Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN FLU BURUNG

Dosen Pembimbing :

Supriliyah Praningsih, S. Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ayu Pamungkas (192102006)


2. Feny Dellia L. M. (192102011)
3. Ika Safira H. (192102013)
4. Kurnia Septika T. H. (192102016)
5. Meizelyne Gerysita M. (192102017)
6. Veni Andrean T. A. (192102027)

DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

STIKES PEMKAB JOMBANG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana.

Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah


SAW, dimana beliau adalah sosok yang sangat dimuliakan dan dirindukan oleh
seluruh umatnya, kami sampaikan terima kasih kepada dosen dan rekan-rekan
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya.

Jombang, 23 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................……………...........1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Flu Burung ...........................................................................................3
2.2 Klasifikasi Flu Burung ......................................................................................3
2.3 Etiologi Flu Burung ...........................................................................................5
2.4 Menifestasi Klinis Flu Burung ..........................................................................5
2.5 Patofisiolgi Flu Burung .....................................................................................6
2.6 Komplikasi Flu Burung .....................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang Flu Burung .................................................................9
2.8 Penaatalaksanaan Flu Burung .........................................................................10
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Flu Burung ...............................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………….……….................30
3.2 Saran…………………………………………………………………............30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Flu burung merupakan sejenis penyakit influenza, penyebabnya berasal
dari virus influenza A yang biasanya menyerang unggas. Virus influenza
sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe,
yakni” A,B, dan C. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dengan gejala yang rungan dan tidak fatal. Sehingga tidak
terlalu menjadi masalah, Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype
berdasarkan pertanda berupa tonjolan protein pada permukaaan sel virus. Ada
2 protein petanda virus influenza A yaitu hematuglunin dilambangkan dengan
H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N
Flu burung sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza yang menyerang unggas dan bermutasi menyerang manusia.
Salah satu tipe yang diwaspadai yakni influenza dengan kode genetik H5N1.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Flu Burung?
2. Bagaimana Klasifikasi Flu Burung?
3. Bagaimana Etiologi Flu Burung?
4. Bagaimana Menifestasi Klinis Flu Burung?
5. Bagaimana Patofisiologi Flu Burung?
6. Bagaimana Komplikasi Flu Burung?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Flu Burung?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Flu Burung?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Flu Burung?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Penyakit Flu Burung.
2. Mengetahui Klasifikasi Flu Burung.

1
3. Mengetahui Etiologi Flu Burung.
4. Mengetahui Menifestasi Klinis Flu Burung.
5. Mengetahui Patofisiologi Flu Burung.
6. Mengetahui Komplikasi Flu Burung.
7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Flu Burung.
8. Mengetahui Penatalaksanaan Flu Burung.
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Flu Burung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza)
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
dan ditularkan oleh unggas.Flu burung adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia
(Rahmat Ilham, 2010).

2.2 Klasifikasi
Ada banyak sub tipe dari virus flu ini :
a Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor
utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai
penyebab flu babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub tipe ini
justru lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin
pasien flu babi, setidaknya terkandung 100.000 virus H1N1.
Untungnya, daya bunuh H1N1 hanya seperduabelas dari flu burung.
Flu babi hanya memiliki kemungkinan fatal sebesar 6 persen, jauh di
bawah angka 80 persen mili flu unggas.
b H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari
virus influenza A yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli,
virus ini dinyatakan sebagai virus pandemik pada manusia dan
hewan, khususnya babi.
c H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi
menjadi banyak sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi
dari H2N2 adalah H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu lainnya
yang sering ditemukan pada unggas. Virus model ini dicurigai sebagai
penyebab pandemik pada manusia di tahun 1889.

3
d H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins
sebagai “casing”nya, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada
umumnya, virus ini dapat menginfeksi manusia dan unggas.
e Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai
penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat
berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti
virus H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20
persen. Meskipun hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan
pembunuh yang efektif. Daya bunuhnya 12 kali lebih dahsyat
dibanding sub tipe virus avian influenza yang lain. Virus ini
merupakan jenis virus yang bersifat epizootik atau bersifat epidemik
untuk golongan di luar manusia dan juga bersifat panzootik yang
mampu mempengaruhi beragam spesies hewan. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses” membunuh setidaknya 10
juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan juta lainnya.
Pada bulan Desember tahun 2009, badan kesehatan dunia, WHO
mengumumkan bahwa setidaknya terjadi 447 kasus flu yang terjadi
pada manusia dan tingkat kematian pada periode ini sangat tinggi, lebih
dari 50 persen dengan angka kematian mencapai 267 orang.
f Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3,
H7N7 dan H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian
influenza yang memiliki daya rusak tingga hingga dapat membunuh
pengidapnya. Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini
secara perlahan tapi pasti memperkuat kemampuan merusak mereka.
Untuk virus H7N7 sendiri bisa menginfeksi manusia, burung, babi,
anjing laut serta kuda. Pada uji laboratorium, virus ini bisa
mengifeksi tikus yang digunakan dalan percobaan. Virus H9N2
merupakan jenis virus yang menginfeksi bebek. Pada
perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia. Pada Desember
2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.

4
2.3 Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-
ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.
Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N),
kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang
banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3,
H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah
dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati
padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung
iodine.

2.4 Manifestasi Klinis


1. Tanda dan Gejala pada unggas
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala
ringan (nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari
keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang
timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan
pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan
reproduksi berupa penurunan produksi telur. Gangguan sistem saraf
dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala.
Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun,
kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.
2. Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa
lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa
inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari;

5
sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai
3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ).
Bila keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang
ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta
meningkatnya kadar CO.

2.5 Patofisiologi
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung
dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup
di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula
mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur
menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau
binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari
unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti
penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada
manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung
dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu
burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus
ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena
kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga
dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak
yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli
ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.Dalam hal
penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada
dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas
yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke

6
orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan
80°C selama 1 menit.

Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir


keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia.
Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-
protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan
penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus
yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu
Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir
separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem
kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.

A. Masa Inkubasi
1. Pada Unggas : 1 minggu
2. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5
hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
B. Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular
melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau
sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas
ke manusia juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas
yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam ,
pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
C. Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia
hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung
asam inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit,
asam inti yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus.
Semakin banyak protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula
variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir
dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat

7
pada dinding luar (envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding
pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti
virus yang dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk
selaput lendir sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput
lendir yang telah terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan
keseluruh jaringan dan organ melalui darah. Bersamaan dengan
dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat itu juga virus
mulai menyebar.

2.6 Komplikasi
1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu
membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur
yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan
otak.
2. Encephalitis ( bulbar )
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-
tipe dari encephalitis, kebanyakan disebabkan oleh infeksi-infeksi.
Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis
dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.
3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau
miokardium, pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi,
tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek
toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui
tiga mekanisme dasar, yaitu:
a. Invasi langsung ke miokard.
b. Proses immunologis terhadap miokard.

8
c. Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
4. Paralisis akut flaksid
5. Pneumonia ( peradangan paru )
Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary alveolus
(alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer
meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur,
ataupasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh
kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan
minum alkohol.
6. Kematian
Terjadi jika mengalami gagal nafas akut

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas
dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis
Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
a. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction)
untuk H5.
b. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
c. Uji Serologi :
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1
dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut
( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer
antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI

9
sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5
positif.
3) Uji penapisan
 Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
 ELISA untuk mendeteksi H5N1.

2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin
Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada
setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan
bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan
adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung
tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5. 5. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan
jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan
patologi anatomi dan PCR.

2.8 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan
daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan
respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.

10
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas
kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.

1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung


diantaranya adalah :
 Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg
(jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan
flu burung.
 Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan
oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas
yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan.
Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi
dari hasil pertemuan workshop “Case Management” &
pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20
– 23 April 2006.
Skor
Gejala 1 2
Demam < 380C > 380C
RR N > N
Ronki Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah Skor : 6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7)
diberikan oseltamivir
Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit

11
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien
dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke
ruang pemeriksaan.
b Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD
dan melakukan kewaspadaan standar.
c Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
d Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan
kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima
dan pada waktu pasien pulang.
e Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga
perawatan.
f Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang
setiap lima hari.
g Penatalaksanaan di ruang rawat inap.
3. Keperawatan
a. Perhatikan :
 Keadaan umum
 Kesadaran
 Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
 Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat
pulse oxymetry.
b. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal
infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
 Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu
madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama
3-5 hari.

12
 Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza),
b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1
minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan
petunjuk sebagai berikut :
 Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5
hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
 Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg
selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman
tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus
pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai
indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan
Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7
hari (hingga 6 minggu).
4. Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
a. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7
hari.
d. Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir
e. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam
waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB
perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg
diberikan 100 mg 2 kali sehari.

13
ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG

I. PENGKAJIAN
a Identitas Pasien
Nama : Tn. G
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk RS : 23 September 2020
Tanggal Pengkajian : 23 September 2020
Diagnosa Medik : Avian Influenza
Alamat : Gapuk, Ngoro – Jombang
b Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a Keluhan Utama
Klien Mengatakan Susah Bernapas
b Keluhan Waktu di Data
P : Jalan napas bagian atas tidak lancar
Q : Tidak ada nyeri tekan
R : Pernapasan bagian atas

14
S:
T : Pada saat klien tidur
c Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama

Genogram :

I. PENGKAJIAN POLA GORDON


1) Pola nutrisi
Di rumah : Klien mengatakan makan dan minum 3 x sehari
dengan menu makanan berbeda. BB 59 kg
Di rumah sakit : Klien mengatakan makan dengan porsi
ditentukan di RS sangatlah tidak nyaman baginya, klien hanya
menghabiskan makan 4-6 sendok saja. BB 57 kg
2) Pola Eliminasi
Di rumah : Klien mengatakan biasanya BAB ± 1-2 kali
perhari dan BAK ± 3-4 kali perhari.
Di rumah sakit : Klien mengatakan selama di RS BAB
3) Pola Istirahat Tidur
Di rumah : Klien mengatakan tidur pada malam hari ± 8 jam
dan sering terbangun dikarenakan merasa sesak akibat penyumbatan
dibagian pernapasan atas.
Di rumah sakit : Klien mengatakan tidur tidak lama ± 5-6 jam saja
karena klien merasa gelisah.
4) Pola Aktivitas
Di rumah : Klien mengatakan aktivitas dirumah
membersihkan perkarangan rumah sebagai rutinitas tiap pagi dan ikut
gotong royong dengan warga (bakti social)..
Di rumah sakit : Klien mengatakan hanya bisa terbaring lemah
II. PEMERIKSAAN FISIK
a Keadaan Umum : Baik
b Kesadaran : Composmetis
c TTV : TD : 100/70

15
N : 76x/mnt
R : 22x/mnt
S : 38 ̊ C
d Sistem Integumen
Inspeksi : Warna kulit kuning langsat, kulit bersih tidak keriput
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan kulit tidak kasar.
e Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir agak kering
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Tidak ada bising usus
f Sistem Pernapasan
Inspeksi : Bentuk simetris, frekuensi 22 kali/ menit .
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi resonan pada lapang dada.
Auskultasi : Terdapat Whezing
g Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Turbo nadi rendah 76x/mnt
Perkusi : Tidak terdengar suara pekak
Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), Gallop
(-), Murmur (-).
h Sistem Muskuloskeletal
a. Atas : Pada tangan kiri terpasang infuse NaCl 28 tpm.
b. Bawah : Tidak ada oedema pada tangkai, kekuatan otot kiri.
kanan.
Kekuatan otot: 5 5
5 5
i Sistem Pengindraan
1) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda
penglihatan baik, tidak ada alat bantu penglihatan.

16
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
2) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, adanya secret
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
3) Pendengar
Inspeksi : Bentuk simetris terdapat serumen, dengan
pendengaran baik
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
4) Pengecap
Inspeksi : Bibir simetris dan tidak terlihat bercak putih atau
kotor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek menelan
5) Peraba
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Klien bisa membedakan antara panas dan dingin
j Data Psikologis
Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboraturium
2. EKG
3. Sinar – X
4. Foto Thoraks

ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan jalan
Klien Mengatakan sesak napas
napas dan susah bernapas
DO :
 TD : 100/70
mmHg
 Frekuensi nadi

17
76x/mnt
 Frekuensi
Pernapasan
22x/mnt
 Suhu 38 ̊ C
 Klien tampak sesak
nafas dan batuk
 Adanya bunyi
napas wheezing
DS : Proses penyakit ( avian Hipertermia
Klien mengeluh badannya influenza)
terasa panas
DO :
 TD : 100/70
mmHg
 Frekuensi nadi
76x/mnt
 Frekuensi
Pernapasan
22x/mnt
 Suhu 38 ̊ C
 Kulit klien tampak
merah

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya
perumusan diagnosa keperawatan adapun diagnose yang muncul pada Tn. G
dengan Avian influenza adalah :
1 Ketidak efektifan jalan napas b.d Sekresi yang tertahan yang ditandai
dengan,
DS : Klien Mengatakan sesak napas dan susah bernapas
DO : Klien tampak sesak nafas, bunyi napas wheezing, batuk

18
TTV : TD : 100/70
N : 76x/mnt
R : 22x/mn
S : 38 ̊ C
2 Hipertermia b.d Proses penyakit (avian influenza) yang ditandai dengan,
DS : Klien mengeluh badannya terasa panas
DO : Kulit klien tampak merah
TTV : TD : 100/70
N : 76x/mnt
R : 22x/mn
S : 38 ̊ C
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. G
Tanggal : 23 September 2020

INTERVENSI KEPERAWATAN

19
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Ketidakefektifan jalan Tujuan: Manajemen Jalan Napas
1.08238
napas b.d Sekresi yang
Setekah dilakukan
tertahan yang ditandai tindakan keperawatan Observasi:
dalam waktu 1 x 24 1. Monitor pola napas
dengan :
jam masalah (frekuensi,
ketidakefektifan jalan kedalaman usaha
napas teratasi
DS : napas)
Klien Mengatakan sesak Kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas
 Berkurangnya tambahan
napas dan susah bernapas (wheezing)
sesak napas dan
batuk 3. Monitor sputum
DO :  Berkurangnya (bunyi, napas ,
bunyi napas aroma)
 TD : 100/70
tambahan
mmHg
(wheezing)
Terapiutik:
 Frekuensi nadi  Frekuensi 4. Pertahankan
76x/mnt pernapasan kepatenan jalan
membaik napas dengan head-
 Frekuensi
 Tekanan darah tilt dan chin-lift
Pernapasan mulai normal 5. Posisikan semi
22x/mnt  Suhu menurun fowler atau fowler
 Suhu 38 ̊ C 6. Berikan minum
hangat
 Klien tampak sesak
7. Lakukan fisioterapi
nafas dan batuk dada, jika perlu
 Adanya bunyi 8. Lakukan
penghisapan lender
napas wheezing
kurang dari 15 detik
9. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
11. Berikan oksigen jika

20
perlu

Edukasi:
12. Anjurka asupan
cairan 200 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
13. Anjurkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi:
14. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL

21
Hipertermia b.d Proses Tujuan: Manajemen
Hipertermia 1.15506
penyakit (avian influenza)
Setekah dilakukan
yang ditandai dengan : tindakan keperawatan Observasi:
dalam waktu 1 x 24 1. Identifikasi
jam masalah penyebab
DS : ketidakefektifan jalan hipetermia (proses
napas teratasi
Klien mengeluh badannya penyakit avain
terasa panas Kriteria hasil: influenza)
 Warna kulit klien 2. Monitor suhu tubuh
mulai normal 3. Monitorr kadar
DO : elektralit
 Frekuensi
 TD : 100/70 pernapasan 4. Monitor haluan
membaik urine
mmHg 5. Monitor komplikasi
 Tekanan darah
 Frekuensi nadi akibat hipertermia
mulai normal
76x/mnt  Suhu menurun,
Terapiutik:
 Frekuensi badan mulai hangat 6. Sediakan
Pernapasan lingkungan yang
dingin
22x/mnt
7. Longgarkan atau
 Suhu 38 ̊ C lepaskan pakaian
 Kulit klien tampak 8. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
merah
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
11. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Seimut hipertermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen, aksila )
12. Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin

22
13. Berikan oksigan,
jika perlu

Edukasi:
14. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi:
15. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu1

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DIAGNOSA PUKU IMPLEMENTASI TTD
KEPERAWATAN L KEPERAWATAN DAN
NAMA
TERANG
PERAW
AT

23
Ketidakefektifan jalan 08.00 1. Memonitor pola napas Ayu
napas b.d Sekresi yang (frekuensi, kedalaman
usaha napas)
tertahan yang ditandai
08.30 2. Memonitor bunyi Feny
dengan :
napas tambahan
(wheezing)
DS :
08.45 3. Memonitor sputum Ayu
Klien Mengatakan sesak (bunyi, napas , aroma)
napas dan susah
09.00 4. Memertahankan Feny
bernapas kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
chin-lift
DO :
 TD : 100/70 09.30 5. Memposisikan semi Ika
fowler atau fowler
mmHg
10.00 6. Memberikan minum Tika
 Frekuensi nadi
hangat
76x/mnt
10.30 7. Melakukan fisioterapi Ika
 Frekuensi
dada, jika perlu
Pernapasan
10.45 8. Melakukan Tika
22x/mnt hiperoksigenasi
 Suhu 38 ̊ C sebelum penghisapan
endotrakeal
 Klien tampak
sesak nafas dan 11.15 9. Mengeluarkan Meizelyn
batuk sumbatan benda padat e

 Adanya bunyi dengan forsep McGill


12.00 10. Memberikan oksigen Veni
napas wheezing
jika perlu

12.30 11. Meganjurka asupan Meizelyn


cairan 200 ml/hari, jika e
tidak kontraindikasi

13.00 12. Menganjurkan teknik Veni


batuk efektif

13.15 13. Melakukan kolaborasi Meizelyn


pemberian e

24
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DIAGNOSA PUKU IMPLEMENTASI TTD
KEPERAWATAN L KEPERAWATAN DAN
NAMA
TERAN
G
PERAW
AT
Hipertermia b.d Proses 08.00 1. Mengidentifikasi Ayu
penyakit (avian penyebab hipetermia
(proses penyakit avain
influenza) yang ditandai
influenza)
dengan :
08.30 2. Memonitor suhu tubuh Feny

08.45 3. Memonitorr kadar Ayu


DS :
elektralit
Klien mengeluh
09.00 4. Memonitor haluan Feny
badannya terasa panas
urine

09.30 5. Memonitor komplikasi Ika


DO : akibat hipertermia
 TD : 100/70
10.00 6. Menyediakan Tika
mmHg lingkungan yang
 Frekuensi nadi dingin
76x/mnt 10.30 7. Melonggarkan atau Ika
 Frekuensi lepaskan pakaian

Pernapasan 10.45 8. Memberikan cairan Tika


22x/mnt oral

25
 Suhu 38 ̊ C 11.15 9. Mengganti linen setiap Meizelyn
hari atau lebih sering e
 Kulit klien
jika mengalami
tampak merah hyperhidrosis

12.00 10. Melakukan Veni


pendinginan eksternal
(mis. Seimut
hipertermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila )

12.30 11. Menghindari Meizelyn


pemberian antipiretik e
atau aspirin

13.00 12. Memberikan oksigan, Veni


jika perlu

13.15 13. Menganjurkan tirah Meizelyn


baring e
13.30 14. Melakukan kolaborasi Veni
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu1

CATATAN PERKEMBNGAN
DIAGNOSA CATATAN PERKEMBNGAN
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan jalan napas S : Klien Mengatakan sesak napas dan susah
bernapas
b.d Sekresi yang tertahan yang
ditandai dengan : O: Klien tampak sesak nafas dan batuk
 TD : 100/70 mmHg

DS :  Frekuensi nadi 76x/mnt

Klien Mengatakan sesak napas  Frekuensi Pernapasan 22x/mnt


dan susah bernapas  Suhu 38 ̊ C
 Adanya bunyi napas wheezing
DO :

26
 TD : 100/70 mmHg
A : Masalah ketidakefektifan jalan anapas
 Frekuensi nadi 76x/mnt belum teratasi
 Frekuensi Pernapasan
P : lanjutkan intervensi
22x/mnt
 Suhu 38 ̊ C Observasi:
1. Monitor pola napas (frekuensi,
 Klien tampak sesak kedalaman usaha napas)
nafas dan batuk 2. Monitor bunyi napas tambahan
(wheezing)
 Adanya bunyi napas
3. Monitor sputum (bunyi, napas ,
wheezing aroma)

Terapiutik:
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift
5. Posisikan semi fowler atau fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lender kurang
dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
10. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
11. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi:
12. Anjurka asupan cairan 200 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
13. Anjurkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

14. Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu

CATATAN PERKEMBNGAN
DIAGNOSA CATATAN PERKEMBNGAN

27
KEPERAWATAN
Hipertermia b.d Proses S : Klien mengeluh badannya terasa panas
penyakit (avian influenza) yang O :
ditandai dengan :  TD : 100/70 mmHg
 Frekuensi nadi 76x/mnt
DS :  Frekuensi Pernapasan 22x/mnt
Klien mengeluh badannya  Suhu 38 ̊ C
terasa panas
 Kulit klien tampak merah

DO :
A : Masalah hipertemia belum teratasi
 TD : 100/70 mmHg P : Lanjutkan intervensi
 Frekuensi nadi 76x/mnt
 Frekuensi Pernapasan Observasi:
1. Identifikasi penyebab hipetermia
22x/mnt (proses penyakit avain influenza)
 Suhu 38 ̊ C 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitorr kadar elektralit
 Kulit klien tampak
4. Monitor haluan urine
merah 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapiutik:
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hyperhidrosis
11. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Seimut hipertermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila )
12. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
13. Berikan oksigan, jika perlu

Edukasi:

14. Anjurkan tirah baring

28
Kolaborasi:

15. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit intravena, jika perlu1

29
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza)
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
dan ditularkan oleh unggas. Ada beberapa sub tipe dari virus ini, yakni:
H1N1, H1N2, H2N2, H2N3, H5N1. Penyebabkan flu burung adalah dari
subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati
padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung
iodine. Flu burung dapat mengakibatkan komplikasi seperti meningitis,
encephalitis, myocaditis, dan sebagainya.

Saran

Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi


yang adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan
muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah
sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan
pengobatan dengan baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu
sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor
penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah serta kerjasama
dengan masyarakat.

30
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/313357038/ASKEP-FLU-BURUNG-doc diases pada
tanggal 24 september 2020
https://id.scribd.com/doc/109981463/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Flu-
Burung diases pada tanggal 24 september 2020
https://www.academia.edu/29336832/Asuhan_Keperawatan_ASUHAN_KEPER
AWATAN_FLU_BURUNG diases pada tanggal 24 september 2020
Soltaridou. E.S., (2016). Crisis Management. Avian Influenza. Graduate Thesis.
Postgraduate Program. Health Management. University of Piraeus. Piraeus

31

Anda mungkin juga menyukai