Disusun Oleh:
Kelompok 1
Fasilitator :
Iis Fatimawati, S.Kep., Ns., M.Kes
PJMK Dosen :
Ns. Christina Yuliastuti, M.Kep
Disusun Oleh :
1. Agung P (151.0001)
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................2
1.5 Manfaat.....................................................................................................................6
BAB 3 PEMBAHASAN.........................................................................................................12
3.2 Tiroidektomi.........................................................................................................12
BAB 5 PENUTUP....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23
iii
3
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa-mahasiswi keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Keperawatan Komunitas dengan judul “KONSEP TIRODIDEKTOMY PADA PASIEN
PENYAKIT GRAVE/GOITUR”, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Penulis
ii4
BAB 1
PENDAHULUAN
peningkatan kadar hormon tiroid dan hilangnya mekanisme umpan-balik normal yang
mengendalikan sekresi hormon tiroid. Fungsi kelenjar tiroid utama adalah memproduksi
hormon untuk pertumbuhan dan pengaturan metabolisme. Produksi hormon tiroid diatur
oleh hormon tirotropin hipofisis, atau TSH (thyroid-stimulating hormone), dan oleh
sistem autoregulasi dalam kelenjar tiroid. Jenis hipertiroidisme meliputi goiter toksik
Graves’ disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme karena sekitar 80% kasus
hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves’ disease. Penyakit ini biasanya terjadi
pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan adanya penyakit autoimun
lainnya misalnya diabetes mellitus tipe 1 (Fumarola et al, 2010). Kelenjar tiroid tidak
mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul
retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan
badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
Pada pasien hipertiroidisme, terapi yang diberikan dapat berupa terapi konservatif
dengan pemberian obat anti tiroid, terapi pengurangan (ablasi kelenjar tiroid) dengan
dengan etiologi penyakit dan pilihan pasien. Dari ketiga pilihan terapi tersebut, terapi
dengan tiroidektomi merupakan salah satu teknik pembedahan yang masih digunakan
5
Menurut sebuah laporan, Tiroidektomi pertama kali telah dilakukan pada tahun 925
SM oleh Abul Casem Kahalaf Ebn Agbbas, ahli bedah bangsa Moor. Di Swiss, telah
lama diketahui insiden goiter yang tinggi, seorang dokter spesialis “Theodor Kocher”
melakukan tiroidektomi yang pertama pada tahun 1872. Mula-mula, mortalitas operatif
13% tetapi dalam tahun 1898 Kocher melaporkan 600 penderita dengan hanya satu yang
meninggal. Pada akhir karirnya, Kocher telah melakukan lebih dari 5000 tiroidektomi
Toksika/penyakit Graves?
1.4.3 Untuk menjelaskan konsep tiroidektomi pada pasien dengan penyakit Goiter Difusa
Toksika/penyakit Graves.
1.5 MANFAAT
Mengetahui dan memahami pengaruh tiroidektomi pada penderita penyakit Goiter Difusa
Toksika/penyakit Graves.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena adanya thyroid
stimulating antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH
(TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb memicu perkembangan dan peningkakan
normal.
2.1.2 Etiologi
(TSHr). Aktivasi reseptor TSH oleh TSAb memicu perkembangan dan peningkakan
aktivitas sel-sel tiroid sehingga kadar hormon tiroid melebihi normal. TSAb
dihasilkan melalui proses respon imun karena adanya paparan antigen. Namun pada
Graves’ Disease sel-sel APC (antigen presenting cell) menganggap sel kelenjar tiroid
sebagai antigen yang dipresentasikan pada sel T helper melalui bantuan HLA (human
2.1.3 Patogenesis
berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk
mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi
7
dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang
pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibody. Adanya antibodi
didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan
Graves.
Sampai saat ini dikenal ada 3 otoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu
tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R). Disamping
itu terdapat pula suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran
sel tiroid dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan
Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila
molekul-molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk
8
Gambar 1 : Patogenesis Penyakit Graves
Faktor genetik berperan penting dalam proses otoimun, antara lain HLA-B8 dan
HLA-DR3 pada ras Kaukasus, HLA-Bw46 dan HLA-B5 pada ras Cina dan HLA-B17
pada orang kulit hitam. Faktor lingkungan juga ikut berperan dalam patogenesis
penyakit tiroid otoimun seperti penyakit Graves. Virus yang menginfeksi sel-sel tiroid
manusia akan merangsang ekspresi DR4 pada permukaan sel-sel folikel tiroid, diduga
sebagai akibat pengaruh sitokin (terutama interferon alfa). Infeksi basil gram negatif
enterocolitica terbukti dapat bereaksi silang dengan TSH-R antibody pada membran
sel tiroid yang dapat mencetuskan episode akut penyakit Graves. Asupan yodium yang
otoimun. Dosis terapeutik dari lithium yang sering digunakan dalam pengobatan
psikosa manik depresif, dapat pula mempengaruhi fungsi sel limfosit T suppressor
sehingga dapat menimbulkan penyakit tiroid otoimun. Faktor stres juga diduga dapat
9
mencetuskan episode akut penyakit Graves, namun sampai saat ini belum ada
antibodi sitotoksik lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan
dengan tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan
tiroid. Sitokin yang terbentuk dari limfosit akan menyebabkan inflamasi fibroblast dan
dan diplopia.
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal
1. Ciri-ciri tiroidal
10
- Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin
banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu
makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare dan kelemahan srta atrofi otot.
2. Manifestasi ekstratiroidal,
- Oftalmopati dan infiltrasi kulit local, biasanya terbatas pada tungkai bawah.
Ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata melotot,
singkatan NOSPECS),
Kelas Uraian
1 : Hanya ada tanda tanpa gejala (berupa upper lid retraction,stare,lid lag)
Kelas 1
Kelas 2-6
11
Terjadi proses infiltratif pada otot-otot dan jaringan orbita.
Kelas 3
exophthalmometer.
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
kebutaan
3. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah tri tunggal
4. Pada penderita yang berusia lebih muda, ditemukan palpitasi, nervous, mudah
capek, hiperkinesia, diare, berkeringat banyak, tidak tahan panas dan lebih
5. Pada wanita muda gejala utama penyakit graves dapat berupa amenore atau
infertilitas.
pematangan tulang.
12
7. Pada penderita usia tua ( > 60 tahun ), manifestasi klinis yang terutama adalah
1. Pemeriksaan fisik
- Kadar hormon tiroid (T3 dan T4) total dan bebas (meningkat)
- USG Tiroid
- Thyrotropin
2.1.6 Komplikasi
Merupakan eksaserbasi akut dari semua gejala tirotoksikosis yang berat sehingga
13
6. Tirotoksikosis pada neonatus dan bayi dengan berat badan lahir rendah
2.1.7 Penatalaksanaan
pengobatan terhadap hipertiroidisme akibat penyakit Graves, yaitu : Obat anti tiroid,
tergantung pada beberapa hal antara lain berat ringannya tirotoksikosis, usia pasien,
besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan respon atau reaksi terhadapnya serta
14
3. Tiroidektomi Subtotal - Indikasi :
1. Tidak tahan/tidak patuh dengan terapi obat anti tiroid
2. Kontraindikasi untuk terapi radioiodine
- Merupakan indikasi untuk penyakit Graves pada anak-
anak dan dewasa muda
- Tidak mengalami remisi karena goiter yang besar (pada
pasien usia < 20 tahun) dan pada pasien yang sedang
meneruskan medikasi anti tiroid lebih dari 1-2 tahun.
- Mempertahankan pasien dalam status eutiroid
- Resiko pembedahan minimal (sebatas cedera nervus
laringeus rekuren, hipoparatiroidisme, dan
hipotiroidisme permanen).
BAB 3
PEMBAHASAN
acropachy. Unsur herediter penyakit ini telah ditunjukkan dengan peningkatan insiden
kelainan tiroid klinis, antibodi tiroid dan autoimun lain pada individu atau keluarga dengan
penyakit graves.
Sebuah bukti menunjukkan bahwa penyakit graves terjadi akibat kelalaian autoimun
Imunoglobulin poliklonal ini diberikan untuk reseptor TSH dan dapat dideteksi dengan
“radioreceptor assay”.
15
Pada pasien dengan penyakit Graves aktif, kadar thyroid-stimulating immunoglobulin
mencapai > 90% dan kadar tersebut sensitif dan aktif dan berkorelasi dengan aktivitas
hingga normal kira-kira 50% pada pasien dengan terapi obat anti tiroid atau iodine radioaktif
3.2 Tiroidektomi
Tiroidektomi / reseksi kelenjar tiroid adalah salah satu pilihan tindakan pembedahan
untuk pasien yang kambuh setelah menjalani pengobatan farmakologi (obat anti tiroid).
Tiroidektomi memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dengan tingkat kematian
yang sangat rendah.. Prosedur bedah ini bertujuan untuk mengangkat kelenjar tiroid agar
gangguam tiroid (pembesaran tiroid, hipertiroidisme, kanker tiroid) dapat sembuh atau tidak
memburuk.
Pada beberapa kasus pasien dengan Goiter Difusa Toksika (Penyakit Graves)
mengendalikan tirotoksikosis.
16
1. Hipertiroidisme, dilakukan tiroidektomi bila pasien memiliki alergi obat dan
menolak terapi iodine radioaktif dan bila hipertiroidisme disebabkan oleh nodul
beracun
2. Penyakit Graves (selain penyakit Graves rekuren), dilakukan tiroidektomi jika mata
3. Kanker tiroid, untuk mencegah penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lain
krisis tiroid (lebih baik setelah ± 2 bulan setelah pasien dalam eutiroid).
3. Biasanya pasien dengan tirotoksik diberikan terapi farmakologi iodide dan iodine
5. Propranolol digunakan secara tersendiri atau bersama larutan Lugol bila pasien
Setelah tindakan pembedahan ini, kadar kalsium pasien akan di pantau dan pasien
3.2.5 Follow-Up
Evaluasi :
BAB 4
TINJAUAN KASUS
18
dengan keluhan yang sama, dilakukan pemeriksaan lengkap dan didiagnosa SNNT
(Struma Noduler Non Toxic), dianjurkan untuk operasi, namun klien belum bersedia
karena keterbatasan biaya. Klien kemudian rawat jalan di RS Daya, kembali dianjurkan
operasi tapi klien masih belum bersedia karena alasan yang sama, kemudian klien berobat
alternatif. Klien kemudian berobat di RS wahidin selama 3 bulan (sambil menunggu
antrian pemesanan kamar) dan menjalani biopsi dengan hasil Benign Nodukulare Tyroid.
Klien kemudian pindah berobat jalan di RSUH sejak 4 bulan yang lalu, menjalani
pemeriksan lengkap kembali, dan saat dokter menganjurkan untuk operasi klien telah
bersedia. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (+), sepupu klien. Tujuan
pembedahan untuk dilakukan operasi Ismo Lobektomy Dextra untuk mengeluarkan nodul
tyroid agar tidak bertambah besar.
Implementasi Keperawatan
1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
2. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
3. Menjelaskan kembali tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Mendampingi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
5. Mendengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian
Evaluasi
S :-
O : - Klien tampak tenang
- Klien tampak rileks setelah diberikan penjelasan mengenai prosedur operasi
- Kliennampakmendengarkanpenjelasanmengenaikeluhan yang dialamiklien
- TTV: BP120/76 mmHg, HR 79x/i, Pernafasan 18x/i, S 37.0°C.
A : Ansietas klien berkurang
P : Yakinkan pasien melalui sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan nonverbal
secara bergantian
20
4.4 Intra Operatif
A. RingkasanPembedahan&Askep Intra operatif
Ringkasan Pembedahan:
09.00: klien masuk kamar operasi
09.24: mulai pemberian general anastesi dan pemasangan ETT
09.40: pemasangan kateter No.18
09.45: desinfeksi area operasi (leher)dan prosedur drapping
09.50: mulai dilakukan insisi
10.30: TTV: BP125/89 mmHg, HR 72x/i, Pernafasan 14x/i, SaO2 100%
10.40: nodul tiroid berhasil di angkat.
10.45: pasang drain dengan NGT No.16
10.44: irigasi NaCl (pencucian area insisi jaringan dalam)
10.45: memasukkan Surgicel (menghentikan perdarahan, bersifat absorbable)
10.46: penutupan jaringan, mulai dilakukan penjahitan otot, subkutis, dankulit.
11.14: selesai pembedahan, pemasangan NGT
11.45: produksi urin 200cc
11.47: pindah PACU
B. Askep Intra operatif
a. Pengkajian
1) Suhu ruangan 17oC
2) Klien mengeluh kedinginan saat masuk ruang Operasi
3) Klien Nampak menggigil
4) TTV: BP 120/76 mmHg, HR 79x/mnt, RR 18x/mnt, dan SPO2 97 %.
b. Diagnosa
Risiko hipotermi
Faktor risiko: terpajan lingkungan dingin
Risiko cedera
Faktorrisiko: posisi pasien, pengaruh obat anastesi
c. Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan klien tidak menunjukkan tanda-tanda
hipotermi dan cedera
Intervensi :
1) Atur suhu ruangan untuk mempertahankan kehangatan pasien
2) Selimuti bagian tubuh pasien yang terbuka
21
3) Gunakan selimut hangat
4) Lepaskan gigi palsu/kawat gigi dan perhiasan yang melekat ditubuh pasien
sesuai standar praoperasi
5) Stabilkan dengan baik tempat tidur pasien maupun meja operasi pada waktu
memindahkan pasien ke dan dari meja operasi.
6) Siapkkan bantalan atau peralatan untuk posisi yang dibutuhkan sesuai
prosedur operasi dan kebutuhan spesifik pasien
7) Pastikan keamanan elektrikal dari alat-alat yang digunakan selama prosedur
operasi
8) Letakkan elektroda penetral (bantalan elektrokauter) yang meliputi seluruh
massa otot-otot yang yang paling besar dan yakinkan bahwa bantalan berada
pada posisi yang baik.
d. Implementasi
1) Menutup bagian tubuh klien yang terbuka diluar area operasi
2) Memasangkan warmer didalam selimut untuk menghangatkan klien
3) Menstabilkan tempat tidur klien (selalu mengunci roda tempat tidur) saat
klien dipindahkan ke atau dari meja operasi.
4) Memasangkan elektroda penetral di area betis klien
5) Mengecek kembali bahwa tidak ada perhiasan yang melekat ditubuh klien
e. Evaluasi
S :-
O : TD 109/69mmHg, HR76 x/mnt, R 16 x/mnt, SPO2 100%
A : Masalah masih menjadi risiko
P : - Pertahankan intervensi
- Selimuti pasien dengan selimut hangat untuk pemindahan setelah
Pembedahan
- Stabilkan tempat tidur pasien saat memindahkan pasien
-
4.5 Identifikasi Instrument & Prosedur Pelaksanaan Pembedahan
Persiapan instrument:
1) Kom/bowl : 1 buah
2) Towel Clems (Doekklem) : 5 buah
3) Dissecting forceps : 2 buah
4) Tissue forceps : 2 buah
5) Clamp bengkoksedang : 4 buah
22
6) Clamp bengkokkecil : 1 buah
7) Hak gigi/hak kulit : 2 buah
8) Disinfeksi klem (sponge holding forcep) : 1 buah
9) Gunting jaringan : 2 buah
10) Gunting benang : 1 buah
11) Scalpel handle (bisturi No.15) : 1 buah
12) Needle holder (besardankecil) : 2 buah
13) Hand switch couter : 1 buah
14) Allies : 4 buah
15) Canule suction : 1 buah
16) Nierbeken : 1buah
4.6 PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBEDAHAN
1. Posisi pasien supine dengan general anastesi
2. Prosedur steril dan drapping
3. Insisicollar sekitar 10 cm, perdalam secara tajam dan tumpul menembus platisma
dan fascia pretrachealis, lalu sisihkan musculus stereocleidomastoideus hingga
tampak dosul thyroid. Teraba massa tyroid dextra, padat dan kenyal.
4. Bebaskan massa tyroid dari jaringan sekitar dengan mengikat pembuluh darah arteri
dan vena thyroid superior dan inferior kanan dan menghindari trauma pada nervus
laringeus recurrent
5. Lakukan isthmolobektomi dextra, lalu control perdarahan
6. Jahit lapis demi lapis, operasi selesai
23
Intervensi :
1) Tutup luka dengan balutan kasa dan plester kertas. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.
2) Ingatkan klien untuk tidak menyentuh daerah luka.
4. Implementasi
1) Menutup luka dengan balutan kasa dan plester kertas. Menggunakan teknik
aseptik yang ketat.
2) Mengingatkan klien untuk tidak menyentuh daerah luka.
5. Evaluasi
S :-
O : Luka ditutup dengan kasa kering yang steril dan plester kertas (Hipafix).
A : Masalah belum teratasi.
P : Pertahankan intervensi
Beri penguatan pada balutan awal, tutup dengan plester kertas. Gunakan
teknik aseptik yang ketat.
Ingatkan klien untuk tidak menyentuh daerah luka.
Lanjutkan intervensi
Periksa luka secara teratur, catat karakteristik, integritas kulit dan adanya
drainase.
Ganti balutan dengan sering dan bersihkan luka dengan larutan salin.
24
Bab 5
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
peningkatan kadar hormon tiroid dan hilangnya mekanisme umpan-balik normal yang
hipertiroidisme karena sekitar 80% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves’
disease. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroid
keluarga, dan adanya penyakit autoimun lainnya misalnya diabetes mellitus tipe 1
(Fumarola et al, 2010). Pada pasien hipertiroidisme, terapi yang diberikan dapat berupa
terapi konservatif dengan pemberian obat anti tiroid, terapi pengurangan (ablasi kelenjar
tiroid) dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid) yang
25
disesuaikan dengan etiologi penyakit dan pilihan pasien. Terapi dengan tiroidektomi
merupakan salah satu teknik pembedahan yang masih digunakan sampai saat ini.
4.2 Saran
penyakit tirodektomi sendiri. Penulis juga menyadari akan kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Maka penulis sangat berharap akan masukan yang ada. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Smith PW, Salomone LJ, Hanks JB. (2012). Thyroid (19 th ed.). Philadelphia: Elsevier
Saunders
Murray, Robert K (et al). 2003. Biokimia Harper. 5th ed. Jakarta : EGC
Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
26
Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan
Penatalaksanaannya, Bulletin PIKKI : Seri Endokrinologi-Metabolisme, Edisi Juli 2002,
PIKKI, Jakarta, 2002 : hal 9-18
Hadley, Mac E. 2000. Endocrinology. 5th . New Jersey: Prentice Hall, inc.
Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.
Sabiston, D. C., & Lyerly, H. K. (1994). BUKU TEKS ILMU BEDAH (1st ed.). Jakarta:
Binarupa Aksara.
27