FLU BURUNG
NAMA ANGGOTA
KELOMPOK :
Desy Maria
Ibnuh Chaidir
Kurni Fajar
Maimunah
Meutia Yasmin S.
Pupus Sari
Yuliani
Yustina
Tanenofunan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok
pembahasan mengenai Flu Burung Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga
mudah dimengerti.
Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
MHS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................. 2
BAB I.........................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................3
1.3. TUJUAN..............................................................................4
BAB II........................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................5
2.1. PENGERTIAN FLU BURUNG..................................................5
2.2. PENYEBAB / ETIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG.....................6
2.3. EPIDEMOLOGI.....................................................................6
2.4. FAKTOR RESIKO..................................................................7
2.5. PENULARAN/PENYEBARAN..................................................7
2.6. PENANGGULANGAN............................................................8
2.7. PENCEGAHAN...................................................................10
2.8. HAMBATAN DAN KESULITAN..............................................11
BAB III................................................................................... 13
PENUTUP...............................................................................13
3.1. SIMPULAN........................................................................13
3.2. SARAN.............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 14
MHS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia, negara kepulauan terbesar terbesar di dunia, berada di garis depan
melawan penyakit yang mematikan yaitu avian influenza atau AI. Penyakit yang
lebih dikenal sebagai flu burung ini disebabkan oleh virus H5N1 yang secara umum
lebih banyak ditemukan pada unggas. Sejak tahun 2003, penyakit ini telah menyebar
dari burung-burung di Asia ke Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Dalam kasus-kasus
yang tertentu, manusia juga dapat terkena penyakit ini, umumnya karena
berhubungan dengan unggas-unggas yang sakit. Sampai saat ini, kasus AI pada
manusia sudah tercatat di seluruh dunia, dan lebih dari 200 diantaranya meninggal
dunia.
Kematian-kematian yang tragis tersebut hanyalah ujung dari gunung es. Saat
ini H5N1 tidak menular dengan mudah dari unggas ke manusia, atau dari manusia ke
manusia. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa H5N1 memiliki potensi untuk
menjadi penyebab pandemi influenza di dunia. Jika terjadi pandemi, jumlah orang
yang terkena dan kematian akan sangat banyak, diikuti dengan dampak-dampak
ekonomi dan sosial, akhirnya terjadilah krisis kesehatan yang mencakup seluruh
dunia. Indonesia saat ini berada di tengah krisis flu burung. Kasus flu burung pertama
kali dilaporkan Indonesia pada tahun 2003. Penyakit ini sekarang endemis di
populasi ayam dibeberapa daerah di Indonesia, jutaan unggas mati karena penyakit
ini dan juga dimusnahkan sebagai wujud penanganan kasus penularan flu burung.
Untuk kasus flu burung pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun
2005. Sejak itu Indonesia sudah mencatat lebih dari 130 kasus flu burung pada
manusia dan lebih dari 110 korban meninggal paling tinggi di dunia. Di Indonesia,
anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling beresiko terkena penyakit ini
karena sekitar 40 persen dari korban flu burung adalah mereka yang berusia dibawah
18 tahun.
Oleh sebab itu, mengingat bahaya yang dapat terjadi disusunlah makalah ini
untuk membahas secara lebih terperinci baik pencegahan, cara penularan dan bahaya
dari penyakit flu burung yang semakin merebak dalam masyarakat di Indonesia.
MHS
1.3. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dalam
MHS
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN FLU BURUNG
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling
umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan
Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga diketahui bisa
menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek, ayam,
sertabeberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini juga dapat
pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada binatang ini telah
ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada tahun 1924-1925
wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk
dalam
famili
Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen
yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai
yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan
(spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel
hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung
hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak
dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001 :129-149).
Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah
penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan oleh
virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang
ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung yang
sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama
35 hari. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat misalnya mencuci tangan
dengan antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan memakai alat pelindung diri
(APD) waktu kontak langsung dengan unggas dapat mencegah penularan virus AI.
penyakit berbahaya pada burung, tidak seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau
avian influenza hanya ditemukan pada binatang seperti burung, bebek dan ayam,
namun sejak 1997 sudah mulai dilaporkan terbang pula ke manusia. Subtipe virus
yang terakhir ditemukan yang ada di negara kita adalah jenis H5N1.
Gejala penyakit flu burung pada manusia adalah demam, anoreksia, pusing,
gangguan pernafasan (sesak), nyeri otot dan mungkin konjungtivitis yang terdapat
pada penderita dengan riwayat kontak dengan unggas yang terinfeksi semisal
peternak atau pedagagang unggas. Gejalanya tidak khas dan mirip gejala flu lainnya,
tetapi secara cepat gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan kematian karena
terjadi peradangan pada paru (pneumonia).
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial kebiru-biruan,
keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak mengandung air, pada
paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian unggas serentak terjadi dalam
hitungan hari selain itu, pada burung liar akan menjadi karier.
2.3. EPIDEMOLOGI
Data epidemiologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung sampai
bulan juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia telah terjangkit virus AI dengan
191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2003 tercatat 4 kasus kemudian berkembang menjadi 46 kasus
(2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006) dan pada tahun 2007 tertanggal 15 juni
sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%. Negara yang
terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di Asia (Thailand, Kamboja, Vietnam,
Cina dan Indoneisa) tetapi sekarang sudah menyebar ke Irak dan Turki. Prevalensi
Kasus Avian influenza Kasus AI di Indonesia bermula dari ditemukannya kasus pada
unggas di Pekalongan Jawa Tengah pada bulan Agustus 2003. Sampai tahun 2006
penyakit ini sudah menyerang unggas di 29 provinsi yang mencakup 291
kabupaten/kota. Daerah-daerah yang memiliki populasi unggas yang padat dan
diikuti populasi penduduk yang padatlah yang akan mengalami banyak kasus pada
manusia.
Di Indonesia sejak Juli 2005 sampai dengan pertengahan Juni 2007 tercatat
terdapat 100 kasus dengan 80 kematian (CFR=80%). Sebagian besar kasus berasal
dari Jawa dan Sumatra. Provinsi terbanyak yang terjangkit penyakit ini adalah Jawa
MHS
Barat, DKI Jakarta dan Banten. Penyakit ini sudah berjangkit di 11 provinsi dan 37
kabupaten/kota.
2.5. PENULARAN/PENYEBARAN
Meskipun reservoir alami virus AI adalah unggas liar yang sering bermigrasi
(bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit ini. Menurut WHO,
kontak hewan tersebut dengan unggas ternak menyebabkan epidemik flu burung
dikalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran,
urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.
Virus AI dapat hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus pada unggas
akan mati pada pemanasan 80C selama satu menit dan virus pada telur akan mati
pada suhu 64C selama lima menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari
dan pemberian desinfektan.
Secara genetik virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit beradaptasi
untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak memiliki sifat proof reading,
yaitu kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki
kesalahan pada saat replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang
mengakibatkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses
tersebut virulensi virus AI dapat berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya.
Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya bertukar, bercampur, dan
bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan munculnya strain
baru yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menyebabkan kesulitan
dalam membuat vaksin untuk program penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:
1. Virus unggas liar unggas domestik manusia.
2. Virus unggas liar unggas domestik babi manusia.
3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) manusia manusia.
Sampai bulan Maret 2006, penularan dari manusia ke manusia lain (human to
human transmission) masih sangat jarang. Meskipun demikian, para ahli
mengkhawatirkan adanya kasus-kasus kalster keluarga karena merupakan indikator
penualaran antar manusia. Munculnya kasus-kasus klaster dalam skala kecil dan
MHS
Depopulasi
Istilah depopulasi adalah tindakan memusnakan unggas atau hewan yang sakit
secara terbatas. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh sebagai upaya pemusnahan
ini. Pertama, adalah dengan menguburkan unggas yang mati akibat avian influenza.
Kedua , peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan membakar unggas yang
mati akibat terserang penyakit tersebut. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk
memutuskan siklus penyakit.
Tempat dimana dilaksanakan pemusnahan hewan seharusnya ditutup kembali
kemudian disiram dengan air kapur atau desinfektan. Seperti diketahui bahwa dalam
mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama adalah
agent atau penyebab penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua adalah
induk semang atau inang, dalam kasus ini yang bertindak sebagai inang adalah
unggas, babi, bahkan manusia bila virus menginfeksi .
Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah lingkungan (enviromental). Lingkungan
inilah tempat agent dan inang melakukan interaksi. Jadi bila lingkungan tidak
memberikan peluang maka suatu penyakit atau wabah tidak akan terjadi.
MHS
Melakukan sosialisasi
Sosialisasi flu burung dilakukan dengan peny uluhan ke peternakan di masingmasing daerah. Adanya sosialisasi diharapkan warga di sekitar lokasi peternakan
mengerti dan paham akan bahaya flu burung. Dengan demikian, masyarakat akan
menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya. Pengertian masyarakat akan bahaya
MHS
flu burung diharapkan membuat tahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
menghadapi flu burung.
2.7. PENCEGAHAN
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan adalah:
1. Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci tangan
dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan dengan unggas.
2. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi serta
sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
4. Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di luar rumah.
5. Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat, sedangkan
benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat dimusnahkan.
6. Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala flu burung) hindari membeli
unggas dari daerah yang diduga tertular flu burung.
7. Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan daging
akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir, berbau dan bebas faeces
dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan serangga lainnya.
8. Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dulu agar bebas dari faeces dan
kotoran unggas lainnya.
9. Memasak daging dan telur unggas hingga 70 C sedikitnya selama 1 menit.
Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman mengkonsumsi unggas dan
produknya asal telah dimasak dengan baik.
10. Pola hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat cukup
untuk menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan dengan gizi
seimbang serta olah raga teratur dan jangan lupa komsumsi vitamin C.
11. Hindari kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi flu
burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat gejala klinis
flu burung pada hewan piaraan.
12. Tutup hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkan virus.
13. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan makan
makanan bergizi.
14. Membawa hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk memberikan
imunisasi.
15. Sering mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan
menjemurnya dibawah sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat
mematikan virus flu burung ini.
16. Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari petugas
rumah sakit untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab) masker, sarung
tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan ruangan pasien harus
melepaskan semua alat pelindung diri dan mencuci tangan dengan sabun.
17. Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda tanda seperti flu burung
harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1 meter.
MHS
10
MHS
11
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling
umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan
Angsa) juga berbagai jenis burung liar.
Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular dengan
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan penyakit ini harus
cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan kematian pada unggas dengan
MHS
12
cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga dapat menyerang pada manusia.
Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga kebersihan, hindari kontak
langsung dengan hewan yang terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk konsumsi
secara matang.
3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Informasi-informasi seputar flu burung
dalam makalah ini tidak kami sebutkan semua, namun hanya beberapa yang dapat
menunjang penyusunan makalah. Dan pada akhirnya makalah ini diharapkan dapat
membuat masyarakat tahu akan pentingnya pencegahan dan pemberantasan penyakit
flu burung yang terjadi di negara Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO
Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev.
2001. 14(1) : 129-149.
Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita Menyikapinya. Forum
Penelitian, 1 (2): 183-196
Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri Agriwawasan. Depok ;
Penebar Swadaya.
MHS
13