Anda di halaman 1dari 5

AVIAN INFLUENZA A (H5N1): virus influenza pada mamalia berasal dari

EPIDEMIOLOGI, KARAKTERISTIK, reservoir influenza avian. Dari 15 subtipe HA


DAN PATOGENISITAS yang ditemukan pada burung, hanya
beberapa yang berhasil ditransfer ke mamalia
Ella Kusuma Wardhani (H1, H2, H3, dan H5 pada manusia; H1 dan
NIM. 17020200019 H3 pada babi; serta H3 dan H7 pada kuda).
STIKes Rumah Sakit Anwar Medika Pola yang sama berlaku untuk NA; diketahui
ada sembilan subtipe NA pada burung, hanya
dua yang ditemukan pada manusia (N1, N2).
PENDAHULUAN Virus influenza tampaknya tidak menjalani
perubahan antigen dalam burung, mungkin
Penyakit Avian Influenza (AI) secara karena rentang hidupnya singkat. Ini
klinis pertama kali diidentifikasi oleh menandakan bahwa gen yang menyebabkan
Edoardo Perroncito tahun 1878 di Italia, pandemi influenza sebelumnya pada manusia
tepatnya di daerah Lembah Po yang dikenal masih ada dan tidak berubah di dalam
dengan sebutan ‘Epizoozia tifoide nei reservoir unggas perairan (Jawetz, dkk.2000).
gallinacei’. Werner Shafer pada tahun 1955
mengidentifikasi agen penyebab penyakit EPIDEMIOLOGI
tersebut adalah jenis virus influenza tipe A
(Widiasih, DA., dkk. 2012) Kejadian Avian Influenza H5N1 (lebih
dikenal dengan sebutan Flu Burung oleh
Sejak lebih dari satu abad yang lalu, media), di Indonesia telah banyak
beberapa subtipe dari virus influenza A telah menimbulkan kerugian yang meluas baik dari
menghantui manusia. Berbagai variasi mutasi sektor ekonomi, kesehatan masyarakat, dan
subtipe virus influenza A yang menyerang ketahanan pangan. Wabah penyakit Avian
manusia dan telah menyebabkan pandemi, Influenza di Indonesia muncul sekitar bulan
sehingga tidak mengherankan jika Agustus tahun 2003 yang menyerang ayam
kewaspadaan global terhadap wabah pandemi ras komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah
flu burung mendapatkan perhatian yang kemudian meluas hingga di beberapa wilayah
serius. Diawali pada tahun 1918 dunia provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
dikejutkan oleh wabah pandemi yang Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
disebabkan virus influenza, yang telah Lampung, Bali, Sumatera, dan Kalimantan.
membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana Tahun 2003, wilayah yang tertular penyakit
subtipe yang mewabah saat itu adalah virus tersebut mencakup sembilan provinsi tertular,
H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. yang terdiri dari 51 kabupaten/kota serta
Tahun 1957 kembali dunia dilanda wabah menimbulkan kematian pada unggas hingga
global yang disebabkan oleh kerabat dekat mencapai 4,13 juta ekor (Data Dirjen
virus yang bermutasi menjadi H2N2 atau Peternakan RI, 2004). Jenis unggas yang
dikenal dengan “Asian Flu” yang telah terserang meliputi ras ayam petelur,
merenggut 100.000 jiwa meninggal. Pada pedaging, ayam bibit, ayam buras, ayam
tahun 1968, virus kembali menyebabkan arab, itik, entog, burung puyuh, burung
wabah pandemi dengan merubah dirinya merpati, burung perkutut, dan burung merak.
menjadi H3N2. Mutan virus yang dikenal Virus penyebab penyakit AI telah berhasil
dengan “Hongkong Flu” ini telah diisolasi dan dikarakterisasi secara lengkap
menyebabkan 700.000 orang meninggal dari sampel unggas di Jawa Timur dan Jawa
dunia (Radji, M., 2012). Barat oleh Balai Besar Penelitian Veteriner,
yaitu berupa virus influenza tipe A dengan
Analisis sekuens virus-virus influenza A subtipe H5N1(Widiasih, DA., dkk. 2012).
yang diisolasi dari banyak pejamu di
berbagai daerah di seluruh dunia mendukung Beberapa negara (Vietnam, Thailand,
satu teori yang menyatakan bahwa semua Hongkong, dan Indonesia) kemudian
melaporkan adanya virus flu burung yang
mengalami loncat inang dan menginfeksi
manusia. Penyakit flu burung pada manusia
umumnya berakibat fatal, sehingga perlu
kewaspadaan tinggi untuk dapat mendeteksi
penyakit ini secara dini. Kasus manusia
terinfeksi virus Flu Burung (H5N1) yang
sangat patogen pertama kali dilaporkan pada
tahun 1997, bersamaan dengan KLB virus
H5N1 pada unggas di Hongkong, dengan 18
penderita terinfeksi H5N1 dan 6 orang
meninggal. WHO melaporkan sejak Januari
2004 – hingga akhir Oktober 2006, terdapat
256 kasus manusia dan 152 kasus meninggal
(CFR 59,4%) di Vietnam, Thailand,
Kamboja, Cina, Irak, Turki, Mesir, Djibouti,
Azerbaijan, dan Indonesia. Sebagian besar
kasus diyakini akibat transmisi dari unggas
ke manusia secara sporadik melalui paparan
langsung dengan ayam yang terinfeksi H5N1
(Sedyaningsih, ER., dkk. 2006).
Tabel 1. Jumlah Kasus Flu Burung pada Manusia di Indonesia (Juli 2005-Oktober 2006)

Klasifikasi Kasus Jumlah


Kasus suspek 774
Kasus probabel 2 (2 meninggal: 100%
Kasus Terkonfirmasi 72 (55 meninggal: 76,4%
Jumlah pasien (orang)

16
14
12
10
8
6
4 Laki-Laki
2
0 Perempuan

Nama Provinsi

Tabel 2. Kasus Flu Burung di Indonesia per Bulan dan per Jenis Kelamin (Juli 2005-
Oktober 2006)

12

10
Jumlah pasien (orang)

6
Laki-Laki
4
Perempuan
2

2005 2006
KARAKTERISTIK dalam sel hospesnya. Disamping itu adanya
substitusi pada nonstructural protein
Famili : Orthomyxoviridae (Asp92Glu), menyebabkan H5N1 resistensi
terhadap interferon dan tumor necrosis factor
Genus : Influenzavirus A
 (TNF-) secara in vitro (Radji, M., 2012)
Spesies : Highly Pathogenic Avian Influenza
Umumnya virus influenza, baik di
Virus A (HPAI A/H5N1)
manusia atau unggas adalah kelompok famili
PATOGENISITAS Orthomyxoviridae. Berinteraksi dengan mucin,
berdiameter 80-110 nm, mempunyai 8 segmen
Patogenesis merupakan sifat umum virus genom RNA (rybonucleic acid) rantai tunggal,
dan dalam virus avian influenza merupakan mempunyai envelope atau pembungkus,
bakat pilogenik yang sangat tergantung pada merupakan partikel pleiomorphic berukuran
sebuah konstelasi gen yang optimal yang sedang yang terdiri atas 2 lapis lemak dan
mempengaruhi tropisme (reaksi ke arah atau terletak di atas matriks M1 yang mengelilingi
menjauhi stimulus) dari jaringan dan reservoir, genom. Di permukaan envelope terdapat dua
efektivitas replikasi dan mekanisme tonjolan glikoprotein yaitu hemaglutinin (H)
penghindaran imunitas. Selain itu faktor dan neuraminidase (N). Protein lain selain H
spesifik untuk setiap spesies juga mempunyai dan N, virus influenza A juga mempunyai
peranan terhadap hasil suatu infeksi yang protein matriks M1, M2, nukleoprotein (NP),
terjadi setelah penularan antar spesies sehingga Polimerase (PB1, PB2, PA) NS1, dan NEP.
akibat dari penularan tersebut tidak dapat Masing-masing protein mempunyai fungsi
diduga sebelumnya. Bentuk virus avian yang berbeda (Mulyadi, B., Prihatini, 2006).
influenza yang sangat patogen sampai saat ini
secara eksklusif ditimbulkan oleh subtipe H5 Lingkungan sel hospes yang sesuai sangat
dan H7. Biasanya virus-virus H5 dan H7 mempengaruhi proses perlekatan VAI pada
bertahan stabil dalam hospes alamiahnya hospes. Hemaglutinin HA pada VAI berperan
dalam bentuk berpatogenisitas rendah. Dari dalam perlekatan dengan reseptor sel target
hospes alamiahnya, virus avian influenza dapat hospes. Glikoprotein HA yang berada pada
ditularkan ke kawanan unggas ternak. Setelah selubung VAI akan melakukan pengenalan dan
mengalami masa sirkulasi yang bervariasi dan berikatan dengan glikoprotein atau glikolipid
tidak pasti serta mengalami adaptasi dalam permukaan sel hospes yang mengandung
populasi unggas yang rentan, maka virus avian gugus terminal sialyl-galactosyl [Neu5Ac(2-
influenza tersebut dapat mengalami mutasi 3)Gal] atau [Neu5Ac(2-6)Gal] dan komposisi
menjadi bentuk yang patogen (Garjito, TA., fragmen bagian dalam dari
2013) sialyloligosaccharides pada permukaan sel
hospes. Perbedaan sialyloligosaccharides yang
Mutasi genetik virus avian influenza terekspresi, bergantung pada perbedaan
seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan jaringan dan hospes yang terinfeksi (Widiasih,
lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak DA., dkk. 2012).
saja untuk mempertahankan diri akan tetapi
juga dapat meningkatkan sifat Infeksi influenza menyebabkan
patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus pengancuran sel dan deskuamasi mukosa
H5N1 yang diisolasi dari pasien yang superfisial saluran nafas tetapi tidak
terinfeksi pada tahun 1997, menunjukkan berdampak terhadap lapisan epitel basal.
bahwa mutasi genetik pada posisi 627 dari gen Perbaikan lengkap kerusakan sel kemungkinan
PB2 yang mengkode ekspresi polymesase memakan waktu hingga 1 bulan. Kerusakan
basic protein (Glu627Lys) telah menghasilkan epitel saluran nafas akibat virus menurunkan
highly cleavable hemagglutinin glycoprotein resistensinya terhadap serangan bakteri
yang merupakan faktor virulensi yang dapat sekunder, terutama stafilokok, streptokok, dan
meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 Haemophilus influenzae (Jawetz, dkk.2000).
REFERENSI

1. Garjito, TA., 2013. Virus Avian Influenza


H5N1:Biologi Molekuler Dan Potensi
Penularannya Ke Unggas Dan Manusia.
Jurnal Vektoral Vol. V(2) : 92.
2. Jawetz, dkk. 2000. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
3. Mulyadi, B., Prihatini. 2006. Diagnosis
Laboratorik Flu Burung (H5N1).
Indonesian Journal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory Vol. XII(2) : 72.
4. Radji, M. 2012. Avian Influenza A (H5N1):
Patogenesis, Pencegahan Dan Penyebaran
Pada Manusia. Majalah Ilmu Kefarmasian
Vol. III(2) : 55, 59-60
5. Sedyaningsih, ER., 2006. Karakteristik
Epidemiologi Kasus-Kasus Flu Burung di
Indonesia Juli 2005 – Oktober 2006. Bul.
Penel. Kesehatan Vol. XXXIV(4) : 138-140
6. Widiasih, DA., dkk. 2012. Epidemiologi
Zoonosis Di Indonesia. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai