Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH MENGENAI PENYAKIT FLU BURUNG (H5N1)

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Dewasa ini, wabah flu burung kian merebak di kawasan Nusantara. Seperti yang terjadi di
wilayah Jakarta, Jawa Barat, Tangerang dan sekitarnya. Namun, hal seperti ini tak jauh beda
dengan negara-negara tetangga. Tak sedikit korban yang meninggal akibat penyakit yang
disebabkan oleh virus H5N1 ini. Vietnam adalah salah satu contoh negara tetangga yang telah
banyak memakan korban jiwa akibat flu burung setelah Indonesia. Selain itu, masih banyak
negara lain yang sudah terjangkit penyakit flu burung. Seperti negara Cina, Mesir, Thailand dan
lain-lain.
Masyarakat sangat panik dengan penyakit yang ditularkan oleh hewan unggas ini. Mereka takut
kalau sewaktu-waktu anggota keluarganya atau bahkan dirinya sendiri akan menjadi salah satu
korban jiwa dari penyakit flu burung ini.
Selain itu, masyarakat juga belum tahu pasti dengan penyakit aneh yang datang secara tiba-tiba
ini. Mereka juga belum tahu cara mencegah serta obat apa yang digunakan untuk mengobati
penyakit ini.
Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk segera mengantisipasi penyakit flu burung ini
sebelum menelan lebih banyak korban lagi.

B.RUMUSAN MASALAH
Penyakit flu burung yang sedang terjadi beberapa tahun terakhir ini sangat meresahkan
masyarakat. Dengar-dengar, penyakit ini lebih berbahaya daripada penyakit SARS yang belum
lama ini juga sangat “kondang” di kalangan masyarakat.
Masyarakat sangat resah, karena disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai penyakit
yang disebabkan oleh hewan unggas ini lebih jauh. Masyarakat sering kali salah bertindak dalam
menghadapi gejala-gejala, cara mencegah serta bagaimana cara mengobati penyakit flu burung
apabila salah satu dari unggas mereka ada yang mati secara mendadak. Misalnya, masyarakat
kurang menjaga kebersihan kandang ayam. Atau, terkadang masyarakat mangacuhkan salah satu
gejala timbul penyakit flu burung walaupun hanya “sepele”. Oleh karena itu, masyarakat perlu
diberi penyuluhan tentang wabah flu burung.

C.TUJUAN DAN MANFAAT KARYA ILMIAH


Tujuan dari karya ilmiah ini dibuat untuk mengidentifikasi dan menganalisis seluk-beluk flu
burung yang mencakup definisi, sejarah, cara penyebaran, gejala yang timbul, daerah
penyebaran, cara pencegahan dan pengobatan serta dampak flu burung terhadap masyarakat.
Karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, terutama bagi masyarakat yang
masih asing dengan penyakit flu burung. Masyarakat dapat mengetahui definisi, sejarah, cara dan
daerah penyebaran, cara mencegah dan mengobati flu burung dan seluk- beluk lainnya mengenai
flu burung. Selain itu masyarakat juga akan mengetahui seluk-beluk virus H5N1. Sehingga
masyarakat dapat bertindak dengan benar bila menemukan gejala-gejala flu burung.

BAB II
LANDASAN TEORI
Karya ilmiah ini, disusun berdasarkan teori-teori atau pendapat - pendapat para ilmauwan,doctor
maupun profesor yang mencakup tentang hal-hal yang mengenai penyakit flu burung. Seperti
yang diterangkan oleh Maksum Radji (Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi),
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Kampus UI Depok dan Dr. H. Ilham Patu,SpBS. Serta
pendapat dari Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, H. Paskah Suseta.

BAB III
METODE ILMIAH
Metode yang digunakan oleh penyusun adalah dengan cara melihat obyek secara langsung,
mendengar keluhan-keluhan masyarakat tentang wabah flu burung, ikut merasakan apa yang
diderita oleh para penderita penyakit flu burung, terjun dalam lingkungan masyarakat secara
langsung, mengkaji obyek, dan menerapkan saran serta ajakan yang dianjurkan oleh pemerintah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.PENYAKIT FLU BURUNG


1.DEFINISI DAN SEJARAH PENYAKIT FLU BURUNG
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus
influenza dengan kode genetik H5N1.
Influenza A atau H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) adalah bagian dari jenis virus
influenza tipe A. Burung-burung liar adalah tempat tinggal alami dari virus ini, maka dinamakan
flu burung atau “avian influenza”. Virus ini beredar diantara burung-burung di seluruh dunia.
Virus ini sangat mudah berjangkit dan dapat menjadi sangat mematikan bagi mereka, terutama
pada unggas jinak misalnya ayam.

Bila dilihat sejarahnya, flu burung sudah terjadi sejak 1960-an di daerah Afrika.
Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak 1968.
Pada tahun 1997 flu burung pertama kali melewati "halangan spesies” dari unggas ke manusia.
Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul di
Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan 6 orang diantaranya meninggal dunia,
kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti manusia adalah
influenza A sub jenis H5N1.
Kemudian, tahun 1999 satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang
Hongkong dengan menginfeksi dua orang.
Pada tanggal 20 Mei 2001,untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam
dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
7 Februari 2002, ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong. Pemerintah
setempat meminta penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul merebaknya wabah flu
burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar teritorialnya.
Bulan April 2003, penyakit flu burung mewabah di Belanda. 15 April 2003, Kantor Kesehatan
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, akan memeriksa secara ketat semua jenis unggas dan bahan
makanan hasil olahan dari unggas yang berasal dari Belanda. Peraturan itu diberlakukan hingga
negeri kincir angin itu bebas dari penyakit flu burung. Instruksi itu sendiri dikeluarkan oleh
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes. Bulan Nopember
2003, tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta ayam di Indonesia mati, 40
% diantaranya terkena virus flu burung dan virus New Castle.
Desember 2003, virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan satu
korban. 22 Desember 2003, virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu
burung yang pertama di Korsel ini, ditemukan di peternakan itik dekat Kota Eumseong. Korea
Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird flu) yang tingkat
penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan perkembangan penyakit
tersebut dan membatasi dampaknya pada industri peternakan. Virus itu, yang dapat mematikan
manusia, muncul di antara ayam-ayam di kandang peternakan sekitar 80 km (50 mil) tenggara
ibukota Seoul. 24 Desember 2003, Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu
ekor ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung.
Sepanjang 2003, ditemukan tiga kasus flu burung pada manusia di Vietnam dan ketiganya
meninggal dunia. Dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua kasus itu
mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A
(H5N1).
Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu
diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan
seorang anak tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
Januari 2004, penyakit flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan
Thailand dengan satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong dan Taiwan. 13
Januari 2004, flu burung menewaskan jutaan ayam di Korea Selatan, Vietnam dan Jepang. Para
peternak di Thailand mengatakan, ribuan ayam telah tewas karena sakit. Tapi sampai sekarang,
belum dikonfirmasikan apakah peristiwa itu disebabkan flu burung.
Hongkong dan Kamboja telah melarang impor ayam dari negara-negara yang telah terkena
wabah itu.
24 Januari 2004, PBB memperingatkan, flu burung lebih berbahaya dari SARS, karena
kemampuan virus ini yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri dalam
sistem imunitas tubuh manusia. 25 Januari 2004, Departemen Pertanian membenarkan adanya
flu burung yang masuk ke Indonesia.
26 Januari 2005, Wabah penyakit flu burung yang sesungguhnya telah menyerang perunggasan
nasional sejak Agustus 2003 lalu kini resmi diakui oleh pemerintah. Penyebab wabah penyakit
tersebut adalah virus Avian Influenza tipe A dan dinyatakan pula telah membunuh 4,7 juta ayam
di Indonesia. 29 Januari 2004, Pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat
nasional dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212 milyar untuk
penanggulangannya. Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan unggas lain yang positif
terkena virus Avian Influensa.
(untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran)

2.CARA PENYEBARAN
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir
dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari
unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi
flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk
unggas lainnya.
Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung,
dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan.
Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada
manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran
secara oral atau melalui saluran pernapasan.

3.GEJALA TIMBUL FLU BURUNG


Gejala Klinis Pada Manusia
Gejala-gejala awal flu burung seringkali sama dengan influenza musiman manusia (batuk, sakit
tenggorokan, demam tinggi, sakit kepala, sakit otot, dan lain sebagainya). Penyakit ini dapat
berkembang menjadi pneumonia dimana mungkin akan terjadi, kekurangan angin, susah
bernafas dan gagal pernafasan. Apabila anda merasa telah terpapar dengan flu burung dan anda
mulai menunjukkan gejala-gejala menyerupai influenza, segeralah cari perhatian medis.

Gejala Klinis Pada Burung


Gejala klinis (tanda-tanda kesehatan) penyakit ini sangat beragam dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti tingkat keganasan (virulensi) virus yang menginfeksi, spesies yang tertular, umur,
jenis kelamin, penyakit lain yang menyertainya dan lingkungan.
Pada tipe (jenis) Avian Influenza yang virulen (sangat patogen) yang biasanya dikaitkan dengan
“fowl plaque” (sampar unggas), penyakitnya muncul secara tiba-tiba pada sekelompok unggas
dan mengakibatkan banyak unggas mati baik tanpa disertai oleh adanya tanda-tanda awal atau
hanya ditandai oleh gejala klinis yang minimal seperti depresi, kurang selera makan (hilangnya
nafsu makan), bulu kusam dan berdiri serta demam. Unggas lainnya terlihat lemas dan berjalan
sempoyongan. Ayam betina mula-mula akan menghasilkan telur dengan cangkang (kulit telur)
lunak, namun kemudian akan segera berhenti bertelur. Unggas yang sakit seringkali terlihat
duduk atau berdiri dalam keadaan hampir tidak sadarkan diri dengan kepala menyentuh tanah.
Jengger dan pialnya terlihat berwarna biru gelap (cyanotic) dan bengkak (oedematous) serta
mungkin menunjukkan adanya bintik-bintik pendarahan di ujungnya. Diare cair yang parah
seringkali terjadi dan unggas terlihat sangat haus. Pernapasan terlihat berat (sesak napas). Bintik-
bintik perdarahan sering ditemukan pada kulit yang tidak ditumbuhi bulu. Tingkat kematiannya
berkisar antara 50 sampai 100%.
Pada ayam potong, gejala penyakitnya seringkali tidak begitu jelas, yang mula-mula ditandai
oleh depresi parah, berkurangnya nafsu makan, dan peningkatan jumlah kematian yang nyata.
Kebengkakan (oedema) pada wajah dan leher serta berbagai gejala gangguan saraf seperti leher
berputar (torticollis) dan gerakan yang tidak terkoordinasi (ataxia) juga mungkin terlihat. Gejala
yang tampak pada kalkun mirip dengan gejala yang terlihat pada ayam petelur, namun
penyakitnya berlangsung 2 atau 3 hari lebih lama dan kadang-kadang disertai oleh
pembengkakan pada sinus hidung. Pada itik peliharaan dan angsa gejala depresi, kurang nafsu
makan dan diarenya mirip dengan gejala pada ayam petelur meskipun seringkali disertai dengan
pembengkakan pada sinus hidung. Unggas-unggas muda bisa menunjukkan gejala-gejala
gangguan saraf.
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas
- Jengger berwarna biru
- Borok di kaki
- Kematian mendadak
b. Gejala pada manusia
- Demam (suhu badan diatas 38 °C)
- Lemas
- Pendarahan hidung dan gusi
- Sesak nafas
- Muntah dan nyeri perut serta diare
- Batuk dan nyeri tenggorokan
- Radang saluran pernapasan atas
- Pneumonia
Tabel Gejala Penyakit Flu Burung

4.DAERAH PENYEBARAN FLU BURUNG


Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu
burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan
Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas.
Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada
manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut:

NO NEGARA JUMLAH KASUS ANGKA KEMATIAN


1 Indonesia 99 kasus 79 kematian
2 Vietnam 93 kasus 42 kematian
3 Mesir 34 kasus 14 kematian
4 Thailand 25 kasus 17 kematian
5 Cina 25 kasus 16 kematian
6 Turki 12 kasus 4 kematian
7 Azerbaijan 8 kasus 5 kematian
8 Kamboja 7 kasus 7 kematian
9 Irak 3 kasus 2 kematian
10 Laos 2 kasus 2 kematian
11 Nigeria 1 kasus 1 kematian
12 Djibouti 1 kasus - kematian

Daerah persebaran penyakit flu burung di dunia:


Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003.
Wabah flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan
Nigeria sebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua pekan
kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari
perbatasannya dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.
Desember 2003
Korea Selatan-H5N1

Januari 2004
Vietnam-H5N1
Thailand-H5N11
Korea Utara-H5N1
Jepang-H5N1
Laos-H5
Kamboja-H5N1
Pakistan-H7
Taiwan-H5N2
Hongkong-H5N11

Februari 2004
Vietnam-H5N1
Indonesia-H5N11
Korea Utara-H5N11
Jepang-H5N11
RRC-H5N11
Amerika Serikat-H2N2,H5N2,H7N2

Maret 2004
Vietnam-H5
Kanada-H7N31

April 2004
Thailand-H51
Agustus 2004
Malaysia-H5N1
Afrika Selatan-H5N2

April 2005
Korea Utara-H7

Juni 2005
Jepang-H5N2

Juli 2005
Filipina-H5
Rusia-H5N11

Agustus 2005
Kazakhstan-H5
Mongolia-H5N11

Oktober 2005
Rumania-H5
Turki-H5N11
Kroasia-H5N11

November 2005
Vietnam-H5N11

5.MASALAH DAN HAMBATAN PENGENDALIAN FLU BURUNG


Permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh Indonesia dalam upaya pengendalian flu burung
dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza ini antara lain adalah:
a.Kurangnya koordinasi antar sektor dalam perencanaan dan pengendalian flu burung dan
kesiapsiagaan menghadapi pendemi influenza.
b.Kurangnya kapasitas peringatan dini dan belum adanya jejaring sistem surveilans terpadu pada
hewan dan manusia.
c.Terbatasnya kemampuan memberikan kompensasi keuangan kepada peternak dalam rangka
pemusnahan selektif (depopulasi) dan pemusnahan total (stamping out).
d.Keterbatasan vaksin dan rendahnya cakupan vaksinasi pada unggas.
e.Terbatasnya persediaan obat dan belum adanya vaksin untuk manusia.
f.Kurangnya pemahaman dan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap flu burung dan
kemungkinan resikonya.
g.Keterbatasan sumber daya pendukung (SDM, biaya, teknologi dan sarana pendukung).
h.Keterbatasan kemampuan penelitian dan pengembangan.
i.Adanya distorsi informasi yang diterima oleh masyarakat.
j.Kurangnya pengawasan lalu lintas hewan dan produknya.
k.Belum diketahui dengan pasti waktu terjadinya pandemi influenza.
6.CARA PENCEGAHAN DAN MENGOBATI PENYAKIT FLU BURUNG
Cara Pencegahan:
Pada Unggas:
a.Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
b.Vaksinasi pada unggas yang sehat
Pada Manusia:
a.Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang):
1.Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
2.Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
3.Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
4.Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
5.Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
6.Imunisasi.
b.Masyarakat umum:
1.Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
2.Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
-Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya).
-Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai
dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.
3.Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat
dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen).
4.Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya.
Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.

Pencegahan alternative :
Saat ini, setidaknya sudah ada 88 orang korban yang meninggal akibat dampak flu burung di
Indonesia.
Sambil menunggu ditemukannya serum yang ampuh untuk melawan dan menyembuhkan
dampak flu burung ini, ada baiknya kita mencoba mengkonsumsi tanaman obat herbal macam
temulawak dan kunyit.
Menurut farmakolog Prof. Dr. Siddik, S.Apt., dua jenis tanaman obat asli Indonesia ini tergolong
sebagai rhizoma yang memiliki senyawa kimia golongan kurkumin yang berwarna kuning.
Karena sifat imuno stimulannya, jenis tanaman obat ini bekerja sebagai tameng atau pelindung,
meningkatkan daya tahan tubuh.
Paling tidak, ini juga bagus untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan dampak flu burung.
Berikut tips ramuan temulawak dan kunyit dari profesor yang acap dipanggil Profesor Jamu ini.
1. Cuci satu siung temulawak atau kunyit, lalu parut.
2. Campur dengan sedikit gula dan asam kawak.
3. Campur dengan sedikit air dan rebus hingga mendidih.
4. Dinginkan dan minum secara teratur.

OBAT FLU BURUNG


Tamiflu yang mengandung oseltamivir adalah suatu cara pengobatan antiviral, yang terbukti
dapat menekan kemampuan virus untuk menyebar dari sel yang terinfeksi ke sel yang sehat.
Sampai dengan 7 Oktober 2005, Indonesia telah mendapatkan 60.000 tablet Tamiflu. Saat ini
antiviral tersebut hanya bisa didapatkan di 44 rumah sakit penerima Tamiflu. Di Bali bisa
didapatkan di Rumah Sakit Sanglah.

7.DAMPAK PENYAKIT FLU BURUNG


Adanya kejadian luar biasa penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus Avian
Influenza/flu burung disetiap daerah dengan tingkat kematian yang tinggi ternyata sangat
berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi, sosial, kesehatan, lingkungan dan psikologi
masyarakat., serta SDM. Sehingga kedepan diperlukan suatu regulasi yang holistik, dengan
demikian dapat digunakan sebagai pijakan atau dasar secara cepat dalam mengambil langkah-
langkah yang konkrit.

a.Dampak Ekonomi
Telaah tentang dampak pandemi virus Avian Influenza dapat dipetakan sebagai dampak ekonomi
mikro dan dampak ekonomi makro.
Dampak ekonomi mikro antara lain ;
•Tambahan beban biaya perawatan kesehatan (cost of healthcare) atau biaya yang berhubungan
dengan perawatan yang dibayar oleh keluarga penderita.
•Hilangnya peluang bisnis yang berhubungan dengan unggas, seperti peternak skala besar dan
kecil, pedagang unggas dan pedagang produk-produk berbahan unggas.
•Efek berantai (multiplier effect), baik backward maupun foreward bisnis yang berhubungan
dengan bisnis unggas, seperti industri makanan ternak unggas, pemasok bahan baku industri
makanan unggas, dan transportasi unggas.

Dampak ekonomi makro pandemi virus AI dan penyakit tropis antara lain :
•Pengeluaran pemerintah (government speding) atau efek fiskal melalui APBN dan atau APBD,
untuk pembiayaan penanggulangan pandemi, seperti pembiayaan untuk pencegahan perawatan
dan penyembuhan penderita Avian Influenza.
•Peningkatan pengangguran dan kemiskinan sebagai akibat pemutusan hubungan kerja di
Industri peternakan dan industri pendukungnya. Pemutusan hubungan kerja selanjutnya akan
meningkatkan kemiskinan dan penurunan daya beli agregat serta penurunan kualitas SDM.
•Pelambatan pertumbuhan ekonomi, karena adanya penurunan kontribusi nilai tambah sektor
peternakan dan industri pendukungnya terhadap PDB maupun PDRB.

b.Dampak Demografis
•Pandemi virus Avian Influenza dan penyakit tropis pada akhirnya akan berpengaruh kenaikan
angka kematian (mortalitas), baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
•Pandemi virus Avian Influenza dan penyakit tropis berpengaruh pula secara negatif terhadap
usia harapan hidup (life expectancy) dan pertumbuhan penduduk.

c.Dampak Sosial
Kepanikan masyarakat tampaknya merupakan efek negatif yang di respons oleh masyarakat
terhadap merebaknya kasus Avian Influenza di Indonesia yang ditambah dengan kasus lama atau
terjadinya penyakit reemerging disease yang terjadi tanpa ada batas waktu. Persoalan ini terlihat
setelah melalui media masa tertulis maupun elektronik terlihat saling menyalakan, tetapi kurang
memikirkan langkah-langkah ke depan. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang serentak
terhadap pemahaman kasus Avian Influenza. Sehingga masyarakat dapat secara bersama-sama
dengan pemerintah untuk menanggulangi pandemi flu burung di Indonesia.

d.Dampak Kesehatan
Sangat jelas dampak negatif akibat Avian Influenza karena penyakit ini bersifat zoonosis
sehingga diperlukan kewaspadaan yang cukup tinggi. Hal ini karena banyak terbukti bahwa
kasus Avian Influenza di Indonesia yang menyerang pada manusia dan merupakan cluster
terbanyak di dunia. Begitu juga penyakit tropis yang dapat ditularkan melalui vektor dan kontak
langsung, serta makanan dan minuman maka manajemen kesehatan keluarga menjadi sangat
penting dalam menyikapi kasus penyakit yang muncul kembali. Oleh karena itu masyarakat
dituntut untuk waspada terhadap penyakit ini karena sangat dimungkinkan untuk terjadi pandemi
jika frekuensi kejadian kasus Avian Influenza semakin pendek. Hal ini berarti ada suatu tanda
bahwa virus Avian Influenza mengalami kinetik molekul yang semakin cepat, dengan demikian
kemungkinan menular dari manusia ke manusia bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
Begitu juga penyakit tropis tentunya banyak yang menjadi resisten jika masyarakat tidak
waspada.

e.Dampak Psikologis
Semenjak kasus Avian Influenza muncul, masyarakat menjadi ketakutan untuk mengkonsumsi
bahan makanan berasal dari unggas. Kenyataannya efek psikologis ini menjadi sentral utama
terhadap kelangsungan usaha yang berkaitan dengan peternakan unggas. Sehingga dimana-mana
terjadi penurunan usaha ternak mulai dari peternak sampai pada penjual produk ternak dari skala
kecil sampai besar. Oleh karena itu diperlukan pemulihan psikologis image untuk mengkonsumsi
kembali produk asal ternak unggas, hal ini ternyata menjadikan faktor negatif yang
multikompleks. Sedang penyakit tropis selalu menghasilkan dampak psikologi yang negatif
karena dapat menurunkan kualitas SDM.

B.VIRUS H5N1

Virus H5N1 dilihat pada mikroskop

Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam family Orthomyxoviridae. Asam nukleat
virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein.
Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat.
Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang
spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel.
Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung
neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001).
Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri dari (i) protein nukleokapsid (NP) (ii).
Hemaglutinin (HA), (iii). Neuraminidase (NA), dan protein matriks (MP).Berdasarkan jenis
antigen NP dan MP, virus influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, dan C (Horimoto
T, Kawaoka Y. 2001).
Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena sangat patogen baik bagi
manusia, dan binatang, yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, di seluruh
dunia. Virus influenza A ini dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka bermutasi,
baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru yang
lebih patogen. Terdapat 15 jenis subtipe HA dan 9 jenis subtipe NA.
Dari berbagai penelitan seroprevalensi secara epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa
subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain H7N7 (1977), H3N2
(1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918),H3N8 (1900), dan H2N2 (1889) (Yuen, KY and Wong SS,
2005).

Tipe-tipe virus flu burung

Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza
C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Jenis
virus influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis (Horimoto T,
Kawaoka Y. 2001).

KLASIFIKASI VIRUS

Virus influenza merupakan virus RNA yang masuk dalam Divisio Protophyta, Kelas
Mikrotatobiotes dan Ordo Virales (Virus). Serta memiliki Family Orthomyxoviridae, Genus
Influenzavirus.

BAB V
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari penyusunan karya tulis ini, dapat diambil kesimpulan bahwa flu burung adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus H5N1 dan dapat menular dari unggas ke unggas atau dari unggas ke
manusia.
Penularan penyakit ini sudah terjadi sejak tahun 1960-an di benua Afrika yang awalnya hanya
menyerang unggas. Namun pada tahun 1997, di Hongkong muncul penularan dari unggas ke
manusia untuk pertama kalinya, lalu menyebar ke Vietnam dan Korea.
Gejala-gejala yang timbul akibat flu burung mirip dengan flu biasa. Yakni demam, sakit kepala,
nyeri tenggorokan, bersin-bersin, batuk dan sebagainya. Yang membedakannya hanya gejala
yang timbul akibat flu burung dapat berkembang menjadi pneumonia.
Penyakit flu burung dapat dicegah dengan cara membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat.
Namun bagi yang sudah terjangkit flu burung, dapat juga diobati dengan cara pengobatan
antiviral. Yakni, dengan tamiflu yang mengandung oseltamivir.
Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi ini sangat luar biasa, baik di bidang ekonomi, sosial,
demografis, kesehatan ataupun psikologis. Dampak yang paling menonjol dari wabah ini adalah
banyak menelan korban jiwa, seperti di Indonesia yang terdapat 79 angka kematian dari 99 kasus
yang terjadi.
Selain itu,
“Lebih dari 75 Persen Pengidap Flu Burung Bisa Meninggal”
B.SARAN
Angka kematian di Indonesia akibat wabah flu burung ini telah menduduki peringkat pertama
dunia. Namun, tidak selamanya Indonesia berada di peringkat pertama. Peringkat ini dapat
ditinggalkan Indonesia, bila masyarakat Indonesia telah mengetahui seluk-beluk flu burung dan
tanggap terhadap flu burung. Misalnya, tidak mengacuhkan gejala-gejala flu burung serta tahu
cara mencegah dan mengobatinya.
Apabila semua masyarakat Indonesia tanggap terhadap flu burung, maka dapat mengurangi atau
bahkan menghilangkan dampak-dampak yang timbul akibat flu burung.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.info.gov.hk/info/flu/eng/global.htm)
http://www.google.com
http://www.yahoo.com
Dr. H. Ilham Patu,SpBS
http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m22_s2_i288_b.pdf).
http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m22_s2_i287_b.pdf).
http://www.ppmplp.depkes.go.id/images/m22_s2_i286_b.pdf).
WHO : Avian Influenza-Fact Sheet 15 January 2004
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI
Horimoto T, Kawaoka Y. 2001)
Yuen, KY and Wong SS, 2005
Buku Pendamping Biologi SMA Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2008/2009
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
created by ranamalia at 8:41 PM

1 comment:

Anda mungkin juga menyukai