Kelompok 2
Disusun oleh:
1. Putri Sallamah N (I1B018021)
2. Lukman Hakim . (I1B018023)
3. Sapti Mardiyanti (I1B018025)
4. Afifah Afdiani Q (I1B018027)
5. Putri Regina A (I1B018031)
6. Rafa Wahyu Indrayani (I1B018033)
7. Nita Yulinda (I1B018035)
8. Anestasya Pradana (I1B018037)
9. Tiara Oktin Kususma (I1B018039)
10. Mahmudatun Ulya (I1B018042)
11. Vernny Wanda (I1B018044)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu isu strategis yang selalu mendapat
tempat dalam pembahasan mengenai kesejahteraan rakyat dan pembangunan suatu
negara. globalisasi juga dapat memfasilitasi penyebaran penyakit yang mewabah di
suatu wilayah secara cepat ke wilayah lain dalam satu negara atau antara satu
negara dengan negara lain, sehingga meningkatkan potensi penyebaran penyakit
lintas wilayah (epidemi) dan lintas negara (pandemi) (Shiddiqy et al., 2019). Salah
satu penyakit yang sempat mewabah dan dengan penyebaran yang luas di Indonesia
adalah Avian Influenza.
Flu unggas (Avian Influenza, AI) atau lebih dikenal sebagai Flu Burung. AI
adalah penyakit menular yang menyerang kelompok hewan unggas yang kemudian
juga dapat ditemui pada mamalia lain seperti babi dan manusia. Penyakit AI
disebabkan oleh virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae (Garjito,
2014). Virus AI dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu Highly
Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang menyebabkan morbditas dan mortalitas
tinggi serta sering menimbulkan wabah dan Low Pathogenic Avian Influenza
(LPAI) menyebabkan gejala ringan dan tindak memiliki gejala pada unggas yang
terinfeksi (Garjito, 2014).
AI diduga telah muncul lebih dari 100 tahun yang lalu, pertama kali
teridentifikasi di Italia pada tahun 1878 (Shiddiqy et al., 2019). Wabah VAI HPAI
H5N1 terjadi di peternakan ayam pada delapan negara di Asia. Indonesia
teridentifikasi pertama kali pada akhir tahun 2003 di peternakan ayam petelur
komersial di beberapa daerah di pulau Jawa (Isnawati et al., 2019). Jumlah kasus
dari tahun 2005 hingga 2015 adalah 199 kasus atau 23% dari jumlah kasus di dunia,
sehingga Indonesia menjadi negara kedua dengan proporsi kasus terbanyak.
Indonesia bahkan menjadi negara dengan CFR avian influenza tertinggi di dunia,
yaitu sebesar 84% mengalami peningkatan 0,94% dari pada CFR tahun 2012
(Shiddiqy et al., 2019).
Pandemi influenza sangat dimungkinkan manakala virus AI mengalami
perubahan pembawa sifat (mutasi genetik) atau terjadinya reassortment, yaitu
pencampuran pembawa sifat genetik virus influenza biasa (musiman) dengan virus
AI yang menyebabkan munculnya virus subtipe baru sehingga mudah menular
antarmanusia karena belum ada kekebalan pada tubuh manusia. Oleh sebab itu,
WHO menghimbau kepada seluruh negara agar mengambil langkah-langkah
antisipatif. Pertimbangan ini dianggap perlu, mengingat peristiwa yang pernah
terjadi dimasa lalu, yakni tiga pandemi influenza yang mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia yang sangat besar (Shiddiqy et al., 2019).
B. Tujuan
1. Mengetahui sejarah munculnya penyakit AI secara epidemiologi.
2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit AI.
3. Mengetahui patofisiologi penyakit AI.
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang diperlukan saat menangani
penyakit AI.
5. Memahami pengkajian data sesuai dengan kasus AI.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diterapkan sesuai dengan kasus
AI.
7. Mengetahui penelitian terbaru terkait perawatan AI.
C. Manfaat
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat membantu mahasiswa lebih
memahami penyakit AI, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengetahui
asuhan keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan penyakit AI.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Wabah penyakit flu burung (FB) yang melanda dunia, khususnya kawasan
Asia, memang sangat menjadi perhatian, baik masyarakat luas maupun badan
kesehatan dunia seperti WHO. Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular yang
dapat menginfeksi semua jenis unggas, manusia, babi, kuda dan anjing, Ini
disebabkan oleh virus Avian Influenza type A dari family Orthomyxoviridae. Secara
umum, beberapa virus Avian Influenza dapat beradaptasi pada spesies unggas baru
dan menyebabkan outbreak baik epidemik maupun endemic. Penyakit ini
dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga
berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian
ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh
karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza). Jumlah unggas yang mati
akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia sangat besar yaitu
3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah provinsi
Jawa Barat (1.541.427 ekor). Sementara penyebaran virus tersebut pada manusia di
lndonesia sejak bulan Juli 2005 hingga 12 April 2006 telah ditemukan 479 kasus
kumulatif yang dicurigai sebagai flu burung pada manusia di Tangerang dan Banten
(Elytha, 2006).
