Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

FLU BURUNG

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Abdillah.S
2. Akbar Kasim
3. Ariston Tangowi
4. Faradita Malewa
5. Dikka Zahra
6. Nabila Azhari putri
7. Tina Joji
8. Rana Aulia
9. Yovika Bansoe
10.Wilda W Palawa

AKADEMI KEPERAWATAN JUSTITIA PALU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


bagi pembaca bahkan kami berharap agar makalah ini dapat di pahami oleh
pembaca.

Bagi kami peyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keter batasan pengetahuan kami.Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 01 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….......................................……………………… i

KATA PENGANTAR ………........................................………………… ii

DAFTAR ISI ………………………............................................………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……........................................………………… 1

A. Latar Belakang ……….......……………………….............………….. 1

B. Tujuan Penulisan ………........…………………….............………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………....................................…………. 3

A. Konsep Medis Flu Burung…............................................................3


1. Definisi…................................................................................3

2. Etiologi….................................................................................3

3. Manifestasi Klinis…...............................................................3

4. Patofisiologi….........................................................................4
5. Pemeriksaan Penunjang….........................................4
6. Komplikasi ..................................................................5

B. Konsep Asuhan Keperawatan Flu Burung…..................................5

1. Pengkajian….......................................................................................5

2. Diagnosa Keperawatan…..................................................................5

3. Intervensi Keperawatan…................................................................5

BAB III PENUTUP ……………….........................…………………… 6

A. Simpulan …………………………………………….................….… 6

B. Saran ………………………………………………….................…… 6

DAFTAR PUSTAKA ………………….…………..........................…… 7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur
dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan
pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara
langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan
dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung
menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta
berbagai mekanisme lain.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan dapat mengaplikasikan asuhan


keperawatan yang tepat pada klien dengan flu burung.

2. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari flu burung

2) Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi fisiologi organ respiratori

3) Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari flu burung

4) Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinis dari flu burung


5) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari flu burung

6) Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi yang mungkin terjadi dari flu burung

7) Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan kasus flu burung

8) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien penderita flu burung

9) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dari flu burung

10) Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada pasien penderita flu burung.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.Flu
burung (bahas Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).

B. Etiologi

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan
dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi
kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1,
H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A
H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih
dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560
C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodine.

C. Manifestasi Klinis

1. Tanda dan Gejala pada unggas

Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa
gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan
keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala
bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi
gangguan pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan
reproduksi berupa penurunan produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam bentuk
depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam
setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari. 2.
Tanda dan Gejala pada manusia Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu
biasa lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi
antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa infeksius
pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak
dapat sampai 21 hari. Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan
memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas
hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO.
D. Patofisiologi

Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau
unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas.
Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian
mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia
atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke
manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia
ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang
dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur
dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan
pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara
langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat
juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani
kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai
mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke
manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan
pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang
telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang yang
memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh
diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin
banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons
imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah
karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu
Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu
burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum
begitu kuat. Masa Inkubasi - Pada Unggas : 1 minggu - Pada Manusia : 1-3 hari , Masa
infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Penularan Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara
yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas yang
menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika terjadi
kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di
peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya. Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir sama.
Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam inti yang dapat
memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti yang dimiliki oleh virus
mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak protein yang dihasilkan berarti semakin
banyak pula variasi jenis 3

virusnya. Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir dengan menempel
menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada dinding luar (envelope).Pada saat
menempel, virus merusak dinding pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti
virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk
selaput lendir sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang
telah terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ
melalui darah. Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka
saat itu juga virus mulai menyebar.
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di
atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen
serum, aspirasi nasofaringeal. Diagnosis flu burung dibuktikan dengan : • Uji RT-PCR
(Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5. • Biakan dan identifikasi
virus Influenza A subtipe H5N1. •

Uji Serologi : 1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil 1/80.

2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang

diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

3. Uji penapisan

• Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.

• ELISA untuk mendeteksi H5N1.

2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya
ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

3. Pemeriksaan Kimia darah Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin,


Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin
Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium
sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

4. Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan


pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa
kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan
CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal
sebagai langkah diagnostik dini.

5. Pemeriksaan Post Mortem Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi
pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan
PCR.

F. Komplikasi
1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial) Meningitis adalah
peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi
otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti
virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke
dalam cairan otak.

2. Encephalitis ( bulbar ) Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak
tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering
infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan
oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.

3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis Myocarditis adalah


peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan oleh
penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-
obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999). Kerusakan
miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar, yaitu: a.
Invasi langsung ke miokard. b. Proses immunologis terhadap miokard. c.
Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.

4. Paralisis akut flaksid

5. Pneumonia ( peradangan paru ) Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary


alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang
dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab,
termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, ataupasilan (parasite). Radang paru-paru
dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-
paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau
berlebihan minum alkohol.

6. Kematian Terjadi jika mengalami gagal nafas akut


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan
utama, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Identitas /biodata klien Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku
bangsa, nama orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan. 2. Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri
otot, sakit tenggorokan
3. Riwayat penyakit sekarang a. b. c. d.
Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada. Infeksi paru Batuk dan
pilek Infeksi selaput mata
4. Pemeriksaan Fisik a. Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen b. Mata :
orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput mata.
c. Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering. d.
Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula,
pemeriksaan yang perlu dilakukan pada orang yang mengalami flu burung, yaitu
pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaaan darah.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret, sekresi


tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi
jalan napas oleh sekresi).

3. Ketidakseimbanngan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea


dan anorexia

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret, sekresi


tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.

Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam jalan napas kemabli efektif
Kriteria hasil :

a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas 6
b. Mengeluarkan atau membersihkan secret Intervensi:
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas
dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran,
krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);
atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi. Rasional :
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas,
distres pernapasan, penggunaan otot bantu. Rasional : Disfungsi pernapasan
adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang
menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur Rasional : Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien
dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi
pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
f. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir. Rasional : Memberikan pasien
beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan
udara.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen


(obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam pertukaran gas kembali
normal Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak
ada gejala distres pernapasan
b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,
napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang. Rasional : Berguna dalam
evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu. Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan
napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
e. Palpasi fremitus Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia. g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong
untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan
aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu. Rasional :
Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan


anorexia Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam nutrisi
terpenuhi Kriteria hasil : a. Menunjukkan peningkatan napsu makan b.
Mempertahankan/meningkatkan berat badan Intervensi: a. Kaji kebiasaan diet,
masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh. Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering
anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat. b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas,
dan hipoksemia. c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan
wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. Rasional : Rasa tak enak, bau dan
penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat membuat
mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas. d. Dorong periode
istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi
kecil tapi sering. Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu
makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori
total. e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. Rasional :
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan
gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. f. Hindari makanan yang
sangat pedas atau sangat dingin. Rasional : Suhu ekstrim dapat
mencetuskan/meningkatkan spasme batuk. g. Timbang berat badan sesuai
indikasi. Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun
tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan:
Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskip un masukan adekuat sesuai
teratasinya edema.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas. Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Satu-satunya cara virus flu burung dapat
menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung
tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui
saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya
karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui
pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para
peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli
ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.

B. Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang
adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat
memiliki pengetahuan yang cukup tenntang tanda-tanda yang akan muncuul ketika
seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah sakit dan diihrapkan
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pengobatan dengan baik agar
ttidak terjadi iinfeksi yang lebih berat.Selain itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya
berusaha semaksimall mungkin untuk melakukan pencegahan terjadiinya penyebaran
virus H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab dengan kolaborasi tenaga
kesehatan lain dan pemerintah serta kerjasama dengan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,M.E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perwatan pasien.Jakarta: EGC Muttaqin,Arif.2008.Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Padila.2012.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi konsep &
Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Nanda Internasional.2010.Diagnosa
Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta:EGC Kusuma,Hardi &
Amin Huda NUrarit.2012.Aplikasi asuhan Keperawatan berdasarjan
NANDA.Yogyakarta:Media Hardy Wilkinson,Judith M.2006.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC,Ed.7.alih bahasa
Widyawati.Jakkarta:EGC Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai