Liha (33412101147)
Andiyanto (33412101136)
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN PERTUSIS
A. Konsep Dasar
1.1 Definisi
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang
rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992).
Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993).
Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-
tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang
keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah kekurangan udara
shingga bernapas dengan cepat, suara pernapasan berbunyi separti pada bayi yang baru
lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang dewasa bunyi ini sering tidak
terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat parah hingga muntah-muntah dan
penderita sangat kelelahan setelah serangan batuk.
1.2 Etiologi
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya Bordetella pertussis (Hemophilis
pertusis). Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
1. Berbentuk batang (coccobacilus)
2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul
5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten
terhdap penicillin
8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)
b. Endotoksin (lipopolisakarida)
1.3 Anatomi Fisiologi
1) Rongga hidung
Hidung terdiri atas dua bagian yang merupakan pintu masuk menuju
rongga hidung. Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama
lainnya dipisahkan oleh septum.
2) Sinus paranasal
Faring adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan
berakhir sampai persambungannya dengan esofagus dan batas tulang rawan
krikoid.
b. Saluran pernapasan bagian bawah
1) Laring
3) Bronkhus
Bordetella pertusis
Inhalasi droplet
Reaksi antigen-antibodi
a. Indentitas Klien
Nama, usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan,
statuspernikahan, alamat, nama ayah/ibu, penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau
penyakityang mungkin dapat mempengaruhi penyakit yang diderita saat ini
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Diisi dengan hubungan pasien dengan keluarga, masyarkat dan para medis,
termasuk komunikasi yang digunakan oleh pasien.
9. Pola Fungsi Seksualitas
2. Kesadaran TB :
3. Tanda-Tanda Vital:
TD : .mmHg
N :x/menit
S :...°C
RR : ... x/menit
4. Kepala
6. Leher
7. Anus Genetalia
8. Ektremitas
9. Neurologis
Pemeriksaan penunjang
1. Kultur – gold standard diagnosis Pertusis, umumnya sampel diambil dari nasofaring
posterior (bukan tenggorok): Idealnya bakteri terisolasi pada 2 minggu pertama (fase
catarrhal / awal paroksismal), padahal pasien baru muncul setelah >2 minggu
sehingga kultur sering tidak dapat digunakan. Bakteri B. pertusis sulit dikultur,
dapatmemakan waktu hingga 2 minggu, dan kemungkinan positifnya bervariasi (30-
50%).Media kultur dapat berupa Bordet Gengoi (potato-blood-glycerol agar) dan
medium yang mengandung charcoal (Regan Lowe).
2. Pemeriksaan darah lengkap (terlihat jumlah leukosit 20.000-50.000 dengan
limfositosis absolute khas pada akhir stadium kataral dan selama stadium
paroksismal. Pada bayi jumlah leukosit tidak membantu diagnosa oleh karena
responlimfositosis juga terjadi pada infeksi lain)
3. PCR (Polymerase Chain Reaction) dan tes serologi (digunakan pada stadium lanjut
penyakit dan untuk menentukn adanya infeksi pada individu dengan biakan)
4. Cara ELISA (dapat dipakai untuk menentukan serum IgM, IgG dan IgA terhadap
FHA PT. Nilai serum IgM FHA dan PT menggambarkan respons imun primer yang
baik disebabkan penyakit atau vaksinasi. IgG toksin pertusis merupakan tes yang
pagar peka dan spesifik untuk mengetahui infeksi dan tidak tampak setelah peruses)
Pemeriksaan radiologi thoraks (terlihat adanya infiltrate perihiler, atelectasis atau
emfisema)
2.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri
2. Defisit nutrisi b/d Peningkatan kebutuhan metabolic
3. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
keberhasilan mengetahui
terapi cara
komplemente Memonitor
r yang sudah keberhasilan
diberikan terapi
komplemente
r yang sudah
diberikan
9. Memonitor 9. Untuk
efek samping mengetahui
penggunaan cara
analgetic memonitor
efek samping
penggunaan
analgetic
TERAPEUTIK: TERAPEUTIK:
10.Berikan 10.Agar
Teknik mengetahui
nonfarmakolog cara
is untuk memberikan
mengurangi Teknik
TENS, s untuk
hipnosis, mengurangi
biofeedback, hipnosis,
teknik biofeedback,
terbimbing, aromaterapi,
hangat/dingin, terbimbing,
strategi dalam
meredakan pemilihan
nyeri strategi
meredakan
nyeri
EDUKASI: EDUUKASI:
penyebab, mengetahui
periode,dan penyebab,
strategi mengetahui
meredakan strategi
nyeri meredakan
nyeri
16. Anjurkan
16. Agar pasien
memonitor mengetahui
cara
nyeri secara
memonitor
mandiri
nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan 17. Agar
menggunaka mengetahui
n analgetik cara
secara tepat penggunaan
analgetik
secara tepat
18. Anjurkan 18. Agar
Teknik mengetahui
nonfarmakol cara
ogis untuk melakukan
mengurangi Teknik
rasa nyeri nonfarmakolo
gis untuk
mengurangi
rasa nyeri
KOLABORASI: KOLABORASI:
Kolaborasi Mengkolaborasi
pemberian pemberian
perlu perlu
2 Defisit nutrisi Status Nutrisi Manajemen Tindakan
(D.0019) (L.03030) Nutrisi
(I.03119)
Defisit nutrisi Setelah OBSERVASI: OBSERVASI:
berhubungan dengan dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
Ketidakmampuan pemberian status nutrisi mengetahui
menelan makanan, asupan nutrisi status nutrisi
Ketidakmampuan untuk memenuhi 2. Identifikasi 2. Untuk
mencerna makanan, kebutuhan alergi dan mengetahui
Ketidakmampuan metabolisme intoleransi alergi dan
mengabsorbsi status nutrisi makanan intolerasi
nutrien, Peningkatan dapat membaik makanan
kebutuhan dengan kriteria 3. Identifikasi 3. Untuk
metabolisme, Faktor hasil: makanan yang mengetahui
ekonomi (mis. disukai makanan yang
1.kekuatan otot
Finansial tidak disukai
mengunyah
mencukupi), Faktor 4. Identifikasi 4. Untuk
menurun
psikologis (mis. kebutuhan mengetahui
menjadi
Stress, keengganan kalori dan kebutuhan
meningkat
untuk makan) jenis nutrien kalori dan
Di tandai dengan 2.kekuatan otot jenis nutrient
berat badab menurun menelan 5. Identifikasi 5. Untuk
minimal 10% menurun perlunya mengetahui
dibawah rentang menjadi penggunaan perlunya
ideal, cepat kenyang meningkat selang penggunaan
setelah makan, nasogastrik selang
3.serum albumin
kram/nyeri abdomen, nasogastrik
menurun
nafsu makan 6. Monitor 6. Untuk
menjadi
menurun, bising usus asupan mengetahui
meningkat
hiperaktif, otot makanan cara
pengunyah lemah, 4.nafsu makan memonitor
membrane mukosa menurun asupan
pucat, sariawan, menjadi makanan
serum albumin turun, meningkat 7. Monitor berat 7. Untuk
rontok berlebihan, badan mengetahui
5.minuman
diare. cara
yang sehat
menjadi memonitor
meningkat berat badan
TERAPEUTIK: TERAPEUTIK:
secara meningkat
menarik dan
suhu yang
sesuai
11.berikan 11. untuk
makanan mencegah
EDUKASI: EDUKASI:
yang mengetahui
TERAPEUTIK: TERAPEUTIK:
4. Pertahankan 4. Untuk
kepatenan jalan mengetahui
nafas dengan Pertahankan
head- tilt dan kepatenan jalan
chin- lift (jaw- nafas dengan
thrust jika curiga head- tilt dan
trauma servikal) chin- lift (jaw-
thrust jika curiga
trauma servikal)
5. Posisikan 5. Untuk
semi-fowler melancarkan
atau fowler jalan nafas
7. Lakukan 7. Untuk
fisioterapi mengetahui
dada, jika cara
perlu melakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu
8. Lakukan 8. Untuk
penghisapan mengetahui
lendir kurang cara
dari 15 etik penghisapan
lendir kurang
dari 15 etik
9. Untuk
9. Lakukan mengetahui cara
hiperoksigen melakukan
asi sebelum hiperoksigena si
penghisapan sebelum
endotrakeal penghisapan
endotrakeal
10.Keluarkan 10.Untuk
sumbalan mengetahui
benda padat cara
Dengan Mengeluarkan
sumbalan
benda padat
dengan forsep
McGill
11.Berikan 11. Untuk
EDUKASI: EDUKASI:
12.Anjurkan 12.Mencegah
jika tidak
kontraindi
kasi
13.Ajarkan 13. Untuk
Kolaborasi Mengkolaborasi
pemberian pembarian
bronkodilator, bronkodilato,
ekspektoran, ekspektoran,
perlu perlu
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurun, 2017). Jenis evaluasi ada dua, yaitu:
1. Evaluasi berjalan (Formatif)
Evaluasi ini bekerjakan dalam pengisian format catatan perkembangan dengan
berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien, format yang dipakai
adalah format SOAP:
S: Data subjektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan apa yang dirasakan,
keluhkan, dan dikemukakan.
O: Data objektif Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan
A: Analisis
Penelian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
perkembangan ke arah perbaikan atau kemunduran
P: Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatasi
yang berisi melanjutkan perencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.
2. Evaluasi akhir (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujua yang
akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan antara keduannya, mungkin semua
tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar dapat data-data,
masalah atau rencanayang perlu di modifikasi. format yang dipakai adalah
format SOAPIER!
S: Data subjektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan, dan di kemukakan klien.
O: Data objektif
Perkembangan objektif yang bisa diamati dan di ukur oleh perawat atau tim
kesehatan
A: Analisa
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apa
perkembangankearah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencana
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas
yang berisimelanjutkan perencanaan keadaan atau masalahbelum teratasi.
I: Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.
E: Evaluasi
Yaitu penilaian tentang mana rencana tindakan dan evaluasi telah
dilaksanakan dansejauh mana masalah klien.
R:Reassesment Bila hasil evaluasi menunjukan masalah belum teratasi,
pengkajian ulang perlu dilakukan melalui proses pengumpulan data subjektif,
objektif, danproses analisisnya
DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry. 1983. Shock: Comprehensive Nursing Management. St. Louise,
Missouri:Mosby Company.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Konsep, proses dan praktik. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC.
Tim pokja SDKI DPP PPNI, (2017), “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
“Edisi 1 Jakarta, Persatuan perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). "Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
"EdisiI Jakarta, Persatuan perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2019), standar Luaran Keperawatan "Indonesia (SLKI) Edisi
1, Jakarta, persatuan perawat Nasional Indonesia