Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLU BURUNG

Disusun Oleh :

1. Lukita Mariah

2. Sondang MS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

PROGRAM STUDI 1 KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan sehingga Makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat
beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafaatnya di Yaumil Qiyamah aamiin.

Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesmpurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat untuk peningkatan pengetahuan kita. Dan akhir kata
kami ucapkan banyak Terima kasih.

Bandar Lampung, 29 Juni 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas
dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,
Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi
burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus
kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh
karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat
wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga
Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang
tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi
orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang
Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan
bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat
flu burung sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam,
WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang
sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu
burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal
mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang
meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah
wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan &
Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.
Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu
burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko
karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi
manusia.

B. TUJUAN
1) Bagi penulis dapat ikut berpatisipasi dalam mengembangkan daya kreatifitas dalam
pembuatan ASKEP melalui keikutsertaan dalam ASKEP competition.
2) Untuk memperdalam pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pembuatan
asuhan keperawatan yang optimal.
3) Ikut serta dalam program pengembangan ilmu keperawatan kearah yang lebih
professional baik segi ilmu pengetahauan maupun keterampilan.

C. MANFAAT
1) Memperluas pengetahuan tentang ASKEP melalui sharing pendapat dengan
mahasiswa dari kampus lain, sehingga dapat saling bertukar pengetahuan tentang
penyakit Flu Burung.
2) Mengetahui cara metode pembuatan ASKEP yang lebih komprehensif dan sesuai
perkembangan global.
3) Menambah pengalaman berkompetisi sebagai bekal dalam pengembangan diri
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari
beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain
antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia.
Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga juga
dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan
pandemi

B. ETIOLOGI
Virus penyebab Flu Burung di Indonesia adalah Virus Influenza A subtipe H5N1.
Virus Influenza A subtipe H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai virus
influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic Avian Influenza - HPAI).
Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi
kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2,
H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas
dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan
hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22o C dan lebih dari 30 hari pada 0o C. Virus akan
mati pada pemanasan 60o C selama 30 menit atau 56o C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2).
C. EPIDEMIOLOGI
Bila dilihat sejarahnya, flu burung sudah terjadi sejak 1960-an. Berikut kilasannya:
1968: Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak 1968.
1997: Flu burung pertama kali melewati "halangan spesies” dari unggas ke manusia.
Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul
di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya
meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui
menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
1999: Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang Hongkong
dengan menginfeksi dua orang.
20 Mei 2001: Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam
dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
7 Februari 2002: Ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong.
Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul
merebaknya wabah flu burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar
teritorialnya.
April 2003: Penyakit flu burung mewabah di Belanda.
15 April 2003: Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, akan memeriksa
berasal dari Belanda. Peraturan itu diberlakukan hingga negeri kincir angin itu bebas
dari penyakit flu burung. Instruksi itu sendiri dikeluarkan oleh Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes.
Nopember 2003: Tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta
ayam di Indonesia mati, 40 persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus
New Castle.
Desember 2003: Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan
satu korban.
22 Desember 2003: Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu
burung yang pertama di Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat Kota
Eumseong. Korea Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird
flu) yang tingkat penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan
perkembangan penyakit tersebut dan membatasi dampaknya pada industri peternakan.
Virus itu, yang dapat mematikan manusia, muncul di antara ayam-ayam di kandang
peternakan sekitar 80 km (50 mil) tenggara ibukota Seoul.
24 Desember 2003: Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu ekor
ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung. Sepanjang
2003: Ditemukan dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua
kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah
Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di
Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang
ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan seorang anak tanpa kematian
di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
Januari 2004: Penyakit flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam
dan Thailand dengan satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong
dan Taiwan.
13 Januari 2004: Flu burung menewaskan jutaan ayam di Korea Selatan, Vietnam dan
Jepang. Para peternak di Thailand mengatakan, ribuan ayam telah tewas karena sakit.
Tapi sampai sekarang, belum dikonfirmasikan apakah peristiwa itu disebabkan flu
burung. Hongkong dan Kamboja telah melarang impor ayam dari negara-negara yang
telah terkena wabah itu. Wabah flu burung menyebar cepat di Vietnam, ketika satu
juta ayam tewas. Para peternak Vietnam pun diperintahkan untuk membunuh semua
ayam yang sakit. Sementara itu, para pejabat di Jepang mengatakan, enam ribu ayam
tewas karena virus flu burung dan ribuan ayam akan dibasmi. Ribuan ayam juga mati
karena virus flu burung di Korea Selatan.
14 Januari 2004: Penyebaran flu burung juga sudah mencapai Jepang dan merajelala
di kawasan 800 kilometer sebelah barat daya Tokyo. Enam ribu ekor ayam di
kawasan itu mati akibat virus dan 30 ribu ekor lainnya terpaksa dibinasakan pada
hari-hari mendatang. Badan Penyakit Hewan Sedunia (OIE) mengirim tim peneliti ke
Asia guna menyelidiki penyakit flu burung yang telah menghancurkan industri
peternakan ayam di sejumlah negara Asia. OIE mengatakan, penelitian dilakukan di
Vietnam di mana Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, wabah Flu Burung
telah menewaskan dua orang anak dan seorang dewasa. RRC menyatakan, negara itu
bebas dari Flu burung.
15 Januari 2004: WHO mengatakan, flu burung yang menyebar di peternakan ayam
di Asia telah menewaskan sedikitnya tiga orang di Vietnam, tapi dilaporkan virus itu
belum menyebar ke manusia.
16 Januari 2004: Empat orang yang tewas di Vietnam dikonfirmasikan terkena flu
burung. Kebanyakan ahli meyakini, transmisi penyakit ini berasal dari burung ke
manusia dan bukan dari manusia ke manusia.
`17 Januari 2004: Dua juta unggas di Vietnam dimusnahkan akibat terjangkit virus flu
burung.
29 Januari 2004: Pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional
dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212 milyar untuk
penanggulangannya. Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan unggas lain
yang positif terkena virus Avian Influensa.
30 Januari 2004: Dalam dua pekan terakhir ini beredar vaksin ilegal flu burung atau
avian influenza di kalangan peternak ayam di Kota Banyumas, Jawa Tengah. Para
peternak terpaksa membeli vaksin tersebut karena khawatir dengan meluasnya wabah
flu burung. Sementara vaksin resmi dari pemerintah sulit diperoleh
Jelas tampak pada Januari 2004, terjadi KLB unggas di beberapa daerah di Indonesia
yang ditandai dengan banyaknya ternak unggas terserang flu burung dengan risiko
kematian. Walau belum teridentifikasi adanya serangan virus itu dari unggas kepada
manusia, tetap perlu diwaspadai dengan menyelenggarakan suatu surveilans khusus di
daerah yang dilaporkan sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” sampai keadaan
kembali normal. Untuk mengidentifikasi adanya penularan virus flu burung dari
unggas ke manusia, mendapatkan gambaran epidemiologi KLB flu burung ke
manusia dan membuktikan tidak adanya penularan virus flu burung dari unggas ke
manusia di setiap daerah di Indonesia.
Agustus 2003: Di Indonesia, flu burung telah menyerang peternakan unggas pada
pertengahan Agustus 2003. Sampai awal 2007 menurut Direktorat Kesehatan Hewan,
Ditjen Peternakan Departemen Pertanian tercatat 30 provinsi mencakup 233
kabupaten/kota yang dinyatakan tertular flu burung pada unggas. Pada manusia
pertama kali terjadi pada bulan Juni 2005 dimana virus flu burung/H5N1 telah
menyerang tiga orang dalam satu keluarga dan mengakibatkan kematian ketiganya.
Sejak saat itu jumlah penderita flu burung terus bertambah, sampai Maret 2007
jumlah penderita flu burung yang terkonfirmasi sebanyak 89 orang dan 68 orang
diantaranya meninggal.

D. GEJALA KLINIS
1) Pada Manusia :
 demam (suhu badan diatas 380 C)
 nyeri tenggokan
 radang saluran pernafasan atas
 pneumonia
 infeksi mata
 nyeri dada
 muntah, diare
 anoreksia

2) Pada Unggas :
 jenggernya berwarna biru
 borok di kaki
 kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100% dalam waktu 2
hari, maksimal 1 minggu
 adanya cairan pada mata dan hidung
 keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut
 diare
 haus berlebihan dan cangkang telur lembek
 masa inkubasi sekitar seminggu
E. KRITERIA DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dengan :
1) Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat kontak
atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara mendadak, atau unggas
sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau kontak dengan pasien yang didiagnosis
avian influenza (H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis avian
influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala .
2) Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38º C, napas cepat dan hiperemi farings (farings
kemerahan).
3) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia,
trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat
sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.
4) Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status
oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien.
5) Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 a.l.
dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain
Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini
dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin (probable)
atau pasti (confirmed).
6) Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan gambaran
infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan adanya
proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan
pneumonia. Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator memburuknya
penyakit avian influenza.

F. DIAGNOSA BANDING
 Pneumonia
 Bronchitis
 ISPA
G. PENATALAKSANAAN
 pasien dirawat dalam ruang isolasi:
waspada terhadap penularan melalui udara (transmisi airbone) selama masa
penularan, yaitu 7 hari pertama sejak timbulnya gejala demam (38 0C)
 pasien di ruang rawat biasa:
setelah hasil usap nasofaring negatif berulang kali dengan PCR atau biakan setelah
hari ke 7 demam, kecuali demam berlanjut sampai 7 sesuai pertimbangan dokter yang
merawat kasus demi kasus

H. TERAPI
Terapi pencegahan:
a) Pada Unggas
1) Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2) Vaksinasi pada unggas yang sehat
b) Pada Manusia :
1) Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
 Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
 Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu
burung.
 Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
 Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
 Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
 Imunisasi
c) Masyarakat umum
1) Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat
cukup.
2) Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu
 Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada
tubuhnya)
 Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan
pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
Terapi pengobatan:
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus)
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4) Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis.
Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
5) Antiviral golongan neurominidaseinhibitor :
 zanavir: secara inhalasi 2 x sehari
 oseltamivir: oral 2 x sehari selama 5-7 hari
6) Dianjurkan untuk pencegahan bagi orang yang terpajan dengan oseltamivir 1 x
75 mg sehari selama 1 minggu
7) Antibiotik bila terdapat pneumonia bakterial
8) Amati gejala

I. PROGONOSIS
Pada unggas : Tingkat kematian mencapai 100% hanya dalam kurun waktu 48 jam
Pada manusia : Terjadi gagal nafas dan gagal multi organ yang ditandai dengan gejala
tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai dengan sepsis dan bahkan kematian.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi akan terjadi bila pasien terlambat dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan. Adapaun komplikasinya adalah gagal nafas dan gagal multi
organ yang ditandai dengan gejala tidak berfungsinya ginjal dan jantung, sampai dengan
sepsis dan bahkan kematian.
 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
 Identitas pasien
 Status kesehatan
 Status kesehatan saat ini :
o Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
o Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
o Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
 Status kesehatan masa lalu
o Penyakit yang pernah dialami
o Pernah dirawat
o Alergi
o Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)
 Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan (memelihara hewan unggas )
 Pola Kebutuhan Dasar Manusia (menurut Virginia Henderson)
 Bernafas
 Makan dan minum
 Eleminasi
 Gerak dan aktifitas
 Istirahat tidur
 Pengaturan suhu tubuh
 Kebersihan diri
 Rasa nyaman
 Rasa aman
 Sosial
 Pengetahuan
 Rekreasi
 Spiritual
 Prestasi
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Tanda – tanda vital (Nadi,Temperatur,RR,TD)
 Pemeriksaan penunjang
 Darah rutin (leukosit, hitung jenis, Hb)
 Fungsi hati
 Fungsi ginjal
 Rontgen foto dada
 AGD
 Deteksi virus
 Pemeriksaan laboratorium
a. Isolasi virus dari bahan:
 Darah
 Internal organ
 Hapusan hidung dan mulut
b. Serologi:
 Antibody detection:
o ELISA (enzim link assay/ELA)
o HI (Haemaglutinin Inhibition Test)
o CFT (Compliment Fixation Test)
 Antigen detection: (HI, IF/FA)

 Data Subjektif
Pasien mengatakan badannya terasa panas
Pasien mengatakan nyeri pada tenggorokannya
Pasien mengatakan tidak nafsu makan
Pasien mengatakan dadanya terasa nyeri dan sesak saat bernafas
Pasien mengatakan dirinya sempat muntah dan diare
 Data objektif
Suhu badan pasien meningkat diatas 38 0 C
Pada pemeriksaan photo thorax terdapat infiltrate di paru
BB menurun
Pasien tampak batuk dan mengeluarkan sputum
Pasien tampak sesak dengan RR diatas 30 x/menit
PaO2 atau FiO2 < 250 mmHg
Tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan diastolic < 60 mmHg
Serum kreatinin ≥ 2mg/dl
Jumlah limfosit, leukosit dan trombosit menurun

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi sekret
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan meningkatnya
peristaltik usus ditandai mual muntah
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic usus
ditandai dengan diare
6. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob ditandai dengan
pasien tampak meringis
3) RENCANA TINDAKAN
TUJUAN DAN
DIAGNOSA
KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
Bersihan jalan Tujuan : - Berikan fisioterapi dada - Dengan batuk efektif dan
nafas tidakefektif Setelah dilakukan dan anjurkan pasien untuk pembersihan eksudat,
berhubungan tindakan batuk efektif jalan nafas pasien
dengan keperawatan - menjadi lancar
peningkatan diharapkan jalan Berikan cairan sedikitnya - Cairan (khususnya yang
produksi sekret nafas pasien 2500 ml per hari (kecuali hangat) memobilisasi dan
efektif kontra indikasi) merangsang pengeluaran
sekret
Kriteria hasil : - Pengisapan sesuai indikasi- Pemberian udara hangat
Eksudat dapat ( pasien tidak sadar) dan basa dapat
dapat di - mengencerkan sekret
keluarkan sehingga mudah
Kolaborasi dalam dikeluarkan
pemberian tindakan - Pemberian obat melalui
nebulizer Nebulizer akan
membantu
mengencerkan dahak
Pola nafas tidak Tujuan : Mandiri :
efektif Setelah diberikan- Pantau pemasukan/ - Evaluator langsung
berhubungan askep selama pengeluaran. Hitung status cairan. Peubahan
dengan 3x24 jam pola keseimbangan cairan, tiba-tiba pada berat
peningkatan nafas pasien catat kehilangan tak kasat badan dicurigai
ekspansi dada kembali normal mata. Timbang berat kehilangan/ retensi
Kriteria hasil : badan sesuai indikasi. cairan.

- Evaluasi turgor kulit, - Indikator langsung status


kelembaban membran cairan/ perbaikan
mukosa, adanya edema ketidakseimbangan.
dependen/ umum.
- Pantau tanda vital - Kekurangan cairan
(tekanan darah, nadi, mungkin
frekuensi, pernafasan). dimanifestasikan oleh
Auskultasi bunyi nafas, hipotensi dan takikardi,
catat adanya krekels karena jantung mencoba
untuk mempertahankan
curah jantung. Kelebihan
cairan/ terjadinya gagal
mungkin
dimanifestasikan oleh
hipertensi, takikardi,
takipnea, krekels, distres
pernapasan.
- Kaji ulang kebutuhan - Tergantung pada situasi,
cairan. Buat jadwal 24 jam cairan dibatasi atau
dan rute yang digunakan. diberikan terus.
Pastikan minuman/
makanan yang disukai
pasien
- Hilangkan tanda bahaya Pemberian informasi
dan ketahui dari melibatkan pasien pada
lingkungan. Berikan pembuatan jadwal
kebersihan mulut yang dengan kesukaan
sering. individu dan
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan rasa
minum dan makan dengan terkontrol dan kerjasama
perlahan sesuai indikasi dalam program.
- Dapat menurunkan
rangsang muntah
- Dapat menurunkan
Kolaborasi : terjadinya muntah bila
- Berikan cairan IV melalui mual.
alat kontrol
- Cairan dapat dibutuhkan
untuk mencegah
dehidrasi, meskipun
pembatasan cairan
- Pemberian antiemetik, mungkin diperlukan bila
contoh proklorperazin pasien GJK.
maleat (compazine), - Dapat membantu
trimetobenzamid (tigan), menurunkan mual/
sesuai indikasi muntah (bekerja pada
sentral, daripada di
gaster) meningkatkan
- Pantau pemeriksaan pemasukan cairan/
laboratorium sesuai makanan.
indikasi, contoh Hb/Ht, - Mengevaluasi status
BUN/ kreatinin, protein hidrasi, fungsi ginjal dan
plasma, elektrolit. penyebab/ efek
ketidakseimbangan.

4) EVALUASI
 Eksudat dapat dapat di keluarkan
 Pola napas pasien menjadi efektif dengan RR 16-20 x / menit
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
a) Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia.
Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga
juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat
menyebabkan pandemic
b) Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus Flu Burung adalah
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan peningkatan produksi sekret
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi da
3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan meningkatnya
peristaltik usus ditandai mual muntah
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya peristaltic
usus ditandai dengan diare.
6) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan metabolisme anaerob ditandai
dengan pasien tampak meringis

B. SARAN
Dalam pembuatan ASKEP diharapkan proses pengkajian, pelalaksanaan dan
pendokumentasian harus dilakukan secara cermat dan lengkap karena hal tersebut
digunakan sebagai indikator dalam menentukan diagnosa dan tindakan keperawatan yang
tepat dalam meningkatkan status kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/06/askep-flu-burung.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung
http://nartifkmug.blogspot.com/2009/04/flu-burung.html

Anda mungkin juga menyukai