Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KMB I

FLU BURUNG

NAMA ANGGOTA
KELOMPOK :

Desy Maria

Dini Ayu Sanggita

Dwi Satya Ananda

Ibnuh Chaidir
Kurni Fajar

Maimunah

Meutia Yasmin S.

Pupus Sari

Yuliani

Yustina
Tanenofunan

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok
pembahasan mengenai Flu Burung Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga
mudah dimengerti.
Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 07 Oktober 2015

Penulis

MHS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................. 2
BAB I.........................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................3
1.3. TUJUAN..............................................................................4
BAB II........................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................5
2.1. PENGERTIAN FLU BURUNG..................................................5
2.2. PENYEBAB / ETIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG.....................6
2.3. EPIDEMOLOGI.....................................................................6
2.4. FAKTOR RESIKO..................................................................7
2.5. PENULARAN/PENYEBARAN..................................................7
2.6. PENANGGULANGAN............................................................8
2.7. PENCEGAHAN...................................................................10
2.8. HAMBATAN DAN KESULITAN..............................................11
BAB III................................................................................... 13
PENUTUP...............................................................................13
3.1. SIMPULAN........................................................................13
3.2. SARAN.............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 14

MHS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia, negara kepulauan terbesar terbesar di dunia, berada di garis depan
melawan penyakit yang mematikan yaitu avian influenza atau AI. Penyakit yang
lebih dikenal sebagai flu burung ini disebabkan oleh virus H5N1 yang secara umum
lebih banyak ditemukan pada unggas. Sejak tahun 2003, penyakit ini telah menyebar
dari burung-burung di Asia ke Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Dalam kasus-kasus
yang tertentu, manusia juga dapat terkena penyakit ini, umumnya karena
berhubungan dengan unggas-unggas yang sakit. Sampai saat ini, kasus AI pada
manusia sudah tercatat di seluruh dunia, dan lebih dari 200 diantaranya meninggal
dunia.
Kematian-kematian yang tragis tersebut hanyalah ujung dari gunung es. Saat
ini H5N1 tidak menular dengan mudah dari unggas ke manusia, atau dari manusia ke
manusia. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa H5N1 memiliki potensi untuk
menjadi penyebab pandemi influenza di dunia. Jika terjadi pandemi, jumlah orang
yang terkena dan kematian akan sangat banyak, diikuti dengan dampak-dampak
ekonomi dan sosial, akhirnya terjadilah krisis kesehatan yang mencakup seluruh
dunia. Indonesia saat ini berada di tengah krisis flu burung. Kasus flu burung pertama
kali dilaporkan Indonesia pada tahun 2003. Penyakit ini sekarang endemis di
populasi ayam dibeberapa daerah di Indonesia, jutaan unggas mati karena penyakit
ini dan juga dimusnahkan sebagai wujud penanganan kasus penularan flu burung.
Untuk kasus flu burung pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun
2005. Sejak itu Indonesia sudah mencatat lebih dari 130 kasus flu burung pada
manusia dan lebih dari 110 korban meninggal paling tinggi di dunia. Di Indonesia,
anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling beresiko terkena penyakit ini
karena sekitar 40 persen dari korban flu burung adalah mereka yang berusia dibawah
18 tahun.
Oleh sebab itu, mengingat bahaya yang dapat terjadi disusunlah makalah ini
untuk membahas secara lebih terperinci baik pencegahan, cara penularan dan bahaya
dari penyakit flu burung yang semakin merebak dalam masyarakat di Indonesia.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.
Apakah yang dimaksud dengan virus flu burung.?
2.
Apakah penyebab penyakit flu burung.?
3.
Bagaimana epidemologi dari penyakit flu burung ?
4.
Apa saja faktor resiko dari penyakit flu burung ?
5.
Bagaimana cara penularan/penyebaran flu burung ?
6.
Bagaimana penanggulangan penyakit flu burung.?
7.
Bagaimana pencegahan penyakit flu burung.?
8.
Apa saja hambatan dalam penanggulangan penyakit flu burung.?

