Disusun Oleh:
SURABAYA
2018
1.Definisi
Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati herediter dimana sel-sel darah merah
(SDM) mengandung hemoglobin abnormal. Anemia sel sabit (atau penyakit
Hemoglobin S) adalah salah satu hemoglobinopati yang paling umum terlihat dan
berat. Gambaran menonjol dari hemoglobinopati adalah timbulnya sabit pada
SDM. Semua hemoglobinopati menghasilkan manifestasi yang sama; namun,
anemia sel sabit di mana tegangan oksigen dari darah menurun, Hb berpolimer,
Hb rusak, dan SDM menjadi berbentuk sabit. Saat jaringan menjadi lebih
hipoksik, makin terjadi bentuk sabit dan terjadi sabit. Sel-sel sabit dirusak oleh
limpa dan lebih rapuh daripada SDM normal. Lama hidup SDM juga menurun
dari normalnya 120 hari menjadi 17 hari (Martinelli, 1991). Perkembangan ini
menyebabkan anemia. Sel sabit menghalangi aliran darah yang menyebabkan
hipoksia lanjut, yang sebaliknya menyebabkan pembentukan sabit lanjut.
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai
hingga 40% di daerah tertentu. Prevalensi Hb S lebih rendah didapat juga di
daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di India. Insiden diantara
orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8% sedangkan status homozigot yang
diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3-1,5%.
Penyakit sel sabit/ anemia sel sabit merupakan gangguan genetik resesif
autosomal, yaitu individu memperoleh hemoglobin sabit (hemoglobin S) dari
kedua orangtua. Oleh karena itu, pasien homozigot (Gelehertr, 1999). Individu
heterozigot (gen abnormal diwariskan hanya dari salah satu oarangtua) dikatakan
memiliki sifat sel sabit. Individu-individu ini umumnya asimtomatik dan memiliki
usia harapan hidup yang normal. Sifat sel sabit tidak memperpendek harapan
hidup seseorang atau menyebabkan anemia. Ini tidak berubah jadi anemia sel
sabit. Namun, selama pemajanan pada lingkungan dengan oksigen sangat rendah,
seperti pada saat anestasi, di tempat ketinggian, penerbangan tanpa tekanan dan
pada penyakit paru obstruktif kronis (COPD), SDM dari individu dengan sel sabit
dapat membentuk sabit yang menyebabkan hipoksia jaringan sementara SDM
kembali ke bentuk normal setelah individu kembali ke lingkungan dengan oksigen
normal.
Kebanyakan individu dengan penyakit sel sabit menikmati tingkat fungsi yang
sesuai bila mereka tidak mengalami komplikasi. Rata-rata lama hidup untuk
individu dengan anemia sel sabit adalah 42 tahun (Martinelli, 1991). Stroke, gagal
ginjal, dan kerusakan jantung adalah penyebab dari kematian.
2.Etiologi
Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan struktur
hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di dalam molekul
hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida. Misalnya, Hb S
berbeda dari Hb A normal karena valin menggantikan asam glutamat pada salah
satu pasang rantainya. Pada Hb C, lisin terdapat pada posisi itu.
3.Manifestasi Klinik
Saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapa mengembalikan sel sabit
menjadi normal. Sehingga, pengobatan ditujukan pada pencegahan dan
penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan sle krisis sel sabit, pengobatan
ditekankan pada pencegahan dan deteksi dini dan pengobatan segera.
Pemeriksaan penunjang yang lazim digunkan pada penderita anemia sel sabit
adalah
a. Pemerikaaan darah lengkap : terjadi penurunan Ht, Hb, dan hitung sel darah
merah, LED, AGD, bilirubin serum meningkat,
b. Pemeriksaan darah atau sel janin saat prenatal mengidentifikasi adanya status
homozigot pada janin.
c. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap,
sel bentuk bulan sabit.
d. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya
hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang
diwariskan (trait).
e. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin
abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
Sebaiknya dilakukan pada saat bayi lahir sebagai bagian dari penapisan bayi baru
lahir uji ini menghitung presentasi HbS yang ada.
f. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
g. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat anemia sel sabit diantaranya adalah:
– infeksi
– pneumonia
– kerusakan mata
– pembesaran limpa
– gagal ginjal
– batu empedu, karena terlalu banyak sel darah merah yang hancur maka bilirubin
dalam aliran darah menjadi banyak sehingga dapat menyebabkan batu empedu.
– mual dan sakit perut karena serangan pada kandungan empedu dan batu empedu
Berikut beberapa komplikasi dari anemia sel sabit yang bisa terjadi:
Ulkus kulit
Anemia sel sabit dapat menyebabkan luka terbuka, yang disebut borok.
Stroke
Stroke bisa terjadi jika sel-sel sabit menyumbat aliran darah ke area otak. Tanda-
tanda stroke meliputi kejang, kelemahan atau mati rasa pada lengan dan kaki,
kesulitan berbicara tiba-tiba, dan kehilangan kesadaran.
Merupakan komplikasi anemia sel sabit yang dapat mengancam nyawa yang
ditandai dengan nyeri dada, demam dan sesak napas. Sindrom dada akut dapat
disebabkan oleh infeksi paru-paru atau sel sabit yang memblokir pembuluh darah
di paru-paru. Kondisi ini mungkin memerlukan perawatan medis darurat dengan
antibiotik dan perawatan lainnya.
Orang dengan anemia sel sabit juga bisa mengalami tekanan darah tinggi di paru-
paru. Sesak napas dan kelelahan adalah gejala umum dari kondisi ini, yang bisa
berakibat fatal. Komplikasi ini biasanya mempengaruhi orang dewasa bukan
anak-anak.
Kerusakan organ
Sel sabit dapat memblokir aliran darah melalui pembuluh darah, dan mengambil
darah dan oksigen yang seharusnya diedarkan ke organ tubuh. Dalam anemia sel
sabit, darah memiliki kandungan oksigen yang sangat rendah. Terambilnya darah
yang kaya oksigen dapat merusak saraf dan organ dalam tubuh, termasuk ginjal,
hati dan limpa. Kerusakan organ bisa berakibat fatal.
Priapisme (nyeri abnormal dan ereksi penis terus menerus).
Pria dengan anemia sel sabit mungkin mengalami ereksi tahan lama yang disertai
rasa sakit, suatu kondisi yang disebut priapism. Jika terjadi di bagian lain tubuh,
sel-sel sabit dapat memblokir pembuluh darah di penis. Hal ini dapat merusak
penis dan akhirnya menyebabkan impotensi.
Kebutaan
Pembuluh darah kecil yang memasok nutrisi dan darah untuk mata bisa terhambat
oleh sel sabit. Hal ini dapat merusak bagian mata yang memproses gambar visual
(retina) dan menyebabkan kebutaan
6.Penatalaksanaan Medis
Adapun terapi yang dapat dilakukan terhadap penderita anemia sel sabit adalah:
1. Transfusi darah
2. Terapi gen
Terapi gen ini menggunakan stem cell dan virus sebagai vektornya, Human
Immunodefiency Virus(HIV), dan Human Foamy Virus(HFV).
6. Penurunan MCHC
Jika terjadi krisis, berikan suasana hangat, infuse salin fisiologik 3 L/hari, atasi
infeksi, berikan analgesic secukupnya
Pengkajian Keperawatan
b. Identitas penanggung
Keluhan utama: pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan
pasien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan
informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.
f. Pemeriksaan fisik
Aktivitas/ istirahat
Eliminasi
Tanda: Nyeri tekan pada abdomen, hepatomegali, asites, urine encer, kuning
pucat, hematuria, berat jenis urine menurun
Integritas ego
Makanan/ cairan
Tanda: Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas cubitan,
tampak kulit dan membran mukosa kering.
Hygiene
Neurosensori
Nyeri/ kenyamanan
Pernapasan
Tanda: Distres pernapasan akut, bunyi bronkial, bunyi napas menurun, mengi
Keamanan
Seksualitas
2. Pemeriksaan Penunjang
d. LED: meningkat
e. Eritrosit: menurun
f. GDA: dapat menunjukkan penurunan PO2
h. LDH: meningkat
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri Indikator keadekuatan fungsi
pernapasan atau tingkat gangguan dan
Awasi frekuensi/ kedalaman pernapasan,
kebutuhan/keefektifan terapi.
area sianosis.
Terjadinya atelektasis dan stasis sekret
Auskultasi bunyi napas, catat adanya/
dapat mengganggu pertukaran gas.
takadanya, dan bunyi adventisisus.
Menggambarkan terjadinya infeksi
Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan
paru, yang meningkatkankerja jantung
kelemahan.
dan kebuttuhan oksigen.
Memaksimalkan transpor O2 ke
Berikan pak SDM atau transfusi tukar
jaringan, khususnya pada adanya
sesuai indikasi.
gangguan paru/ pneumonia.
Intervensi Rasional
Mandiri Pasien dapat menurunkan pemasukan
cairan selama periode krisis karena
Pertahankan pemasukan dan
malaise, anoreksia dsb.
pengeluaran akurat. Timbang tiap hari.
Perhatikan karakteristik urine dan berat Ginjal dapat kehilangannya untuk
jenis. mengkonsentrasikan urine,
mengakibatkan kehilangan banyak urine
encer.
Awasi tanda vital. Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi
dari peningkatan kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi dan takikardia.
Observasi demam, perubahan tingkat Gejala yang menunjukkan dehidrasi.
kesadaran, turgor kulit buruk, nyeri.
Awasi tanda vital dengan ketat selama Jantung dapat kelelahan dan cenderung
transfusi darah dan catat adanya gagal karena kebutuhan pada status
dispnea, ronki, mengi, batuk, dan anemia.
sianosis.
Kolaborasi Penggantian atas kehilangan/ defisit:
dapat memperbaiki ginjal pada SDM.
Berikan cairan sesuai indikasi.
Awasi pemeriksaan laboratorium, mis. Peningkatan menunjukkan
Hb/Ht, elektrolir serum dan urine. hemokonsentrasi. Kehilangan
kemampuan ginjal untuk
mengkonsentrasikan urine dapat
mengakibatkan penurunan Na+, K+, dan
Cl+ serum.
Intervensi Rasional
Kaji berat dan lokasi nyeri. Tempat Jaringan dan organ sangat peka terhadap
nyeri yang sering adalah sendi dan trombosis mikrosirkulasi dengan akibat
ekstremitas, dada, dan abdomen. kerusakan hipoksik; hipoksia
menyebabkan nyeri.
Berikan analgetik sesuai rsesp. Anageltik oploid penting untuk
Perhitungkan pemakaian anagelsik yang mengurangi nyeri yang berat.
dikontrol pasien.
Dukung asupan cairan peroral dan Cairan akan memperbaiki hemodilusi
berikan cairan IV sesuai resep; dan menguraiakn algutinasi sel sabit
memantau asupan dan haluaran cairan. dalam pembuluh darah kecil.
Posisikan pasien dengan hati-hati dan Nyeri sendi dapat dikurangi selama krisis
sangga daerah nyeri; dukung dengan gerakan yang hati-hati dan
penggunaan teknik relaksasi dan latihan penggunaan kompres panas; teknik
pernapasan. relaksasi dan latihan pernapasan dapat
berfungsi sebagai pelemas. Penyumbatan
pembuluh darah oleh sel sabit akan
menurunkan sirkulasi.
Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan gangguan sirkulasi, yang ditandai oleh: turgor kulit buruk,
kulit kering, pucat.
Intervensi Rasional
Mandiri Mencegah tekanan jaringan lama dimana
sirkulasi telah terganggu, menurunkan
Sering ubah posisi, bahkan bila duduk
resiko trauma jaringan/ iskemia.
di kursi.
Inspeksi kulit/ titik tekanan secara Sirkulasi buruk pada jaringan, mencegah
teratur untuk kemerahan, beriakan kerusakan kulit.
pijatan lembut.
Pertahankan permukaan kulit kering Lembab, area terkontaminasi
dan bersih; linen kering/ bebas kerutan. memberikan media yang baik untuk
pertumbuhan organisme patogen.
Awasi tungkai terhadap kemerahan, Potensi jalan masuk untuk organisme
perhatikan dengan ketat terhadap patogen. Pda adnya gangguan sistem
pembentukan ulkus. imun, ini meningkatkanresiko infeksi/
pelambatan penyembuhan.
Tinggikan ekstremitas bawah bila Meningkatkan aliran balik vena
duduk. menurunkan stasis vena/ pembentukan
edema.
Kolaborasi Menurunkan tekanan jaringan dan
membantu dalam memaksimalkan perfusi
Berikan kasur air atau tekanan udara.
seluler untuk mencegah cedera.
Awasi status area iskemik, ulkus. Perbaikan atau lambanya penyembuhan
Perhatikan distribusi, ukuran, menunjukkan status perfusi jaringan dan
kedalaman, karakter, dan drainase. keefektifan intervensi.
Siapkan untuk/ bantu oksigenasi pada Memaksimalkan pemberian oksigen ke
ulkus. jaringan, meningkatkan penyembuhan
Intervensi Rasional
Berikan informasi tentang penyakitnya. Memberikan dasar pengethuan sehingga
pasien dapat membuat pilihan yang tepat,
menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program
terapi.
Kaji pengetahuan pasien tentang Menberi pengetahuan berdasarkan pola
penyakitnya. kemampuan pasien untuk memilih
informasi.
Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4-6 Mencegah dehidrasi dan konsekuensi
liter cairan perhari. hiperviskositas yang dapat membuat
sabit/ krisis.
Dorongb latihan rentang gerak dan Mencegah demineralisasi tulang dan
aktivitas fisik teratur dengan dapat menurunkan resiko fraktur.
keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat.
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang diharapkan/ kriteria: evaluasi pada pasien dengan anemia sel
sabit adalah sebagai berikut:
h. Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
Behrman, Richard E, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC
Cecily,lynn Betz. 2009. Buku saku keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
Handayani, wiwik. & Hariwibowo, andi. 2008. Buku ajar keperawatan dengan
klie ganggauan hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth Ed.8. Jakarta: EGC
Suwiryawan, G.A, dkk. 2013. Anemia Sel Sabit. E-Jurnal Medika Udayana.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/6229 diakses pada minggu 6
september 2015, 10.05 WIB.
Bakta, IM. Anemia Hemolitik. Dalam: Kastrifah, Purba DL, editor. Hematologi
Klinik Ringkas edisi I. Jakarta: EGC; 2007; 5; 50-96
Sadikin, Mohamad. Anemia.Dalam: Rusmiyati, editor. Biokimia Darah edisi
I.Jakarta: Widya Medika; 2001; 4; 30
Walters MC, Nienhuis AW, Vichinsky E. Novel Therapeutic Approaches in
Sickle Cell Disease. [serial online] 2002; 10-
34.http://asheducationbook.hematologylibrary.org .Accessed September 6th, 2015.
Wang, WC, John NL. Sickle Cell Anemia and Other Sickling Syndromes.
Dalam: Lee GR, Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, Rodgers GM,
editors. Wintrobe’s Clinical Hematology 10 th ed. USA: Williams & Wilkins;
1999; 51; 1346-97
WayneAS, Kevy SV,Nathan DG. Transfusion management of sickle cell
disease. [serial online]1993; 81; 1109-23. Available
from:http://bloodjournal.hematologylibrary.org. Accessed September 6th, 20