Anda di halaman 1dari 34

LEMBAR TUGAS INDIVIDU

RESUME INDIVIDU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA(K3)

Disusun Untuk Memenuhi Penilaian Tugas Mata Kuliah Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja(K3)

Dosen Pembimbing:
Muh. Zul Azhri Rustam, S.KM., M.Kes

Fasilitator:
Ari Susanti, S.KM., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2018-2019
ii

LEMBAR TUGAS INDIVIDU

RESUME INDIVIDU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA(K3)

Disusun Untuk Memenuhi Penilaian Tugas Mata Kuliah Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja(K3)

NAMA :
Cahyani Tri Fajarwati (1510007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2018-2019

ii
iii

Daftar isi

Materi 1 KONSEP DASAR K3 ....................................................................................................2

Materi 2 KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN ..............................................7

Materi 3 KESEHATAN KERJA PADA ORGANISASI KERJA ................................................12

Materi 4 KESELAMATAN KERJA.............................................................................................19

Materi 5 KESEHATAN KERJA...................................................................................................21

Materi 6 PERATURAN PERUNDANGAN KESELAMATAN KERJA ....................................24

Materi 7 MANAJEMEN RISIKO K3 DALAM KEPERAWATAN............................................30

iii
1

Materi 1

1
2

KONSEP DASAR K3

Pengertian

Keselamatan adalah kondisi yang menciptakan keadaan selamat sedangkan

Kesehatan kerja adalah upaya meningkatkan kesehatan untuk menghindari penyakit


akibat kerja

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara keilmuan adalah suatu


ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Adapun di Negara kita, Undangundang Dasar
1945 yang mengisyaratkan bahwa setiap warga Negara Republik Indonesia berhak
mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusian. Dan pekerjaan baru memenuhi
kelayakan bagi kemanusiaan apabila keselamatan tenaga kerja dalam menjalankan
pekerjaan terjamin (UUD1945 pasal 27).

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu


sistem keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen K3
wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
100 orang atau lebih; perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5
(lima) ketentuan yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:

2
3

a.menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen


terhadap penerapan Sistem ManajemenK3;
b.merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja
c.menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d.mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
e.meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.

Makna lambang K3

Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau
di atas warna dasar putih.
Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
Warna Putih : bersih dan suci.
Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 197
tentang Keselamatan Kerja.

Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun
kondisi lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis (karena paparan
debu silica), asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena
pengangkutan manual), white finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat
kerja), dsb.

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain :

1. Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman)

3
4

2. Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif)


3. Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya)
4. Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual)
5. Psikologi (Stress, dsb).

Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.


2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih
aman, sehat dan ergonomis.

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)

Penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat


karena pekerjaan. Terdapat jaminan seperti kecelakaan kerja,

Contoh : asma, TBC, hipertensi.

Prinsip : kedua penyakit adalah sama. Pada dasarnya penyakit akibat kerja adalah
sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Perbedaannya :

1. Penyakit Akibat Kerja (PAK): terjadi hanya diantara populasi pekerja,


penyebab spesifik, adanya paparan di tempat kerja, diatur oleh
kep.men.No.01/MEN/1981 , meliputi 30 jenis penyakit , dasar : keselamatan
kerja.
2. Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) : terjadi juga pada populasi
penduduk, penyebab multifaktor, pemaparan di tempat kerja mungkin salah
satu faktor, diatur dalam kep.pres.No.22/KEPRES/1993 , meliputi 31 jenis
penyakit , dasar : mungkin dapat kompensasi ganti rugi. 31 jenis penyakit 30
jenis penyakit + 1 klausul = penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia
lainnya termasuk obat.

Daftar pustaka

https://allaboutsafetyid.wordpress.com/

http://hima-k3.ppns.ac.id/pak-penyakit-akibat-kerja-dan-pahk-penyakit-akibat-
hubungan-kerja/

4
5

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf

5
6

Materi 2

6
7

KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN

1. Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh presiden dan dengan
persetujuan (jangan berbuat salah dengan mengatakan disyahkan) Dewan Perwakilan
Rakyat. Di samping Undang-undang ada Peratuan Pemerintah Pengganti Undang-
undang yang mempunyai kedudukan sama dengan undang-undang. Peratuan
pemerintah pengganti undang-undang ini ditetapkan oleh presiden, dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa. Peraturan tersebut harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut.

Diantara peraturan-peratuan tersebut yang kedudukannya dapat disamakan dengan


undang adalah Wet. Wet ini – dalam bahasa Indonesia adalah undang-undang
dibentuk di Nederland oleh raja bersama-sama dengan Parlemen. Contoh dari wet ini
adalah Burjerlijk w etboek voor Indonesie- sekarang ini disebut Kitab Undang-
undang Hukum Perdata.

2. Peraturan Lain
Peraturan lainnya ini kedudukannya adalah lebih rendah dari undang-undang dan
pada umumnya merupakan peraturan pelaksana undang-undang. Peraturan-peraturan
itu adalah sebagai berikut :

1. Peraturan pemerintah , peratuan pemerintah ini ditetapkan oleh Presiden untuk


mengatur lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang. Sejajar kedudukannya
dengan peratuan pemerintah ini, adalah peraturan seorang Menteri yang oleh
undang-undang diberi wewenang untuk mengadakan peraturan pelakananya.
Peraturan terakhir yang berlaku sekarang adalah Keputusan Menteri tenaga
kerja.
2. Keputusan Presiden, Keputusan Presiden ini yang tidak disebut keputusan
pemerintah, atau dari zaman Hindia Belanda dahulu ;regeringsbesluit, pada
umumnya tidak mengatur sesuatu, tetapi memutuskan sesuatu tertentu.
3. Peraturan atau keputusan instansi lain. Suatu keistimewaan dalam hukum
ketenagakerjaan ialah bahwa suatu instansi atau seorang pejabat yang tertentu
diberi kekuasaan untuk mengadakan peraturan atau keputusan yang berlaku
bagi umum (mengikat umum)

3. Kebiasaan
Kebiasaan atau hukum tidak tertulis ini, terutama yang tumbuh setelah perang dunia
ke -2, berkembang dengan baik karena dua faktor yaitu: faktor pertama karena
pembentukan undang-undang tidak dapat dilakukan secepat soal-soal perburuhan

7
8

yang harus diatur, faktor kedua adalah peraturan-peraturan di zaman Hindia belanda
dahulu sudah tidak lagi dirasakan sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dan aliran-
aliran yang tumbuh di seluruh dunia. Jalan yang ditempuh dalam keadaan yang
sedemikian itu ialah acap kali dengan memberikan tafsiran (interpretasi) yang
disesuaikan dengan jiwa unang-undang dasar.

4. Putusan
Dimana dan di masa aturan hukum hukum masih kurang lengkap putusan pengadilan
tidak hanya memberi bentuk hukum pada kebiasaan tetapi-juga dapat dikatakan untuk
sebagian besar menentukan, menetapkan hukum itu sendiri.

5. Perjanjian
Perjanjian kerja pada umumnya hanya berlaku antara buruh dan majikan yang
menyelenggarakannya, orang lain tidak terikat. Walaupun demikian dari pelbagai
perjanjaian kerja itu dapat diketahui apakah yang hidup pada pihak-pihak yang
berkepentingan . Lebih-lebih dari perjanjian ketenagakerjaan, makin besar serikat
buruh dan perkumpulan majikan yang menyelenggarakannya. Dengan demikian maka
aturan dalam perjanjian kerja bersama mempunyai kekuatan hukum sebagai undang-
undang.

6. Traktat
Perjanjian dalam arti traktat mengenai soal perburuhan antara Negara Indonesia
dengan suatu atau beberapa Negara lain. Perjanjian (konvesi, Convention) yang
ditetapkan oleh konfrensi organisasi perburuhan internasional (international labour
organisation conference) tidak dipandang sebagai hukum ketenagakerjaan karena
konvensi itu telah diratifisir oleh Negara Indonesia, tidak mengikat langsung
golongan buruh dan majikan di Indonesia.

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat I dan 2 UU No 10 Tahun 2008 Tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan bahwa jenis dan hirarki peraturan
perundang-undangan adalah sebagai berikut : Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia, Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
Peraturan pemerintah, Peraturan presiden, Peraturan Daerah (Perda ) dan Peraturan
desa.

8
9

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dan UU 10 tahun 2008 maka Peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek,Staatsblad 18


No. 23) khususnya pasal (1313, 1338,1320);
 UU NO 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 No: 39;
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 TAHUN 2006 Tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP.100/MEN/VI/2004 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjain Kerja Waktu Tertentu;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP.48/MEN/IV/2004 tentang
Tata cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan
dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP.261/MEN/XI/2004 tentang
Perusahaan yang Wajib Melaksanakan Pelatihan Kerja;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP. 102/MEN/VI/2004
TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP. 49/MEN/2004
TENTANG KETENTUAN STRUKTUR DAN SKALA UPAH
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : PER.08/MEN/III/2006 tentang
Perubahan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-
48/MEN/IV/2004 tentang Tata cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.22/MEN/IX/2009 Tentang Penyelenggaraan Pemagangan di dalam
Negeri;
 Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI Nomor:
PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia.

9
10

Daftar pustaka

https://www.fsps.or.id/2016/01/sumber-hukum-ketenagakerjaan.html

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/pu

10
11

Materi 3

11
12

KESEHATAN KERJA PADA ORGANISASI KERJA

Sehat menurut UU No.23/1992 tentang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari


badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Sedangkan menurut Pepkin’s sehat adalah suatu keadaan
keseimbangan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan
penyesuaian sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.

Sementara menurut Zaidin Ali (1999) Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan
antara status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual
yang memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktif. Dan sehat
menurut Pender (1982) adalah aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu
melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.

Konsep Sehat menurut (Travis and Ryan, 1998), mengemukakan bahwa konsep
sehat terbagi menjadi enam konsep, yaitu :

a. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan.


b. Sehat merupakan gaya hidup, desain gaya hidup menuju pencapaian potensial
tertinggi untuk sehat.
c. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah
putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and
now.”
d. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan,
ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan
sekitar.
e. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusialakukan,
pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.
f. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

Berdasarkan pendapat di atas , dapat disimpulkan bahwa pengertian sehat


senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang
tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan
kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru
dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar
mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh
karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan

12
13

terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal


mungkin.

Pengertian dari Kesehatan Kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat
melakukan pekerjaan. Dapat dilihat dari pendapat WHO/ILO (1995),( Dikutip dari
buku Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja 2010 oleh L. Meily Kurniawidjaja 72:14)
bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya.

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan
kerja memiliki sifat sebagai berikut

a. Sasarannya adalah manusia


b. Bersifat medis.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya yang


berjudul Kesehatan Masyarakat (2011:88-90), Kesehatan kerja merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan
sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja
dan masyarakat sekitar perusahan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam
kesehatan kerja pedomannya ialah: “ penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah”. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu
perusahaan adalah sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja
ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin.

13
14

Konsep K3 pada Organisasi Kerja

Dalam organisasi kerja keselamatan kerja menjadi hal yang sangat


dibutuhkan, karena Organisasi Keselamatan Kerja dalam suatu perusahaan
diciptakaan untuk menyediakan sarana-sarana mencapai tujuan perusahaan.
Selama keselamatan kerja yang menjadi fokus perhatian, sudah sepantasnya
perusahaan membuat tindakan berjaga-jaga yang tidak hanya berlaku bagi para
pekerjanya, tetapi juga bagi para tamu yang berkunjung, kontraktor yang
dipekerjakan, para undangan, lingkungan sekitar, atau anggota masyarakat lainya
yang mungkin terkena pengaruh kegiatan-kegiatan perusahaan.

Cara-cara yang dapat dipakai untuk memastikan bahwa upaya yang sudah
dilakukan oleh suatu organisasi telah berjalan efektif meliputi:

a. Memberi panutan
b. Memelihara komunikasi yang baik
c. Menjalankan konsultasi yang efektif
d. Meminta komitmen dari semua pihak
e. Membangkitkan rasa kebersamaan dengan organisasi
f. Mengajak pekerja untuk terlibat dan berperan-serta
g. Merancang tugas dan pekerjaan
h. Sistem penggajian yang kompetitif
i. Berkomitmen terhadap mutu
j. Mengutamakan kepuasan pelanggan

Jenis-jenis organisasi keselamatan kerja tersebut dikelompokkan dalam 4


kategori yaitu formal, informal, resmi dan profesi. Berikut penjelasannya :

1) Formal adalah struktur organisasi ditentukan oleh para direktur


sebagai organisasi yang bertujuan meraih keuntungan bagi
perusahaan.
2) Informal adalah sekelompok orang dengan minat-minat tertentu yang
bergabung bersama. Mereka memutuskan sendiri bagaimana mereka
berperilaku dalam lingkungan dimana tempat mereka bekerja dan
menetapkan target kerja mereka sendiri, seringkali justru bertentangan
dengan tuntutan organisasi formal. Pemenuhan norma-norma yang
ditetapkan oleh kelompok informal ini serigkali menjadi prioritas bagi
organisasi formal.
3) Resmi yang biasanya berupa departemen pemerintahan. Dalam
kesehatan dan keselamatan kerja, bentuknya adalah Health and Safety
Commission and Excecutive.

14
15

4) Profesi, misalnya berupa institution of Occupational Safety and


Health, Chartered Institute Environmental Health Officers, British
Occupational Hygiene Society, dan sebagainya.

Peran keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu organisasi dilaksanakan


secara bervariasi tergantung pada posisi pelaksanaannya dalam hirarki struktur
organisasi. Dengan demikian:

a) Direktur Pelaksanaan (Managing Director)


 Menetapkan suasana organisasi melalui sikap, komitmen, dan
keterlibatannya.
 Mengendalikan sumber daya dan memastikan bahwa fasilitas-
fasiitas untuk mencapai tujuan kebijakan keselamatan kerja
sudah disediakan
 Menjamin ketersediaan sumber daya untuk masalah-masalah
kesehatan dan keselamatan kerja dan memastikan keefektifan
penggunaanya
 Memimpin dengan memberi panutan.
b) Manajer Produksi
 Bertanggung jawab mengelola pekerjaan dan memastikannya
sudah dilaksanakan dengan aman.
 Mendiskusikan masalah-masalah kesehatan dan keselamatan
kerja dengan para pekerja
 Menyetujui aturan-aturan dan praktik keselamatan kerja
 Memastikan aturan-aturan keselamatan kerja tersebut sudah
ditaati
 Menyediakan sarana-sarana (pekerja, material, dan keuangan)
untuk mencapai dan memelihara tempat kerja yang aman
 Memimpin komite keselamatan kerja
 Memimpin dengan memberi panutan
c) Penasehat Keselamatan Kerja
 Memberi masukan tentang materi-materi kesehatan dan
keselamatan kerja kepada para manajer
 Mengelola pertemuan komite keselamatan kerja tetapi tidak
membuat notulen
 Bertindak sebagai penghubung dengan organisasi-organisasi
keselamatan kerja diluat perusahaan seperti HSE, RoSPA,
BSC, Kelompok-kelompok keselamatan

Objek Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Ruang lingkup atau bisa dikatakan dengan Objek sasaran yang biasa
digunakan dalam penerapan Sistem Manajemen K3 ( Kesehatan Keselamatan

15
16

Kerja ), Sasaran dari objek Kesehatan dan Keselamatan kerja itu sendiri dapat
diartikan dengan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsusr manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.( Dikutip dari buku Kesehatan Masyarakat oleh Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo : 106:9 ).

Objek Sasaran K3 Menurut Undang Undang


Lalu objek sasaran K3 yang dicanangkan Undang – Undang No.1 tahun 1970
yang dapat diartikan sebagai berikut :

a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;

b. bahwa setiap orang tainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin
pula keselamatannya;
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara
aman dan efisien;
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya-upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja;
e. bahwa pembinaan nama-nama itu periu diwujudkan dalarn Undang-
undang yang, memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan
kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik
dan tehnologi.

Objek sasaran dengan adanya sistem K3


Bagi tenaga kerja maupun perusahaan pasti memiliki sasaran untuk
menerapkan sistem K3 ini pada perusahaan atau dirinya sendiri , sasaran tersebut
ialah : ( Dikutip dari E-Book Iosi Pratama tentang Keselamatan , Kesehatan Kerja
Lingkungan hidup )
a. Bagi Tenaga Kerja
Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam
lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi
khususnya, dapat memahami arti pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja dalam keseharian kerjanya untuk kepentingannya sendiri atau
memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut agar mampu
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
b. Bagi Perusahaan
Untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.

16
17

Daftar pustaka

https://www.academia.edu/35505456/KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_P
ADA_ORGANISASI_KERJA?auto=download

http://safetynet.asia/pengertian-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3/

17
18

Materi 4

18
19

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan Kerja merupakan hal yang sangat penting demi melindungi


pekerja dari hal-hal yang tidak di inginkan. Oleh karena sekarang ini telah banyak
di terapkan keselamatan kerja untuk melindungi keamanan para pekerja. Dapat
dilihat dari kutipan Suma’mur 1996, Keselamatan Kerja merupakan sebuah sarana
yang di lakukan untuk melakukan upaya pencegahan terhadap adanya kecelakaan,
cacat, ataupun kematian sebagai bentuk akibat dari kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

a. Sasarannya adalah lingkungan kerja


b. Bersifat teknik.

Fungsi dari Keselamatan Kerja


a. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek yang dapat
membahayakan keselamatan para pekerja.
b. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan
program
c. Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan
lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya
d. Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan
program pengendalian bahaya.

Daftar pustaka

https://www.academia.edu/35505456/KESEHATAN_DAN_KESELAMATAN_P
ADA_ORGANISASI_KERJA?auto=download

19
20

Materi 5

20
21

KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja merupakan bagian dari K3, yang menitikberatkan pada


peningkatan kesehatan kerja dan pemeliharaan kesejahteraan pekerja pada
aktivitas pekerjaan. Program kesehatan kerja dilakukan dalam berbagai kegiatan
seperti pemeriksaan kesehatan rutin, penyuluhan kesehatan, pengawasan
kesehatan, pendidikan dan pelatihan bagi setiap karyawan, dll.

Bidang jasa kesehatan kerja bisa mencakup seperti:

 Occupational health management system.


 Health risk assessment
 Health suveillance (mencakup MCU dan semua atributnya, seperti Fitness
Status, Return to work, dsb)
 Medical Emergency Response Plan
 Monitoring Penyakit akibat kerja, penanganannya s/d pelaporannya
 Food Safety
 Ergonomics
 Health Promotion

Pelayanan jasa diberikan dalam bentuk:

 Training , review program, dan audit.

Fungsi dari Kesehatan kerja

a. Identifikasi dan Melakukan Penilaian terhadap resiko dari bahaya


kesehatan di tempat kerja
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian
dan praktek kerja termasuk desain tempat kerja
c. Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang
kesehatan kerja dan APD
d. Memantau kesehatan para pekerja
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi pekerja yang mengalami
sakit/kecelakaan kerja
f. Mengelola P3K dan tindakan darurat.

Daftar pustaka

https://indohes.com/pengertian-k3/

21
22

http://safetynet.asia/pengertian-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-
k3/https://www.academia.edu/35505456/KESEHATAN_DAN_KESELAMATA
N_PADA_ORGANISASI_KERJA?auto=download

22
23

Materi 6

23
24

PERATURAN PERUNDANGAN KESELAMATAN KERJA

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat


kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban


memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja
yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan
secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat
pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23
tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh
produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan


ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga


mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang


Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

24
25

 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan


Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Akibat Hubungan Kerja

Undang-Undang K3

1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).


2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang
Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah terkait K3

1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).


2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran, Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

Peraturan Menteri terkait K3

1. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan


Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang
Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Ahli Keselamatan Kerja.
4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan
Hygienen Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga
Paramedis Perusahaan.
5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan.
6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.

25
26

10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.


11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pemakaian Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Keran Angkat.
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi
Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan
Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian
dan tata Kerja Dokter Penasehat.
26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.

Keputusan Menteri terkait K3

1. Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan keputusan


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep 125/MEN/82
Tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

26
27

2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum


RI No 174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
3. Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
5. Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional.
6. Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja.
7. Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
8. Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya.
9. Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
10. Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan
yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
11. Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Instruksi Menteri terkait K3

1. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan


Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.

Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan


Pengawasan Ketenagakerjaan terkait K3

1. Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan


Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No 84 Tahun
1998 tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik
Kecelakaan.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan,
Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

27
28

Sumber:

 Indonesia.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


 Indonesia.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 Indonesia. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 Indonesia. Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/11/kumpula
n-perundang-undangan-k3.html
 https://www.safetyshoe.com/undang-undang-yang-mengatur-mengenai-
k3-keselamatan-kerja-adalah/

28
29

Materi 7

29
30

MANAJEMEN RISIKO K3 DALAM KEPERAWATAN

Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk


mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga
memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Pendekatan manajemen risiko
yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan.
Manfaat dalam menerapkan manajemen risiko antara lain :
· Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya
· Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan
· Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya
· Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan
· Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku
(Ramli, Soehatman.“Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3
OHS Risk Management - hal 4”. Jakarta : PT.Dian Rakyat. 2010)
Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3, ada beberapa
tahapan/langkah yang perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar proses manajemen
risiko k3 dapat berjalan dengan tepat dan sesuai. Tahapan yang perlu dilakukan
dalam menerapkan manajemen risiko k3 adalah :
1. Menentukan Konteks
konteks dilakukan dengan cara melihat visi misi perusahaan, ruang
lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses kerja awal sampai
akhir. Hal ini dilakukan karena konteks risiko disetiap perusahaan
berbeda-beda sesuai dengan kegiatan bisnis yang dilakukan.
2. Melakukan Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
a. Mengurangi peluang kecelakaan karena dengan melakukan
identifikasi dapat diketahui faktor penyebab terjadinya keceakaan,
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai
potensi bahaya yang ada dari setiap aktivitas perusahaan, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan karyawan untuk meningkatkan
kewaspadaan dan kesadaran akan safety saat bekerja,
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan
strategi pencegahan dan penanganan yang tepat, selain itu
perusahaan dapat memprioritaskan tindakan pengendalian
berdasarkan potensi bahaya tertinggi.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber
bahaya dalam perusahaan.

30
31

(Ramli, Soehatman.“Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam


Perspektif K3 OHS Risk Management - hal 54-55”. Jakarta :
PT.Dian Rakyat. 2010)
Cara melakukan identifikasi bahaya adalah :
a. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi
b. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada
tahap akhir pekerjaan.
c. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada
setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia,
mekanik, biologi, ergonomic, psikologi, listrik dan kebakaran.
d. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan
dampak/kerugian yang dapat ditimbulkan dari potensi bahaya
tersebut. Dapat menggunakan metode What-If.
e. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
 Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam melakukan
identifikasi bahaya adalah dengan membuat Job Safety
Analysis/Job Hazard Analysis. Selain JSA, ada beberapa
teknik yang dapat dipakai seperti (Fault Tree Analysis) FTA,
(Event Tree Analysis) ETA, (Failure Mode and Effect
Analysis) FMEA, (Hazards and Operability Study) Hazop,
(Preliminary Hazards Analysis) PHA, dll.

3. Penilaian Risiko
4. Pengendalian Risiko
5. Komunikasi dan Konsultasi
6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang

Daftar pustaka
https://media.neliti.com/.../99095-ID-manajemen-risiko-kesehatan-dan-
keselamat.pdf

repository.unair.ac.id/33954/

https://www.researchgate.net/publication/323633078_Analisis_Risiko_Kesehatan
_dan_Keselamatan_Kerja_K3_pada_Perawat

31

Anda mungkin juga menyukai