Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon,
akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu
keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya
digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti).
Fitokimia dan Farmakognosi

Tanaman-tanaman seperti kelembak, aloe, sena, dan kaskara telah lama dikenal
sebagai obat alami kelompok purgativum meskipun pada saat itu kandungan
kimiawinya belum diketahui dengan jelas. Belakangan, ternyata ada persamaan
kandungan kimiawi antara obat purgativum dengan beberapa bahan pewarna
alami. Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik
dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan antrakuinon yang
tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga produk lain
seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-
senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam
bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk glikosida dimana turunan antrakinon
tersebut berfungsi sebagai aglikon.
Contoh tanaman yang mengandung glikosida antarkuinon :
Aloe adalah getah kering atau daging daun Aloe Vera Linne, A. barbadense Miller,
A ferox Miller, atau berbagai genus Aloe ( famili Liliaceae).

4) Glikosida Sianopora
adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan terurai menjadi bagian-
bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN). Sejak lama orang telah
mengenal sifat racun dari akar Manihot sp. ( singkong hutan ) . Mereka
menggunakan sebagai cadangan makanan setelah terlebih dahulu mengolah dan
dihilangkan racunnya. Pada tahun 1830 racun singkong telah berhasil diisolasi dan
diketahui bahwa senyawanya berupa glikosida manihotoksin.
Aglikon-aglikon dari glikosida sianofor yang digunakan dalam pengobatan adalah
senyawa-senyawa fenilprokanoid, yang merupakan turunan dari asam amino C6
– C3 seperti fenilalanin dan tirosin.
Contoh simplisia yang mengandung glikosida sianopora :
Kulit kayu kering dari tanaman Prunus serotina (famili Rosaceae) yang
dikumpulkan pada musim rontok, lalu disimpan dalam bejana yang kedap udara.

5) Glikosida Isotiosianat
Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung glikosida yang
aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau
aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah
sinigrin (Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard)
dan glukonapin (rape seed).
Contoh tanaman yang mengandung glikosida isotiosianat :
Sinapsis semen (biji mustard) adalah biji kering dari tanamn Brassica nigra atau
Bassica juncea (famili Cruciferae) serta varietasnya.

6) Glikosida Flavonol
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida ini
merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam
dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan
pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin,
kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin
dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal.

7) Glikosida Alkohol
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus hidroksi.
Senyawa yang termasuk glikosida alkohol adalah salisin. Salisin adalah glikosida
yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan Populus.
Fitokimia dan Farmakognosi

8) Glikosida Aldehide
Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa yang diikat oleh
m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang aglikonnya suatu
aldehida. Salah satu contoh tanaman Glikosida aldehida adalah vanilla (vanili) .
Vanili adalah aglikori yang terjadi selama pengolahan buah vanili melalui
fermentasi . Vanili adalah bentuk aldehida dari metil-protokatekhuat.
Contoh glikosida yang mngandung glikosida aldehida :
Buah vanili yang dipanen adalah buah yang belum masak , tetapi sudah tumbuh
sepenuhnya, yaitu bila ujung atas buah telah berubah warnanya dari hijau menjadi
kuning

9) Glikosida Lakton
Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang
mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa
glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman seperti
skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut, daphin
dalam mezereum, fraksin dan limettin.

10) Glikosida Fenol


Beberap aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan senyawa
fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae lain
menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk juga
dapat digolongkan sebagai glikosida fenol.

Fungsi Glikosida
Selain digunakan sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan
penurunan tegangan permukaan, adapun fungsi glkosida bagi tanaman itu sendiri lain :
1) Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer
2) Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi
3) Glikosida sebagai pengatur tekanan turgor
4) Proses glikosidasi untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang mengganggu
5) Glikosida sebagai petunjuk sistematik

Hipotesa dan Teori Tentang Adanya Glikosida dalam Tanaman


1) Fungsi glikosida sebagai cadangan gula temporer.
Teori Pfeffer mengatakan bahwa glikosida adalah meruapakan cadangan gula
temporer (cadangan gula sementara) bagi tanaman. Cadangan gula di dalam bentuk
ikatan glikosides ini tidak dapat diangkut dari sel satu ke sel yang lain, oleh karena
adanya bagian aglikon.
2) Proses pembentukan glikosida merupakan proses detoksikasi. Pada tahun 1915,
Geris mengatakan bahwa proses sintesa senyawa glokosida adalah merupakan
proses detoksikasi, sedang anglikonnya merupakan sisa metabolisme.
3) Glokosida sebagai pengatur tekanan turgor
Teori Wasicky mengatakan bahwa setelah diadakan percobaan-percobaan pada
tanaman digitalis, ternyata bahwa glikosida mempunyai fungsi sebagai pengatur
tekanan turgor di dalam sel.
4) Proses glikosida untuk menjaga diri terhadap pengaruh luar yang menggangu. Teori
ini menyatakan bahwa proses glikosidasi di dalam tanaman dimaksudkan untuk
menjaga diri terhadap serangan serangga atau binatang lain dan untuk mencegah
timbulnya penyakit pada tanaman.
5) Glikosida sebagai petunjuk sistimatik.
Adanya glikosida didalam tanaman, meskipun masih sangat tersebar, dapat
digunakan sebagai salah satu cara mengenal tanaman secara sistimatik, baik dari
aglikonnya, bagian gulanya maupun dari glikosidanya sendiri. Sebab ada beberapa
Fitokimia dan Farmakognosi

glikosida, aglikon atau gula yang hanya terdapat di dalam tanaman atau familia
tertentu.
6) Menurut hasil penelitian Fuch dan kawan-kawan (1952), ternyata bahwa didalam
waktu 24 jam tidak terdapat perubahan yang berarti pada kadar glikosida baik ditinjau
dari sudut biologi maupun secara kimiawi. Juga pada tanaman yang ditempatkan pada
tempat yang gelap selama 24 jam, tidak ada perubahan kadar glikosida.

Analisis Kualitatif Glikosida


1) Identifikasi secara umum
Sari 3 gram serbuk simplisia dengan 30 mL campuran 7 bagian volume etanol (95 %)
P dan 3 bagian volume air dalam alat pendingin alir balik selama 10 menit, dinginkan,
saring. Pada 20 mL filtrat, tambahkan 25 mL air dan 25 mL timbal (II) asetat 0,4 M,
kocok, diamkan selama 5 menit, saring. Sari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20 mL
campuran 3 bagian volume kloroform P dan 2 bagian volume isopropanol P. Pada
kumpulan sari tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring, dan uapkan pada suhu
tidak lebih dari 500. Larutkan sisa dengan 2 mL metanol P.
Cara percobaan :
a) Uapkan 0,1 mL larutan percobaan di atas tangas air, larutkan sisa dalam 5 mL
asam asetat anhidrat P. Tambahkan 10 tates asam sulfat P; terjadi warna biru
atau hijau, menunjukkan adanya glikosida (reaksi Liebermann-Burchard)
b) Masukkan 01 mL larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapkan diatas tangas
air. Pada sisa tambahkan 2 mL air dan 5 tetes Molish LP. Tambahkan hati-hati 2
mL asam sulfat P; terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan ,
menunjukkan adanya ikatan gula (reaksi Molish).
2) Uji Identifikasi Glikosida Dengan Menggunakan Metode KLT
a) Sari 300 mL serbuk simplisia dengan 5 mL methanol P selama 5 menit, saring.
b) Totolkan 20 µL filtrat pada lempeng KLT silika gel GF254 setebal 0,25 mm.
c) Elusi dengan campuran benzene P – etanol 95% (70 : 30) dengan batas
pengembang 10 cm.
d) Semprot kromatogram pertama dengan anisaldehid – asam sulfat LP. Panaskan
pada suhu 110oC selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan UV 366 nm.
Muncul bercak biru menandakan adanya glikosida.
e) Semprot kromatogram kedua dengan asam perklorat. Panaskan pada suhu 110oC
selama 10 menit. Amati dengan sinar biasa dan UV 366 nm. Tidak adanya
fluoresensi menandakan adanya glikosida.
3) Metode Lain
Analisis kualitatif glikosida juga sering dilakukan menggunakan beberapa teknik
kromatografi dan kombinasi instrument seperti : Kromatografi Kolom – KGC, KLT –
Spektrofotometri UV, KLT – HPLC, K.Kolom – HPLC, RMI, IR.

Identifikasi Glikosida Berdasarkan Kelompok Aglikon


Identifikasi lanjutan
1) Percobaan terhadap glikosida jantung
Dari keempat percobaan di atas, serbuk mengandung gikosida jantung jika paling
kurang reaksi menunjukan adanya aglikon kardenolida dan glikon 2-desoksigula.

Cara percobaan
a) Encerkan 0,1 mL larutan percobaan dengan 2,9 mL metanol P, tambahkan Baljet
LP, terjadi warna jingga setelah beberapa menit, menunjukkan adanya glikosida
dan aglikon kardenolida.
b) Pada 0,1 mL larutan percobaan tambahkan 2 mL Kedde LP dan 2 mL kalium
hidroksida 1 N, terjadi warna merah ungu sampai biru ungu dan dalam beberapa
menit, menunjukkan adanya glikosida aglikon kardenolida.
c) Masukkan 0,1 mL larutan percobaan dalam tabung reaksi, uapkan di atas tangas
air. Pada sisa tambahkan 3 mL larutan xantidrol P 0,01 % b/v dalam asam asetat
Fitokimia dan Farmakognosi

P dan 1 tetes asam klorida pekat, larutan berwarna kuning intensif, kemudian
panaskan di atas tangas air selama 3 menit, warna larutan berubah menjadi merah
intensif, menunjukkan adanya glikosida dan glikogen 2-desoksigula.
d) Uapkan 0,2 mL larutan percobaan di atas tangas air. Larutkan sisa dengan 3 mL
asam asetat P dengan sedikit pemanasan, dinginkan. Teteskan besi (III) klorida
0,3 M, kemudian tambahkan hati-hati campuran asam sulfat P dan 1 tetes besi (III)
klorida 0,3 M, terbentuk cincin berwarna merah coklat pada batas cairan , setelah
beberapa menit di atas cincin berwarna biru hijau, menunjukkan adanya glikosida
dan glikon 2-desoksigula (reaksi Keller-Kiliani).
e) Uji identifikasi glokosida jantung dengan menggunakan metode KLT
- Jenuhkan chamber dengan 20 mL eluen yang terdiri dari campuran etil asetat-
metanol-air (100:13,5:10) v/v.
- Buat larutan percobaan dengan cara menambahkan 3 mL campuran kloroform
– methanol (1:1) v/v kedalam 200 mg simplisia. Aduk sambil dihangatkan di atas
penangas air selama 10 menit. Dinginkan dan saring. Uapkan filtrat hingga
kering. Larutkan residu dalam 2 mL campuran kloroform – methanol (1:1) v/v
untuk ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 lalu dieluasi. Deteksi dengan
vanillin-asam fosfat, dipanaskan.

2) Percobaan terhadap glikosida antrakinon


Cara percobaan
Campur 200 mg serbuk simplisia dengan 5 mL asam sulfat 2 N, panaskan sebentar,
dinginkan. Tambahkan 10 mL benzene P, kocok, diamkan. Pisahkan lapisan benzen,
saring, filtrat berwarna kuning, menunjukkan adanya antrakinon. Kocok lapisan
benzene dengan 1 mL sampai 2 mL natrium hidroksida 2 N, diamkan, lapisan air
berwarna merah intensif dan lapisan benzen tidak berwarna.

3) Percobaan terhadap glkiosida flavonoid


a) Buat larutan percobaan dengan cara menyari 1000 mg serbuk simplisia dengan
10 ml metanol selama 10 menit di atas penangas air, dicegah agar pelarut tidak
terlalu banyak menguap, saring selagi panas menggunakan saring kecil berlipat.
Tambahkan 5 mL petroleum eter, kocok hati-hati, setelah didiamkan beberapa
saat, pisahkan fase metanol. Uapkan fase metanol hingga kering, dan residu yang
tersisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat, ambil bagian yang jernih untuk
percobaan.
b) Uji glikosida 3-flavonol. Ambil larutan percobaan 1 mL, uapkan hingga kering,
larutkan sisa dalam 2 ml etanol 95%, tambahkan serbuk Zn dan 2 ml HCl 2N,
diamkan 1 menit. Tambahkan HCl P, jika dalam 2-5 menit terjadi perubahan warna
menunjukan adanya glikosida flavonol.
c) Uapkan 1 ml larutan percobaan hingga kering, larutkan sisanya dalam 2 mL etanol
95%. Tambahkan pereaksi berikut amati warna/endapan yang terjadi.
o + larutan FeCl3 2% dalam air.
o + larutan Pb asetat 25% dalam air.
o + ammonia atau larutan NaOH 0,2 N.
d) Identifikasi glikosida flanonoid dengan metode KLT
- Jenuhkan chamber dengan 20 mL eluen campuran etil asetat-asam formiat-air
(10:2:3) v/v.
- Buat laporan percobaan dengan cara menyari 200 mg simplisia dengan 5 mL
metanol hangat selama 5 menit. Dinginkan saring. Langsung totolkan dan elusi.
- Deteksi dengan cara dilihat dibawah UV-254 dan UV-366 sebelum dan sesudah
diuapi ammonia.

4) Percobaan terhadap glikosida sianogenik


Senyawa glikosida sianogenik terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan nama
senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin
Fitokimia dan Farmakognosi

pada biji shorgun dan linimarin pada kara dan singkong. Nama kimia amigladin adalah
glukosida benzaldehida sianohidrin, dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida
sianohidrin dan linamarin glikosida aseton sianohidrin (Winarno, 2002).
Glikosida sianogenik yang paling umum adalah linamarin dan lotaustralin, senyawa
yang biasanya terdapat bersama – sama dalam tumbuhan Linum usitatissinum,
Trifolium repens, dan Lotus corniculatus.

a) Deteksi Hidrogen Sianida


Kertas pikrat dibuat dengan mencelupkan potongan kertas saring berbentuk segi
empat ke dalam larutan asam pikrat jenuh (0,05 M) dalam air, yang sebelumnya
dinetralkan dengan NaHCO3 dan disaring. Setelah dikeringkan, kertas dapat
disimpan lama.

Sampel/daun tumbuhan

Maserasi dengan pelarut,


Saring (Filtrat)

Tabung reaksi,
Tutup ketat
dengan gabus

Kertas pikrat dibasakan dan


digantungkan pada gabus dalam tabung

Inkubasi, 2 jam 40oC

HCN dibebaskan

Perubahan warna kuning


menjadi coklat

Gambar. Bagan deteksi HCN

b) Identifikasi glikosida sianogenik dengan metode Kromatografi


Adanya glikosida sianogenik tertentu dalam suatu tumbuhan hanya dapat
dibuktikan dengan memeriksa ekstrak alkohol pekat secara kromatografi yang
merinci.
Untuk senyawa linamarin dan lotaustralin :
- KKt
Menggunakan Kertas Whatman no. 4 dengan fase gerak butanon – aseton –
air (15 : 5 : 3) serta dideteksi dengan cara pereaksi semprot AgNO3 amonia
- KLT
Menggunakan silica gel G sebagai fase diam dan kloroform – metanol (5 : 1)
sebagai fase diam serta dideteksi dengan pereaksi semprot α – naftol 2%
dalam etanol : asam sulfat pekat kemudian dipanaskan.

