Anda di halaman 1dari 33

“PEMERIKSAAN DARAH”

Pengertian Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di
pembuluh darah yang warnanya merah.Darah berfungsi
sebagai
 alat pengangkut seperti: mengabil O2,mengangkut
CO2,mengambil zat-zat makanan dari usus halus dan
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh .
 sebgai pertahanan tubuh.
 menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Tempat Pengambilan Darah :
pengambilan darah vena dan perifer(tepi)
A. Pengertian
• Pemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan/sample dari
penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak),
atau sample dari hasil biopsy.
B. Tujuan
• 1. Mendeteksi penyakit
• 2. Menentukan risiko
• 3. Memantau perkembangan penyakit
• 4. Memantau pengobatan dan lain-lain
• 5. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak
dijumpai dan potensial membahayakan
Prosedur Kerja:

A. pengambilan darah tepi (perifer)


• Cara yang dilakukan adalah :
• a. Sterlisasi ujung jari, prinsip sterilisasi sama dengan
sterilisasi pada pengambilan darah vena, yaitu
dari sentar ke perifer atau dengan sekali usap saja,
jangan dipencet - penjet jari na, karena ini akan
merusak komponen yang terdapat dalam darah
• b. Tusuk ujung jari, lalu buang tetesan yang pertama
• c. Yang digunakan adalah darah pada tetesan yang
kedua
• d. Setelah selesai, maka tempelkan kapas alkohol pada
bagian yang sudah ditusuk
Pengambilan Darah Vena

• Teknik pengambilan darah vena tidak sukar, namun bila


tidak dilakukan dengan hati-hati dapat berbahaya.
Pada umumnya semua vena yang besar dan terletak
superfisial (dipermukaan) dapat dipakai untuk
pengambilan darah tetapi sebaiknya dipakai vena yang
kedudukannya “terikat” (fixed”) agar pada waktu jarum
mengena vena, vena tersebut tidak berpindah tempat.
• Vena yang memenuhi kriteria di atas adalah vena
mediana cubiti tetapi dapat saja dipakai vena-vena lain
seperti v. jugularis externa, bahkan pada sinus sagitalis
superior. Vena-vena tersebut terakhir ini biasanya
dilakukan pada anak kecil atau bayi dan hanya boleh
dilaksanakan oleh dokter yang berpengalaman.
Alat dan bahan Vena:
• 1. Jarum dan semprit atau tabung vakum dilengkapi jarum dan
holder.
• Jarum harus cukup besar, ujungnya runcing, tajam dan lurus dan
hendaknya dibuang setelah dipakai (dispossible).
• 2. Tourniquet
• Bila tidak ada tourniquet dapat digunakan pembalut dari tensimeter
atau selang karet yang lunak (lebar ± 5 cm).
• 3. Botol penampung darah
• Kering dan tertutup, untuk keperluan mikrobiologi harus steril.
Volumenya tidak terlalu besar untuk jumlah darah yang akan
ditampung dan diberi label.
• 4. Kapas bersih beralkohol 70 % sebagai antiseptik
• 5. Bantalan
• Sebagai pengganjal atau penopang tangan (jika diperlukan)
Prosedur Kerja Vena :
• 1. Alat-alat yang diperlukan disiapkan di meja kerja.
• 2. Keadaan pasien diperiksa, diiusahakan pasien tenang begitu pula petugas
pengambil darah (phlebotomis).
• 3. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang
tidak terlihat dibantu dengan palpasi (perabaan).
• 4. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya
peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil pemeriksaan.
• 5. Tempat penusukan beri antiseptik dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
• 6. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari
lipatan tangan.
• 7. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak
bergerak.
• 8. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o – 60o
sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya
tekanan dan masuknya darah ke ujung plastik jarum.
• 9. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang
diinginkan apabila menggunakan syringe. Apabila menggunakan
tabung vakum, tabung diambil dan ditusukkan pada ujung lain dari
jarum tadi, maka darah akan masuk dengan sendirinya.
• 10. Torniquet dilepas pada lengan.
• 11. Kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari
kiri, lalu jarum ditarik.
• 12. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 menit
pada tempat tusukan. Setelah itu direkatkan kapas menggunakan
plester.
• 13. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah
dimasukkan kedalam botol penampung melalui dinding secara
perlahan. Bila menggunakan antikoagulan, segera perlahan-lahan
dicampur. Untuk tabung vakum segera dikocok perlahan untuk
mencampurkan darah dengan zat aditif didalamnya.
• Pengambilan Darah Arteri
• Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk
mengambil darah arteri yaitu pembuluh darah yang
berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan
kaku. Sedangkan analisa gas darah adalah prosedur
untuk menilai tekanan parsial oksigen, karbondioksida
dan pH (konsentrasi ion hydrogen) di darah arteri.
Mengambil sampel darah arteri membutuhkan
suntikan perkutan pada arteri brachialis, radial atau
femoralis. Juga bisa didapatkan dari arterial line.
Tujuan Pemeriksaan Arteri :
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk
pemeriksaan analisa gas darah yang
digunakan untuk mendiagnosa dan
mengevaluasi penyakit pernafasan serta
kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif
paru-paru mengirimkan oksigen ke darah dan
mengeleminasi karbondioksida dari darah.
Alat dan Bahan Arteri :
• 1. AGD kit:
• · Spuit spesifik untuk mengambil darah yang akan digunakan untuk
analisa gas darah.
• · Jarum 20 G 1 ¼ “
• · Jarum 22 G 1”
• · 1 ml ampul carian heparin (1:1000)
• 2. Sarung tangan
• 3. Spuit 5 ml dan 10 ml
• 4. Alcohol or poviodine-iodine pad
• 5. 4x4 gauze pads
• 6. Penutup karet untuk spuit
• 7. Tas plastik atau wadah berisi es
• 8. Label
• 9. Format permintaan laboratorium
Prosedur Kerja Pemeriksaan Arteri :
1. Cek identitas pasien. Beritahu pasien bahwa anda akan melakukan
pengambilan sampel AGD dan jelaskan tujuan serta prosedurnya.
Beritahukan bahwa spesimen akan diambil dari arteri, jaga privasi klien,
dan atur posisi klien dalam posisi supinasi atau semi fowler.
• 2. Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan nama pasien, nomor
ruangan, nama dokter, tanggal dan waktu pengambilan, inisial pelaksana
AGD. Beri heparin pada spuit.
• 3. Lakukan cuci tangan dan gunakan sarung tangan untuk meminimalkan
penyebaran mikroorganisme.
• 4. Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas alcohol. Tangan
klien harus ditekuk sedikit atau letakkan handuk kecil yang digulung di
bawah pergelangan tangan. Hal ini membawa arteri radial lebih dekat ke
permukaan. Ekstensi berlebihan pada pergelangan tangan harus dihindari
karena dapat menutup jalan denyut nadi.
• 5. Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah. Setelah menemukan
sensasi denyutan terkuat, sedikit fiksasi arteri dengan telunjuk dan jari
tengah. Hal ini akan mencegah arteri berubah posisi ketika dilakukan tusukan.
• 6. Suntikan harus dengan sudut 45° atau kurang di tangan berlawanan,
seperti memegang pensil atau sebuah anak panah. Penempatan paralel dekat
jarum tersebut akan meminimalkan trauma arteri dan memungkinkan serat
otot polos untuk menutup lubang tusukan setelah jarum ditarik.
• 7. Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum mengarah ke atas,
masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan kulit. Sekarang dorong jarum
perlahan-lahan sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat jarum.
Berhenti dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4 cc darah dalam alat
suntik.
• 8. Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai mengalir
darah ke jarum suntik. Seharusnya tidak perlu ada aspirasi darah ke jarum
suntik sebab tekanan arteri akan mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam
jika digunakan jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien hipotensi,
sebaiknya dilakukan aspirasi jarum suntik.
• 9. Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik jarum dan
terapkan tekanan ke area tusukan dengan ukuran 4 × 4. Setelah tekanan
diterapkan selama 2 menit, periksa area untuk perdarahan, aliran, penting
bahwa gelembung udara yang dikeluarkan dari spuit gas darah karena dapat
mengubah hasil gas darah. Pegang jarum suntik tegak lurus dan tekan jarum
suntik dengan lembut sehingga gelembung atau rembesan darah. Jika ada,
terapkan tekanan sampai pendarahan terhenti. Waktu kompresi lama akan
diperlukan untuk pasien pada terapi antikoagulan atau yang memiliki
gangguan perdarahan.
• 10. Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak boleh disumbat, bengkok,
atau sengaja dirusak karena bahaya tusukan diri. Semua jarum harus
ditempatkan dalam wadah tahan tusukan (umumnya dikenal sebagai wadah
benda tajam).
• 11. Sangat udara naik ke bagian atas jarum suntik sehingga dapat
dikeluarkan.
• 12. Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es (mendinginkan
sampel akan mencegah metabolisme lebih lanjut dari darah). Pasang slip
laboratorium untuk tas, dan bawa sampel ke laboratorium. Jika akan
menganalisis sampel, harus dilakukan sesegera mungkin.
• 13. Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme.
Bentuk Pemeriksaan Darah :
• Hemoglobin (Hb)
• Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan
Hb merupakan salah satu dari sekian banyak
tolak ukur apakah anda terkena anemia atau
tidak. Hemoglobin adalah suatu protein yang
berada di dalam darah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah
dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan
diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah
untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal,
otot, tulang dan seluruh organ tubuh.
Nilai Normal Hb :
• * dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL,
• * wanita hamil 10-15 gram/dL
• * wanita 12-16 gram/dL
• * anak 11-16 gram/dL,
• * baLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL
• * neonatus 14-27 gram/dL
– Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi
besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat,
hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet
vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
– Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung,
COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare,
eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi
yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin
• Hematokrit (Ht)
• Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan
perbandingan antara proporsi volume sampel
darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit)
yang diukur dalam satuan millimeter per desiliter
dari darah keseluruhan, bias juga dinyatakan
dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa
dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah.
Semakin tinggi presentasenya berarti semakin
tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya.
Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit
biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang
diderita.
Nilai Normal Ht :
• * dewasa pria 40-54%
• * wanita 37-47%
• * wanita hamil 30-46%
• * anak 31-45%, balita 35-44%
• * bayi 29-54%
• * neonatus 40-68%
Ht tinggi(meningkat) hemokonsentrasi (> 55 %) dapat
ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb;
antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes
melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
– Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis
hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, leukemia,
kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya
adalah Ht <15%.
Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun
sebenarnya tidak berwarna alias bening. Di
dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur
darah seperti basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit,
dan monosit.
Keadaan dimana leukosit meninggi disebut
leukositosis, biasa muncul pada darah setelah
menjalani latihan olah raga yang berat, terkena
infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain),
atau setelah terkena luka bakar yang luas.
Nilai Normal Leukosit :
• Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
• * Neonatus 9000-30000 sel/mm3
• * Bayi - balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3
• * Anak 10 tahun 4500-13500/mm3
• * Ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,
• * Postpartum 9700-25700 sel/mm3
Trombosit
• Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam
berdarah atau DBD. Pada penderita DBD, terjadi
penurunan kadar trombosit dalam darah secara
signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan
terjadinya pendarahan pada kulit karena trombosit
berfungsi sebagai salah satu pembeku darah.
• Tidak semua trombosit yang rendah lantas dikaitkan
dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias
merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena
produksi trombosit seseorang memang sangat rendah.
Nilai Normal Trombosit :
• *dewasa 150.000-400.000 sel/mm3
• * anak 150.000-450.000 sel/mm3.
– Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada
demam berdarah dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan
sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
• · Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada
penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis
berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan
penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali
jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia (kanker sel darah putih),
polisitemia vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi),
penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler seperti lupus
(gangguan system imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi
pembedahan, perdarahan, dan pada orang yang baru berhenti
mengkonsumsi alcohol.
Laju Endap Darah (LED)
• Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam
membentuk endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam
satu tabung pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter
pengendapan itu muncul. Laju endap darah dilakukan untuk menilai
berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap
dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.
• Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah
merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel
darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental.
Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan
timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel
darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.
• Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi
adanya suatu peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas
suatu penyakit.
Nilai Normal LED :
• * Dewasa pria <15 mm/jam pertama
• * Wanita <20 mm/jam pertama
• * Lansia pria <20 mm/jam pertama
• * Wanita <30-40 mm/jam pertama
• * Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama
• * Anak <10 mm/jam pertama
Eritrosit
• Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah
dengan komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya
adalah sebagai tempat metabolisme makanan untuk dapat
menghasilkan energi serta mengangkut O2 (oksigen) dan CO2
(karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit
hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel
darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium
akan melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC.
• MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai
kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan
indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean
cospuscular volume digunakan untuk mengukur indeks volume
eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular haemoglobin
untuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam darah. Adapun
MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk
mengukur indeks saturasi eritrosit dalam darah.
Nilai Normal Eritrosit :
• *wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3
• * pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.
• *Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3
• * anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.
Basic Metabolic Panel
(BMP)
• 1. Glukosa
Tujuan
- melihat kadar gula darah dan skrining diabetes.
Pengambilan darah dilakukan setelah 8 jam puasa
dan setelah 2 jam makan dilakukan lagi.
pemeriksaan darah
Nilai Normal :
- glukosa puasa 65 – 100 mg/dl, setelah makan <
140 mg/dl

2. BUN (Blood Urea Nitrogen) / Urea dan Kreatinin
Darah
Tujuan
- Melihat fungsi ginjal, BUN mengukur kadar nitrogen
yang disaring oleh ginjal dan dibuang lewat air seni.
Kreatin = hasil buangan dari bentuk energi di otot.

Nilai Normal:
- BUN : 6 – 24 mg/dl
- Kreatin : 0.5 – 1.2 mg/dl
3. Sodium, Potasium dan Klorida
Tujuan

- Memeriksa keseimbangan cairan dan


mekanisme tubuh mengolah garam.

Nilai Normal :

Sodium : 136 – 145 mEq/L


Potasium : 3.5 – 5.5 mEq/L
Klorida : 97 – 110 mg/dl
• 4. Kalsium dan Fosfor
Tujuan

- Melihat kondisi tulang tetapi bukan untuk


mendiagnosis keropos tulang (osteoporosis).

Nilai Normal :

Kalsium : 8.4 – 10.4 mg/dl


Fosfor : 2.5 – 4.5 mg/dl
• 5. ALP (Alkalin Fosfatase), ALT (Alanin
Transaminase) dan Albumin
ALP dan ALT adalah enzim dalam liver, albumin
merupakan protein yang diproduksi liver.
Tujuan
- Memeriksa kondisi liver
Nilai Normal:
ALP : 98 – 279 unit/L
ALT : 13 – 50 unit/L
Albumin : 3.5 – 5.5 g/dl
Nama Kelompok 1 :
1.) Agustin Ismawati [06]
2.) Amilus Solikhah.S [11]
3.) Amiro Aulia Sari [12]
4.) Ardia Irine P.Z [22]
5.) Arganata Wahyu.P [26]
6.) Cahyani Tri.F [38]
7.) Deby Surya.F [43]
Daftar Pustaka
• Sumber: http://herdianaakhyar.blogspot.com/2012/10/pengambilan-darah.html
• Sumber: http://ithamustikasari.blogspot.com/p/persiapan-dan-pengambilan-
specimen.html
• : http://adenoorjannah.blogspot.com/2014/01/pengambilan-darah-vena-dan-
kapiler.html
• Sumber:http://tiovirgo.blogspot.com/2011/12/pengambilan-darah-arteri-dan
tools_05.html#!/2011/12/pengambilan-darah-arteri-dan-tools_05.html

• Sumber: http://blogmurnihakim.blogspot.com/
• Sumber: http://ririnprabandarisilalahi.blogspot.com/2013/02/pemeriksaan-
darah-rutin.html

Anda mungkin juga menyukai