B. PENYEBAB PENYAKIT FLU BURUNG (FB) ATAU AVIAN INFLUENZA
(AI)
C. MANIFESTASI KLINIS
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran
pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini
melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk.
Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu
burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke
manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum
terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara
virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah
jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena
kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat
terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-
alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi
melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus
unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai
mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari
unggas ke manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan
bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan
menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu
burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan
80°C selama 1 menit (Sisilia, Mirna., dkk, 2016).
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan
respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu
tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu
peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang
membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai
jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di
bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa
anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat (Sisilia, Mirna.,
dkk, 2016).
PATHWAY (Wariputri, 2016)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Yuliarti, 2016), diagnosis flu burung meliputi :
1. Rapid Test
Alat ini berbentuk kotak plastik kecil yang didalamnya terdapat kertas putih
dengan kode C (control) dan T (Test) yang sudah ditetesi antibodi virus flu
burung yang berperanan mendeteksi antigen virus. Jika unggas terkena flu
burung, antigen virus pada unggas terikat dengan antibodi yang ada dalam
kertas, sehingga akan memunculkan dua garis vertikal pada area C dan T.
Keuntungan metode ini adalah kecepatannya karena kita langsung dapat
mengetahui hasilnya.
2. HI (Hemaglutinasi Inhibisi)
Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Hemaglutinin (H). Uji ini lebih
sensitif dari pada rapid test dan cukup murah, meskipun membutuhkan
waktu lebih lama (sekitar 3 hari).
3. AGP (Agar Gel Presipitation)
Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Neuraminidase (N).
4. VN (Virus Netralisasi)
Alat ini untuk mengetahui pembentukan antibodi.
5. Isolasi Virus
6. PCR (Polimerase Chain Reaction)
Alat ini untuk memastikan adanya virus Influenza A subtipe H5N1.
Pada manusia, selain pemeriksaan laboratorium diatas, ada pula
pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan Hb, hitung jenis
leukosit, hitung total leukosit, trombosit, laju endap darah, albumin,
globulin, SGPT, SGOT, ureum, kreatinin, serta analisa gas darah.
2. Pasien pemeriksaan mikrobiologi meliputi Rapid test, ELISA, dan
pemeriksaan antigen (HI, IF/FA).
3. Foto Toraks.
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Sdr. S (18 tahun) laki-laki masuk rumah sakit dihantar oleh Ayahnya dengan
keluhan sulit bernapas. Ayah Klien mengatakan anaknya sudah sekitar tiga minggu
mengalami pilek dan batuk. Ayah klien mengatakan Sdr. S selalu mengeluh sakit
kepala. Klien mengalami kesulitan saat nafas sejak 1 hari yang lalu karena
penumpukan sekret di saluran pernapasan, klien terkadang batuk dengan
mengeluarkan sedikit sekret berwarna kuning dengan konsitensi kental. Klien
mengatakan badannya panas sejak sehari yang lalu. Ayah klien mengatakan Sdr. S
gemar memelihara burung, sekitar sebulan yang lalu burung peliharaannya mati
karna lemas dan tidak mau makan,kepala bengkak, sekitar mata bengkak. Klien
mengatakan sulit bernapas, demam dan nyeri pada otot dan sendi P : Klien merasa
nyeri pada bagian otot dan sendi di tangan dan kaki klien, Keadaan ini akan lebih
berat jika klien terlalu banyak melakukan aktivitas, usaha yang dilakukan klien
yaitu istirahat Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk jarum R : nyeri pada
bagian otot dan sendi di tangan dan kaki, dan tidak menyebar S : Skala nyeri 3
(berat) -0 : tidak ada nyeri -1 : nyeri ringan -2 : nyeri sedang 10 -3 : nyeri berat -4 :
sangat nyeri T : nyeri dirasakan klien jika klien menggerakkan tangan/kakinya.
Klien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini dan klien tidak pernah masuk rumah
sakit. Ayah klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama seperti klien dan tidak ada memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM,penyakit jantung, dan asma dan klien tidak
memiliki alergi baik makanan ataupun obat-obatan.
Dari pemeriksaan fisik ada Sdr.S didapatkan sclera putih, konjungtiva kemerahan,
reflek pupil isokhor. Terdapat secret berwarna kuning dan konsistensi kental di
hidung. Pada mulut, bibir klien agak kering dan pucat. Pengembangan paru kiri dan
kanan simetris dan dada klien terlihat ada Retraksi/otot bantu napas, tidak ada nyeri
tekan. Palpasi pada lapang paru terdapat bunyi sonor hasil auskultasi pada lapang
paru terdengar bunyi suara napas vesikuler. Peristaltik usus 20x/menit. Ekstremitas
Kekuatan otot ektermitas atas kanan dan kiri sangat baik, bisa digerakan aktif.
Kekuatan otot ektermitas bawah kanan dan kiri baik dan mengalami nyeri pegal-
pegal. Keadaan umum composmentis. TTV (TD 120/80 mmHg, suhu 38,5℃, nadi
90x/menit, RR 32x/menit-irregular). BB saat ini 53 kg. Saat ini klien mendapatkan
terapi medis berupa: cairan IV tipe RL 20tpm, Ceftriaxone 2x1gr, Ranitidin 2x
10gr, Flexatide atrovent 3x1 Paracetamol 3x1 tab.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Sdr. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 18 tahun
Alamat :
Suku bangsa :
Agama :
No. RM :
Diagnosa : Avian Influenza
medis
b. Riwayat Kesehatan
c. Pengkajian Primer:
2) Pemeriksaan Fisik:
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Terapi Medis
Terapi medis berupa: cairan IV tipe RL 20tpm, Ceftriaxone 2x1gr,
Ranitidin 2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1 Paracetamol 3x1 tab.
2. Analisis Data
DO:
- Klien terkadang batuk
dengan mengeluarkan
sedikit sekret berwarna
kuning dengan konsitensi
kental
- Suara nafas: ronkhi (ada
penumpukan secret)
2. DS: Hiperventilasi Pola napas tidak
-Klien mengatakan sulit efektif
bernapas
DO:
- Terlihat ada retraksi/otot
bantu napas
-Irama nafas: irregular.
- RR 32x/menit
3. DS: Penyakit Hipertermi
- Klien mengatakan
badannya panas sejak sehari
yang lalu.
DO:
- Suhu 38,5℃,
- RR 32x/menit-irregular).
- Pada mulut, bibir klien
agak kering dan pucat
DO:
- Kekuatan otot ektermitas
bawah kanan dan kiri baik
dan mengalami nyeri pegal-
pegal
3. Prioritas Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d mukus berlebihan
b. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
c. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
d. Hipertermi b.d penyakit
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu unggas (Avian Influenza, AI) atau lebih dikenal sebagai Flu
Burung. AI adalah penyakit menular yang menyerang kelompok hewan unggas
yang kemudian juga dapat ditemui pada mamalia lain seperti babi dan manusia.
Penyakit AI disebabkan oleh virus influenza tipe A dari keluarga
Orthomyxoviridae (Garjito, 2014).
Pandemi influenza sangat dimungkinkan manakala virus AI mengalami
perubahan pembawa sifat (mutasi genetik) atau terjadinya reassortment, yaitu
pencampuran pembawa sifat genetik virus influenza biasa (musiman) dengan
virus AI yang menyebabkan munculnya virus subtipe baru sehingga mudah
menular antarmanusia karena belum ada kekebalan pada tubuh manusia.
Penyebab FB adalah virus influenza tipe A, termasuk family Orthomyxoviridae
dan virus ini dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift) sehingga dapat
menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe FB yang banyak jenisnya.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir
keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Flu
Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh
kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan
tubuh yang belum begitu kuat (Sisilia, Mirna., dkk, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Garjito, T. A. (2014). Virus Avian Influenza H5N1: Biologi Molekuler Dan Potensi
Penularannya Ke Unggas Dan Manusia. Vektora : Jurnal Vektor Dan Reservoir
Penyakit, 5(2), 85–97. https://doi.org/10.22435/vektora.v5i2Okt.3493.81-94
Isnawati, R., Wuryastuti, H., & Wasito, R. (2019). Peneguhan diagnosis Avian
Influenza pada Ayam Petelur yang Mengalami Gejala Penurunan Produksi. Jurnal
Sain Veteriner, 37(1), 1–10. https://doi.org/10.22146/jsv.40602
Shiddiqy, H. A., Nefianto, T., & Triutomo, S. (2019). Analisis Faktor dan Pola
Penyebaran Virus Avian Influenza di Indonesia Menggunakan Model PAR. Jurnal
Manajemen Bencana (JMB), 5(1), 61–72. https://doi.org/10.33172/jmb.v5i1.609
Kesehatan, P., Kesehatan, K., Iii, P. D., & Kampus, K. (2016). ASUHAN
KEPERAWATAN. 15.
Virus afian influenza. (n.d.).