Anda di halaman 1dari 19

SEDIAAN SOLIDA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Persyaratan


Tugas Akhir Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
1. Alifia Ilan N.P (17020200006)
2. Ella Kusuma Wardhani (17020200019)
3. Istilatifah (17020200040)
4. Nur Novia Dayanti (17020201101)
5. Ridhoi Zakariya Mubarok (17020200070)

STIKES RS ANWAR MEDIKA


SIDOARJO
2007

i
KATA PENGANTAR

Menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang sediaan solida dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang sediaan solida
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Sidoarjo, Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
2.1 Sediaan Solida.................................................................................................
2.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Solida..................................................
2.3 Macam-Macam Sediaan Solida...................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu
sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa
yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk
sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat
dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan
bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
Perkembangan dalam bidang industri farmasi telah membawa banyak kemajuan
khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah satunya adalah bentuk sediaan
solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat
lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama
(Bukarim, KA., 2016)
DIbandingkan dengan bentuk sediaan semi solid, dalam pemakaian topical,
maka bentuk sediaan solid ini memiliki keunggulan bahwa pemberiannya cukup
ditaburkan pada kulit dengan area permukaan yang luas, sedangkan kelemahannya
adalah bahwa serbuk lebih cepat hilang dari permukaan kulit / waktu tinggal pada
permukaan kulit tidak lama. Banyak ragam bentuk sediaan solid dalam dunia
kefarmasian, antara lain: serbuk, tablet, kapsul, pil, suppositoria. (Mulyaries,
2011).
Sediaan solida adalah sediaan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
sehingga penulisan makalah ilmiah ini ditujukan untuk memberi informasi tentang
sediaan solida, macam-macam sediaan, dan cara pemakaian yang baik dan benar.

iv
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui pengertian sediaan solida
b. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan solida
c. Untuk mengetahui macam-macam sediaan solida

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini yaitu:
a. Agar dapat mengetahui pengertian sediaan solida
b. Agar dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari sediaan solida
c. Agar mengetahui macam-macam sediaan solida

v
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 SEDIAAN SOLIDA
Sediaan solida adalah BSO (Bentuk Sediaan Obat) yang memiliki wujud
padat, kering, mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen.
Formulasi sediaan solida adalah proses untuk memperoleh sediaan solida yang
memenuhi persyaratan aman, efektif, dan akseptabel secara ketersediaan
farmasetik. (Mulyaries, 2011)

2. 2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN SOLIDA


Sediaan solida memiliki keunggulan dibandingkan dengan sediaan cair,
antara lain (Mulyaries, 2011):
1. Takaran dosis yang dapat diberikan lebih tepat.
2. Menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat.
3. Sediaan obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa
obat lebih lama.
4. Tempat penyimpanan lebih efisien.
5. Biaya transportasi lebih murah karena tidak ada resiko botol hancur.
Namun selain keunggulan, pada sediaan solida juga terdapat kerugian,
diantaranya:
1. Kesulitan menelan pada beberapa pasien, terutama anak-anak dan orang lanjut
usia.
2. Tidak dapat digunakan untuk pasien koma atau yang menggunakan tabung
pernapasan.
3. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk diabsorpsi dalam tubuh
dibandingkan dengan bentuk sediaan cair.

vi
2. 3 MACAM-MACAM SEDIAAN SOLIDA
Banyak ragam sediaan solida dalam dunia kefarmasian, antara lain: tablet,
serbuk, kapsul, pil, dan suppositoria.
1. Tablet/Compressi
Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut
kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk
tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong, dan
sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari/ mencegah/
menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang.
Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena
zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan
maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan, membedakan tablet yang
satu dengan tablet yang lain. Etiket pada tablet harus mencamtumkan nama
tablet/zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet.
A. Penggolongan
a. Berdasarkan metode pembuatan
 Tablet cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung
laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa
serbuk dibasahi dengan etanol prosentase tinggi. Kadar etanol
tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem
pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk
yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan, kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak
agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan
pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang
terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak
tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.

vii
 Tablet kempa
Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung
bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan
lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna
diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. Tablet triturat
merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat
untuk peracikan obat

b. Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh


Dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
 Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut.
Ovula pengobatan pada infeksi di vaginal.
 Bekerja sistemik : per oral.
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
1) Bekerja short acting (jangka pendek), dalam satu hari
memerlukan beberapa kali menelan tablet.
2) Bekerja long acting (jangka panjang), dalam satu hari cukup
menelan satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi
menjadi:
a) Delayed action tablet (DAT)
Terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat dalam tablet
ini karena pembuatannya sebagai berikut : sebelum dicetak,
granul-granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok
pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan
bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat,
kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah
lebih lama dari kelompok kedua, demikian seterusnya
tergantung dari macamnya bahan penyalut dan lama kerja

viii
obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok
dicampurkan dan baru dicetak.
b) Repeat action tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya
dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet), kemudian
granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di
sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.

c. Berdasarkan jenis bahan penyalut


Macam-macam tablet salut, antara lain:
a) Tablet salut biasa/salut gula (dragee), disalut dengan gula dari
suspensi dalam air. Mengandung serbuk yang tidak larut seperti
pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang
disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut
gula adalah waktu penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air.
Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet.
b) Tablet salut selaput (film coated tablet/fct), disalut dengan
hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidrosi propil-selulosa,
Na-CM dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak
mengandung air atau mengandung air.
c) Tablet salut kempa, tablet yang disalut secara kempa cetak dengan
massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat lain
yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali
bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis
(multi layer tablet). Tablet ini sering digunakan untuk pengobatan
secara repeat action.
d) Tablet salut enterik (enteric coated tablet) disebut juga tablet lepas
tunda. Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau
dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik
yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet

ix
melewati lambung. Bahan yang digunakan sebagai penyalut adalah
salol, keratin, selulosa asetat ftalat.
e) Tablet lepas-lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan
efek diperpanjang, efek pengulangan, atau tablet lepas lambat.
Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama
jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Tujuan penyalutan tablet adalah :
a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan
terhadap pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna, misalnya
enteric tablet yang pecah di usus.

d. Berdasarkan cara pemakaian


1) Tablet biasa/tablet telan, dibuat tanpa penyalut, digunakna per oral
dengan cara ditelan, pecah di lambung.
2) Tablet kunyah (chewable tablet), bentuk seperti tablet biasa
digunakan dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan,
rasanya umumnya tidak pahit. Dibuat dengan cara dikempa,
umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai
bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan
bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
3) Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar beraroma dan manis yang membuat tablet hancur perlahan
dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan cara kempa tablet
menggunakan bahan dasar gula disebut trochisi. Dihisap di dalam
rongga mulut digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga
mulut atau tenggorokan, umumnya mengandung antibiotik,
antiseptik, dan adstringensia.

x
4) Tablet larut (effervescent tablet), tablet effervescent dibuat dengan
cara dikempa selain zat aktif, juga mengandung campuran asam
(asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat) yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat atau tahan lembab, pada etiket tertera
tidak untuk ditelan.
5) Tablet implantasi (pelet), yakni tablet kecil, bulat atau oval, putih,
steril, dan berisi hormon steroid. Dimasukkan ke bawah kulit
dengan cara merobek kulit sedikit kemudian tablet dimasukkan lalu
dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.
6) Tablet hipodermik (hypodermic tablet), adalah tablet cetak yang
dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam
air, harus steril dan dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk injeksi hipodermik. Berat umumnya 30 mg, digunakan
dengan cara melarutkan tablet ke dalam air untuk injeksi secara
aseptik dan disuntikkan di bawah kulit.
7) Tablet bucal, digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara
pipi dan gusi sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukosa
mulut.
8) Tablet sublingual, digunakan dengan cara diletakkan di bawah lidah
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut,
diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang
cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
9) Tablet vagina, ovula adalah sediaan padat, umumnya berbentuk
telur mudah melemah dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut
dan digunakan sebagai obat luar. Khusus untuk vagina.

B. Syarat Tablet Menurut edisi III dan edisi IV


1. Keseragaman Ukuran (FI edisi III)
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3
kali tebalnya tablet.

xi
2. Keseragaman Bobot (FI edisi III) dan Keseragaman sediaan (FI
edisi IV)
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut:
a. Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata – ratanya.
b. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari dua tablet yang
menyimpang dari bobot rata –rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dari bobot rata –rata lebih dari harga
dalam kolom “B”.
c. Jika perlu dapat diulang dengan sepuluh tablet dan tidak boleh ada
satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata –rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”
Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan.

3. Waktu hancur dan disolusi (FI edisi III dan FI edisi IV)
Waktu hancur digunakan untuk menghitung waktu hancur tablet di
dalam lambung menggunakan disintegrasi/disintegrator, sedangkan
disolusi yaitu waktu larutnya zat aktif di dalam lambung.

4. Kekerasan tablet (FI edisi III)


Pengukuran kekerasan tablet digunakna untuk mengetahui
kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras.alat
yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness
tester atau dengan tiga jari tangan.

5. Keregasan tablet (Friability)


Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.
Alat yang digunakan disebut Friability tester.

xii
C. Pengemasan
Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan terlindung
dari cahaya. Wadah yang digunakna harus diberi etiket. Etiket pada wadah
atau kemasan tablet harus disebutkan:
a. Nama tablet atau nama zat berkhasiat,
b. Jumlah zat atau zat-zat yang berkhasiat dalam tiap tablet.

2. Serbuk
Serbuk, dalam dunia kefarmasian, ada yang berfungsi langsung sebagai bentuk
sediaan, ada yang berfungsi sebagai bahan penolong bagi bentuk sediaan yang
lain. Yang berfungsi langsung sebaga bentuk sediaan, lebih dikenal dengan
istilah sediaan serbuk. Sediaan serbuk ini dibedakan menjadi 2, yaitu
(Mulyaries, 2011) :
a. Pulveres/puyer adalah serbuk terbagi. Pulveres biasa diberikan dalam suatu
resep racikan. Pulveres merupakan sediaan padat yang berbentuk serbuk,
yang dikemas dalam beberapa bungkus kertas perkamen, sesuai dengan
jumlah yang tertulis pada resep, biasa digunakan untuk pemakaian oral.
Dengan pulveres, dokter dapat lebih leluasa menentukan jenis dan dosis
obat yang dicampurkan. Suatu tanggungjawab bagi apoteker untuk
memastikan bahwa campuran tersebut tidak menunjukkan inkompatibilitas
(ke-tak tercampur-an) yang merugikan. Apoteker dapat menambahkan
bahan inaktif sebagai pengisi atau penyamar rasa pahit, seperti misalnya
amylum, saccharum lactis/lactose, atau saccharum album (gula halus).
Namun, yang perlu diperhatikan adalah sifat higroskopisitas dari
saccharum album, mengingat syarat / kriteria sediaan pulveres adalah :
aman, kering, homogen, halus dan mudah mengalir (free flowing).
Untuk mendapatkan suatu sediaan pulveres yang homogen, maka
pencampuran perlu dilakukan dalam mortar dan menggunakan stamper
untuk menggilas dan mencampur, terlebih-lebih apabila zat aktif tersebut
ada dalam tablet-tablet trituratio.

xiii
Untuk memudahkan pemberian kepada pasien, pulveres dapat dicampurkan
pada makanan atau sedikit air yang berasa manis (madu, sirup).
b. Pulvis adalah serbuk tidak terbagi. Pulvis merupakan sediaan serbuk tidak
terbagi, yang biasanya dimaksudkan untuk pemakaian luar / ditaburkan
(pulvis adspersorius=serbuk tabur). Dalam suatu peresepan, hal utama yang
dapat dijadikan ciri untuk membedakan apakah resep tersebut untuk
pulveres atau pulvis adalah pada ada tidaknya “No.“(numero) pada
permintaan pembuatan sediaan. Kriteria dari serbuk tabur (pemberian
topical) ini antara lain:
1) Aman: tidak iritatif, tidak allergenic, tidak komedogenic/acnegenik
2) Homogen
3) Kerin
4) Halus (diayak dengan ayakan nomor 100)
5) Kering (tidak lembab/basah)
6) Melekat pada kulit dengan baik
Salah satu metode pencampuran yang dilakukan dalam skala peracikan
untuk pulvis adalah geometric dilution. Pada metode ini, bahan yang akan
dicampurkan diambil sama banyak dengan yang telah berada di mortar,
dicampur homogeny, demikian seterusnya sampai semua bahan dipindahkan
kedalam mortar.
Keperluan menunjang pembuatan bentuk sediaan yang lain, serbuk
dikategorikan menjadi beberapa tingkat sesuai dengan ukuran serbuknya
mulai 10 mm – 1 micron1.
Ukuran serbuk dinyatakan dengan bilangan yang biasanya diikuti dengan
“mesh”. Mesh merupakan ukuran pengayak dalam artian bahwa ukuran 100
mesh menunjukkan bahwa dalam 1 inchi (2,54 cm) panjang kawat pengayak
melintang memuat lobang ayakan sebanyak 100 buah.
Serbuk dengan 2 bilangan ukuran (misal 40/60) maka diartikan bahwa
serbuk tersebut dapat melewati pengayak nomor 40 dan tidak lebih dari 40%
melewati pengayak nomor 60.

xiv
Dalam dunia kefarmasian dikenal pula serbuk yang bersifat higroskopis,
deliquescent dan serbuk efflorescent. Serbuk higroskopis merupakan serbuk
yang mampu menangkap uap air di lingkungan, sehingga serbuk menjadi
basah. Serbuk yang bersifat deliquescent adalah seperti serbuk higroskopis
namun kemampuan menyerap airnya sangat tinggi, sehingga sejumlah air
yang ditangkap justru melarutka serbuk tersebut. Serbuk efflorescent
merupakan serbuk dari senyawa yang memiliki air kristal, yang pada
kondisi kelembaban lingkungan yang rendah justru dapat melepaskan air
kristal dari strukturnya, sehingga serbuk menjadi basah.
Arti penting memahami sifat-sifat serbuk ini adalah apabila sekiranya kita
meracik suatu sediaan serbuk, kita harus pastikan sifat-sifat bahan yang kita
racik, karena jika bahan-bahan tersebut memiliki sifat seperti di atas, maka
dapat dipastikan kualitas sediaan kita kurang dapat terjaga dalam
penyimpanan.

3. Kapsul
Yang menjadi ciri khas dari sediaan solid ini ini adalah adanya cangkang yang
terbuat dari gelatin atau selulosa, yang digunakan untuk mewadahi sejumlah
serbuk zat aktif atau cairan obat dan untuk menutupi rasa dan bau yang
ditimbulkan oleh zat aktif. (Mulyaries, 2011)
Kapsul dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Kapsul keras. Cangkang kapsul keras terdiri dari dua bagian terpisah yaitu
badan dan tutup, yang dapat disatukan. Kapsul keras digunakan untuk
memfasilitasi satu atau lebih zat aktif dalam bentuk serbuk padat yang
tercampur homogen dengan eksipien, yang dibuat baik dalam skala racikan
ataupun industry. Karena cangkang kapsul keras kebanyakan terbuat dari
gelatin maka penyimpanan kapsul harus dihindarkan dari lembab, dan
serbuk yang akan dikapsul perlu dipastikan bukan serbuk yang higroskopis,
atau deliquescent, atau efflorescent.
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi mulai 00-0-1-2-3-4-5. Cangkang
yang paling besar ditunjukkan dengan ukuran 00. Untuk kapsul dengan satu

xv
jenis zat aktif dalam jumlah < 200 mg, cangkang mulai nomor 2 sampai
dengan 5 dapat digunakan, sedangkan untuk keperluan peracikan, cangkang
kapsul yang biasa digunakan adalah 1, 0 atau 00.
b) Kapsul lunak. Kapsul lunak digunakan untuk mengakomodasi cairan-cairan
non aqueous, seperti misalnya: minyak, gliserin karena kapsul tersegel
penuh dan tidak terdiri dari bagian-bagian yang terpisah. Namun, kapsul
lunak harus diproduksi dalam skala industry (manufacturing scale) untuk
menjamin kualitas integritas penyegelan penuh (full sealing) pada kapsul
lunak tersebut.

4. Pil
Pil merupakan sediaan solid yang berbentuk bulat dengan berat sekitar 100-500
mg, biasanya 300 mg, mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan padat
bulat dengan masaa < 100 mg dikenal dengan istilah granul, sedangkan yang
lebih dari 500 mg dikenal dengan istilah boli (untuk hewan ternak). (Mulyaries,
2011)
Sediaan pil masih digunakan dan dikembangkan dalam industri obat tradisional
dalam hal ini jamu dan obat herbal terstandar, serta makanan suplemen. Zat
aktif yang dibuat pil kebanyakan merupakan simplisia tanaman yang telah
dihaluskan atau.sudah berwujud ekstrak. Bahan lain yang digunakan dalam
pembuatan pil ini adalah: bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur
dan bahan penyalut.
Kontrol kualitas sediaan pil juga dilakukan dengan aspek yang hamper sama
dengan yang dilakukan untuk sediaan tablet, yaitu penampilan dan ukuran,
keseragaman bobot, kekerasan dan waktu hancur.

5. Suppositoria
Suppositoria merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang larut ataupun terdispersi pada bahan pembawa, dimaksudkan untuk
pemakaian luar (pada rongga tubuh), berbentuk torpedo (per anal), atau elips
(per vaginal) atau batang (per urethral). (Mulyaries, 2011)

xvi
Suppositoria didesain untuk:
a) Terapi dengan efek lokal pada bagian anal (contoh: hemorrhoid) atau
vaginal (contoh: candidiasis).
b) Terapi dengan efek sistemik (suppositoria anal) sebagai alternative
pengobatan melalui anal bagi pasien yang tidak kooperatif terhadap
pengobatan oral (keadaan pingsan atau mengalami emesis)

Mekanisme pelepasan zat aktif dari suppositoria adalah dengan pelelehan


suppositoria pada suhu tubuh (jenis basis: oleum cacao, Witepsol) atau
penglarutan suppositoria pada cairan anal/vaginal (jenis basis: Polietilen
glikol, gliserogelatin).

xvii
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sediaan solida adalah BSO (Bentuk Sediaan Obat) yang memiliki wujud
padat, kering, mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen.
Sediaan ini memiliki keuntungan dan kerugian, yaitu:
1. Takaran dosis yang dapat diberikan lebih tepat.
2. Menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat.
3. Sediaan obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa
obat lebih lama.
4. Tempat penyimpanan lebih efisien.
5. Biaya transportasi lebih murah karena tidak ada resiko botol hancur.
Namun selain keunggulan, pada sediaan solida juga terdapat kerugian,
diantaranya:
1. Kesulitan menelan pada beberapa pasien, terutama anak-anak dan orang
lanjut usia.
2. Tidak dapat digunakan untuk pasien koma atau yang menggunakan tabung
pernapasan.
3. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk diabsorpsi dalam tubuh
dibandingkan dengan bentuk sediaan cair.
Selain itu, sediaan solida mempunyai beberapa macam sediaan seperti tablet,
serbuk, kapsul, pil, dan suppositoria.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

1. Bukarim, KA., 2016, BAB 1 PENDAHULUAN,


repository.wima.ac.id/6897/2/BAB%201.pdf, diakses 20 Desember 2017
2. Dhadhang, WK., 2013, Formulasi Sediaan Solida,
https://dhadhang.files.wordpress.com/2012/09/formulasi-sediaan-solida-
compatibility-mode.pdf., diakses 20 Desember 2017
3. Mulyaries, 2011, Obat dan Bentuk Sediaan Obat, http://science-
pharmacy.blogspot.co.id/2011/02/obat-dan-bentuk-sediaan-obat.html, diakses 20
Desember 2017
4. Zubaidah, et al, 2011, Ilmu Resep: Untuk SMK Farmasi Kelas X, Jakarta:
Pengelola Penerbitan Buku-buku SMF / SMKF.
5. Zubaidah, et al, 2010, Ilmu Resep: Untuk SMK Farmasi Kelas XII, Jakarta:
Pengelola Penerbitan Buku-buku SMF / SMKF.

xix

Anda mungkin juga menyukai