Anda di halaman 1dari 4

Abstrak

Penyakit flu burung atau Avian influensa (AI) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
influensa Tipe A subtipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae yang menyerang
burung/unggas/ayam. Penyakit ini bersifat zonosis yang selain dapat menular dari unggas ke
unggas lain dapat pula menular dari unggas ke manusia. Penularan virus Avian Influenza
bersifat spesifik, tetapi walaupun jarang dapat menyerang spesies hewan tertentu misalnya
babi, kuda, harimau, macan tutul dan kucing. Penyakit ini sangat ditakuti karena memiliki
kemampuan untuk menginfeksi orang dan dapat menimbulkan kematian. Pada unggas
domestik, infeksi virus flu burung menyebabkan dua bentuk penyakit yang disebut sebagai
patogenik rendah (Low PhatogenicAvian lnfluenza/LPAI} dan patogenik sangat tinggi (Highly
Pathogenic Avian lnfluenza/HPAI). LPAI biasanya hanya menyebabkan gejala ringan, misalnya
ditandai dengan bulu kasar atau produksi telur menurun, bahkan adakalanya tidak terdeteksi
samasekali adanya gejala. Di sisi lain, HPAI sangat patogen dan berakibat sangat fatal bagi
unggas atau orang yang terinfeksi. Avian Influenza dapat menyebar dengan cepat di antara
unggas dalam suatu peternakan. Daya patogeniknya menyerang organ dalam dengan
berbagai variasi kerusakan jaringan yang tergantung pada derajat kerentanannya, serta
mengakibatkan dampak morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) tinggi.
Angka kesakitan ataupun angka kematian dapat mencapai 90% - 100%. Kematlan unggas
yang terserang terjadi dalam waktu singkat, sering hanya dalam waktu 24 jam atau kurang.

Etiologi

a. Avian influenza disebabkan oleh Virus Influenza Tipe A Sub tipe H5N1. Penyakit ini
dikenal dengan nama lain yaitu penyakit flu burung dan bersifat zoonosis serta
menyerang berbagai jenis ungags dan burung.

b. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.
Sedangkan pada binatang Hl-H5 danNl-N9.

c. Virus ini mampu bertahan di lingkungan, tinja unggas, dan tubuh hewan yang sakit.

d. Kasus flu burung yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1 pertama kali
menjangkit manusia di Hongkong pada tahun 1997.
e. Sejak tahun 2003 FB ini menyebar ke berbagai negara di dunia, diantaranya Thailand,
Vietnam, Kamboja, China (Tahun 2004), Indonesia, Turki (Tahun 2005), Irak, Mesir, dan
Azerbaijen (2006). Pada bulan desember 2007 terdapat 2 negara baru yang melaporkan
adanya kasus flu burung pada manusia yaitu Pakistan dan Myanmar.

Sejarah

Pada tahun 1997, untuk pertama kalinya virus highly pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1
dilaporkan dapat menginfeksi manusia dan ditransmisikan secara langsung dari unggas ke manusia di
Hong Kong. Virus ini menyebabkan enam orang meninggal dari 18 orang yang terinfeksi virus
tersebut (Claas et al., 1998; Shortridge et al., 1998; Subbarao et al., 1998; Katz et al., 2000). Pada
tahun 1999, dua kasus infeksi virus AI H9N2 pada manusia juga dilaporkan terjadi di Hong Kong
(Peiris et al., 1999). Selanjutnya pada tahun 2003, dilaporkan 349 orang menderita konjungtivitis dan
seorang dokter hewan meninggal akibat wabah HPAI H7N7 di Belanda (Koopmans et al., 2004), dan
pada Februari 2004, virus AI H7N3 dilaporkan menginfeksi manusia di Kanada (Tweed et al., 2004).
Pada awal tahun 2003, dua kasus infeksi virus H5N1 terjadi kembali di Hong Kong (Peiris et al.,
2004). Sejak akhir 2003, virus H5N1 telah menyebar ke Asia, Eropa, dan Afrika dan menyebabkan
wabah penyakit dan kematian pada unggas domestik dan burung liar. Pada September 2006, sekitar 40
laboratorium mengonfirmasikan kasus infeksi virus H5N1 pada manusia yang dilaporkan ke World
Health Organization (WHO), karena lebih dari 50% infeksi pada manusia tergolong fatal (Centers for
Disease Control and Prevention 2004). Di Indonesia, wabah AI pertama kali diidentifikasi pada akhir
2003 di Kabupaten Tangerang dan Blitar. Wabah AI menyerang ayam ras petelur, ayam ras pedaging,
ayam kampung dan itik. Berdasarkan hasil pemeriksaan lapang, gejala klinis dan patologik
(Damayanti et al., 2004a), serta imunohistokimia (Damayanti et al., 2004b), wabah tersebut
didiagnosis sebagai wabah AI subtipe H5. Spesimen dari wabah tersebut telah berhasil diisolasi dan
dikarakterisasi. Dengan menggunakan serum positif AI sebagai virus AI subtype H5 (Wiyono et Al.,
2004). (Dharmayanti et al. 2004) juga telah mengidentifikasi wabah ini. Dengan teknik RT-PCR dan
menemukan penyebabnya yaitu virus AI subtipe H5. Konfirmasi wabah penyakit AI selanjutnya
dilakukan oleh Dharmayanti et al. (2005a, 2005b). Analisis genetic menunjukkan bahwa sebagian
besar virus H5N1 Dari unggas dan manusia di Asia termasuk dalam genotipe Z, serupa dengan virus
yang pertama kali diidentifikasi pada unggas di China Selatan (Guan et al., 2004;Li et al., 2004;
Puthavathana et al., 2005; WHO, 2005). WHO (2011) melaporkan data pada November 2011 di dunia
saat ini telah dilaporkan sebanyak 571 kasus konfirmasi infeksi virus AI tipe A subtipe H5N1 pada
manusia dengan 335 kasus diantaranya berakhir fatal. Di Indonesia, dilaporkan sebanyak 182 kasus
konfirmasi infeksi virus AI subtipe H5N1 pada manusia dan sebanyak 150 kasus berakhir dengan
fatal.

Penemu Influenza
Pada tahun 1931 ketika mikroskop telah lebih canggih dan lebih kuat, dokter R. Shoup asal Amerika
melakukan penelitian pada penyakit babi. Ia menemukan bahwa beberapa babi mempunyai sifat virus
yang dapat menularkan penyakit ke babi yang lainnya. Pada tahun 1934, tiga orang virologists di
Inggris yaitu Smith, Andrews dan Laidlaw berhasil melakukan isolasi virus dengan nama “Influenza
A” yang menjadi penyebab penyakit flu antar manusia. Hingga saat ini, virus influenza telah dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu Influenza A, B dan C. Ketiga jenis virus tersebut terus melakukan mutasi yang
dapat mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi terutama hewan dan manusia. Pasalnya
ketika virus flu mengalami mutasi maka akan menciptakan virus jenis baru yang berisiko menjadi
pandemi penyebab wabah paling mengerikan di dunia dan mengancam keselamatan manusia.

Pencegahan

 Menjaga kebersihan tangan.


 Menyemprot (sterilisasi) area peternakan atau pasar unggas.
 Menjaga kebersihan kandang apabila memelihara unggas.
 Memastikan untuk mengonsumsi daging atau telur unggas yang telah dimasak dengan baik.
 Tidak mengonsumsi unggas liar hasil buruan karena tidak tahu penyakit apa saja yang
mungkin ada di tubuh mereka.
 Membeli daging unggas yang sudah dipotong di swalayan atau pasar tradisional yang
kebersihannya baik.
 Selalu gunakan masker (penutup mulut dan hidung) ketika kita berada di tempat-tempat
umum.
 Rutin mengikuti vaksinasi flu tiap tahun. Jika perlu, sertakan juga vaksinasi pneumokokus
untuk menjaga diri dari komplikasi flu burung apabila sewaktu-waktu kita terjangkit kondisi
tersebut

Penanggulangan

a. Mensosialisasikan/mengkampanyekan tanggap Flu Burung (Avian Influenza) kepada seluruh


lapisan
masyarakat di wilayahnya;
b. Menganjurkan kepada seluruh lapisan masyarakat diwilayahnya masing-masing agar:
1. Mengkandangkan unggas peliharaan dan terpisah dari rumah/tempat tinggal sehingga kotoran serta
limbahnya tidak mencemari lingkungan.
2. Memisahkan pemeliharaan unggas yang berlainan jenis (Spesies) seperti ayam, burung, itik dan
angsa dengan jenis ternak lainnya;
3. Melakukan vaksinasi terhadap unggas secara teratur
dan benar;

c. Melakukan biosecurity dan membersihkan kandang serta lingkungannya secara berkala


dengan desinfektan;
d. Melakukan pengawasan terhadap lalu lintas unggas dan hasil ikutannya yang masuk dan keluar
Provinsi melalui wilayah masing-masing;
e. Melakukan pemantauan secara periodik dan kontinyu dipasar yang menjual ternak termasuk
melakukan test keberadaan virus Avian Influenza;
f. Menginstruksikan kepada seluruh jajaran pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk
menindaklanjuti
pelaksanaan maksud tersebut diatas;
g. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi
h. Menetapkan Rumah Sakit Umum Daerah sebagai Rumah Sakit rujukan bagi penderita Avian
Influenza;
i. Memberikan dukungan pembiayaan dalam rangka pelaksanaan Instruksi ini dan melakukan upaya-
upaya lain yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan maksud tersebut diatas.

Pengobatan

Obat-obatan antivirus merupakan obat utama yang digunakan untuk mengatasi flu burung. Beberapa
obat antivirus yang biasanya diberikan adalah:
Oseltamivir
Peramivir
Zanamivir
Amantadine
Rimantadine
Obat antivirus dapat meredakan gejala, mencegah komplikasi, dan meningkatkan peluang pasien
untuk sembuh. Obat ini perlu dikonsumsi secepatnya dalam waktu 2 hari setelah gejala muncul.
Selain untuk pengobatan, obat antivirus tersebut juga bisa digunakan sebagai obat untuk mencegah flu
burung. Oleh karena itu, obat ini terkadang diberikan kepada orang yang melakukan kontak langsung
dengan pasien, seperti para petugas medis yang menangani pasien, atau anggota keluarga dan kerabat
pasien. Jika pasien mengalami gangguan napas yang cukup parah, seperti hipoksemia, dokter akan
memasangkan alat bantu napas dan ventilator untuk membantu mengatasinya.

Anda mungkin juga menyukai