DI SUSUN OLEH :
NAMA : TINA LESTARI, S.Kep
NPM : 2014901110090
1
LAPORAN PENDAHULUAN
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)
1.1. Definisi
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa
disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi normal
yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi
fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan
rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari
kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot)
yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus
berasal dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah
dalam/medial).
CTEV adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke dalam garis
tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini disertai dengan
meningginya tepi dalam kaki (supinasi) dan pergeseran bagian anterior kaki
sehingga terletak di medial aksis vertikal tungkai (adduksi). Dengan jenis kaki
seperti ini arkus lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam keadaan equinus (plantar
flexi). CTEV adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi Plantar flexi
talocranialis karena m. Tibialis anterior lemah, Inversi ankle karenam.
Peroneus longus, brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar dan midtarsal.
Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
deformitas umum dimana kaki berubah/bengkok dari keadaan atau posisi
normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut
dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang
berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan
ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya :
- Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
- Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
- Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada
2
tumit
- Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit
1.2 Klasifikasi CTEV
Literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu :
1.3 Penyebab CTEV
Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum
diketahui pasti tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal
positioning, Genetic, Cairan amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit pada
waktu hamil(oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang kala
3
ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau displasia
dari rongga panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan berhubungan
dengan CTEV:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak
dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel
germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang
mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12
kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain
hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar
minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu
deformitasclubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah
minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang.
Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada
faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”.“Cronon” ini memandu
waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif
(lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic
(cronon).
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine
crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom
nomer 18
8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan
dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)
9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina
bifida
10. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung
4
1.4 Patofisiologi CTEV
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui.
Beberapa ahli mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal
atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa
kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.
Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan
deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 %
kasus. Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000
kelahiran. Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki
belakang, varus kaki belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan dan
berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi
talonavikuler. Pada anak yang lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih nyata
daripada bayi, tanpa memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau
5
fungsionalnya.
1.5 Manifestasi Klinis CTEV
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat
relatif memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau
cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.
6
Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal
yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot
betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat
diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari
posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki
equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin
yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak
sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke
posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya
deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi
pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada
kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak
terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan
korpus talus pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal
anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran
medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah
antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis
bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya
perputaran subtalar ke medial.
8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot
tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur
sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor
jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek.
Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina
bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus
diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi.
» Diagnosis Banding
7
1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat
dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik
dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali.
2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja.
Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi
dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.
1.7 Penatalaksanaan CTEV
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif.
Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
1. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk
penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri
dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial
“cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi
tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi
medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa
hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir
pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif,
dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan,
memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di
“cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
8
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan
koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan
pada anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang
lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting
pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup
tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast”
secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
o Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit
pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
9
Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
2. Operatif
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
o Jika terapi dengan gibs gagal
1.8 Komplikasi CTEV
1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada
terapi konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus
oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi
mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi
setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah
terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang,
sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari
kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu,
dan jarang memerlukan cangkok kulit.
10
2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi
setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan
tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati
infeksi.
3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah
dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi
terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan
deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan
bertambahnya usia
4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
1. Data Demografi Klien :
Berupa nama, usia, jenis kelamin, suku / bangsa, alamat, agama,
tanggal MRS, jam MRS, diagnosa. CTEV pada umumnya sering
terjadi pada bayi dengan jenis kelamin perempuan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dikeluhkan oleh sebagian besar klien adalah
bentuk kaki bayi terlihat tidak normal
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang
dirasakan saat ini.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit
klien saat ini.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
11
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan.
6. Riwayat Imunisasi
Meliputi imunisasi: BCG, DPT, Hepatitis, Polio
7. Riwayat Kehamilan
Meliputi prenatal, natal dan postnatal yang berkaitan dengan faktor
resiko penyebab CTEV
12
2. Kurang pengetahuan tentang proses pengobatan b/d kurang
informasi
3. Nyeri akut b/d luka post operasi
4. Resiko infeksi b/d tindakan invasif, insisi post pembedahan
5. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik pemasangan gips
6. Ansietas b/d ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa
sekunder akibat prosedur invasif yang akan dijalani
7. Hambatan mobilitas fisik b/d kekuatan dan ketahanan sekunder
akibat kerusakan muskuloskeletal: CTEV dan alat eksternal
berupa gips
8. Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder
akibat kehilangan fungsi tubuh
9. Risiko jatuh b/d gips dan perubahan mobilitas sekunder akibat
tidak dapat berdiri dengan telapak kaki rata diatas tanah
NIC :
a. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misal riwayat anak,
lingkungan keluarga, riwayat pranatal dan pascanatal, skrining
perkembangan)
b. Identifikasi harapan orangtua kepada anak di masa depan
13
c. Bantu keluarga untuk menemukan sumber-sumber dan dukung usaha
koping
d. Bantu klien untuk mencapai tingkat perkembangan selanjutnya
melalui penugasan tugas-tugas spesifik yang sesuai dengan tingkatnya
e. Bina hubungan terapeutik dan saling percaya dengan pengasuh anak
f. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung aktivitas dengan anak
lain
g. Ajarkan pada keluarga tentang penanda perkembangan yang normal
dan perilaku yang sesuai dengan usia anak
h. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dan orthopedik
14
b. Klien dapat menggunakan metode pencegahan
c. Klien melaporkan nyeri berkurang atau sudah terkontrol
NIC :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Ajarkan tentang teknik non farmakologis, misalnya teknik distraksi
c. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri bila diperlukan
d. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15
a. Menunjukkan integritas jaringan kulit yang dibuktikan oleh
indikator:
1) Suhu hangat, kulit elastis, kelembapan terjaga, dapat
merasakan sensasi
2) Perfusi jaringan dalam kondis baik
3) Keutuhan kulit terjaga
b. Keluarga menunjukkan rutinitas perawatan area yang di gips
yang optimal
c. Eritema kulit dan eritema di sekitar area yang di gips minimal
NIC :
a. Observasi adanya kemerahan, pembengkakan, atau tanda-tanda
dehisensi atau eviserasi pada area yang di gips dan sekitarnya
b. Skin care: graft site
1) Pastikan bahwa semua tepi gips halus dan bebas dari
proyeksi pengiritasi
2) Jangan membiarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam
gips
3) Waspadai anak yang lebih besar untuk tudak memasukkan
benda-benda kedalam gips, jelaskan mengapa ini penting
4) Jaga agar kulit yang terpajan tetap bersih dan bebas dari
iritan
5) Lindungi gips selama mandi, kecuali jika gips sintetik tahan
terhadap air
6) Selama gips dilepas, rendam dan basuh kulit dengan
perlahan
c. Swallonging therapy
1) Dorong untuk ambulasi sesegera mungkin
2) Ajarkan penggunaan alat mobilisasi seperti kurk untuk kaki
yang di gips
3) Dorong anak dengan alat ambulasi untuk berambulasi segera
setelah kondisi umumnya memungkinkan
4) Dorong aktivitas bermain dan pengalihan
16
5) Dorong anak untuk menggunakan sendi-sendi di atas dan di
bawah gips
d. Ajarkan keluarga tentang perawatan area yang di gips, termasuk
tanda dan gejala abnormal, serta menghindari penekanan pada area
tersebut.
e. Pressure management
1) Tinggikan ekstremitas yang di gips
2) Kaji bagian gips yang terpajan untuk mengetahui adanya
nyeri, , nyeri bengkak, perubahan warna (sianosis atau
pucat), pulsasi, hangat, dan kemampuan untuk bergerak
3) Rawat gips basah dengan telapak tangan, hindari penekanan
gips dengan ujung jari (gips plester)
4) Tutupi tepi gips yang kasar dengan ” petal” adesif
5) Jangan menutupi gips yang masih basah
6) Jangan mengeringkan gips dengan kipas pemanas atau
pengering
7) Gunakan kipas biasa di lingkungan dengan kelembaban
tinggi
8) Bersihkan area yang kotor dari gips dengan kain basah dan
sedikit pembersih putih yang rendah abrasive
NOC :
a. Klien mengatakan sudah siap menghadapi operasi demi
kesembuhannya
b. Klien tidak menangis dan tidak lagi mengeluarkan keringat dingin
c. Klien terlihat tenang
17
NIC:
a. Mengkaji tingkat kecemasan termasuk aktifitas fisik setiap 4 jam
sekali
b. Gali bersama klien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas di masa lalu
c. Dampingi klien, bicara dengan tenang, dan berikan ketenangan serta
rasa nyaman
d. Dorong klien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasi ansietas
e. Jelaskan pada klien bahwa apa yang akan dihadapinya untuk kebaian
dan kesembuhannya
f. Ajarkan teknik imajinasi terbimbing dan relaksasi progresif
g. Berikan reinforcement positif ketika klien mampu mengatasi ansietas
h. Berikan permainan yang disukai klien
i. Meminta keluarga untuk memberi support dan memenuhi kebutuhan
klien
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam, klien siap
dan mampu berimobilisasi
NOC :
a. Klien mampu berimobilisasi tanpa menggunakan perantara atau alat
bantu
b. Kaki klien normal (tidak bengkok)
c. Klien dapat berdiri dengan telapak kaki rata diatas tanah
NIC :
a. Lakukan ROM aktif untuk mencegah kontraktur terutama ekstremitas
bawah
b. Siapkan kondisi fisik dan emosi anak akan dilakukannya tindakan
operasi
18
c. Kolaborasi dengan dokter terkait pelaksanaan tindakan operasi kaki
klien
d. Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri pasca
tindakan operasi
e. Dorong untuk ambulasi sesegera mungkin setelah kondisi umumnya
memungkinkan
f. Bantu anak untuk belajar berjalan dengan posisi yang benar mulai dari
mengelilingi kamar sampai berhasil berjalan di lingkungan luar
g. Dorong aktivitas bermain dan pengalihan
h. Beritahu keluarga untuk mencegah aktifitas yang berat selama proses
penyembuhan agar tidak terjadi dislokasi
NIC :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai
penampilan dirinya
b. Gunakan bermain peran untuk membantu pengungkapan
c. Fokuskan anak pada perubahan tubuh
d. Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional.
Dukung keluarga dalam upaya beradaptasi
e. Dorong kunjungan dari teman sebaya dan keluarga (surat, telepon)
f. Beri kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami
pengalaman yang sama
g. Bantu resolusi melalui pembedahan yang membuat perubahan citra
tubuh
19
9. Risiko jatuh b/d gips dan perubahan mobilitas sekunder akibat tidak
dapat berdiri dengan telapak kaki rata diatas tanah
DAFTAR PUSTAKA :
20
Wong, Donna L., Whaley & Wong’s Nursing Care of Infants and Children, Fifth
Edition, Mosby Company, Missouri,1995
21
Ners Muda
22