Analisis Kuantitatif Glikosida


Analisis kuantitatif Glikosida Sianogenik
Fitokimia dan Farmakognosi

Conn (1979) telah mengembangkan cara mikro untuk menganalisis 250 mg cuplikan
bahan tumbuhan segar, dengan menganggap konsentrasinya 0,1% bobot segar. HCN
yang dibebaskan dengan hidrolisis enzim dibiarkan terdifusi ke dalam natrium hidroksida
pengikat di dalam labu tertutup, dan NaCN yang terbentuk kemudian ditentukan secara
kolorimetri.

c. Ringkasan

1. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman glikosida tidak lagi diubah menjadi
senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh lingkungan
luar (misalnya terkena panas dan teroksidasi udara).
2. Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula.
Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O –
glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-
glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin).
3. Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai
aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut
sebagai glikosida.
4. Ikatan yang terjadi antara gugus metal dengan monosakarida disebut ikatan glikosida
dan gugus –OH yang bereaksi disebut gugus –OH glikosidik.
5. Apabila bagian aglikon dari suatu glikosida juga merupakan gula, maka glikosida ini
disebut holosida, sedang kalau bukan gula disebut heterosida.
6. Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja untuk
memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk bagian
disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang mengandung glikosida
lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan tetrasakarida dari glikosidanya
dengan reaksi yang sama.
7. Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-senyawa
tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril
sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan steroid.
8. Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula
yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan gula.
Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam molekul gula
itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh karena itu gula terdapat dalam dua
konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk glikosidanya secara teoritis
juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya
glikosida bentuk beta saja yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa emulsion dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis
glikosida yang ada pada bentuk beta.
9. Analisis pada dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang dikenal dengan
analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah pekerjaan
yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel
uji, sedangkan Analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui
kadar suatu senyawa dalam sampel.
10. Reaksi Liebermann-Burchard dan reaksi Molish, merupakan reaksi yang digunakan
untuk identifikasi glikosida secara umum.
11. Senyawa glikosida sianogenik terdapat pada berbagai jenis tanaman dengan nama
senyawa berbeda-beda, seperti amigladin pada biji almond, apricot, dan apel, dhurin
pada biji shorgun dan linimarin pada kara dan singkong. Nama kimia amigladin adalah
glukosida benzaldehida sianohidrin, dhurin adalah glukosida p-hidroksi-benzaldehida
sianohidrin dan linamarin glikosida aseton sianohidrin
Fitokimia dan Farmakognosi

12. Glikosida sianogenik yang paling umum adalah linamarin dan lotaustralin, senyawa
yang biasanya terdapat bersama – sama dalam tumbuhan Linum usitatissinum,
Trifolium repens, dan Lotus corniculatus.
13. Kertas pikrat dibuat dengan mencelupkan potongan kertas saring berbentuk segi
empat ke dalam larutan asam pikrat jenuh (0,05 M) dalam air, yang sebelumnya
dinetralkan dengan NaHCO3 dan disaring. Setelah dikeringkan, kertas dapat disimpan
lama.

d. Pertanyaan

1. Apa yang anda ketahui tentang glikosida?


2. Jelaskan cara pembentukan glikosida!
3. Jelaskan biosintesis glikosida!
4. Sebutkan penggolongan glikosida berdasarkan kelompok aglikonnya!
5. Sebutkan fungsi glikosida bagi dunia medis, maupun bagi tumbuhan penghasilnya?
6. Jelaskan analisis kualitatif senyawa glikosida secara umum?
7. Jelaskan identifikasi glikosida jantung dengan metode KLT!
8. Jelaskan identifikasi glikosida flavonoid dengan metode KLT!
9. Jelaskan identifikasi glikosida sianogenik pada tumbuhan dengan metode kertas
pikrat!
10. jelaskan analisis kuantitatif glikosida sianogenik pada tumbuhan?

e. Pustaka
1. Harborne, J.B, 1984. Phytochemical Methode, 2nd, Chapman & Hall London, New
York.
2. Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya.
Jakarta.
3. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
4. Robinson, T.A, 1983. The Organic Constituent of Higher Plants, 5th ed., Cordus Press,
North Amherst

Anda mungkin juga menyukai