Anda di halaman 1dari 14

Makalah Respirasi

“Avian Influenza”

Oleh :

1) Fernanda Wike Widyaswara 1510018


2) Rara Ayu Anjani B.S.R 1510043

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Tahun Ajaran 2015-2016

i.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang”Avian Influenza” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Ns.Lis Fatimawati S.Kep., M.Kes selaku
dosen mata kuliah Respirasi yang telah memberi tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai virus avian
influenza yang berdampak pada kesehatan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Surabaya , 13 september 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDEHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Flu Burung ............................................................................................. 3
2.2 Penyebab Etiologi Flu Burung ................................................................................. 3
2.3 . Epidemologi flu burung.......................................................................................... 4
2.4 Faktor Resiko ........................................................................................................... 6
2.5 Penularan Dan Penyebaran ....................................................................................... 6
2.5.1Penyebaran Diwilayah ........................................................................... 7
2.6 Penanggulangan Dan Pencegahan ........................................................................... 9
2.6.1 Monitoring dan evaluasi ...................................................................... 9
2.7 Pengobatan .............................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
3.1 Simpulan ................................................................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Avian influenza ( Al ) atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan

penyakit flu burung, disebabkan oleh virus yang diklasifikasikan kedalam

Orthomyxoviruses yang memiiki tiga tipe yaitu tipe A, B dan C. Virus ini
menyerang bagian pernapasan atau sistem saraf. Tingkat kematian akibat penyakit
ini bisa mencapai 100%. Akibatnya, penyakit ini disebut flu burung dengan
tingkat penularan tinggi ( highly pathogenic avian influenza ). Penyakit ini
menyebabkan banyak kerugian pada usaha peternakan unggas, termasuk
peternakan ayam.

Pada tahun 1983-1984, penyakit flu burung telah menjadi penyakit


mematikan yang menyerang peternakan ayam diseluruh dunia. Lebih dari 17 juta
ekor ayam dimusnahkan. Pada tahun 1997, di Hongkong dilaporkan virus flu
burung tipe A subtype H5N1 (HA: haemagglutinin dan NA ; neuraminidase)
telah menyerang dengan ganas, bahkan menular kemanusia menimbulkan
kematian. Pada penghujung tahun 2003 dan permulaan tahun 2011 , virus flu
burung masih menjadi wabah diseluruh dunia yang mengakibatkan kematian
bukan hanya terhadap ayam tetapi juga menular kepada manusia.

Flu burung yang menimbulkan kematian pada manusia terjadi dinegara


Hongkong, cina ,Vietnam, Thailand, Jepang, Indonesia dan beberapa Negara
lainnya . Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) dari tahun
2013 sampai pertengahan 2010, tercatat dari 166 kasus flu burng yang
menginfeksi manusia sebanyak 137 orang meninggal dunia. Virus ini dapat
ditularkan melalui air liur (saliva) dan kotoran ayam. Virus flu burung dapat hidup
selama empat hari pada suhu 22o C. Bahkan, virus flu burung bisa bertahan hidup
lebih dari 30 hari pada suhu 0o C. Namun, virus ini bisa mati pada suhu 80o C
dalam waktu satu menit.

1.2 RUMUSAN MASALAH

i.
1. Apakah yang dimaksud dengan virus flu burung.?
2. Apakah penyebab penyakit flu burung.?
3. Bagaimana epidemologi dari penyakit flu burung?
4. Apa saja faktor resiko dari penyakit flu burung ?
5. Bagaimana cara penularan/penyebaran flu burung ?
6. Bagaimana penanggulangan dan pencegahan penyakit flu burung.?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang virus flu burung


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung
3. Untuk mengetahui epidemologi dari penyakit flu burung
4. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya flu burung
5. Untuk mengetahui cara penularan/penyebaran flu burung
6. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan penyakit
flu burung

1.4 Manfaat
Adapun maanfaat penulisan makalah ini, yaitu :
a. Bagi pembaca
Memberikan pengetahuan umum dan menambah wawasan tentang
“Avian Influenza” bagi para pembaca.
b. Bagi penulis
Guna memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan dan mendapatkan
informasi terkait “Avian Influenza”.

BAB II

PEMBAHASAN

v
2.1 Pengertian Flu Burung
Avian influenza(flu burung) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza tipe a (h5n1) yang menyebabkan adanya pandemic. Sumber
penularan virus influenza tipe a adalah unggas misalnya ayam,burung dan itik.
Mutasi genetik virus avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan kondisi dan
lingkungan replikasinya. Biasanya dilakukan pemeriksaan dengan isolasi
virus,pemeriksaan serologi dan pemeriksaan darah untuk mendeteksi virus
tersebut.
Virus ini dapat menimbulkan gejala ringan sampai berat dan fatal,
yaitu kematian. Penyakit flu burung juga disebut High Pathogenic Avian
Influenza (HPAI) dengan angka kematian 100%.Flu burung atau Avian
Influenza (AI) merupakan sebutan penyakit yang sama,meskipun ada yang
membedakan bahwa Avian Influenza adalah penyakit pada hewan (khususnya
unggas), sedangkan flu burung adalah penyakit padamanusia. Namun, dari
berbagai sumber termasuk dari WHO (World HealthOrganization) ataupun
OIE (Office Internationale des Epizooties) tidak secaraspesifik membedakan
kedua sebutan ini (Akoso 2006).

2.2 Penyebab / Etiologi Penyakit Flu Burung


Virus flu burung awalnya hanya menyebar antar unggas saja, baik itu unggas
liar maupun unggas peternakan (ayam, bebek, angsa, atau burung kicauan).
Seiring waktu, virus flu burung bermutasi menjadi beberapa turunan sehingga
pada akhirnya mampu menulari manusia. Beberapa turunan virus tersebut di
antaranya adalah H5N1, H7N7, H9N2, H5N6, H6N1, H7N9, dan H10N8.
Dari semua turunan virus flu burung, sampai saat ini hanya dua jenis yang
pernah menyebabkan wabah dengan jumlah korban jiwa yang banyak, yaitu
H5N1 dan H7N9.H5N1 yang mewabah sejak tahun 1997 telah menginfeksi
sekitar 840 orang di seluruh dunia dengan jumlah penderita meninggal dunia
mencapai 447 orang. Dari data tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara
yang terkena dampak flu burung paling parah, bersama dengan Vietnam dan
Mesir.Sedangkan H7N9 yang mewabah sejak bulan Maret tahun 2013, dilaporkan
telah menginfeksi 665 orang dan 229 di antaranya meninggal dunia. Tiongkok

vi
bagian tenggara merupakan wilayah yang paling besar terkena dampaknya akibat
wabah virus flu burung jenis ini.
Flu burung berisiko tinggi menular apabila kita menyentuh unggas
yang telah terinfeksi, menghirup debu dari kotoran unggas sakit yang telah
mengering, atau menyantap daging/telurnya dengan tidak dimasak sampai benar-
benar matang. Selain itu, bahaya yang sama juga mengintai apabila kita
mengunjungi pasar unggas dengan tingkat kebersihan yang buruk atau
mengunjungi suatu daerah yang sedang dilanda wabah flu burung.

2.3 Epidemologi dari penyakit flu burung


Seperti halnya SARS, epidemiologi dari flu burung ini sangat
kompleks dan tidak sepenuhnya dimengerti. Virus influenza A dapat menginfeksi
manusia dan juga pada hewan lainnya seperti bebek, ayam, babi, paus, kuda dan
anjing laut, sedangkan virus influenza B dan C beredar secara luas hanya pada
manusia.Burung liar adalah sumber primer semua subtipe dari virus influenza A
dan juga merupakan sumber penularan pada hewan lain, tetapi tidak pada
manusia. Kebanyakan virus influenza menyebabkan infeksi yang asimptomatik
atau infeksi ringan pada burung dan gejala yang timbul pada unggas tergantung
pada strain dari virus. Infeksi dengan beberapa virus Avian influenza A
(contohnya pada strain H5 dan H7) dapat menyebabkan penyebaran penyakit yang
luas dan kematian pada beberapa spesies burung liar dan burung peliharaan seperti
ayam dan kalkun. Babi dapat terinfeksi oleh virus flu burung dan virus flu pada
manusia selain virus flu pada babi sendiri, maka babi mungkin terinfeksi oleh
virus dari spesies yang berbeda pada saat yang bersamaan.

Apabila ini terjadi, maka gen-gen dari virus yang menginfeksi dapat
bercampur. Sehingga akan menciptakan gen virus yang baru. Contoh: apabila
seeokor babi terinfeksi oleh virus flu burung dan flu manusia pada saat yang
bersamaan virus tersebut dapat bercampur dan menghasilkan virus baru yang

vii
memiliki gen yang mirip dengan virus dari manusia, namun memiliki
Hemaglutinin / Neuramidase dari virus flu burung. Maka virus tersebut akan dapat
menginfeksi dan menyebar diantara manusia, namun memiliki protein permukaan
yang belum pernah ditemukan sebelumnya pada virus influenza yang menginfeksi
manusia. Perubahan semacam ini disebut antigenic shift. Antigenic shift akan
menghasilkan subtipe virus influenza A baru, sehingga manusia hanya akan
memiliki sedikit kekebalan atau bahkan tidak ada kekebalan sama sekali terhadap
virus tersebut. Jika virus ini menyebabkan sakit pada orang dan dapat ditularkan
pada orang dengan mudah dari manusia ke manusia maka akan timbul pandemi.
Epidemiologi yang tepat dan mekanisme yang pasti dari penyebaran virus ini ke
manusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Perubahan antigenik itu sendiri terdiri dari dua jenis, yang pertama
adalahantigenic drift atau penyimpangan antigen atau disebut dengan perubahan
antigenik minor dimana hanya terjadi perubahan kecil komposisi antigen dan
tidak mengalami perubahan subtipe, proses ini biasanya berjalan lama.
Sedangkanantigenic shift atau pergeseran antigen atau juga disebut perubahan
antigenik mayor menyebabkan perubahan drastis pada rangkaian protein
permukaan virus. Mekanisme yang mungkin untuk kejadian ini adalah
percampuran kembali genetika antara virus influenza manusia dan non manusia,
khususnya yang berasal dari burung. Virus influenza tipe B dan C tidak
menunjukan proses ini, hal ini dikarenakan hanya sedikit virus yang terkait
dengan hewan.

2.4 Faktor Resiko


Faktor risiko terbesar flu burung adalah mengalami kontak dengan unggas
yang sakit atau dengan permukaan yang terkontaminasi oleh bulu, air liur, atau kotoran
milik unggas yang terinfeksi.Dalam beberapa kasus yang sangat langka, flu burung
dilaporkan ditularkan dari satu manusia ke yang lain.Pola penularan dari manusia ke
manusia masih misterius. Berbagai orang dari segala usia yang terjangkit dilaporkan
meninggal setelah mengalami infeksi.

viii
2.5 Penularan/Penyebaran
Berikut ini cara-cara penularan flu yang disebabkan oleh virus H5N1 ini.
Secara garis besar, kita pasti mengetahui bahwa kontak langsung dengan sumber
penyakit akan membuat kita terjangkit. Hal yang sama juga berlaku pada penyakit
flu burung. Berdasarkan pendapat para ahli, disimpulkan bahwa vektor utama
penyakit ini adalah unggas. Bersentuhan langsung dengan unggas yang sakit, atau
produk dari unggas sakit tersebut akan membuat Anda tertular. Pencegahan yang
dilakukan hanya bisa dilakukan dengan membakar bangkai hewan tersebut. Akan
tetapi, metode pembakaran yang digunakan harus tepat guna mencegah asap dan
material lain tersebar ke tempat lain. Material-material tersebut masih memiliki
potensi menularkan virus H5N1. Cara yang dianggap lebih efektif adalah dengan
mengubur bangkai ternak tersebut dalam-dalam.

Media lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan
sekitar. Jika Anda tinggal di sekitar kandang ternak unggas, atau memiliki burung
peliharaan yang tiba-tiba mati, waspadalah. Udara sekitar kandang sangat
mengandung berbagai material yang ada dalam kotoran ternak. Jika unggas
terjangkit virus H5N1, bisa dipastikan bahwa udara sekitar sudah mengandung
virus flu burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar kotoran ternak
unggas akan menjadi media perantara penularan virus H5N1 yang sangat baik.

Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia.


Akantetapi, disinyalir penularan lewat manusia merupakan media yang sangat
tidak efektif. Kasus penularan lewat manusia sangat jarang terjadi. Virus H5N1
berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat efektif
ditularkan lewat manusia. Meski begitu, tetaplah waspada jika Anda berada
didekat pasien flu burung.

Cara lain penularan flu burung adalah melewati produk dari ternak
unggas. Sebagian orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak
dimasak sempurna. Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah unggas
dapat menjadi media menularkan virus H5N1 pada pengkonsumsinya. Virus flu
burung ini akan mati apabila produk unggas tersebut dimasak secara sempurna
(benar-benar matang).Mengkonsumsi daging setengah matang dan telur setengah
matang masih berpeluang terjangkit virus flu burung ini jika unggas yang

ix
dipotong sudah terjangkiti oleh virus ini. Untuk itu, jika Anda akan
mengkonsumsi unggas yang berasal dari daerah yang dicurigai terjangkiti virus
H5N1, pastikan daging atau telur unggas tersebut dimasak hingga benar-benar
matang hingga aman untuk dikonsumsi.

2.5.1 Penyebaran Di Wilayah

a. Penyebaran Global

Pada akhir tahun 1800 dan awal 1900 telah terjadi penyebaran
virus avian influenza di Eropa melalui suatu acara pameran unggas.
Dengan kejadian tersebut, Eropa dinyatakan sebagai daerah enzootic
untuk avian influenza yang berlangsung lama sampai tahun 1930. Di
Negara-negara Asia telah terbukti penularan flu burung ke orang
sebagaimana dilaporkan di Hongkong, China, Thailand, Vietnam,
Colombia, dan Indonesia, yang telah memakan korban kematian lebih
dari 90 orang meninggal dunia. Di Indonesia sampai Maret 2006, 20
orang meninggal karena flu burung. Sementara itu, penyebaran
penyakit ini pada unggas sampai dengan Desember 2005 telah
tersebar di 23 provinsi dan 151 kabupaten/ kota.

b. Penyebaran di Kawasan Asia

Penyebaran flu burung yang disebabkan oleh virus HPAI di


kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, pada pertengahan tahun
2003 merupakan kejadian terbesar dan terluas dalam sejarah dunia.
Secara berturut-turut sesuai urutan pelaporan Sembilan Negara itu
adalah : Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,
Republik Demokratik Laos, Indonesia, Cina dan Malaysia. Pada
Oktober 2005, H5N1 juga telah dikukuhkan sebagai penyebab wabah
unggas di Turki dan Rumania. Di Turki sampai dengan Januari 2006
diberitakan 32 orang tersangka tertular virus flu burung subtipe H5N1,
dua orang remaja meninggal diantaranya.

x
c. Penyebaran Di Indonesia

Penyakit flu burung pertama kali di duga berada di


Indonesia pada pertengahan tahun 2003 yang diawali dengan kematian sejumlah
besar unggas di Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten. Penyebaran selanjutnya terjadi pada bulan
September 2003 yang meluas ke Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Pada
bulan Oktober 2003, dilaporkan terjadi di Provinsi JawaTimur dan Kalimantan
Tengah. Pada bulan November 2003, penyakit ini meluas lebih lanjut ke Provinsi
Bali dan pada bulan Desember 2003 ke Provinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya
2004, perluasan wabah terjadi di Kalimantan yaitu di Provinsi Kalimantan Barat
dan Kalimantan Selatan. Pada tahun 2005, jumlah provinsi yang terserang wabah
flu burung makin bertambah lagi berturut-turut ke Sulawesi Selatan,Sumatera
Utara, dan Aceh. Korban kematian unggas meningkat mencapai 6,27 juta ekor,
dan sampai Oktober 2005 menurun menjadi 539.984 ekor. Namun daerah
penyebaran penyakit meluas dari 9 Provinsi 53 kabupaten tahun 2003, menjadi 26
Provinsi 172 Kabupaten tahun 2006.

2.6 Penanggulangan dan Pencegahan


Menurut Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo 2006),
dalam upaya melaksanakan pencegahan dan penanggulangan flu burung dan
kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, Pemerintah RI mempunyai rencana
strategis nasional. Adapun rencana strategis tersebut adalah:
a) Pengendalian penyakit Avian Influenza pada hewan.
b) Penatalaksanaan kasus pada manusia dan pencegahan infeksi baru pada
unggas (Koordinasi dengan Departemen Pertanian, Departemen
Kehutanan dan Kementrian Lingkungan Hidup).
c) Perlindungan pada kelompok resiko tinggi (koordinasi dengan
Departemen Pertanian).
d) Surveilans epidemiologi (Pada manusia dan unggas/hewan).
e) Restrukturisasi sistem industri perunggasan.
f) Komunikasi, resiko, informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat.
g) Memperkuat peraturan perundang-undangan.
h) Peningkatan kapasitas (Capacity Building).
i) Penelitian kaji tindak.
2.6.1. Monitoring dan evaluasi.

xi
Menurut Ditjen Peternakan (2006), dalam mengatasi flu
burung pada hewan (unggas), rencana strategis tersebut diatas
diperkuat dengan pelaksanaan 9 (sembilan) langkah
penanggulangan yang terdiri atas:
a. Peningkatan keamanan dari penularan (biosekuriti).
b. Vaksinasi.
c. Pemusnahan terbatas (depopulasi) didaerah tertular.
d. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas dan limbah
peternakan.
e. Surveilans dan penelusuran (tracing back).
f. Pengisian kandang kembali (restocking)
g. . Pemusnahan menyeluruh (stamping-out) di daerah tertular
baru.
h. . Peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness).
i. Monitoring dan evaluasi.

Pasien yang tertular virus tidak selamanya akan


menimbulkan sakit. Namun, hal ini dapat membahayakan di
kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki
potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan
hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan
membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan,
hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu
dimusnahkan dan dicegah penyebarannya. Tangan harus dicuci
sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan
mentah. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan
dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan
tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk
mengurangi risiko penularan.Daging unggas harus dimasak sampai
suhu 70 derajat C atau 80 derajat C selama sedikitnya satu menit.
Gunakan pola hidup sehat untuk membantu ketahanan tubuh,
seperti makan makanan bergizi, istirahat yang cukup dan olah raga
teratur.

2.7 Pengobatan

xii
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah.
a. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
d. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu
48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi
dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali
sehari.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang menular
disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini
paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik,
Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar.
Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular dengan
sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan penyakit ini
harus cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan kematian pada unggas
dengan cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga dapat menyerang pada
manusia. Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga kebersihan, hindari
kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk
konsumsi secara matang.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Informasi-informasi seputar flu
burung dalam makalah ini tidak kami sebutkan semua, namun hanya beberapa
yang dapat menunjang penyusunan makalah. Dan pada akhirnya makalah ini
diharapkan dapat membuat masyarakat tahu akan pentingnya pencegahan dan
pemberantasan penyakit flu burung yang terjadi di negara Indonesia.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2016. Penyakit Flu Burung (Penyebab, Gejala, Cara Mencegah,


Pengobatan) .
.http://srirahmayuli.com/penyakit-flu-burung-penyebab-gejala-cara-
mencegah-pengobatan
srirahmayuli.com . Online. Diakses pada 10 September 2016.
Anonim. 2016. Flu Burung. http://www.alodokter.com/flu-burung . Online.
Diakses pada 10 September 2016.
Anonim. 2012. Flu Burung; Gejala, Cara penularan, Pencegahan dan
Pengobatannya. https://dreamfile.wordpress.com/2012/03/09/flu-burung-
gejala-cara-penularan-pencegahan-dan-pengobatannya/ . Online. Diakses
pada 10 September 2016.

Anonim. 2016. Pengertian Flu Burung, Cara Penularan, Gejala dan


Pencegahan. http://jenis2-penyakit.blogspot.co.id/2014/08/flu-burung-
penularan-gejala-pencegahan.html. Online . Diakses pada 10 September
2016.

Anonim. 2010. Flu burung pada Unggas dan Cara penanggulangannya.


http://fhebyashary.blogspot.co.id/2010/11/flu-burung-pada-unggas-dan-
cara.html . Online. Diakse pada 10 September 2016.

Anonim. 2016. Flu Burung Epidemiologi, Pencegahan, Pengobatan,


Kebijakan, Pemerintah,
Kesimpulan.https://flutrackers.com/forum/forum/foreign-language-
forum/indonesian/33691-flu-burung-epidemiologi-pencegahan-pengobatan-
kebijakan-pemerintah-kesimpulan. Online. Diakses pada 10 September 2016.

Fadilah Roni, Polana Agustin.2011. 71 Mengatasi Penyakit Pada Ayam.


Jakarta :Agro Media Pustaka.

xiv

Anda mungkin juga menyukai