Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI SENYAWA GLIKOSIDA DAN FLAVONOID

Kelompok :
Nunu Dania Purwati 191FF01032

Cut Widi Astuti 191FF01033

Devi Setiani 191FF01034

Anna Nurlatifah 191FF01035

Andika Fadilah Akbar 191FF01036

Dewi Melaningsih 191FF01037

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN AJARAN 2020-2021


I. TUJUAN
1. Memahami dan mengamati identifikasi senyawa golongan glikosida dalam
tanaman atau simplisia
2. Memahami dan mengamati identifikasi senyawa golongan flavonoid dalam
tanaman atau simplisia.

II. PRINSIP
Dengan melakukan uji tertentu untuk mengetahui adanya senyawa glikosida
dan flavonoid pada zat tertentu dengan melakukan berdasarkan reaksi kimia.
III. DASAR TEORI
Glikosida
Glikosida adalah senyawa bahan alam yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula.Bagian gula biasa disebut glikon sementara
bagian bukan gula disebut sebagai aglikon. Alikon memiliki rumus molekul yang
sangat beragam, mulai dari turunan fenol sederhana sampai ke kelompok triterpen.
Ikatan antara molekul gula dengan molekul non-gula disebut ikatan glikosidik yang
dapat berupa ikatan eter, ikatan ester, ikatan sulfida dan ikatan C-C. Ikatan ini sangat
mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air, dan panas. Semakin pekat kadar
asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya maka glikosida akan semakin
mudah dan cepat terhidrolisis. Saat glikosida terhidrolisis maka molekul akan pecah
menjadi dua bagian, yaitu bagian gula dan bagian bukan gula. Dalam bentuk
glikosida, senyawa ini larut dalam pelarut polar seperti air.Namun, bila telah terurai
maka aglikonnya tidak larut dalam air karena larut dalam pelarut organik nonpolar.
Apabila senyawa glikon tidak sama dengan aglikon, maka glikosida tersebut
dinamakan heterosida. Contohnya adalah dioscon (terdiri dari bagian gula dan
aglikonnya diosgenin). Sementara bila glikonnya sama dengan aglikon disebut
holosida. Contohnya adalah laktosa (terdiri dari gula glukosa dan gula galaktosa,
sama-sama gula). Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa.
Meskipun demikian, ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel pada
glikosida, misalnya ramnosa, digitoksossa dan simarosa. Bagian aglikon atau genin
terdiri dari berbagai macam senyawa organik, misalnya triterpena, steroid, antrasena,
atau pun senyawa yang mengandung gugus fenol, alkohol, aldehida, keton dan
ester.Molekul gula dapat terdiri dari hanya sebuah glukosa (monosakarida) sampai
oligosakarida. Jika gugus gulanya adalah glukosa maka glikosida tersebut disebut
glukosida, namun jika bukan glukosa maka tetap disebut glikosida.
1. Biosintesis Glikosida
Glikosida berasal dari senyawa asetal dengan satu gugus hidroksi dari gula yang
mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari komponen bukan
gula.Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami kondensasi di dalam
molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida.Oleh karena gula terdapat
dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk beta maka bentuk
glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan bentuk beta. Namun,
dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja yang terkandung di
dalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa elmulsin dan enzim alami lain
hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada bentuk beta.
2. Keberadaan glikosida di alam
Keberadaan glikosida di alam sangat tersebar luas dan banyak di antaranya telah
berhasil diisolasi dari berbagai sumber antara lain glikosida Amigdalin yang
berasal dari Prumus amygdalus dengan famili Rosaceae. Arbutin dari
Arctostaphyllos uva ursi dengan famili Ericaceae.Digitonin yang berasal dari
Digitalis purpurea dengan famili Scrophulariaceae dan Rutin yang berasal dari
Fagopyrum esculentum dengan famili Polygonaceae. Berikut ini adalah beberapa
glikosida yang memiliki berbagai kegunaan antara lain:
 Untuk Flavor: Vanillae Fructus; Steviosida (pemanis natrural bukan gula)
 Tonik/adaptogenik: Ginseng Radix
 Ekspektoran: Glycyrhhizae Radix; Abri Folium
 Obat jantung: Digitalis Folium
 Laksan ringan: Sennae Folium, Rhei Radix, Aloe

3. Sifat fisika-kimia glikosida


Glikosida berbentuk kristal atau amorf. Umumnya mudah larut dalam air atau
etanol encer (kecuali pada glikosida resin). Oleh karenanya, banyak sediaan-
sediaan farmasi mengandung glikosida umumnya diberikan dalam bentuk eliksir,
ekstrak, atau tingtur dengan kadar etanol yang rendah. Larutan glikosida dalam air
kadang-kadang bisa berasa pahit. Bersifat memutar bidang polarisasi ke kiri dan
tidak mereduksi larutan Fehling, kecuali bila telah mengalami proses hidrolisis.
Secara umum, glikosida mudah larut dalam pelarut polar seperti air dan alkohol.
Glikosida relatif mudah mengalami hidrolisis baik oleh enzim glikosidase yang
terdapat dalam tumbuhan maupun oleh asam ataupun basa. Hidrolisis dapat
menyebabkan penurunan aktivitas farmakologi, oleh karena itu pada umumnya
tidak dikehendaki terjadinya hidrolisis dalam simplisia yang mengandung
glikosida. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan cepat pada suhu
rendah. Pada simplisia tertentu (Vanillae Fructus, Gaultheriae Folium) justru
dilakukan hidrolisis, sebab yang diperlukan adalah aglikonnya. Dalam kehidupan
tanaman, glikosida memiliki peran penting karena terlibat dalam fungsi-fungsi
pengaturan, perlindungan, pertahanan diri dan kesehatan. Oleh karena
terbentuknya dalam tanaman dan merupakan produk antara, maka kadar glikosida
sangat tergantung pada aktivitas tanaman melakukan kegiatan biosintesis. Akan
tetapi, kadang-kadang glikosida juga bisa merugikan manusia, misalnya dengan
mengeluarkan gas beracun HCN pada glikosida sianogenik.Secara umum, arti
penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas
yang beberapa di antaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi
lokal, analgetikum dan penurun tegangan permukaan.
4. Penamaan
Selain mengikuti tata nama kimia, glikosida sering diberi nama menurut/merujuk
ke nama tanaman tempat glikosida tersebut ditemukan pertama kali. Contohnya:
glycyrrhizin (dari Glycyrrhiza sp), vitexin (dari Vitex sp.), turin (dari Ruta sp.),
panaksosida (dari Panax sp.), abrusosida (dari Abrus precatoeius) dan lain-lain.
Selain itu, terdapat pula cara penamaan mengikuti aturan berikut: “nama aglikon”
disambung “ nama gula” ditambahi akhiran “osida”, sebagai contoh, glikosida
yang mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut
arabinosida. Yang mengandung galakturonat disebut galakturunosida, dan
seterusnya.

Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di
alam. Banyaknya senyawa flavonoid ini bukan disebabkan karena banyaknya variasi
struktur, akan tetapi lebih disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi
atau glikoksilasi pada struktur tersebut. Flavonoid di alam juga sering dijumpai dalam
bentuk glikosidanya. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru
dan sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman. Sebagai pigmen bunga,
flavonoid jelas berperan dalam menarik serangga untuk membantu proses
penyerbukan. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi tumbuhan
adalah sebagai zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, zat antimikroba,
antivirus dan antiinsektisida. Beberapa flavonoid sengaja dihasilkan oleh jaringan
tumbuhan sebagai respon terhadap infeksi atau luka yang kemudian berfungsi
menghambat fungsi menyerangnya. Telah banyak flavonoid yang diketahui
memberikan efek fisiologis tertentu. Oleh karena itu, tumbuhan yang mengandung
flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Peneitian masih terus
dilakukan untuk mengetahui berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari senyawa
flavonoid. Berdasarkan strukturnya, terdapat beberapa jenis flavonoid yang
bergantung pada tingkat oksidasi rantai propan, yaitu kalkon, flavan, flavanol
(katekin), flavanon, flavanonol, flavon, flavanon, antosianidin, auron. Katekin
merupakan senyawa yang mempunyaibanyak kesamaan dengan proantosianidin.
Katekin mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi.Proantosianidin, menurut
definisi adalah senyawa yang membentuk antosianidin (jika dipanaskan dengan
asam). Jika proantosianidin diperlakukan dengan asam dingin akan menghasilkan
polimer yang menyerupai tanin.Flavanon (dihidroflavon) dan flavanol
(dihidroflavonol) tersebar di alam dalam jumlah yang terbatas. Keduanya merupakan
senyawa yang berwarna atau sedikit kuning. Flavon dan flavonol merupakan
flavonoid utama karena termasuk jenis flavonoid yang banyak dijumpai di alam.
Antosianidin merupakan flavonoid utama karena termasuk jenis flavonoid yang
banyak dijumpai di alam, terutama dalam bentuk glikosidanya, yang dinamakan
antisianin. Antosianin adalah pigmen daun dan bunga dari yang berwarna merah
hingga biru. Pada pH<2, antosianin berada dalam bentuk kation (ion flavilium), tetapi
pada pH yang sedikit asam, bentuk kuinonoid yang terbentuk. Bentuk ini dioksidasi
dengan cepat oleh udara dan rusak, oleh karena itu pengerjaan terhadp antosianin
aman dilakukan dalam larutan yang asam. Calkon dan dihidrocalkon tersebar di alam
dalam jumlah yang terbatas. Auron, tersebar di alam dalam jumlah yang terbatas.
Auron memiliki kerangka benzalkumaranon. Auron mempunyai pigmen kuning emas
yang terdapat dalam bunga tertentu dan bryophita. Banyak dijumpai dalam bentuk
glikosida atau eter metil. Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoid hanya
ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan. Isoflavonoid penting sebagai fitoaleksin.
Yang termasuk isoflavonoid adalah isoflavon, rotenoid, pterokarpan dan kumestan
sedangkan neoflavonoid meliputi 4-arilkumarin dan dalbergion.
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Timbangan
2. Beaker glass
3. Batang pengaduk
4. Plat kaca
5. Penangas air
6. Gelas ukur
7. Spatel
8. Botol semprot
9. Spektrofotometer fluoresens
10. Kertas saring
11. Tabung reaksi
12. Spektro UV-Vis
13. Spektro IR
14. Sprekto Massa
Bahan
1. Difenhidramin
2. Etanol
3. HCL pekat
4. Asam asetat glasial
5. Orsinol
6. FeCl3
7. Aquadest
8. Asam fosfat encer
9. Kalium bromida
10. Asam hidroklorid
11. 2,3’4,4’-tetranitrodifenil dalam toluen
12. Kalium hidroksida
13. Methanol
14. Serbuk magnesium
15. Etanol
16. Amil alkohol
17. Pereaksi semprot
 AlCl3 dalam MeOH
 Sitrobromat
 Difenil asam bromat Etanolamin
 Vanilin HCL
 NP-PG(narural Product-Polyethylene glycol)
18. Pereaksi Geser
 Natrium metoksida
 Natrium asetat
 Alumunium Klorida
 Asam Klorida
 Asam bromat

V. PROSEDUR

1. Identifikasi Glikosida

 Larutkan 5 gram difenilamina dalam 50 ml


etanol

 Tambahkan 40 ml HCl pekat dan 10 ml asam


asetat glasial
DIFENILAMINA  Semprotkan pada plat dan tutup dengan plat kaca
yang lain

 Panaskan pada suhu 110 oC selama 30-40 menit


sampai terbentuk spot yang terlihat

 Spot biru menunjukkan adanya gilikopid

Larutkan 0,1 gram orcinol dalam 40,7 l ml HCl


pekat

Tambahkan 1 ml 1% FeCl3 dan larutkan dengan


Orcinol (Reagen aquadest sampai volume menjadi 100ml
Bials)
Semprot plat dan panaskan pada suhu 80oC
selama 90 menit
(+) glikolipid akan menghasilkan spot berwarna
ungu

 Semprot plat dengan larutan 1 (10% asam Fosfat)

 Panaskan pada suhu 120 oC selama 12 menit

 Digitalis glikosida seri B, D dan E akan


menunjukkan fluorosens pada panjang
Asam Fosfat - Bromida
gelombang UV

 Lanjutkan dengan memanaskan lagi pada suhu


120 oC dan semprotkan sedikit larutan 2 (kalium
bromida + kalium bromat dan 25% asam
hidroklorida)

 Glikosida seri A menunjukkan warna orange, seri


C ditunjukan dengan pendar flurosens berwarna
abu-abu biru cahaya UV

Semprot plat dengan larutan 1, keringkan pada


Tetranitro Difenil suhu ruang, kemudian semprot dengan larutan 2

(+) terbentuk spot berwarna biru

Ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi,


ditambahkan air 2 ml lalu dikocok hingga
berbusa
Uji Busa
Jika ada busa maka positif mengandung
glukosida

Jika tidak ada busa menandakan tidak terdapat


kandungan glikosida
2. Identifikasi Flavonoid

 Masukan 1 gram simplisia

 Tambahkan 100 ml air panas

 Didihkan 5 menit, saring

 (+) 5 ml filtrat (disebut lar. C)

 (+) serbuk magnesium seujung spatel

 (+) 2 ml HCl : etanol (1:1), kocok vertikal

 (+) 10 ml amil alkohol

 Reaksi positif : jingga, kuning, merah pada lapisan amil alkohol.

VI. HASIL PENGAMATAN


1. Bagaimana cara menyiapkan sampel untuk identifikasi flavonoid
menggunakan pereaksi semprot ?
Cara menyiapkan sampel :
a) Persiapan pembuatan simplisia dimulai dengan menghilangkan kotoran yang
menempel pada bahan kemudian dicuci sampai bersih.
b) Selanjutnya Simplisia dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain
hitam.
c) Setelah kering diserbuk sampai halus.
d) Lebih kurang 50 g serbuk Simplisia dibebaskan dari senyawa yang
kepolarannya rendah seperti lemak dan klorofil dengan cara soxhletasi.
Dibutuhkan sebanyak 200 mL petroleum eter sampai warna pelarutnya jernih.
e) Sari petroleum eter yang diperoleh dipekatkan dengan pemanasan di atas
penangas air.
f) Serbuk yang sudah diawalemakkan dengan petroleum eter, dikeringkan di
udara bebas dalam cawan porselin besar.
g) Setelah kering disoxhletasi dengan kloroform 200 mL sampai pelarutnya
jernih.
h) Sari kloroform yang didapat dipekatkan dengan pemanasan di atas penangas
air.
i) Selanjutnya, serbuk dikeringkan kembali di udara bebas dalam cawan porselin
besar dan setelah kering disoxhletasi dengan etanol 96% 200 mL sampai
pelarutnya jernih.
j) Sari etanol yang diperoleh dipekatkan dengan pemanasan di atas penangas air.
Dengan demikian pada akhir fraksinasi diperoleh sari petroleum eter,
kloroform, dan etanol.
k) Sari petroleum eter, kloroform, dan etanol yang telah diuapkan dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai. Kemudian dilakukan uji kromatografi lapis tipis
menggunakan fase diam dan fase gerak.
2. Bagaimana cara membuat pereaksi AlCl3 5% dalam 100 mL ?

5
x 100 mL=5 gram
100

Sebesar 5 gram AlCI3 yang dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100 mL.

3. Bagaimana cara membuat peraksi Sitroborat sebanyak 100 mL ?


Komposisi :
0,5 x 100
Asam Borat = = 1 gram
50
0,5 x 100
Asam Sitrat = = 1 gram
50
Ethanol 100 mL
Cara pembuatan Sitroborat dibuat dengan cara 1 gram asam borat dan 1 gram
asam sitrat dilarutkan dalam ethanol sebanyak 100 mL.
4. Bagaimana cara membuat pereaksi vanillin HCl ?

Komposisi :
Vanilin 0,5 mL
Asam Asetat Glasial 10 mL
Metanol 85 mL
Asam Klorida Pekat 5 mL

Cara Pembuatan : Vanilin asam klorida pekat dibuat dengan melarutkan 0,5 mL
vanillin dengan 10 mL asam asetat glasial. Kemudian ditambah dengan 85 mL
methanol dan 5 mL asam klorida pekat.

5. Mengapa AlCl3 dapat bereaksi dengan flavonoid ?


Fungsi dari pereaksi AlCl3 adalah untuk membentuk reaksi antara AlCl3 dengan
golongan flavonoid memebentuk kompleks antara gugus hidroksil dan keton yang
bertetangga atau dengan gugus hidroksil yang saling bertetangga. AlCl3 akan
bereaksi dengan gugus keton pada C4 dan gugus OH pada C3 atau C5 pada
senyawa flavon atau flavonol membentuk senyawa kompleks yang stabil
berwarna kuning. Senyawa yang digunakan sebagai standar pada penetapan kadar
flavonoid ini adalah kuersetin, karena kuersetin merupakan flavonoid golongan
flavonol yang memiliki gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada
atom C-3 dan C-5 yang bertetangga (Sari, 2017).

6. Sebutkan contoh-contoh dari flavonoid dan Glikosida ?


a) Flavonoid : Apigenin, Galangin, Naringenin, Epigalokatekin galat, dan
derivatnya, Flavon, dan Isoflavon
b) Glikosida : Hesperidin, Naringin, Quercitrin
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu simplisia yaitu
identifikasi glikosida pada senyawa flavonoid.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula
dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan
oksigen (O glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan
sulfur (S-glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin).
Bagian gula biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai
aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini
disebut sebagai glikosida. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air.
Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah
ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Kepolaran senyawa flavonoid adalah dari
non polar sampai dengan polar sehingga disari dalam penyari yang non polar sampai
dengan polar.
 Identifikasi Glikosida
1) Difenilamina : spot biru menunjukan adanya glikopid
2) Orcinol (reagen bials) : (+) glikolipid akan menghasilkan spot berwarna ungu
3) Asam fosfat – bromida : Glikosida seri A menunjukkan warna orange, seri C
ditunjukan dengan pendar flurosens berwarna abu-abu biru cahaya UV
4) Tetranitro difenil : (+) terbentuk spot berwarna biru
5) Uji busa : Tidak adanya busa menandakan tidak terdapat kandungan glikosida .

Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa
atauamoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena
itumenunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak.
Flavonoid umumnyaterdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid. Glikosida flavonoid merupakan jenis glikosida yang gugus
aglikonnya (bukan gula) adalah senyawa flavonoid. Flavonoida merupakan senyawa
polifenol yang mempunyai struktur dasar C6-C3-C6. Golongan terbesar flavonoida
mempunyai cincin piral yang menghubungkan rantai karbonnya. Flavonoid terdapat
pada semua bagian tumbuhan hijau, seperti pada akar, daun, kulit, kayu, benang sari,
bunga, buah dan biji buah. Sedangkan pada hewan hanya dijumpai pada kelenjar bau
berang-berang, sekresi lebah(propolis) dan dalam sayap kupu-kupu.

 Identifikasi Flavonoid bertujuan untuk melarutkan senyawa flavon yang terdapat


diflavonoid. HCl memutuskan ikatan glikosida.
Reaksi positif : jingga, kuning, merah pada lapisan amil alkohol.

VIII. KESIMPULAN
1. Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu
gula dan bukan gula, Komponen glikosida terdiri dari glikon dan aglikon.
Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar di alam, terdapat pada semua
tumbuhan hijau termasuk ekstrak temu temuan yang banyak dikonsumsi sebagai
obat tradisional.
2. Identifikasi ini dilakukan dengan berbagai macam metode, pada identifikasi
glikosida dilakukan dengan beberapa metode yaitu difenilamina, orcinol (reagen
bials), asam fosfat – bromide, tetranitro difenil dan terakhir yaitu uji busa. Pada
identifikasi flavonoid hanya dengan satu metode dengan reaksi positif yang
ditandai dengan, jingga, kuning, merah pada lapisan amil alkohol.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Hanni Endrarini lully.2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Pusdik SMD
Kesehatan. Jakarta Selatan
Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia I, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gunawan, D dan Mulyani, S. 2002. Ilmu Obat Alam. (Farmakognosi) Jilid 1.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Nugrahaningtyas, Khoirina Dwi dkk. 2005. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb). Biofarmasi.
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret.Surakarta
Praptiwi dkk. 2007. Uji Aktivitas Antimalaria Secara In-Vivo Ekstrak Ki Pahit
(Picrasma javanica) Pada Mencit Yang Diinfeksi Plasmodium berghei. Biodiversitas
Vol 8. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai