PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Membuat sediaan obat dalam bentuk suppositoria dengan Aminophylin sebagai zat aktif.
B. MANFAAT
Mengetahui dan memahami apa itu suppositoria dan cara pembuatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI SUPPOSITORIA
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh. (FI ed.IV hal 1 6). Suppositoria vaginal (ovula)
umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat
pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol
atau gelatin tergliserinasi. Umumnya, supositoria rectum panjangnya 32 mm (1,5 inci),
berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa supositoria untuk rectum diantaranya
ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil tergantung kepada bobot jenis
bahan obat dan habis yang digunakan. Beratnya pun berbeda-beda. bobot suppositoria kalau
tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk orang dewasa dan 2 gr untuk anak, suppositoria
disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.
1. Tujuan Penggunaan Sediaan Bentuk Suppositoria
a) Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau
urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya.
b) Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh
membran mukosa dalam rektum.
c) Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah muntah,
tidak sadar.
d) Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa
rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
e) Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan
perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .
2. Keuntungan Kerugian dari Sediaan Bentuk Suppositoria
Keuntungan :
a) Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b) Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.
c) Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih
cepat daripada penggunaan obat peroral.
1
oleum cacao.
Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan
lewat vagina, berat umumnya 5 g. Supositoria kempa atau Supositoria sisipan
adalah supositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk
menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.
Menurut FI.ed.IV. Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut /
bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g.
Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag.gliserin, 20 bag.
gelatin dan 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada
Suppositoria dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus
dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada massa yang
sudah dingin.
Bahan dasar Surfaktan
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol
dapat digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah
ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini
dapat digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa
suppositoria lain untuk memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi.
Salah satu keuntungan utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air.
Tetapi harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan
kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
4. Basis Suppositoria
Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat dalam suhu
ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu tubuh sehingga obat yang
dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera setelah pemakaian. Menurut Farmakope
Indonesia IV, basis suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin
tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG) dengan
berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. Basis suppositoria yang
digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik (FI IV,hlm.16).
Yang perlu diperhatikan untuk basis suppositoria adalah :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
distearin
Pada suhu kamar, berwarna kekuning-kuningan sampai putih padat sedikit redup,
beraroma coklat
Melebur pada 30-36oC
Titik leleh :31-34 oC
Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, eter, petroleum spirit, larut dalam etanol
cahaya.
Bentuk polimorfisa :
Bentuk melebur pada 24C diperoleh dengan pendinginan secara tiba-tiba
sampai 0oC.
Bentuk diperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18-23 0 C
titik leburnya 28-31 oC.
Bentuk stabil diperoleh dari bentuk , melebur pada 34-35 0C diikuti dengan
kontraksi volume
Bentuk melebur pada suhu 18oC, diperoleh dengan menuangkan oleum cacao
suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang didinginkan pada suhu
yang sangat dingin. Pembentukan polimorfisa ini tergantung dari derajat
4
Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur.
Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83
Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol
Untuk obat-obat yang dapat menurunkan titik lebur oleum cacao seperti minyak
atsiri,creosote, fenol,. Kloralhidrat, digunakan campuran malam atau spermaceti
(lemak ikan paus).
terkena suhu tubuh, tetapi perlahanlahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu
basis ini tidak perlu diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh saja
dalam pengerjaannya, menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG yang
mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada suhu tubuh.
Keuntungannya, tidak memungkinkan perlambatan pelepasan obat dari basis
begitu suppositoria dimasukkan, tetapi juga menyebabkan penyimpanan dapat
dilakukan di luar lemari es dan tidak rusak bila terkena udara panas. Suppositoria
dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah rangsangan pada
membran mukosa dan rasa menyengat, terutama pada kadar air dalam basis yang
kurang dari 20%.
Keuntungan basis PEG :
yang berbeda.
Tidak membantu pertumbuhan jamur
Kerugian basis PEG:
dengan BM tinggi.
cenderung lebih mengiritasi mukosa daripada basis lemak.
Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sebagai basis suppositoria dan
titik lebur suppositoria dapat meningkat sehingga lebih tahan terhadap suhu
c) Basis Surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat digunakan
tanpa penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan
basis lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut
lemak.
Keuntungan :
Dapat disimpan pada suhu tinggi
Mudah penanganannya
Dapat bercampur dengan obat
Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
Nontoksik dan tidak mensensitisasi
ke cairan rektal.
Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak
dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masuk ke dalam
rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata.
Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal
dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.
7. Nilai Tukar
Pada pembuatan supositoria menggunakan cetakan, volume supositoria harus tetap.
Tetapi, bobotnya beragam tergantung pada jumlah dan bobot jenis yang dapat diabaikan,
misalnya ekstrak belladonea dan garam alkaloid. Nilai tukar dimaksudkan untuk
mengetahui bobot minyak cokelat yang mempunyai volume yang sama dengan 1g obat.
Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 0.7 kecuali untuk garam Bismuth dan
Zincy Oxydum. Untuk larutan nilai tukarnya dianggap satu. Bila supositoria mengandung
obat atau zat padat yang banyak, pengisian pada cetakan berkurang dan jika dipenuhi
8
dengan campuran massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Oleh sebab itu,
untuk membuat supositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan
perhitungan nilai tukar.
Nama Obat
Acidum boricum
Garam alkaloid
Bismuth subgallas
Ichtam molum
Tanninum
Aethylis aminobenzoas
Aminoplhylinum
Bismuth subnitras
Sulfonamidum
Zinci oxydum
Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan
salah satu ujungnya diruncingkan.
2. Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang
dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria
yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
3. Dengan mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap
untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif
diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan
logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
C. PENGEMASAN SUPPOSITORIA
Suppositoria gliserin dan suppositoria gelatin gliserin umumnya dikemas dalam wadah
gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi suppositoria.
Suppositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah atau
dipisahkan satu sama lainnya pada celah-celah dalam kotak untuk mencegah terjadinya
hubungan antar suppositoria tersebut dan mencegah perekatan. Suppositoria dengan kandungan
obat yang sedikit pekat biasanya dibungkus satu per satu dalam bahan tidak tembus cahaya
seperti lembaran metal ( alufoil ). Sebenarnya kebanyakan suppositoria yang terdapat di
pasaran di bungkus dengan alufoil atau bahan plastic satu per satu. Beberapa diantaranya
dikemas dalam strip kontinu berisi suppositoria yang dipisahkan dengan merobek lubanglubang yang terdapat diantara suppositoria tersebut. Suppositoria ini biasa juga dikemas dalam
kotak dorong ( slide box ) atau dalam kotak plastic.
Karena suppositoria tidak tahan pengaruh panas, maka perlu menjaga dalam tempat yang
dingin. Suppositoria yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F dan akan lebih
baik bila disimpan dalam lemari es. Suppositoria gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di
bawah 350F. suppositoria dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan dalam suhu
ruangan biasa tanpa pendinginan. Supositoria yang disimpan dalam lingkungan yang
kelembaban nisbinya tinggi mungkin akan menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon
sebaliknya bila disimpan dalam tempat yang kering sama sekali mungkin akan kehilangan
kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh.
D. EVALUASI SUPPOSITORIA
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur
rata dengan bahan dasar suppositoria atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan
10
mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi
yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian
suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian diletakkan pada
kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji
kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
2. Kesegaman Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti
sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa
sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan
memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu,
suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.
3. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat
hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama
dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG 1000 waktu
hancurnya 15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syarat
diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh.
Pengujian menggunakan media air, dikarenakan sebagian besar ( 60%) tubuh manusia
mengandung cairan.
4. Uji Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah
sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi
terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur.
Caranya dengan ditimbang seksama sejumlah suppositoria, satu persatu kemudian dihitung
berat rata-ratanya. Hitung jumlah zat aktif dari masing-masing sejumlah suppositoria
dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang beratnya
melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam keseragaman
bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terdapat
dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang
sama pula.
5. Uji Titik Lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan
supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air
dengan suhu 37C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu
leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan
untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
6. Kerapuhan
11
F. MONOGRAFI BAHAN
1. Aminophylin
a) Sifat Kimia
Nama Lain
Nama kimia
Rumus Molekul
Berat Molekul
pH
b) Sifat Fisika
: Aminophyllinum
: Theofilina Etilendiamina
: C16H24N10O4
: 420,43
: 8,8
Organoleptis
Pemerian
amoniak, rasa pahit, bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul
air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4%
teofilin
anhydrous,
serta
mengandung
13.5%
sampai
15%
anhydrous
ethylenediamine.
Kelarutan
: larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin
menjadi keruh, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan dalam eter.
Khasiat
: Bronkodilator, antispasmodikan, diuretikum
12
Stabilitas
cahaya. Simpan dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin
merupakan larutan yang stabil pada suhu ruangan. Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam
suhu kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 mg/mL dapat dijaga hingga 48
jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic syringes 5 jam. Aminofilin bersifat basa
(pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan untuk meluluhkan plastik dan
karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan dalam plastic syringes
dalam waktu lama.
2. PEG
Pemerian
Titk lebur
Titik beku
Fungsi
Kelarutan
polietilen glikol lainnya; larut dalam aseton, diklorometana, etanol dan metanol; agak
sukar larut dalam hidrokarbon alifatik dan eter; tidak larut dalam lemak, fixed oil, dan
minyak mineral. Semua PEG larut dalam air dan bercampur dalam berbagai
perbandingan polietilen glikol (setelah dipanaskan, jika diperlukan). Larutan PEG
dengan
bobot
meolekul
yang
tinggi
dapat
gel. Polietilen glikol yang cair larut dalam aseton, alkohol, benzene, gliserin dan glikol.
Polietilen glikol yang wujudnya padat larut dalam aseton, diklorometan, etanol (95%).
Stabilitas : PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan, walaupun PEG>2000
higroskopis. PEG tidak rentan terhadap pertumbuhan mikroba dan tidak mudah menjadi
tengik. PEG (padat atau cair) dapat disterilisasi dengan autoklaf, filtrasi atau gama
irasiasi. Sterilisasi PEG yang padat dengan pemanasan pada suhu 150C selama 1 jam
dapat menyebabkan oksidasi, penggelapan warna dan pembentukan degradasi asam.
Idealnya sterilisasi dilakukan pada lingkungan yang inert. Oksidasi PEG dapat juga
dihambat dengan penambahan antioksidan yang tepat. Penyimpanan dalam bnitrogen
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi. Harus disimpan dalam wadah yang
tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering. Wadah yang terbuat dari stainless
steel, aluminium, kaca atau lined steel diutamkan untuk penyimpanan PEG cair.
Incomp : PEG dalam wujud padat dan cair inkompatibel dengan beberapa zat
pewarna. Aktivitas antibakteri dari beberapa antibiotik, seperti penisilin dan basitrasin,
berkurang dalam basis PEG. Efektivitas pengawet seperti paraben juga dapat berkurang
karena membentuk ikatan dengan PEG. Perubahan fisik yang terjadi pada basis PEG
adalah menjadi lebih lunak atau lebih cair dengan adanya campuran fenol, asam tannat
13
dan asam salisilat. Dapat menyebabkan perubahan warna sulfonamid dan ditranol, juga
pengendapan sorbitol. Plastik, seperti polietilen, fenolformaldehid, polivinilklorida dan
membran selulosa dapat mnejadi lebih lunak atau larut dengan PEG. Perpindahan PEG
dapat terjadi dari salut film tablet, menyebabkan interaksi dengan komponen pada inti
tablet.
PEG Titik Leleh (C)
1000
37
40
1500
44
48
1540
40
48
4000
50
58
6000
55
63
Absobsi : diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral. Absorbsi dari bentuk dosis lepas
lambat bersifat lama tetapi sempurna. Absorbsi dari supposutoria rectal tidak menentu dan
tidak diandalkan.
Distribusi : distribusi secara luas sebagai teofilin, menembus plasenta,konsentrasi dalam asi
dimetabilosme
dihati
menjadi
kafein,
yang
dapat
menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot
jantung, dan meningkatkan diuresis.
14
BAB III
METODOLOGI KERJA
A. PERHITUNGAN BAHAN
1. Resep Standar
FORNAS Edisi II tahun 1978 hal : 21
Aminophylini Suppositoria
Tiap suppositoria mengandung :
- Aminophylin
250 mg
- Suppositorium dasar yang cocok
qs
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
Dosia
: 1 sampai 2 kali sehari 2 suppositorium
Catatan
: sediaan lain berkekuatan 125 mg dan 500 mg
2. Resep Baru
Menggunakan Aminophylin dengan dosis 500 mg untuk dewasa dengan berat per
suppositorium 3 gr berjumlah 8 buah. Suppositorium dasar yang digunakan pada sediaan
a)
ini adalah PEG 1000 (75 %) dan PEG 4000 (25 %).
Perhitungan bahan
Suppositorium yang dibuat
: 8 + 2 = 10 buah (perhitungan dibuat lebih)
Berat suppositorium
: 10 x 3 gr = 30 gr
Aminophylin
: 0,5 gr x 10 = 5 gr
Basis
: berat suppos total zat aktif
: 30 gr 5 gr = 25 gr
75
x 25=18 ,7 5 gr
- PEG 1000 (75 %)
: 100
-
25
x 25 gr=6, 25 gr
100
Alat
Timbangan, anak timbangan, penara
Perkamen
Cawan porselen
Sendok Tanduk
Sudip
Batang pengaduk
Mortir
Stamper
Serbet
Pencetak supositoria
Bahan
Aminofillin
PEG 1000
PEG 4000
Alumunium foil
Parrafin Liquidum
C. PROSEDUR PEMBUATAN
Penimbangan Bahan
15
N
o
1
2
3
Nama Bahan
Aminophylin
PEG 1000 (75 %)
PEG 4000 (25 %)
Jumlah Bahan
(14 buah)
5.000 mg
18.750 mg
6.250 mg
Penimbangan
Paraf
5.000 mg
18.750 mg
6.250 mg
Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Timbang seluruh bahan yang dibutuhkan yaitu Aminophylin: 4000 mg, PEG 1.000: 18.750
mg, dan PEG 4000: 6.250 mg.
3. Lebur PEG 1000 dan PEG 4000 di atas penangas air ad mencair (massa I)
4. Setelah massa I melebur, turunkan dari penangas. Tambahkan Aminophylin yang sudah
digerus terlebih dahulu, aduk menggunakan pengaduk kaca (massa II). Jika massa II
mengeras lakukan sedikit saja pemanasan sambil diaduk.
5. Tuang massa II kedalam cetakan suppositoria yang telah dilubrikasi dengan Paraffin
Liquidum. Pastikan massa II dituang kedalam cetakan secara terus menerus tanpa
berhenti dan biarkan isi melebihi cetakan. Cetak suppositoria sebanyak 8 buah.
6. Biarkan suppos mendingin dalam suhu ruang terlebih dahulu. Setelah suhu suppos sama
dengan suhu ruang, suppos dapat dimasukkan ke lemari pendingin untuk proses
pengerasan lebih lanjut.
7. Keluarkan suppos dari lemari pendingin, buka cetakan dan dorong suppos perlahan dengan
hati hati.
8. Segera lapisi suppositoria dengan aluminium foil, masukkan kedalam kotak, simpan di
tempat yang kering dan sejuk, dan tambahkan brosur ke dalam kotak.
Label: ni (tidak boleh di ulang tanpa resep dokter)
Tambahan :
a.
b.
c.
d.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EVALUASI SEDIAAN
Pembuatan
: 16 Juni 2014
Evaluasi
: 17 Juni 2014
Uji fisik Aminophylin Suppositoria meliputi uji homogenitas, waktu hancur, keseragaman bobot, dan
titik lebur. Dari uji fisik tersebut didapatlah data sebagai berikut :
1. Uji Homogenitas
Dengan cara mengambil 3 titik bagian suppositoria (atas tengah bawah) dan diamati di bawah
mikroskop, dan didapatlah seperti dibawah ini :
Pangkal
Tengah
Bawah
Pembahasan :
Uji ini bertujuaan untuk melihat homogenitas dari zat aktif yaitu Aminophylin, jika dilihat dari
hasil pengamatan bagian yang hitam merupakan zat aktif yang dapat disimpulakan tersebar merata.
Karena suppositoria ini dibuat dari basis PEG 1000 dan 4000, hal ini menyebabkan sediaan menjadi
sangat keras seperti lilin. Kerasnya suppositoria ini menyebabkan sulitnya sediaan dipotong menjadi
bagian yang sangat tipis. Jadi, adanya celah pada pengamatan bukan karena zat aktif yang tidak tersebar
merata namun dikarenakan sulitnya suppos untuk dipotong menjadi bagian yang tipis.
: 370C
Suhu
Pembahasan :
Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan
suppositoria untuk hancur didalam tubuh. Pada umumnya sediaan suppositoria yang menggunakan basis
PEG memiliki waktu hancur 15 menit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sediaan suppos yang diuji
memenuhi syarat yaitu 13 menit 40 detik. Dalam pengujian ini menggunakan media air dikarenakan
sebagian besar tubuh mengandung cairan.
3. Keseragaman Bobot
Diuji dengan menimbang sediaan satu per satu di timbangan analitik dan ditimbang dengan satuan
gram. Dalam hal ini penyimpangan keseragaman variasi bobot yang didapat tidak boleh lebih
Berat Suppositoria
1
2
3
4
5
6
7
8
3,23 gr
3,31 gr
3,26 gr
3,21 gr
3,28 gr
3,28 gr
3,29 gr
3,16 gr
x =3,25 gr
Persentase
Penyimpangan
0,61 %
1,84 %
0.30 %
1,23 %
0,92 %
0,92 %
1,23 %
2,79 %
Paraf
1,23 %
Pembahasan:
18
Meskipun berat suppositoria tidak tepat 3 gram, namun lebihnya berat tidak terlalu besar dengan
bobot paling besar lebih 0,31 gram dan hal ini masih bisa ditoleransi. Keseragaman bobot
mengindikasikan semua bahan obat terdistribusi merata dan mempengaruhi efek terapi yang diberikan
obat.
geser jarum pembacaan sedemikian rupa sehingga jarum berada tepat pada batas antara zat
Pembahasan :
Suppositoria yang menggunakan basis PEG pasti akan memiliki titik lebur yang besarnya melebihi
suhu tubuh normal. Walaupun demikian tidak akan mempengaruhi proses absorbsi didalam tubuh,
karena basis PEG melarut bersama cairan yang ada didalam tubuh. Titik lebur yang tinggi ini
memberikan keuntungan terutama dinegara iklim tropis, dan memberikan kemudahan dalam
penyimpanan yang tidak perlu dimasukkan ke dalam lemari es. Suppositoria dengan PEG dapat
disimpan di tempat yang kering dengan suhu ruang, tanpa rasa khawatir suppos akan meleleh dan
berubah bentuk. Namun, kekurangan dari PEG kombinasi 1000 dan 4000 ini adalah sifatnya yang keras
dapat mengiritasi mukosa, pelepasan zat aktif secara perlahan (lambat) semakin lambat seiring dengan
besarnya Berat Molekul PEG yang digunakan.
B. PRE FORMULASI
Suppositorium yang dibuat
Berat suppositorium
Aminophylin
Basis
25
x 25 gr=6,25 gr
100
19
Pada pembuatan sediaan suppositoria kali ini menggunakan Aminophylin sebagai zat aktif
yang berfungsi sebagai antiasma. Dalam pembuatan resep baru, sediaan ini berpedoman pada
Fornas edisi II tahun 1978 hal : 21 dengan nama resep Aminophylini Suppositoria. Dalam resep
tersebut menggunaan zat aktif berkekuatan 125 mg, namun pada resep baru dipilih sediaan
berkekuatan lain yaitu 500 mg. Pertimbangan memilih zat aktif 500 mg, karena suppositoria ini
ditujukan untuk orang dewasa dengan berat per bobot 3 g.
Karena pada sediaan ini berupa suppositoria jadi diperlukan basis dasar sebagai pembawa
dan pembentuk. Pada sediaan ini menggunakan basis dasar PEG 1000 (75%) dan PEG 4000
(25%). Basis ini merupakan basis tidak berair atau dalam pembuatannya tidak ada
pencampuran air. Gabungan kedua PEG ini akan menghasilkan suppositoria yang tidak mudah
meleleh saat dipegang atau dikondisi lingkungan tropis dan memiliki bentuk yang sedikit keras.
Tidak mudahnya meleleh pada suhu tubuh, tidak menjadi masalah karena suppositoria dengan
basis ini akan larut dengan cairan sekresi tubuh, karena melarut jadi dibutuhkan waktu yang
sedikit lebih lama untuk suppositoria tersebut habis.
N
o
1
2
3
Nama Bahan
Aminophylin
PEG 1000 (75 %)
PEG 4000 (25 %)
pH
Titik Lebur
8,8
350 630 C
50 580C
BAB V
KESIMPULAN
N
o
1
2
3
Nama Bahan
Aminophylin
PEG 1000 (75 %)
PEG 4000 (25 %)
Fungsi
5.000 mg
18.750 mg
6.250 mg
Zat Aktif
Basis Dasar
Basis Dasar
1. Hasil uji homogenitas memperlihatkan bahwa zat aktif tersebar merata di seluruh bagian suppositoria.
20
2. Suppositoria hancur dalam waktu 13 menit 40 detik pada suhu 370C, uji ini menggunakan alat
Desintegrasi Tester. Hal ini memenuhi syarat, dimana suppos yang menggunakan basis PEG memiliki
waktu hancur 15 menit.
3. Setelah ditimbang di neraca analitik bobot rata rata dari delapan sediaan adalah 3,25 gr, dengan bobot
terberat 3,31 gr dan teringan 3,21 gr dengan penyimpangan bobot 1,23 %.
4. Suppositoria melebur pada suhu 520C. Hasil ini memenuhi kriteria dari range titik lebur yang telah
ditentukan jika menggunakan basis PEG 1000 dan 4000, yaitu dengan range 35 0 630C.
21
DAFTAR PUSTAKA
Healthcare USA.
Rowe C Raymond., Sheskey J Paul., & Quinn E Marian (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press and
Sumber Website :
Enjoywithsains.blogspot.com
Pharmacycity.wordpress.com
Selfiamonapeggystia.blogspot.com
22
LAMPIRAN
A. DESAIN KOTAK
B. BROSUR
23
C.
DOKUMENTASI
24
25
26