MHS

1.3. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Untuk mengetahui tentang virus flu burung


Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung
Untuk mengetahui epidemologi dari penyakit flu burung
Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya flu burung
Untuk mengetahui cara penularan/penyebaran flu burung
Untuk mengetahui cara penanggulangan penyakit flu burung
Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit flu burung
Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terdapat

dalam

penanggulangan penyakit flu burung

MHS

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN FLU BURUNG
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling
umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan
Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga diketahui bisa
menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek, ayam,
sertabeberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini juga dapat
pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada binatang ini telah
ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada tahun 1924-1925
wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk

dalam

famili

Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen
yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai
yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan
(spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel
hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung
hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak
dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001 :129-149).
Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah
penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan oleh
virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang
ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung yang
sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama
35 hari. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat misalnya mencuci tangan
dengan antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan memakai alat pelindung diri
(APD) waktu kontak langsung dengan unggas dapat mencegah penularan virus AI.

2.2. PENYEBAB / ETIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG


Penyebab flu burung adalah virus influenza dari famili Orthomyxoviridae
yang termasuk tipe A subtipe H 5, H 7, dan H 9. Virus H9N2 tidaklah menyebabkan
MHS

penyakit berbahaya pada burung, tidak seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau
avian influenza hanya ditemukan pada binatang seperti burung, bebek dan ayam,
namun sejak 1997 sudah mulai dilaporkan terbang pula ke manusia. Subtipe virus
yang terakhir ditemukan yang ada di negara kita adalah jenis H5N1.
Gejala penyakit flu burung pada manusia adalah demam, anoreksia, pusing,
gangguan pernafasan (sesak), nyeri otot dan mungkin konjungtivitis yang terdapat
pada penderita dengan riwayat kontak dengan unggas yang terinfeksi semisal
peternak atau pedagagang unggas. Gejalanya tidak khas dan mirip gejala flu lainnya,
tetapi secara cepat gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan kematian karena
terjadi peradangan pada paru (pneumonia).
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial kebiru-biruan,
keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak mengandung air, pada
paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian unggas serentak terjadi dalam
hitungan hari selain itu, pada burung liar akan menjadi karier.

2.3. EPIDEMOLOGI
Data epidemiologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung sampai
bulan juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia telah terjangkit virus AI dengan
191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2003 tercatat 4 kasus kemudian berkembang menjadi 46 kasus
(2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006) dan pada tahun 2007 tertanggal 15 juni
sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%. Negara yang
terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di Asia (Thailand, Kamboja, Vietnam,
Cina dan Indoneisa) tetapi sekarang sudah menyebar ke Irak dan Turki. Prevalensi
Kasus Avian influenza Kasus AI di Indonesia bermula dari ditemukannya kasus pada
unggas di Pekalongan Jawa Tengah pada bulan Agustus 2003. Sampai tahun 2006
penyakit ini sudah menyerang unggas di 29 provinsi yang mencakup 291
kabupaten/kota. Daerah-daerah yang memiliki populasi unggas yang padat dan
diikuti populasi penduduk yang padatlah yang akan mengalami banyak kasus pada
manusia.
Di Indonesia sejak Juli 2005 sampai dengan pertengahan Juni 2007 tercatat
terdapat 100 kasus dengan 80 kematian (CFR=80%). Sebagian besar kasus berasal
dari Jawa dan Sumatra. Provinsi terbanyak yang terjangkit penyakit ini adalah Jawa

MHS

Barat, DKI Jakarta dan Banten. Penyakit ini sudah berjangkit di 11 provinsi dan 37
kabupaten/kota.

2.4. FAKTOR RESIKO


Faktor resiko terbesar flu burung adalah mengalami kontak dengan unggas
yang sakit atau dengan permukaan yang terkontaminasi oleh bulu,air liur,atau
kotoran milik unggas yang terinfeksi. Dalam beberapa kasus yang sangat langka, flu
burung dilaporkan ditularkan dari satu manusia ke yang lain. Pola penularan dari
manusia ke manusia masih misterius. Berbagai orang dari segala usia yang terjangkit
dilaporkan meninggal setelah mengalami infeksi.

2.5. PENULARAN/PENYEBARAN
Meskipun reservoir alami virus AI adalah unggas liar yang sering bermigrasi
(bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit ini. Menurut WHO,
kontak hewan tersebut dengan unggas ternak menyebabkan epidemik flu burung
dikalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran,
urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.
Virus AI dapat hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus pada unggas
akan mati pada pemanasan 80C selama satu menit dan virus pada telur akan mati
pada suhu 64C selama lima menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari
dan pemberian desinfektan.
Secara genetik virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit beradaptasi
untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak memiliki sifat proof reading,
yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki
kesalahan pada saat replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang
mengakibatkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses
tersebut virulensi virus AI dapat berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya.
Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya bertukar, bercampur, dan
bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan munculnya strain
baru yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menyebabkan kesulitan
dalam membuat vaksin untuk program penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:
1. Virus unggas liar unggas domestik manusia.
2. Virus unggas liar unggas domestik babi manusia.
3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) manusia manusia.
Sampai bulan Maret 2006, penularan dari manusia ke manusia lain (human to
human transmission) masih sangat jarang. Meskipun demikian, para ahli
mengkhawatirkan adanya kasus-kasus kalster keluarga karena merupakan indikator
penualaran antar manusia. Munculnya kasus-kasus klaster dalam skala kecil dan
MHS

simultan yang diikuti klaster-klaster skala besar merupakan tanda munculnya


pandemi.
2.6. PENANGGULANGAN
Menurut Ririh (2006:189-192), Melihat adanya kondisi peternakan yang
memburuk akibat adanya wabah flu burung. Departemen Pertanian mengeluarkan
beberapa kebijakan. Kebijakan ini diharapkan membantu peternakan sehingga dapat
menjalankan aktivitas beternak kembali. Departemen Pertanian mengintruksikan pada
segenap jajaran Dinas Peternakan di daerah-daerah untuk melakukan hal yang sama
saat menemukan adanya indikasi flu burung.
1. Peningkatan biosekuriti
Strategi utama yang harus dilaksanakan adalah dengan meningkatkan biosekuriti.
Tindakan karatina atau isolasi harus diberlakukan terhadap peternakan yang tertular.
Kondisi sanitasi di kandang-kandang, lingkungan kandang maupun para pekerja harus
sehat. Kemudian lalu lintas keluar -masuk kandang termasuk orang dan kendaraan
harus secara ketat dimonitor.
Area peternakan yang sehat diciptakan dengan program desinfeksi secara teratur serta
menerapkan kebersihan pada saat bekerja, misalnya dengan memakai sarung tangan,
masker, dan sepatu panjang.
Program vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh Indonesia di dalam
penanggulangan avian influenza. Vaksinasi dilakukan terhadap hewan yang sehat,
terutama yang berada disekitar peternakan ayam yang terkena wabah ini dilakukan
untuk memberikan kekebalan pada ayam supaya tidak mudah tertular. Vaksinasi yang
digunakan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan menurut peraturan
perundangan yang berlau. Kemudian vaksin yang boleh diedarkan dan digunakan
adalah vaksin yang mendapat nomor registrasi Departemen Pertanian.
2.

Depopulasi

Istilah depopulasi adalah tindakan memusnakan unggas atau hewan yang sakit
secara terbatas. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh sebagai upaya pemusnahan
ini. Pertama, adalah dengan menguburkan unggas yang mati akibat avian influenza.
Kedua , peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan membakar unggas yang
mati akibat terserang penyakit tersebut. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk
memutuskan siklus penyakit.
Tempat dimana dilaksanakan pemusnahan hewan seharusnya ditutup kembali
kemudian disiram dengan air kapur atau desinfektan. Seperti diketahui bahwa dalam
mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama adalah
agent atau penyebab penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua adalah
induk semang atau inang, dalam kasus ini yang bertindak sebagai inang adalah
unggas, babi, bahkan manusia bila virus menginfeksi .
Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah lingkungan (enviromental). Lingkungan
inilah tempat agent dan inang melakukan interaksi. Jadi bila lingkungan tidak
memberikan peluang maka suatu penyakit atau wabah tidak akan terjadi.
MHS

