Disusun oleh:
Disusun oleh:
Mahasiswa
Mengetahui
(_____________ __________) (_ )
NIP: NIP:
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius
yang berhubungan dengan defisiensi faktor VIII, IX, atau XI. Biasanya hanya terdapat
pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif (Mansjoer, 2000).
Jadi hemofilia adalah kelainan koagulasi darah yang disebabkan oleh tidak adanya
salah satu faktor pembekuan darah terutama pada faktor VIII, IX atau XI yang hampir
seluruhnya penyakit ini timbul pada laki-laki.
B. Etiologi
1. Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah menurun dari generasi ke
generasi lewat wanita pembawa sifat (carrier) dalam keluarganya, yang bisa secara
langsung maupun tidak. Di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23 pasang
kromosom dengan berbagai macam fungsi dan tugasnya. Kromosom ini menentukan
sifat atau ciri organisme, misalnya tinggi, penampilan, warna rambut, mata dan
sebagainya. Sementara, sel kelamin adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang
menentukan jenis kelamin makhluk tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom
X dan satu kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X. Pada kasus
hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak adanya protein faktor
VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang diperlukan bagi komponen dasar
pembeku darah (fibrin) (Price, 2006)
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan
kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang
fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktivasi reduksi dapat menurunkan jumlah
protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi
kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif,
fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktivasi faktor
X yang kompleks (”Xase”), sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini
dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya aktivitas faktor X yang aktif
dimana berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin
mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan
mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam penyembuhan luka
(Price, 2006).
C. Patofisiologi
Tanpa faktor VIII, jalur koagulasi intrinsik terganggu dan terjadi perdarahan
hebat hanya dari luka kecil atau robekan mikrovaskuler. Perdarahan biasanya terjadi di
persendian dan dapat menimbulkan nyeri hebat serta ketidakmampuan. (Corwin, 2009)
2. Tahap Kedua: Perubahan protrombin menjadi thrombin. Tahap ini dikatalisasi oleh
tromboplastin, faktor IV, V, VII dan X.
3. Tahap Ketiga: Perubahan fibrinogen menjadi fibrin Tahap ini dikatalisasi trombin,
TF 1 dan TF 2
D. Pathway
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinis yang sering terjadi pada klien dengan hemofilia adalah adanya
perdarahan berlebihan secara spontan setelah luka ringan, pembengkakan, nyeri, dan
kelainan-kelainan degeneratife pada sendi, serta keterbatasan gerak. Hematuria spontan
dan perdarahan gastrointestinal juga kecacatan terjadi akibat kerusakan sendi (Handayani,
Wiwik, 2008).
Pada penderita hemofilia ringan perdarahan spontan jarang terjadi dan perdarahan
terjadi setelah trauma berat atau operasi,. Pada hemofilia sedang, perdarahan spontan
dapat terjadi atau dengan trauma ringan. Sedangkan pada hemofilia berat perdarahan
spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam sendi, otot dan organ dalam.
Perdarahan dapat mulai terjadi semasa janin atau pada proses persalinan. Umumnya
penderita hemofilia berat perdarahan sudah mulai terjadi pada usia di bawah 1 tahun.
Perdarahan dapat terjadi di mukosa mulut, gusi, hidung, saluran kemih, sendi lutut,
pergelangan kaki dan siku tangan, otot iliospoas, betis dan lengan bawah. Perdarahan di
dalam otak, leher atau tenggorokan dan saluran cerna yang masif dapat mengancam jiwa.
Hematoma intramaskuler terjadi pada otot – otot fleksor besar, khususnya pada
otot betis, otot-otot region iliopsoas (sering pada panggul) dan lengan bawah. Hematoma
ini sering menyebabkan kehilangan darah yang nayata. Pendarahan intracranial bisaterjadi
secara spontan atau trauma yang menyebabkan kematian. Retriperitoneal dan
retrofaringeal yang membhayakan jalan nafas dan mengancam kehidupan.Kulit mudah
memar, Perdarahan memanjang akibat luka, Hematuria spontan, Epiktasis, Hemartrosis
(perdarahan pada persendian menyebabkannyeri, pembengkakan, dan keterbatasan gerak,
Perdarahan jaringan lunak. Pembengkakan, keterbatasan gerak, nyeri dan kelainan
degenerative pada persendian yang lama kelamaan dapat mengakibatkan kecacatan (Aru
et al, 2010).
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang lazim dilakukan pada klien ini adalah sebagai berikut:
1. Pemberian konsentrat faktor VIII dan IX pada klien yang mengalami perdarahan aktif
atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi dan pembedahan.
2. Penggantian faktor VIII. Faktor VIII mungkin dari konsentrat plasma beku yang
didonasi dari ayah anak yang terkena atau mungkin dihasilkan dari teknik antibodi
monoklonal. Ekstrak plasma faktor VIII dari donor multipel tidak lagi digunakan
karena resiko penyebaran infeksi virus seperti HIV, Hepatitis B, dan hepatitis C
(Corwin, 2009).
3. Pengobatan hemofilia menganjurkan pemberian infus profilaktik yang dimulai pada
usia 1 hingga 2 tahun pada anak-anak yang mengalami defisiensi berat untuk
mencegah penyakit sendi kronis.
4. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM. Aspirin adalah obat antikoagulan
selain itu pemberian obat melalui suntikan memperbesar resiko perdarahan.
5. Perawatan terhadap pasien dengan hemofilia harus selalu waspada jangan sampai
pasien terjatuh/terbentur, atau bila selesai menyuntik dan mengambil darah bekas
jarum harus ditekan lebih lama. Jika tidak segera berhenti dipasang pembalut penekan
atau ditindih dengan eskap. Jika terpaksa memasang kateter urine atau pipa lambung
harus hati-hati sekali. Perhatikan sesudah beberapa saat apakah terlihat perdarahan
(Ngastiyah; 2005).
Health Education
1. Orang tua pasien perlu dijelaskan bahawa anaknya menderita penyakit darah sukar
membeku, jika sampai terluka atau terbentur/terjatuh dapat terjadi perdarahan di
dalam tubuh. Oleh karena itu orang tua diharapkan agar waspada terhadap anaknnya.
2. Bila anak sudah sekolah sebaiknya gurunya juga diberitahu bahawa anak itu
menderita hemofilia. Bila perlu diberikan label seperti gelang sehingga bila anak
tersebut mengalami perdarahan segera mendapat pertolongan.
3. Selama masa awal kehidupan, tempat tidur dan mainan harus diberi bantalan, anak
harus diamati seksama selama belajar berjalan (Ngastiyah; 2005).
H. Komplikasi
1. Pengkajian
a. Nyeri akut b.d perdarahan sendi dan kekauan ekstremitas akibat adanya hematom
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen ditandai dengan perubahan karakteristik kulit, warna kulit pucat, dan
kelemahan
3. Intervensi
Diagnosa keperawatan
No SLKI SIKI
(SDKI)
1. Nyeri akut berhubungan Tujuan: Setelah diberikan Manajemen nyeri
dengan perdarahan sendi dan asuhan keperawatan, Observasi
kekauan ekstremitas akibat diharapkan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
adanya hematom dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
Ditandai dengan: 1. Keluhan nyeri menurun nyeri.
1. mengeluh nyeri, 2. Tampak meringis 2. Identifikasi skala nyeri
2. tampak meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri
3. bersikap protektif (mis. 3. Sikap protektif menurun non verbal
waspada, menghin dari 4. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
nyeri), 5. Kesulitan tidur menurun memperberat dan
4. gelisah, 6. Frekuensi nadi memperingan nyeri
5. frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengaruh budaya
meningkat, 7. Tekanan darah terhadap respon nyeri
6. sulit tidur, membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri
7. tekanan darah meningkat 8. Pola napas membaik pada kualitas hidup
8. pola napas berubah 7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang suda
diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
9. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemelihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
13. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
16. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
17. Ajarkan teknis
nonfarmakologi untuk
meredakan nyeri.
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
analgetik,
19. Pemberian konsentrat factor
VIII dan IX
20. Asam tranexamic
2. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Setelah diberikan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan asuhan keperawatan, 1. Monitor frekuensi irama,
Ketidakseimbangan diharapkan pertukaran gas kedalaman dan upaya napas
ventilasi-perfusi pasien meningkat 2. Monitor pola napas
3. Moitor adanya produksi
Ditandai dengan: kriteria hasil: spuntum
1. Dyspnea, 4. Atur interval pemantauan
2. PCO2 menurun, 1. Tidak ada dyspnea respirasi sesuai kondisi klien
3. PO2 menurun, 2. PCO2 meningkat 5. Dokumentasikan hasil
4. takikardia, 3. PO2 normal Pemantauan
5. pH arteri 4. Tidak ada takikardia 6. Jelaskan tujuan dan prosedur
6. meningkat, 5. pH arteri menurun pemantauan
7. adanya bunyi napas 6. Airway clear 7. Informasikan hasil
tambahan, 7. Tidak pusing Pemantauan
8. pusing, 8. Penglihatan tidak Kabur Terapi oksigen
9. penglihatan kabur 9. Tidak ada sianosis 8. Monitor kecepatan aliran
10. sianosis, 10. Tidak ada Diaforesis oksigen
11. diaforesis, 11. Tidak gelisah 9. Monitor posisi alat terapi
12. gelisah, 12. Tidak terjadi napas oksigen
13. napas cuping hidung, cuping hidung 10. Monitor efektifitas terapi
14. pola napas abnormal 13. Warna kulit tidak Pucat oksigen
15. warna kulit pucat 14. Kesadaran 11. Bersihkan secret pada mulut
16. kesadaran Menurun composmentis hidung dan trakea
12. Pertahankan kepatenan jalan
napas
13. Kalaborasi penentuan dosis
oksigen
14. Kalaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas/ tidur
Dukungan ventilasi
15. Identifikasi adanya kelelahan
otot bantu napas
16. Identifikasi efek perubahan
posisi terhadap status
pernapasan
17. Monitor status respirasi dan
oksigenasi
18. Pertahankan kepatenan jalan
napas
19. Berikan posisi semi fowler
20. Ajarkan melakukan tehnik
relaksasi napas dalam.