Anda di halaman 1dari 8

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data pasien
Nama : Tn. A
Umur : 15 th
Diagnosa medis : Sinusitis
Tindakan : Operasi
Ruang : Ruang bedah
No. Register :-
Tanggal : 27 Juni 2011
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Serba Jaman
dr. Operator :dr. Indrawadi
dr. Anastesi :dr, Kurniawan, Sp. An

2. Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan : IV ( Infus )
Alergi : Tidak
Penampilan kulit : Normal
Kondisi emosi : Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi : Bersih terkontaminasi
Posisi tangan : Telentang
Catheter : Tidak
Disinfeksi : Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi : ya
Mesin anastesi : ya
Tourniquet : tidak
Mulai ; 12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan : RL
Tampon : 2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam : 13. 45 WIB
Tanda vital : TD : 110/ 70 mmHg
RR : 20 x/menit
Temp : 37 C
Puls : 73 x/menit
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Apatis
Pernafasan : Tidak teratur
Sirkulasi : Merah muda
Tugor kulit : tidak
Mukosa mulut : Kering
Extrimitas : Hangat
Posisi : Telentang
Cairan draiin : Tidak

Mar iki deskripsi soal.e


Pasien bernama Tn A usia 40 th dilarikan ke RS pada 27 juni 2017 karena mengalami
sinusitis usai menyelam. Beberapa hari kemudian setelah menjalani operasi lalu dilakukan
pengkajian didapat hasil sebagai berikut:

-pasien terpasang cairan infus RL

-tampon 2 kassa

-ttv:
TD : 110/ 70 mmHg

RR : 20 x/menit

Temp : 37 C

Puls : 73 x/menit

Keadaan umum : Sedang


Kesadaran : Apatis
Pernafasan : Tidak teratur
Sirkulasi : Merah muda
Tugor kulit : tidak
Mukosa mulut : Kering
Extrimitas : Hangat
Posisi : Telentang
Cairan draiin : Tidak

3. Riwayat kesehatan
Data Subjektif
a. Pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi
b. Pasien mengatakan susah bernafas melalui hidung
c. Susah tidur

Data Objektif
a. Ekspresi wajah meringis
b. Jalan nafas tidak efektif
c. Lemah
d. OS sering terbangun

Riwayat penyyakit kelluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau menderita penyakit
yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit keturunan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap post operasi paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung,
ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap post operasi peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi
melalui mulut.

Intervensi :
a. Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
b. Kaji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
c. Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
d. Dorong/bantu latihan nafas.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.

2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung,
ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 ( nyeri sedang).
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala nyeri 0, bengkak hilang, keadaan umum membaik, ekspresi wajah
tenang.

Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
b. Atur posisi yang nyaman.
Rasional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada pasien.
c. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
e. Kolaborasi analgetik anti piretik.
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri.

3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.
Tujuan : Istirahat tidur kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu. Klien dapat tidur
6 sampai 8 jam setiap hari.

Intervensi :
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
b. Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung

D. Implementasi dan Evaluasi.


Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.00 Wib untuk diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap operasiperadangan sinus dan tindakan yang dilakukan adalah mengkaji / memantau
frekuensi kedalam dan kemudahan bernafas, mengatur posisi pasien yang lebih aman,
misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandarang tempat, kolaborasi untuk
penggunaan analgetik.

Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.00 Wib


S : Klien mengatakan sulit bernafas.
O : Sulit bernafas, adanya sekret, dan pernapasan 20 x/menit.
A : masalah belum teratasi
P : tindakan dilanjutkan

Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.10 Wib untuk diagnosa
nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung,
ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang). tindakan yang dilakukan adalah
mengukur tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine, mengatur
posisi yang nyaman dan mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien
mengobrol, kolaborasi untuk penggunaan obat anti nyeri ( Injeksi Tramadol 1 ampul/8 jam).

Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.10 WIB


S : Pasien mengatakan nyeri dibagian hidung.
O : Klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5
(nyeri sedang).
A : Masalah belum teratasi
P : Tindakan dilanjutkan

Implementasi pada hari pertama pada tanggal 27 juni 2011 jam 13.30 Wib untuk diagnosa
gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
hidung tindakan yang dilakukan adalah Kaji kebutuhan klien dan ciptakan suasana yang
nyaman.

Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.30 Wib


S : Pasien mengatakan sulit beristirahat
O : Keadaan umum lemah, klien sering terbangun.
A : Masalah belum teratasi
P : Tindakan dilanjutkan

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Sinusitis adalah suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus

paranasal. Penyebab dari sinusitis adalah virus, bakteri, atau jamur. Kuman penyebab

sinusitis akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan hemophilus influenza.

2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada pasien adalah


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung
terhadap post operasi paradangan sinus.
b. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung,
ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
c. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan
sinus.
3. Implementasi dapat dikerjakan dengan baik sesuai dengan harapan dalam perencanaan
tanpa ada kendala yang berarti, ini didukung oleh fasilitas yang mencukupi di Rumah Sakit
serta kerja sama dengan klien dan keluarga.
4. Hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui tercapainya pemecahan masalah dan satu
tindakan yang telah di laksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek yang terkait
masalah klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien post operasi
sinusitis berdasarkan hasil evaluasi maka dapat di simpulkan bahwa semua masalah dapat
teratasi dan juga sebagian teratasi bertahap setiap harinya.

4.2 Saran

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan perawat harus memandang secara

menyeluruh sebagai mahkluk bio, psiko, sosial.


2. Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan pada pasien agar lebih ikut

berpartisipasi dalam proses tindakan dan penyembuhan penyakit.

3. Diharapkan kepada instalansi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia untuk

melengkapi dan menyempurnakan sarana (fasilitas) sesuai kebutuhan guna meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan yang handal di Aceh khususnya di Aceh Utara

4. Bagi pihak institusi pendidikan, sebaiknya menyediakan buku-buku perpustakaan secara

lengkap khususnya buku-buku yang berhubungan dengan medikal bedah, serta para dosen-

dosen agar lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L (1997), Boies : Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. EGC : Jakarta.

Budisantoso, A (2009). www. com/index.php/option diakses 4 April 2009.

Charlene J.R, dkk. (2001), Keperawatan Medikal Bedah. Buku I. Salemba Medika, Jakarta.

Smeltzer, Susanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddart,
Edisi 8, EGC : Jakarta.

Soeparti, E.A (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga – Hidung – Tenggorokan Kepala
Leher, Gaya Baru : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai