OLEH:
Ike Faradilah
193.0041
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH:
Ike Faradilah
193.0041
Surabaya,
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
“DEFISIT PERAWATAN DIRI”
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Defisit Perawatan Diri
Isolasi Sosial
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
“GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI”
6. Tahapan Halusinasi
Tabel 1.2 Tahapan Halusinasi (Damaiyanti & Iskandar, 2012)
Tahapan Halusinasi Karakteristik
Stage I : Sleep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari
Fase awal seseorang dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
sebelum muncul halusinasi dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi
sedangkan support sistem kurang dan persepsi
Tahapan Halusinasi Karakteristik
terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan
awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
Stage II : Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
Halusinasi secara umum ia adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
terima sebagai sesuatu yang berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan
alami. pemikiran pada timbulnya kecemasan. Sensorinya
dapat di kontrol bila kecemasannya diatur, dalam
tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya.
Stage III : Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering datang
Secara umum halusinasi dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak
sering mendatangi klien. mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang
lain, dengan intensitas waktu yang lama.
Stage IV : Controlling Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori
Severe Level of Anxiety abnormal yang datang. Klien dapat merasakan
Fungsi sensoti menjadi kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
tidak relevan dengan dimulai fase gangguan psikotik.
kenyataan.
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realitas.
4) Perilaku.
Gangguan orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses
pikir, afektif persepsi, motorik dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
“HARGA DIRI RENDAH”
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Harga Diri Rendah Kronik
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
“RISIKO BUNUH DIRI”
Tabel 1.2 Rencana Keperawatan Risiko Bunuh Diri (Damaiyanti & Iskandar,
2012)
KLIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengide 1.
ntifikasi benda-benda yang dapat keluarga dalam merawat klien
membahayakan klien 2.
2. Mengam resiko bunuh diri dan jenis prilaku
ankan benda-benda yang dapat bunuh diri yang dialami klien beserta
membahayakan klien proses terjadinya menjelaskan cara-cara
3. Melakuk merawat klien resiko bunuh diri
an kontrak treatment 3.
4. Mengajar resiko bunuh diri
kan cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
5. Melatih
cara mengendalikan dorongan bunuh
diri
SP2P SP2K
1. 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
2. merawat klien dengan resiko bunuh diri
positif terhadap diri 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. merawat langsung kepada klien resiko
sebagai individu yang berharga dunuh diri
SP3P SP3K
1. Mengidentivikasi pola koping yang 1. Membantu keliarga membuat jadwal
biasa diterapkan klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
2. Menilai pola koping yang biasa 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
dilakukan biasa dijangkau oleh keluarga
3. Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong klien memilih pola koping
yang konstruktif
5. Menganjurkan klien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan
harian
SP4P
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama klien
2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan klien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Imam, Z. & Amar, A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta; Indomedia Pustaka
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
“WAHAM”
I. KASUS ( MASALAH UTAMA )
A. Definisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien ( Keliat, 2010).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapidipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.
(Depkes RI, 2000 dalam Fitria, 2012).
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham
atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan
semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya
( Keliat, 2010).
B. Tanda dan Gejala
Data Subyektif Data Obyektif
5. Waham Nihilistik Meyakini bahwa dirinya sudah “Ini kan alam kubur
tidak ada di dunia / meninggal, ya, semua yang ada
di ucapkan berulangkali tetapi disini adalah roh–
tidak ada di dunia / meninggal, roh.”
di ucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
D. Rentang Respon
Rentang respon gangguan adaptif dan maladaptif dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Respon adaptif Respon maladaptif
Perilaku Kekerasan
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan Proses Fikir: Waham
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Tim Keperawatan Jiwa STIKES DHB. 2018. Panduan Praktik Profesi Ners
Keperawatan Jiwa.
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung : Refika Aditama
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
“ISOLASI SOSIAL”
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
1. Definisi
3.
4.
5.
6.
1. Etiologi
Menurut Damaiyanti & Iskandar (2012), belum ada suatu
kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Namun, factor yang mungkin
mempengaruhi antara lain :
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dankehangatan
dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidakaman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupunlingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa
diperlakukan sebagai objek.
2. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakanfaktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat jugadisebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satukeluarga, seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungansosial.
3. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkanterjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
Organ tubuh yang jelasmempengaruhi adalah otak. Insiden
tertinggiskizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubunganseperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepiankarena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit
atau dipenjara.
4. Tanda dan Gejala
Gejala subjektif:
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat.
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7. Klien merasa tidak berguna.
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya.
9. Klien merasa ditolak.
Gejala objektif:
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2. Klien tidak mau mengikuti kegiatan.
3. Klien banyak berdiam diri di kamar.
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
terdekat.
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar, dan dangkal.
6. Kontak mata kurang.
7. Kurang spontan.
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan.
11. Mengisolasi diri.
12. Kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13. Asupan makanan dan minuman terganggu.
14. Retensi urin dan feses.
15. Aktivitas menurun.
16. Kurang energi.
17. Rendah diri.
18. Postur tu buh berubah, misalnya sikap fetus/janin.
Perubahan
Sensori/ Halusinasi
(Akibat)
ISOLASI SOSIAL
Pasien : Keluarga
SP Ip : SP Ip :
Yusuf, Fitriyasari & Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.