3. Melakukan pengawasan produk unggas


Daging, telur, dan karkas unggas perlu diawasi untuk mencegah penyebaran
virus yang masih aktif dan menempel pada produk tersebut. Jika produk mengandung
virus yang masih aktif dikhawatirkan akan berpindah ke unggas atau bahkan orang.
Beberapa langkah yang dapat digunakan untuk memperoleh daging yang aman dari
flu burung antara lain sebagai berikut:
A. Pilih daging yang tidak terdapat bercak merah di bawah kulit .
B. Pilihlah daging segar. Bau daging segar biasanya khas atau tidak
berbau anyir.
C. Pilih daging yang tidak lembek.
D. Pastikan dalam pengolahannya benar-benar matang.
E. Memantau lalu lintas unggas
Kiriman unggas yang dipesan dari luar daerah tempat pemesan perlu dipantau
dan diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya bibit endemik dari luar
daerah. Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, kesehatan hewan
serta melakukan uji laboratorium sampel darah unggas terhadap kemungkinan avian
influenza.
Dalam kondisi wabah seperti sekarang ini maka pengendalian juga
berdasarkan perwilayahan ( zoning), ada 3 (tiga) pembagian wilayah dalam upaya
pengendalian:
A. Daerah tertular; daerah yang sudah dinyatakan ada kasus secara klinis
dan hasil uji laboratorium.
B. Daerah terancam; daerah yang berbatasan langsung dengan daerah
tertular atau tidak memilki batasan alam dengan daerah tertular.
C. Daerah bebas; daerah yang dinyatakan masih belum ada kasus secara
klinis mapun secara uji laboratorium, atau memiliki batas alam
(propinsi, pulau).
Pembagian wilyah ini merupakan upaya dalam pengendalian suatu wabah
sehingga secara sistematik mendukun g program pengendalian. Dalam teknis
pelaksanaannya harus dikombinasikan dengan program-program yang lain. Tujuan
pengendalian dan pemberantasan sebagai berikut:
A. Mengendalikan wabah dengan menekan kasus kematian unggas
B. Mengendalikan dan mengurangi perluasan penyakit ke wilayah lain di
Indonesia.
C. Mempertahankan wilayah yang masih bebas.
D. Mencegah penularan penyakit ke manusia dengan menghilangkan
sumber penyakit.
5.

Melakukan sosialisasi

Sosialisasi flu burung dilakukan dengan peny uluhan ke peternakan di masingmasing daerah. Adanya sosialisasi diharapkan warga di sekitar lokasi peternakan
mengerti dan paham akan bahaya flu burung. Dengan demikian, masyarakat akan
menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya. Pengertian masyarakat akan bahaya
MHS

flu burung diharapkan membuat tahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
menghadapi flu burung.
2.7. PENCEGAHAN
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan adalah:
1. Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci tangan
dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan dengan unggas.
2. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi serta
sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
4. Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di luar rumah.
5. Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat, sedangkan
benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat dimusnahkan.
6. Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala flu burung) hindari membeli
unggas dari daerah yang diduga tertular flu burung.
7. Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan daging
akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir, berbau dan bebas faeces
dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan serangga lainnya.
8. Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dulu agar bebas dari faeces dan
kotoran unggas lainnya.
9. Memasak daging dan telur unggas hingga 70 C sedikitnya selama 1 menit.
Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman mengkonsumsi unggas dan
produknya asal telah dimasak dengan baik.
10. Pola hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat cukup
untuk menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan dengan gizi
seimbang serta olah raga teratur dan jangan lupa komsumsi vitamin C.
11. Hindari kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi flu
burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat gejala klinis
flu burung pada hewan piaraan.
12. Tutup hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkan virus.
13. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan makan
makanan bergizi.
14. Membawa hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk memberikan
imunisasi.
15. Sering mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan
menjemurnya dibawah sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat
mematikan virus flu burung ini.
16. Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari petugas
rumah sakit untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab) masker, sarung
tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan ruangan pasien harus
melepaskan semua alat pelindung diri dan mencuci tangan dengan sabun.
17. Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda tanda seperti flu burung
harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1 meter.

MHS

10

2.8. HAMBATAN DAN KESULITAN


Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas penyakit flu
burung yang sangat ditakuti oleh masyarakat sehubungan dengan tingkat kematian
tinggi pada unggas dan menyebabkan kerugian sangat besar pada industri
perunggasan di Indonesia, penularan penyakit pada manusia, dan mengganggu
perokonomian nasional.
Belum berhasilnya pemberantasan flu burung di Indonesia dikarenakan hal-hal
berikut:
1. Unggas liar sebagai reservoir
Salah satu kendala pemberantasan penyakit flu burung adalah flu burung pada
unggas liar maupun domestik tidak menimbulkan gejala klinis apabila terinfeksi.
Unggas liar hanya berfungsi sebagai reservoir, sehingga tubuhnya dapat
mengandung virus flu burung, tetapi tidak menampakkan gejala klinis terserang
penyakit flu burung (tampak sehat).
2. Sistem peternakan dan pemeliharaan hewan di Indonesia
Sistem peternakan di Indonesia umumnya masih tradisional. Mayoritas tiap
keluarga di Indonesia, terutama di desa, memiliki ayam yang dipelihara dengan
dilepas pada waktu siang hari untuk mencari makan. Ayam yang dilepas akan
dapat melakukan kontak dengan unggas liar yang menjadi reservoir penyakit flu
burung maupun kontak dengan material yang tercemar virus AI, sehingga akan
memudahkan penularan penyakit. Apabila satu saja dari ayam-ayam tertular flu
burung dari unggas liar, maka satu flock mungkin akan tertular semuanya saat
sudah kembali dikandangkan.
3. Gaya hidup masyarakat di Indonesia
Gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak sehat mungkin menyebabkan
penyakit flu burung mudah sekali menyebar. Kita harus mulai menghilangkan
gaya hidup seperti membiarkan kandang kotor, letaknya dibawah atau sangat
dekat degan rumah, membiarkan unggas masuk kedalam rumah, tidak berganti
pakaian yang bersih setelah menangani unggas, dan lain-lain.
4. Pelanggaran terhadap aturan pemerintah tentang lalu lintas hewan
Di Indonesia, umumnya lalu lintas hewan khususnya ternak maupun produkproduknya yang merupakan sumber penularan virus flu burung, masih ditemukan
banyak pelanggaran yang akan memudahkan virus flu burung menyebar kemanamana.
5. Banyak masyarakat yang belum tahu tentang flu burung
Sampai saat ini, kesadaran masyarakat untuk ikut menyukseskan program
pemerintah dalam pengendalian flu burung masih kurang. Hal ini karena rata-rata
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah terutama di desa-desa terpencil
sehingga mereka umumnya pasif dan tidak mau berusaha mencari informasi jika
pemerintah tidak melakukan sosialisasi lebih intensif.

MHS

11

BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling
umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan
Angsa) juga berbagai jenis burung liar.
Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular dengan
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan penyakit ini harus
cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan kematian pada unggas dengan
MHS

12

cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga dapat menyerang pada manusia.
Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga kebersihan, hindari kontak
langsung dengan hewan yang terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk konsumsi
secara matang.

3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Informasi-informasi seputar flu burung
dalam makalah ini tidak kami sebutkan semua, namun hanya beberapa yang dapat
menunjang penyusunan makalah. Dan pada akhirnya makalah ini diharapkan dapat
membuat masyarakat tahu akan pentingnya pencegahan dan pemberantasan penyakit
flu burung yang terjadi di negara Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO
Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev.
2001. 14(1) : 129-149.
Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita Menyikapinya. Forum
Penelitian, 1 (2): 183-196
Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri Agriwawasan. Depok ;
Penebar Swadaya.

MHS

13

Anda mungkin juga menyukai