Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“FLU BURUNG”

DISUSUN OLEH:

NUR ALIFIYANTI USMAN (K011181072)

NURUL REZEKY RAMADHANY (K011181522)

NURUL RIFANI AQSHALIYAH (K011181526)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah PKN mengenai Konstitusi Dan Tata
Perundang-Undangan. Tak lupa pula Sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah hingga ke zaman yang
penuh dengan ilmu.

Berkat ridho Allah SWT dan doa kedua orang tua yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini. kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.

Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 8 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

Daftar Isi......................................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

Pembahasan.................................................................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................6

C. Tujuan.................................................................................................................................................6

Bab II...........................................................................................................................................................7

Pembahasan.................................................................................................................................................7

A. Pengertian Flu Burung........................................................................................................................7

B. Sejarah Penyebaran Penyakit Flu Burung...........................................................................................9

C. Cara penyembuhan Penyakit Flu Burung..........................................................................................15

D. Cara pencegahan Penyakit Flu Burung.............................................................................................18

Bab III.......................................................................................................................................................20

Penutup......................................................................................................................................................20

A. Kesimpulan.......................................................................................................................................20

B. Saran.................................................................................................................................................20

Daftar Pustaka...........................................................................................................................................22

3
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Flu burung adalah penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus H5NI. Flu burung
sangat berbahaya karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak dan menyebar dengan
cepat. Ayam, itik, angsa, kalkun, burung puyuh, burung-burung liar, dan beberapa binatang
lainnya dapat terkena infeksi flu burung. Flu burung dapat menyebar ke manusia dan
menyebabkan kematian.

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang ditularkan oleh virus Avian Influenza jenis
H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Komboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari
migrasi burung dan tranportasi unggas yang terinfeksi.

Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan (virulensi) yang paling
membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya (HIV/AIDS, Malaria, dan lain-lain).
Tingkat kematian akibat penyakit flu burung angka kejadiannya sangat tinggi dibandingkan
dengan penyakit menular lainnya mencapai 81,7% di Indonesia. Masa inkubasi penyakit flu
burung pada manusia sangat cepat yaitu 1-10 hari. Identifikasi tanda dan gejala klinik penyakit
flu burung di awali dengan ISPA dengan keluhan demam (temperatur ≥ 38ºC), batuk, sakit
tenggorokan, atau beringus (Depkes, 2004). Kadang kala sebagian besar kelompok masyarakat
menganggap biasa-biasa saja. Implikasinya dengan waktu yang sangat cepat penyakit flu burung
menyebar ke berbagai wilayah melintasi negara.

Avian influenza (flu burung) adalah penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan
mamalia yang disebabkan oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki beberapa
subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus fl u burung yang
sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3–5 hari.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan.

4
Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan spesimen klinik
berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap infeksi virus H5N1,
harus dilakukan pemeriksaan dengan cara : (a) mengisolasi virus, (b) deteksi genom H5N1
dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan sepasang primer spesifik, (c)
tes imunoflouresensi terhadap antigen menggunakan monoklonal antibodi terhadap H5, (d)
pemeriksaan adanya peningkatan titer antibodi terhadap H5N1, dan (e) pemeriksaan dengan
metode west-ern blotting terhadap H5-spesifik. Untuk diagnosis pasti, salah satu atau beberapa
dari uji konfirmasi tersebut diatas harus dinyatakan positif.

Burung (H5N1) yang sangat patogen pertama kali dilaporkan pada tahun 1997, bersamaan
dengan KLB virus H5N1 pada unggas di Hong Kong, dengan 18 penderita terinfeksi H5N1 dan
6 orang meninggal (WHO melaporkan sejak Januari 2004 - hingga akhir Oktober 2006, terdapat
256 kasus manusia dan 152 kasus meninggal (CFR 59,4%) di Vietnam, Thailand, Kamboja,
Cina, Irak, Turki, Mesir, Djibouti, Azerbai.jan dan Indonesia. Sebagian besar kasus diyakini
akibat transmisi dari unggas ke manusia secara sporadik melalui paparan langsung dengan ayam
yang terinfeksi H5N1.

Indonesia pada bulan Januari 2004 pun dikejutkan dengan kematian ayam ternak yang luar
biasa ( terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lainya).
Awalnya kematian tersebut disebabkan virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian Influenza). Jumlah unggas yang
mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275
ekor (4,77%).

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit flu burung?

2. Bagaimana sejarah penyebaran penyakit flu burung?

3. Bagaimana cara penyembuhan penyakit flu burung?

4. Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah "Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat"

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apa itu penyakit flu burung

2. Untuk mengetahui sejarah penyakit flu burung

3. Untuk mengetahui cara penyembuhkan penyakit flu burung

4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit flu burung

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Flu Burung


Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak
unggas di areal usaha peternakan. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat
menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu Burung berbahaya
karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal. (Buku
Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, Mei 2005)

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung, bebek,
ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut,
ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh dan
burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke
manusia. (Mulyadi, 2005)

Avian Influenza (AI) yang juga dikenal sebagai fowl plague adalah penyakit virus zoonotik
yang ditandai dengan pernapasan, menemukan sistem pencernaan dan saraf dengan tinggi
morbiditas dan mortalitas pada spesies unggas. Burung, terutama burung air adalah yang alami
reservoir virus influenza A dan banyak spesies burung, peliharaan dan liar, dapat terinfeksi
dengan ini virus. (M.J. Mehrabanpour et al, 2007)

Karena semua virus influenza A memiliki nukleoprotein dan matriks yang mirip antigen
antigen, ini adalah target yang disukai dari metode serologi kelompok influenza A. Agar gel tes
immunodiffusion dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen ini. Virus
terkonsentrasi persiapan yang mengandung salah satu atau kedua jenis antigen digunakan dalam
tes tersebut. Tidak semua spesies burung mengembangkan antibodi pencetus yang terbukti. Tes
imunosorben terkait enzim memilik telah digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap
influenza. Antigen jenis tertentu tergantung pada spesie (Tidak langsung) atau format pengujian
spesies kompetitif (kompetitif). Tes penghambatan Haemagglutination juga telah digunakan

7
dalam serologi diagnostik rutin, tetapi mungkin teknik ini mungkin gagal beberapa infeksi
tertentu karena haemagglutinin adalah subtipe spesifik.(Alexander et al, 2010)

Flu burung adalah penyakit menular pada spesies unggas yang disebabkan virus influenza
tipe A dengan berbagai subtipe. Burung liar/migratory waterfowl merupakan reservoir alamiah
virus avian influenza di dalam saluran cernanya dan tidak menimbulkan gejala penyakit. Lain
halnya dengan burung peliharaan, ternak domestik termasuk ayam dan kalkun sangat rentan
terhadap virus ini sampai menimbulkan kematian. Gejala penyakit bervariasi dari ringan sampai
berat. Bila virus avian influenza yang patogenitasnya rendah berulang kali menginfeksi ternak,
maka ia akan bermutasi menjadi sangat patogen dan dapat menular ke manusia yang kemudian
menyebabkan epidemik flu burung. (Kumala Widyasari, 2005)

Penyakit flu burung yang disebabkan virus avian influenza (AI) tipe A galur H5N1 telah
menimbulkan kerugian besar karena membunuh jutaan ternak unggas di Indonesia sampai 70%
dan mempengaruhi industri peternakan ayam skala kecil maupun besar Virus yang awalnya
hanya menyerang unggas kini telah merebak menyerang babi, anjing, kucing dan manusia. Hal
yang paling ditakuti para ahli adalah apabila terjadi mutasi yang tidak diinginkan pada virus
H5N1 maka akan terjadi pandemi yang akan menelan korban jiwa manusia sangat besar karena
obatnya belum ditemukan. Di Indonesia, sampai dengan November 2011, terdapat 182 kasus flu
burung positif dan 150 orang (82,42 %) diantaranya meninggal dunia (Anonim, 2012). Kondisi
demikian telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan resiko tertinggi penyebaran flu
burung di dunia. Penyakit ini dianggap sangat berbahaya karena resiko kematian pasien > 50%.
(Setiyono Agus, 2013)

Influenza A disebabkan oleh virus tertentu yang merupakan anggota keluarga


Orthomyxoviridae dan ditempatkan di genus influenzavirus A. Ada tiga genera influenza - A, B
dan C; hanya influenza Virus diketahui dapat menginfeksi burung. Diagnosis adalah dengan
isolasi virus atau dengan deteksi dan karakterisasi fragmen genomnya. Ini karena infeksi pada
burung dapat menimbulkan berbagai macam tanda-tanda klinis yang dapat bervariasi sesuai
dengan tuan rumah, strain virus, kekebalan host status, keberadaan organisme eksaserbasi
sekunder dan kondisi lingkungan. (OIE Terrestrial Manual, 2015)

8
Influenza pada manusia adalah penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan infeksi
virus famili orthomyxoviridae dengan subtipe influenza A, B atau C. Influenza virus A dan B
dapat menyebabkan infeksi pada manusia; infeksi influenza A mengakibatkan risiko yang lebih
tinggi dan berpotensi menjadi epidemi dan pandemi. Virus influenza A dibagi menjadi beberapa
subtipe tergantung permukaan glikoproteinnya yang penting secara imunologi, yaitu
hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Beberapa glikoprotein sudah dapat dikenali yaitu
HA (Hl-H17) dan NA (N 1 -N9). Virus-virus influenza A dari semua tipe HA dan NA ditemukan
pada spesies unggas, dan didapati secara terbatas pada beberapa mamalia. Pada manusia,
sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus H 1 N 1, H2N2 dan H3N2. (R Endang dkk, 2006)

Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan (virulensi) yang paling
membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya (HIV/AIDS, Malaria, dan lain-lain).
Tingkat kematian akibat penyakit flu burung angka kejadiannya sangat tinggi dibandingkan
dengan penyakit menular lainnya mencapai 81,7% di Indonesia. (Budiman dkk, 2008)

Avian influenza (AI) mengacu pada infeksi burung dengan virus flu burung famili
Orthomyxoviridae. RNA inivirus tersebar luas, sangat menulardan sangat bervariasi. Virus AI
adalah paling sering dicatat dalam unggas air (didefinisikan untuk tulisan ini sebagai anggota
pesanan Anseriformes - bebek, angsa, dan angsa), yang dianggap menjadi reservoir biologis dan
genetik dari semua virus AI dan primordial reservoir semua virus influenza untuk burung dan
mamalia. (Surveillance, 2016)

B. Sejarah Penyebaran Penyakit Flu Burung


Sejak lebih dari satu abad yang lalu, beberapa subtipe dari virus influenza A telah
menghantui manusia. Berbagai variasi mutasi subtipe virus influenza A yang menyerang
manusia dan telah menyebabkan pandemi, sehingga tidak mengherankan jika kewaspadaan
global terhadap wabah pandemi flu burung mendapatkan perhatian yang serius. Diawali pada
tahun 1918 dunia dikejutkan oleh wabah pandemi yang disebabkan virus influenza, yang telah
membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang mewabah saat itu adalah virus H1N1
yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 kembali dunia dilanda wabah global yang
disebabkan oleh kerabat dekat virus yang bermutasi menjadi H2N2 atau yang dikenal dengan
“Asian Flu” yang telah merenggut 100.000 jiwa meninggal. Pada tahun 1968, virus flu kembali

9
menyebabkan wabah pandemi dengan merubah dirinya menjadi H3N2. Mutan virus yang dikenal
dengan “Hongkong Flu” ini telah menyebabkan 700.00 orang meninggal dunia. (Radji Maksum,
2006)

Penyakit influensa unggas (avian influenza), atau lebih dikenal sebagai “wabah flu burung”, pertama
kali dilaporkan pada tahun 1878 sebagai wabah yang menjangkiti ayam dan burung di Italia, yang disebut
juga sebagai “Penyakit Lombardia” mengikuti nama sebuah daerah lembah di hulu sungai Po. Meskipun
di tahun 1901 Centanini dan Savonucci berhasil mengidentikfikasi organisme mikro yang menjadi
penyebab penyakit tersebut, baru di tahun 1955 Schafer dapat menunjukkan ciri-ciri organisme itu
sebagai virus influensa A. Dalam penjamu alami yang menjadi reservoir virus flu burung, yaitu burung-
burung liar, infeksi yang terjadi biasanya berlangsung tanpa gejala (asimtomatik) karena virus influensa A
itu dari jenis yang berpatogenisitas rendah dan hidup bersama secara seimbang dengan penjamu-penjamu
tersebut. (Kartono Mohamad, 2016)

Tetapi akhir-akhir ini influensa unggas memperoleh perhatian dunia ketika ditemukan ada strain
(turunan) dari subtipe H5N1 yang sangat patogen, yang mungkin sudah muncul di China Selatan sebelum
tahun 1997, menyerang ternak unggas di seluruh Asia Tenggara dan secara tidak terduga melintasi batas
antar kelas (Perkins daan Swayne, 2003) ketika terjadi penularan dari burung ke mamalia (kucing, babi,
manusia).

Meskipun bukan merupakan kejadian pertama, sejumlah kasus infeksi pada manusia akhir-akhir ini,
yang ditandai dengan gejala parah dan menimbulkan kematian telah menimbulkan kekhawatiran akan
kemungkinan terjadinya pandemi infeksi virus strain H5N1. Ada sederetan bukti – yang akan dibahas
nanti – yang menunjukkan bahwa virus H5N1 telah mengalami peningkatan potensi patogenik pada
beberapa spesies mamalia. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa hal ini telah menibulkan kekhawatiran
umum di seluruh dunia. (IOA, 2005)

Di Asia Timur, episentrum wabah H5N1, tingkat dan kecanggihannya persiapan untuk flu burung
bervariasi di antara negara-negara yang terkena dampak. Di banyak kasus, respon pemerintah dan
keterbukaan terhadap otoritas kesehatan internasionaltampaknya telah meningkat dari pengalaman
berurusan dengan Akut Parah Wabah Sindrom Saluran Pernapasan (SARS) pada tahun 2003. Pemerintah
yang lebih makmur telah melakukan tindakan ekstensif dan telah berkomitmen untuk melindungi sumber
daya nasional melawan risiko pandemi. Jepang dan Taiwan dilaporkan telah terakumulasi persediaan obat
antiviral untuk pengobatan manusia dan sedang mempersiapkan untuk memproduksi suplai mereka
sendiri. Singapura dilaporkan telah menimbun antivirus untuk 15% penduduknya, meningkatkan

10
pengawasan, dan menyusun rencana kontinjensi terperinci di Indonesiatempat. WHO (Organisasi
Kesehatan Dunia, badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa) Para pejabat memuji latihan yang
dijalankan oleh Korea Selatan yang menyimulasikan bagaimana pemerintah akan merespon wabah.
Wabah pada burung dilaporkan di Jepang dan Selatan Korea kemudian dikendalikan dan keduanya
sekarang dianggap bebas dari penyakit. (Chanlett Emma, 2006)

Pada tahun 1918 terjadi kejadian luar biasa virulen influenza A (H1N1) yang mengakibatkan kematian 20
sampai 40 juta orang. Peristiwa epidemiologik terjadi pada tahun 1957 (H2N2) dan 1968
(H3N2),keduanya berasal dari Asia yang menyebabkan kematian 1 juta orang.(Nelson Rodrigo da Silva
Martins, 2012)

Tabel 1: Kejadian wabah influensa unggas yang sangat patogen di masa lalu di dunia (Kartono
Muhammad, 2016)

TAHUN NEGARA/WILAYAH UNGGAS STRAIN


PELIHARAAN YANG
TERKENA

1959 Skotlandia 2 kelompok ayam A/ayam/Skotlandia/59 (H5N1)


(dilaporkan)

1963 Inggris 29.000 ekor ternak kalkun A/kalkun/Inggris/63 (H7N3)

1966 Ontario (Kanada) 8.100 ekor ternak kalkun A/kalkun/Ontario/7732/66


(H5N9)

1976 Victoria (Australia) 25.000 ayam A/ayam/Victoria/76 (H7N7)


petelur,17.000 ayam
broiler, 16.000 bebek

1979 Jerman 1 kelompok yang terdiri A/ayam/Jerman/79 (H7N7)


dari 600.000 ayam,80
ekor angsa

1979 Inggris 3 perusahaan peternak A/kalkun/Inggris/199/79 (H7N7)


kalkun (jumlah unggas
yang terkena tidak

11
dilaporkan)

1983-1985 Pennsylvania (AS)* 17 juta unggas dalam 452 A/atam/Pennsylvania/1370/83


kelompok; sebagian besar (H5N2)
ayam atau kalkun,dan
beberapa burungpuyuh
dan burung liar

1983 Irlandia 800 kalkun pedaging A/kalkun/Irlandia/1378/83


mati; 8640 kalkun, 28.020 (H5N8)
ayam, 270.000 bebek
dimusnahkan

1985 Victoria (Australia) 24.000 perbenihan ayam A/ayam/Victoria/85 (H7N7)


broiler, 27.000 ayam
petelur, 69.000 ayam
broiler, 118.418 ayam dari
berbagai jenis

1991 Inggris 8.000 kalkun A/kalkun/Inggeris/50-92/91


(H5N1)

1992 Victoria(Australia) 12.700 perbenihan broiler, A/ayam/Victoria/1/92 (H7N3)


5.700 bebek

1994 Queensland(Australia) 22.000 ayam petelur A/ayam/Queensland/667-6/94


(H7N3)

1994-1995 Meksiko* Data tentang jumlah A/ayam/Puebla/8623-607/94


unggas yang terkena tidak (H5N2)
ada, 360 kelompok ayam
dimusnahkan

1994 Pakistan* 3,2 juta ayam broiler dan A/ayam/Pakistan/447/95 (H7N3)


perbenihan broiler

1997 New South Wales 128.000 benih ayam A/ayam/New South

12
(Australia) broiler, 33.000 ayam Wales/1651/97 (H7N4)
broiler,261 emu

1997 Hongkong (China) 1,4 juta ayam dan A/ayam/Hong Kong/220/97


sejumlah unggas (H5N1)
peliharaan

1997 Italia Sekitar 6.000 ayam, A/ayam/Italia/330/97 (H5N2)


kalkun, bebek,
merpati,merak, dan
berbagai unggas liar

1992-2000 Italia* 413 peternakan, sekitar 14 A/kalkun/Italia/99 (H7N1)


juta unggas

2002-2005 Asia Tenggara* China, Hong Kong, A/ayam/Asia Timur/2003-


Indonesia, jepang, 2005(H5N1)
Kampuchea, Laos,
Malaysia, Korea,
Thailand, Vietnam,
diperkirakan 150 juta
unggas

2002 Chile A/ayam/Chile/2002 (H7N3)

2003 Belanda* Belanda: 255 peternakan, A/ayam/Belanda/2003 (H7N7)


30 juta unggas

Belgia: 8 peternakan, 3
juta unggas;

Jerman: 1 peternakan,
80.000 ayam broiler

2004 Kanada (B. C.)* 53 kelompok, 17 juta A/ayam/kanada-BC/2004(H7N3)


ayam

2004 Amerika Serikat (TX) 6.600 ayam broiler A/ayam/USA-TX/2004 (H5N2)

13
2004 Afrika Selatan 23.000 burung onta, 5000 A/burung onta/Afrika S/
ayam 2004(H5N2)

Berdasarkan data WHO tahun 2015 mengenai influenza A H5N1 pada manusia, Indonesia
merupakan negara dengan kasus influenza A H5N1 pada manusia yang terbanyak kedua setelah Mesir. Di
Indonesia, sejak tahun 2005 sampai 13 November 2015, terdapat 199 kasus influenza A H5N1 pada
manusia dan 167 diantaranya meninggal dunia. Angka kejadian kasus influenza A H5N1 yang
terkonfirmasi semakin berkurang jumlahnya namun selalu ada kasus setiap tahun dengan angka kematian
yang tinggi. (WHO, 2015)

Masalah yang terdapat di Indonesia adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran seluruh lapisan
masyarakat mengenai flu burung dan kemungkinan risikonya.Hanya beberapa responden (8,5%) yang
mengetahui gejala flu burung pada manusia pada penelitian yang dilakukan di Kanada tahun 2014.
Mayoritas pedagang unggas hidup di Bali dan Lombok memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai
penularan flu burung dari unggas ke manusia dan pencegahannya. Sebanyak 30% responden pada
penelitian yang dilakukan di Cina tahun 2011 memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai cara
penularan influenza yang dianggap dapat tertular melalui makanan. Kesadaran yang tinggi terhadap
penyakit influenza sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya pandemi influenza. Pengetahuan
tentang penyakit flu burung merupakan langkah awal yang perlu diketahui setiap individu di daerah
dengan populasi unggas yang tinggi. Penelitian ini penting dilakukan untuk menilai gambaran
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit influenza pada manusia di Kabupaten Indramayu dan
Majalengka yang merupakan wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1 pada unggas. (Rahmah Shofia Safira
dkk, 2014)

Indonesia dengan penduduk 225 juta orang, jumlah provinsi dan kabupaten kota yang telah
terjangkit virus AI H5N1 pada unggas yaitu ada di 31 dari 33 provinsi yang menyebar di 293 dari 473
kabupaten/kota dengan serangan terberat di Jawa, menyusul Sumatera, Bali dan Sulawesi Selatan.
Khususnya di Jawa Timur, semenjak tahun 2003–2006 tercatat sekitar 68,42% kabupaten/kota tertular
avian infl uenza pada unggas (Depkominfo, 2006). Pada tahun 2011, Dinas Perternakan Jawa Timur
sudah memusnahkan 17,139 unggas dengan adanya 53 kasus fl u burung (East Java to Prevent Bird Flu,
2011).

14
Di Indonesia ada beberapa permasalahan dalam hal penanggulangan dan pengendalian flu burung
antara lain masih terdapat kekurangan/keterbasan pembiayaan, infrastruktur belum memadai (termasuk
pengetahuan dan keterampilan petugas terutama di daerah); dan persepsi, pengetahuan serta kepedulian
masyarakat umum terhadap fl u burung masih belum sama. (Edi Widya Sukoco Noor, 2012)

Indonesia pada bulan Januari 2004 pun dikejutkan dengan kematian ayam ternak yang luar biasa
( terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lainya). Awalnya kematian
tersebut disebabkan virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan
oleh virus flu burung (Avian Influenza). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10
provinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%). (Balitbang Depkes,2005).

Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi (Puslitbang BMF) di
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan RI telah
ditetapkan sebagai laboratorium rujukan nasional untuk diagnosis Flu Burung di Indonesia. Setiap kasus
yang diduga terinfeksi Flu Burung - sesuai definisi W110 "' - dirujuk ke RS-RS rujukan Flu Burung yang
tersebar di scluruh Indonesia. I'uslitbang 13MI: menetapkan pedoman untuk pengambilan, penanganan
dan pengiriman spesimen dari (0) pasien terduga terinfeksi Flu Rurung . Spesimen yang diambil
berbentuk usap hidung dan usap tenggorok yang diarnbil selama 3 hari berturut-turut, yang langsung
dikirim ke Puslitbang RMF. Darah vcna diambil pada hari pertama dan 10- 14 hari sesudahnya, atau bila
pasien akan dipulangkan atau mcninggal. ( R. sedyaningsih Endang, dkk. 2006)

Ditilik dari tingkat severitynya atau tingkat kegawatannya, kasus flu burung ini harus bisa
diantisipasi sedemikian rupa sehingga kasusnya tidak semakin meluas yang bisa menimbulkan keresahan
yang tinggi di tengah masyarakat. Supaya bisa dilakukan langkah antisipasi yang tepat, perlu diketahui
faktor yang berhubungan dengan pada manusia di Kota Pekanbaru yang mengakibatkan kematian hingga
mencapai 83,3%. Dengan masyarakat bisa lebih waspada terhadap segala kemungkinan penularan virus
H5N1 ini. (Donald, dkk. 2011)

Hasil evalusasi WHO menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung terjadinya infeksi virus
flu burung terhadap manusia, yaitu terjadinya kontak langsung dengan ayam sakit atau mati, dan
kontaminasi dari lingkungan sekitar. (WHO, 2008)

C. Cara penyembuhan Penyakit Flu Burung


1. Pengobatan flu burung pada ternak

15
Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat maupun
vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah
pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa
langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai
berikut:

a. Biosekuriti

Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga
keamanan hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap
individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain:

1) Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.

2) Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.

3) Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian
pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.

4) Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar. ( Irianto, K., 2007)

b. Depopulasi

Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang


tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih
luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah menyembelih semua
unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan
pakan yang tercemar, serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi. (Khairil A.
Notodiputro, 2008)

c. Vaksinasi

16
Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada
virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi
dari pemerintah. (Pranata Setia, 2011)

2. Pengobatan flu burung pada manusia

Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai
flu burung:

a. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.

b. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan
kekebalan tubuh yang optimal.

c. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.

d. Hindari berkunjung ke peternakan.

e. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.

f. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.

g. Cukup istirahat.

Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil adalah:

a. Tidak panik, tapi tetap waspada.

b. Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.

c. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan
setempat supaya ditindaklanjuti.

d. Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu tertular.
Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia. ( Irianto, K., 2007)

17
Penanggulangan di rumah sakit :

a. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).

b. Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %

c. Hidrasi

d. Antibiotika, anti inflamasi , obat –obatan imunomodulator

e. Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan. (Soejoedono, D. Retno. 2006)

D. Cara pencegahan Penyakit Flu Burung


Upaya sanitasi lingkungan dalam rangka pencegahan flu burung pada masyarakat di
Kecamatan Cikupa, Curug, Pasar Kemis, dan Sepatan, Kabupaten Tangerang tahun 2009 secara
umum sudah baik. Beberapa hal masih yang tergolong buruk antara lain sanitasi kandang unggas
(57,1%). Kasus flu burung di Kabupaten Tangerang masih tinggi kemungkinan karena daya beli
masyarakat terhadap desinfektan masih rendah. Jumlah pengeluaranbrata-rata masyarakat
umumnya mendekati upah minimum regional (UMR) Kabupaten Tangerang, sehingga biaya
pengeluaran rumah tangga mungkin lebih diprioritaskan untuk kebutuhan pokok.(Lestari Selfi
Octaviani dkk, 2010)

Tanaman obat Sambiloto (A. paniculata), Temu Ireng (C. aeruginosa L.), Beluntas (P.
indica L.), Sirih Merah (Piper sp.) dan Adas (F. vulgare) secara umum masing-masing memiliki
potensi sebagai bahan pendukung (prekursor) untuk menangkal infeksi virus AI H5N1 ke sel
lestari Vero. Khusus Sambiloto dan Temu Ireng baik dalam komposisi tunggal maupun
kombinasi mampu menahan infeksi virus ke sel Vero hingga hari ke-3 setelah infeksi.
(Bermawie Nurliana dkk, 2013)

Secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan menggunakan
alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang
kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular, penanganannya kulit telur dan telur

18
mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan memasaknya seperti yang biasa
kita lakukan selama ini, virus flu burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging unggas harus
dimasak sampai suhu 700C atau 800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau
merebus ayam di dapur misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya memasak. Artinya aman
mengkonsumsi ayam atau unggas lainnya asal telah dimasak dengan baik. (WHO, 2010)

1. Pencegahan Luar

Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar tidak
masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah:

a. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas harus
menggunakan pelindung.

b. Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.

c. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.

d. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah flu burung.

e. Tetap terapkan pola hidup sehat.

2. Pencegahan Dalam

Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk


meningkatkan daya tahan tubuh.

Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat


terhindar dari penyakit flu burung ini. ( Akoso, Budi Tri. 2006)

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung, bebek,
ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut,
ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh dan
burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke
manusia.

2. Penyakit influensa unggas (avian influenza), atau lebih dikenal sebagai “wabah flu burung”,
pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 sebagai wabah yang menjangkiti ayam dan burung di Italia,
yang disebut juga sebagai “Penyakit Lombardia” mengikuti nama sebuah daerah lembah di hulu sungai
Po.

3. Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas

4. Secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan
menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh
mereka yang kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular, penanganannya kulit telur
dan telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan memasaknya seperti

20
yang biasa kita lakukan selama ini, virus flu burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging
unggas harus dimasak sampai suhu 700C atau 800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita
menggoreng atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya
memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau unggas lainnya asal telah dimasak dengan
baik.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka
makalah.

21
Daftar Pustaka
Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung
(Avian Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil.

Mulyadi B,. Prihatini. 2005. DIAGNOSIS LABORATORIK FLU BURUNG (H5N1).

M.J. Mehrabanpour et al. 2007. Pathological Findings of Highly Pathogenic Avian Influenza
Virus A/Duck/Vietnam/12/2005 (H5N1) in Turkeys.

Alexander at al. 2010. Avian Influenza in Mexico.

Kumala Widyasari. Avian influenza : profil dan penularannya pada manusia. Oktober-Desember
2005,Vol.24 No.4

Setiyono Agus,. Bermawie Nurliani. Potensi Tanaman Obat untuk Penanggulangan Flu Burung:
Uji In Vitro pada Sel Vero. JSV 31 (1), Juli 2013.

OIE Terrestrial Manual. Avian Influenza (Infection with avian influenza virus). 2015

R Endang, dkk. KARAKTERISTIK EPIDEMIOLOGI KASUS-KASUS FLU BURUNG DI


INDONESIA. Juli 2005 - Oktober 2006

Budiman, dkk. 2008. KAJIAN PERANAN LINGKUNGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO


KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT FLU BURUNG PADA MANUSIA).

Avian influenza: epidemiology and surveillance in New Zealand. Surveillance 43 (4) 2016

Maksum Radji. AVIAN INFLUENZA A (H5N1) : PATOGENESIS, PENCEGAHAN DAN


PENYEBARAN PADA MANUSIA. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006,
55 - 65

Kartono Mohamad. 2016. Flu burung.

22
Rahma Shofia Safira dkk. 2014. Gambaran Pengetahuan Masyarakat mengenai Influenza pada
Manusia di Kabupaten Indramayu dan Majalengka sebagai Wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1
pada Unggas di Jawa Barat Tahun 2014.

WHO. 2015. Review of latest available evidence on potential transmission of avian influenza
(H5N1) through water and sewage and ways to reduce the risks to human health.

Abidin Zainal. 2011. East Java to Prevent Bird Flu.

WHO. 2008. Clinical management of human infection with avian influenza A (H5N1) virus.

Edi Widya Sukoco Noor, dkk. 2012. PERILAKU BERISIKO PETERNAK UNGGAS DAN KEJADIAN
FLU BURUNG DI DESA MOJOTAMPING KECAMATAN BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO
PROVINSI JAWA TIMUR.

Balitbang depkes, 2015. Flu burung.

Donald et all. 2011. Occurrence of Disease Transmission Causes Avian Influenza at Humans in
Pekanbaru City and Pelalawan Regency

R. sedyaningsih Endang, dkk. 2006. KARAKTERISTIK EPIDEMIOLOGI KASUS-KASUS FLU


BURUNG DI INDONESIA JULI 2005 - OKTOBER 2006

Chanlett, Emma. 2006. International Efforts to Control the Spread of the Avian Influenza (H5N1) Virus:
Affected Countries’ Responses

Nelson, Rodrigo da Silva Martins. 2012. An Overview on Avian Influenza

Pranata, Setia. 2011. Vaksinisasi di Indonesia.

Khairil A. Notodiputro. 2008. Faktor populasi terhadap Penyakit Flu Burung.

Irianto, K., 2007. Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I, Yrama Widya. Jakarta.

Soejoedono, D. Retno. 2006. Flu Burung. Penerbit Swadaya : Depok.

Lestari, Selfi Octaviani dkk. Upaya Pencegahan Flu Burung Masyarakat di Kabupaten Tangerang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 2, Oktober 2010.

Bermawie, Nurliani dkk. 2010. Penanggulangan Flu Burung dengan Tanaman Obat.

23
WHO. 2010. Avian Influenza Disease.

Akoso, Budi Tri. 2006. Waspada Flu Burung. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai