Anda di halaman 1dari 8

GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER

A. ANATOMI FISIOLOGI

Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan kesehatan di mana arteri menyempit
atau tersumbat. Biasanya disebabkan oleh penumpukan plak, yang terbentuk dari beragam zat
yang ditemukan dalam darah. Zat yang dimaksud di antaranya, kalsium, lemak, dan
kolesterol. Jumlah kecil dari zat-zat tersebut dapat tertinggal di dinding arteri yang dilalui
oleh aliran darah. Zat yang tertinggal lama kelamaan menyebabkan obstruksi yang
mengurangi aliran darah ke organ tertentu. Jika obstruksi cukup besar, ada kemungkinan
darah tidak bisa mengalir sama sekali.

Seperti namanya, PAP menyerang arteri perifer di kepala, perut, dan anggota gerak. Namun,
gangguan ini lebih sering memengaruhi pembuluh darah yang memasok darah ke kaki. Jika
telah terjadi, pasien umumnya merasakan keram, mati rasa, dan nyeri. Selain itu, risiko
infeksi serius juga meningkat yang dapat menyebabkan kematian jaringan dan amputasi.
Kedua komplikasi tersebut dapat terjadi jika kaki tidak menerima nutris dan oksigen yang
cukup untuk melawan infeksi.

Risiko berkembangnya PAP lebih besar pada mereka yang memiliki diabetes tidak terkontrol
dan tekanan darah tinggi. Selain itu, risiko lebih tinggi dimiliki oleh mereka yang obesitas
dan merokok.

B. DEFINISI

Peripheral arterial disease (PAD) atau penyakit arteri perifer adalah kondisi di mana aliran darah
ke tungkai tersumbat akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri).
Dampaknya, tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat berjalan.
Penyakit arteri perifer terkadang tidak menimbulkan gejala dan berkembang secara perlahan.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit arteri perifer bisa memburuk hingga menimbulkan
kematian jaringan, dan berisiko untuk diamputasi.
Penyakit ini dipicu oleh berbagai kondisi akibat gaya hidup yang tidak sehat, seperti
hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, cara paling efektif untuk
mencegah penyakit arteri perifer adalah menjalankan gaya hidup sehat, yaitu dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga.
C. ETIOLOGI

Sama halnya dengan penyakit jantung koroner dan stroke, penyakit arteri perifer disebabkan
oleh penumpukan lemak di dinding pembuluh darah. Pada penyakit arteri perifer,
penumpukan ini terjadi di pembuluh darah arteri yang memasok darah ke tungkai.
Timbunan lemak dapat membuat arteri menyempit, sehingga aliran darah ke tungkai menjadi
tersumbat. Proses ini disebut juga aterosklerosis, dan bisa terjadi di bagian tubuh mana pun.
Meskipun jarang terjadi, penyakit arteri perifer juga dapat disebabkan oleh peradangan pada
pembuluh darah arteri dan cedera pada tungkai.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri : Nyeri berat seperti kram pada ekstremitas disebabkan oleh ketidakmampuan
system arteri mencukupi kebutuan aliran darah kejaringan saat menghadapi
peningkatan kebutuhan akan nutrisi. Karena jaringan dipaksa menyelesaikan siklus
energy tanpa nutrisi, maka akan dihasilkan metabolit otot dan asam laktat. Nyeri akan
dirasakan ketika metabolit mengganggu ujung syaraf jaringan sekitarnya.
2. Perubahan kulit : Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas yang
dingin dan pucat, kekurangan oksigen, sianosis.
3. Denyut nadi lemah
4. Penyakit arteri oklusif mengganggu aliran darah dan dapat menurunkan atau
menghilangkan denyutan nadi pada ekstremitas.
5. EdemaPenurunan aliran darah vena mengakibatkan peningkatan tekanan vena, diikuti
peningkatan tekanan hidrostatik perifer, filtrasi bersih cairan keluar dari kapiler ke
rongga intertisial, dan selanjutnya terjadi edema
6. Kelemahan, ganggren, kesemutan dan disfungsiereksi
7. Gangguan akan terjadi setelah iskemia berat yang lama dan menunjukan adanya
nekrosis jaringan.

E. PATOFISIOLOGI
PAP merupakan proses sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi arteri multipel
yang disebabkan oleh karena adanya 10 aterosklerosis, penyakit degeneratif, kelainan
displasia, inflamasi vaskuler (arteritis), trombosis in situ, dan tromboemboli. Dari sekian
proses patofisiologi yang mungkin terjadi, penyebab utama PAP yang paling banyak di dunia
adalah aterosklerosis. Aterosklerosis biasanya didahului oleh adanya disfungsi endotel.
Endotelium sehat, normalnya berfungsi untuk mempertahankan homeostasis pembuluh darah
dengan menghambat kontraksi sel otot polos, proliferasi tunika intima, trombosis, dan adhesi
monosit. Endotel memiliki peranan penting dalam meregulasi proses inflamasi dalam
pembuluh darah yang normal, yakni menyediakan permukaan antitrombotik yang
menghambat agregasi platelet dan memfasilitasi aliran darah. Endothelium normal mengatur
proses trombosis melalui pelepasan oksida nitrat, yakni NO, yang menghambat aktivasi
trombosit, adhesi, dan agregasi, serta mediator lain dengan kegiatan antitrombotik. Disfungsi
endotel berhubungan dengan sebagian besar faktor risiko penyakit kardiovaskular, yang
terkait dengan terjadinya mekanisme sentral pembentukan lesi aterosklerotik. Penurunan
kemampuan endotel untuk bervasodilatasi juga dikaitkan dengan faktor-faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Zat yang diperdebatkan sebagai zat paling penting yang berperan dalam
proses relaksasi pembuluh darah adalah Nitrat Oksida (NO). NO tidak hanya terlibat dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, tetapi juga memediasi penghambatan aktivasi trombosit,
adhesi, dan agregasi; mencegah proliferasi otot polos pembuluh darah; dan mencegah adhesi
leukosit pada endotel. Aktivitas biologis NO ternyata terganggu pada pasien dengan penyakit
vaskular aterosklerotik koroner dan pembuluh darah perifer.
F. PATHWAY

G. KOMPLIKASI
Jika Anda memiliki penyakit arteri perifer yang disebabkan oleh penumpukan plak
di pembuluh darah (aterosklerosis), Anda juga memiliki risiko terkena :
 Iskemia kritis ekstremitas.
Kondisi ini dimulai dengan luka terbuka yang tidak sembuh, cedera atau infeksi
kaki. Kritis ekstremitas iskemia terjadi di saat seperti cedera atau infeksi berlanjut dan
dapat menyebabkan kematian jaringan (gangrene), kadang-kadang memerlukan
amputasi pada ekstremitas terpengaruh.

 Stroke dan serangan jantung.


Aterosklerosis menyebabkan tanda dan gejala dari penyakit arteri perifer yang
cukup parah pada kaki Anda.Timbunan lemak juga tercipta dalam arteri yang memasok
hati dan otak.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksaan gangguan pembuluh darah perifer merupakan kombinasi penatalaksan
aan medis dan bedah, serta harus disertai dengan kerjasama yang kuat dari pasien untuk me
nghentikan kebiasaan merokok dan perawatan kaki jika dengan/atau tanpa ulkus siskemik.
Penghentian kebiasaan merokok secara mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya
yang telah terbukti untuk mencegah progresivitas buerger’s disease. Mengurangi jumlah rok
ok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok dengan permen tembakau atau pengganti n
ikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap aktif. Tidak ada pengobatan atau pembedahan
yang efektif untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti merokok untuk mengurangi gejal
a-gejala yang dikeluhkan.

I. PENGKAJIAN
1. Identita klien :selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
2. Riwayat kesehatanKeluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah
sakit.Riwayat penyakit sekarang :tanda dan gejala klinis gangguan vaskuler perifer,
gejala yang mudah diamati adalah nyeri sperti kram yang hilang saat istirahat.
3. Riwayat penyakit dahulu :untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau
faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya. Komplikasi dari
penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan aterosklerosis.
Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain dapat
dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan vaskuler.
4. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.Pola nutrisi-
metabolik: kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah
(adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan
dan gangguan menelan.
5. Pola eliminasi: Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi
abdomen, tidak ada bising usus.
6. Pola aktifitas-latihan:Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
7. Pola tidur dan istirahat: Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan
gangguan penglihatan.
8. Pola sensorik Pemeriksaan fisik: fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem
respirasi
9. Pemeriksaan tanda-tanda vital : TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk
mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda
vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi
perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
10. Keluhan atau adanya nyeri: Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa
besar nyeri muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul
sehingga dapat diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya
nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang
mengami penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.
11. Pemeriksaan tanda-tanda vital :Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang
sangat penting dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan
kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan
kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan menurun dan juga tekanan
darah naik lama kelamaan akan menurun karena penurunan cardiac output. Oleh
karena itupengkajian terhadap tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai
indikasi awal adanya kelainan sistemik tubuh.
12. Pemantauan Hemodinamik :Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji
sistem hemodinamik tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi
juga akan berkurang, demikian juga cairan dan keseimbangan cairan akan
berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh.
13. Pemantauan perubahan penampakan dan temperature kulit– Aliran darah yang tidak
memadai mengakibatkan ekstremitas dingin– Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2
menit setelah ektremitas tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri
dimana pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi.
– Sianosis– Rambut hilang– Kuku rapuh– Kulit kering– Atropi dan ulserasi– Edema
bilateral atau unilateral
14. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Ganguuan perfusi jaringan berhubungan dengan gamgguan sirkulasi
b. Nyeri berhubungan dengan gangguam kemampuan pembuluh darah menyuplai.
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen.
d. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Dx Noc Nic
Gangguan perfusi Tujuan : a. Menurunkan ekstremitas
jaringan perifer b.d -meningkatkan suplai dibawah jantung.Rasional :
gangguan sirkulasi. -Ekstremitas hangat pada ekstremitas bawah yang
perabaan tergantung memperlancar
-Warna ekstremitas suplai darah arteri.
membaik b. Mendorong latihan jalan
-Melakukan seri latihan sedang atau latihan
Bueger Allen 6 kali, 4 kali ekstremitas bertahap
secukupnya Rasional: latihan otot
memperbaiiki aliran darah
dan pertumbuhan sirkulasi
kolateral.
c. Mendorong latihan postural
aktif
Nyeri b.d Tujuan: a. Merperbaiki sirkulasi
gangguan -menghilangkan nyeri Rasional: perbaikan sirkulasi
kemampuan Kriteria hasil: perifer meningkatkan oksigen
pembuluh darah -Nyeri hilang atau yang disuplai ke otak dan
menyuplai berkurang megurangi akumulasi
oksigen. metabolit yang menyebabkan
spasme otot.
b. Memberikan analgetik sesuai
dengan resep dengan
pendekatan keperawatan
yang sesuai.Rasional :
analgetik mengurangi nyeri
dan memungkinkan pasien
berpartisispasi dalam aktifitas
dan latihan memperbaiki
sirkulasi.
Risiko gangguan Tujuan : a. Menginstruksikan cara
integritas kulit b.d -pencapaian atau menghindari trauma terhadap
gangguan sirkulasi mempertahankan integritas ekstremitas.
jaringan. Rasional : jaringan dengan
Kriteria hasil: nutrisi buruk peka terhadap
-Menghindari trauma dan trauma dan infeksi bakteri,
iritasi kulit penyembuhan luka melambat
-Mengenakan sepatu dan berhenti sehubungan
pelindung-Setia kepada dengan perfusi jaringan yang
aturan hygiene buruk.
-Makan diet seimbang b. Memdorong pemakaian
yang mengandung cukup sepatu dan bantalan
protein, vitamin B dan pelindung pada daerah yang
vitamin C tertekan.Rasional : sepatu
dan bantalan pelindung
mencegah cedera dan lepuh
c. Mendorong hygiene ketat
mandi dengan sabun netral,
mengoleskn pelembab,
memotong kuku dengan hati-
hati.Rasional : sabun netral
dan pelembab mencegah
kekeringan dan pecah-pecah
kulit.
d. Diperingatkan untuk
menghindari gosokn atau
garukan kuat.
Rasional : menggaruk dan
menggosok dapat
menyebabkan abrasi kulit
dan invasi bakteri.
e. Promosi nutrisi yang baik
asupan vitanib B dan C yang
adekuat dan protein,
mengontrol obesitas.
Rasional : nutrisi yang bagus
akan berguna pada proses
penyembuhan dan mencegah
kerusakan jaringan.
Deficit Tujuan : patuh dalam a. Mengikutsertakan keluarga
pengetahuan menjalankan program atau orang terdekat dalam
mengenai aktifitas perawatan diri. program penyuluhan
perawatan diri. Kriteria hasil : Rasional : kepatuhan dalam
-Melakukan perubahan program perawatan dalam
posisi sesering yang meningkat apabila pasien
dianjurkan menerima dukungan dari
-Melakukan latihan keluarga dan kelompok
postural sesuai yang dukungan diri yang sesuai.
dianjurkan b. Memberikan instruksi tertulis
-Minum obat sesuai resep- mengenai perawatan kaki,
Melakukan upaya tungkai, dan program
pencegahan trauma perawatan.
-Melaksanakan program Rasional : instruksi tertulis
penatalaksaan stress sebagai pengingat dan
penguat informasi.
c. Merujuk kekelompok
bantuan diri sesuai keperluan,
misal klinik penghentian
rokok, penatalaksaan stress,
penatalaksaan berat badan,
dan program latihan.
DAFTAR PUSTAKA

Antono D, Ismail D. Penyakit arteri perifer. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,. Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S, editors. (2009).
Penyakit arteri perifer dalam ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Internal. Publishing.
Bart E, Paul G, Sheehan P. January 2005.

Javadian, F., Sepehri, Zahra., Khaje, Hamideh., Farazmand, Raziyeh., Gholipoura,


Naghmeh., Shahi, Zahra., 2014. Detection, susceptibility and molecular characterisation of
ESBL- producing E. coli causing urinary tract infection., 5(1), pp.291–299.

Kementrian Kesehatan RI, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinia Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer,
Jakarta.

Medical progress Ulcerative colitis. N. Engl J Med 365:1713-25. Danese S, Mantovani A.


2010. Inflammatory bowel disease and intestinal cancer:.

Anda mungkin juga menyukai