Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah diampu
oleh :
Ns., Sri Mulyani., S. Kep., M. Kep
Disusun oleh :
Risma Anggilia Wahyuningsih (2020200039)
Sistem kardiovaskuler dimulai pada jantung dimana dalam jantung terdapat lapisan
jantung, ruang-ruang jantung dan katub jantung. Jantung dalam prosesnya terbagi atas siklus
jantung, bunyi jantung, curah jantung, persyarafan jantung, aliran darah dalam tubuh, danyang
terakhir pembuluh darah jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot yang terletak di tengah
toraks,menempati rongga antara paru dan diafragma. Bentuk jantung menyerupaijantung
pisangdengan bagian atas tumpul (pangkal jantung) yang biasa disebut basis kordis. Di bagian
bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, berat badan, kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung
ialahmemompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen daqn zat nutrisi lain sambil
mengangkutkarbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Pada lapisan jantung terdiri dari pericardium, miokardium, dan endokardium. Sedangkan
pada ruang jantung terdiri dari atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri.Di
dalam jantung terdapat dua katup artrioventrikularis dan katup semilunaris. Masing-masing
katup ini memisahkan ruang-ruang jantung yang dilewati darah dalam dua siklus.Jantung
dalam siklusnya dimulai dari diastole baru kemudian ke systole yang mana padadiastole katup
atrio ventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena mengalir keatrium dan kemudian
ke ventrikuler, kontraksi otot atrium meningkat dan tekanan di dalamatrium dan mendorong
sejumlah darah ke ventrikel. Sedangkan pada systole, tekanan darahdi ventrikel dengan cepat
meningkat dan mendorong katup atrio ventrikularis untuk menutup, dengan konsekuensinya
tidak ada pengisian ventrikel dan atrium. Drah dariventrikel tidak dapat mengalir balik
keatrium. Peningkatan tekanan secara cepat di dalamventrikel akan mendorong katup
pulmonalis dan aorta terbuka dan darah kemudian masuk ke arteri pulmonalis dan ke aorta.
Volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuhdisebut curah jantung.
Curah jantung merupakan jantung darah yang dipompakan keluar jantung selama
satumenit, curah jantung dapat berubah-rubah tergantung kebutuhan jaringan perifer
akanoksigen dan nutrisi. Curah jantung orang dewasa normal sekitar 5 L/ menit. Pada curah
jantung sekuncup ialah volume darah yang keluar oleh ventrikel perdetik sekitar dua
pertigadari volume darah dalam ventrikel pada akhir diastole dikeluarkan. Volume darah
yangtersisa di dalam ventrikel pada akhir sistolik disebut volume akhir sistolik. Perubahan
dan stabilisasi curah jantung tergantung dari mekanisme yang mengatur kecepatan denyut
(persyarafan jantung).
Jantung dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom. Persyarafan ganda terhadap jantung di
koordinasi oleh pusat jantung di medulla oblongata otak, yang terdiri dari: syaraf simpatis
yang mempercepat frekuensi jantung serta memperkuat konteaksi jantung serta menyebabkan
penurunan kekuatan kontraksi melalui hantaran impuls ke nodus sinus atrial.
Setiap kerja jantung tersebut akan mengalirkan darah dalam tubuh. Aliran terdiri dari 4 aliran
yaitu:
1. Darah koroner ialah aliran darah yang menyuplai darah keseluruh jantung
dengandarah teroksigenasi, berasal dari aorta tepat di atas daun katup alka menempel.
2. Aliran darah portal atau disebut aliran darah balik adalah darah vena yang berasal
dariusus halus, usus besar, lambung-limpa dan hati.
3. Aliran darah pulmonal yang berasal dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis dan
bercabang ke paru-paru kiri dan kanan dan bercabang kembali ke alveoli.
4. Aliran darah sistemik berasal dari ventrikel kiri aorta masuk ke seluruh tubuh dan
pembuluh darah arteri bercabang menjadi arteriol kemudian menjadi kapiler dan
masuk ke dalam jantung/ sel kemudian keluar menjadi kapiler vena.
Lapisan pembuluh darah arteri terdiri dari: Tunika intima: lapisan yang paling
dalam,yang mengandung selapis sel endothelial dan menciptakan sebuah permukaan yang
licin dimana daerah dapat mengalir tanpa membeku. Tunika tengah atau tunika media,
yangterutama mengandung otot polos serta serabut elastis dan sejumlah serabut kolagen
sertamempunyai sedikit jaringan fibrosa dan Tunika luar/eksterna: lapisan paling luar, terdiri
dari jaringan ikat gembur untuk memperkuat dinding arteri dan jaringan fibrotic yang elastis.
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik
(dariseluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena
kava.Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya
danditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari
atriumkanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri
pulmonaliske paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin
oksigen kesirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2
segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Cor pulmonale adalah keadaan patologis dengan hipertrofi ventrikel kanan yang
disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan karena
penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung kongenital (bawaan) (WHO,
1963).
Cor pulmonale adalah suatu keadaan dimana terdapat hipertrofi atau dilantasi dari
vertikal kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit
intrinsik dari parenkim paru, didinding toraks mampu vaskuler paru. Cor pulmonal dapat
bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif, dan dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,
M dan Baktiyasa, B : 2003).
Cor pulmonale adalah penyakit jantung karena tekanan darah dalam pembuluh pembuluh
nadi paru. Penyakit jantung pulmonal terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru-paru
seperti emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru paru
dengan sulit ( F. Knight, Jhon: 1995).
Pulmonary heart disease dapat terjadi akut maupun kronik. Penyebab pulmonary heart
disease akut tersering adalah emboli paru masif, sedangkan pulmonary heart disease kronik
sering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada pulmonary heart
disease kronik umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan, sedangkan pada pulmonary heart
disease akut terjadi dilantasi ventrikel kanan.
Penulis menyimpulkan Cor pulmonal merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi
dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan, timbul akibat penyakit
yang menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya.
Tidak semua pasien PPOK akan mengalami pulmonary heart disease, karena banyak usaha
pengobatan yang dilakukan untuk mempertahankan kadar oksigen daraharteri mendekati
normal sehingga dapat mencegah terjadinya Hipertensi Pulmonal. Padaumumnya, makin berat
gangguan keseimbangan ventilasi perfusi, akan semakin mudahterjadi ganguan analisis gas
darah sehingga akan semakin besar terjadinya HipertensiPulmonal dan pulmonary heart
disease. Penyakit yang hanya mengenai sebagian kecil paru tidak akan begitu mempengaruhi
pertukaran gas antara alveoli dan kapiler sehingga jarang menyebabkan terjadinya Hipertensi
Pulmonal dan pulmonary heart disease.Tuberculosis yang mengenai kedua lobus paru secara
luas akan menyebabkan terjadinyafibrosis disertai gangguan fungsi paru sehingga
menyebabkan terjadinya pulmonaryheart disease. Hipoventilasi alveoli sekunder akibat sleep
apnea syndrome tidak jarangdisertai dengan Hipertensi Pulmonal dan pulmonary heart disease
Kronik.
Sirkulasi paru-paru terletak diantara ventrikel kanan dan kiri untuk tujuan pertukaran gas.
Dalam keadaan normal, aliran darah dalam anyaman vaskuler paru-parutidak hanya tergantung
dari ventrikel kanan tetapi juga dari kerja pompa pada pergerakan pernafasan. Karena sirkulasi
paru-paru normal merupakan sirkulasi yang bertekanan dan resistensi rendah, maka curah
jantung dapat meningkat sampai beberapakali (seperti yang terjadi pada waktu latihan fisik)
tanpa peningkatan bermakna daritekanan arteria besarnya kapasitas anyaman vaskuler paru-paru,
dimana perfusi normalhanya 25% dalam keadaan istirahat, serat kemampuan untuk
menggunakan lebih banyak pembuluh sewaktu latihan fisik.
C. Etiologi
Penyakit-penyakit yang menyebabkan cor pulmonal adalah penyakit yang secara primer
menyerang pembuluh darah paru-paru, seperit emboli paru-paru berulang, dan penyakit yang
menganggu aliran darah paru paru akibat penyakit pernapasan obstruktif dan restriktif. PPOM
terutama jenis bronkitis, merupakan penyebab tersering dari cor pulmonal. Penyakit-penyakit
pernafasan restriktif yang menyebabkan cor pulmonaldapat berupa penyakit - penyakit
“intrinsik” seperti fibrosis paru - paru difus, dan kelainan “ekstrinsik” seperti obesitas yang
ekstrim, kifoskoliosis atau gangguan neuro muskuler berat yang melibatkan otot-otot
pernafasan. Akhirnya penyakit vaskuler paru - paru yangmengakibatkan obstruksi terdapat
aliran darah dan cor pulmonal cukup jarang terjadi dan biasanya merupakan akibat dari
emboli paru-paru berulang.
Secara garis besar penyebab Cor Pulmonal dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
c. Penyakit Vaskuler Paru, emboli paru berulang atau emboli paru pasif. Emboli paru yang
masih pasif merupakan penyebab tersering dari Cor Pulmonal Akut sedangkan emboli
paru berulang dapat menyebabkan Cor Pulmonal Kronis, Hipertensi Pulmonal Primer,
Anemia sel sabit, scleroderma.
d. Penyakit pembuluh darah paru-paru. Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis
akibat penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru paru.
a. Umum.
b. Batuk batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung dan gagal
jantung.
c. Klinis.
a) CP akibat emboli paru: sesak tiba-tiba pada saat istirahat, batuk-batuk dan
hemoptisis.
c) CP dengan hipertensi Pulmonal Primer: sesak nafas dan sering pingsan jika
beraktifitas (exertional syncope).
e) CP dengan kelaina jantung kanan: bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
d. Tambahan Sianosis, vena leher distensi, ventrikel kana menonjol, clubbing fingers.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing
respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal
jantungkanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan
atas dapat juga muncul.
E. Patofisiolog
Patofisiologi cor pulmonale dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan pengisian
jantung (cardiac filling pressure) kanan karena hipertensi pulmonal akibat penyakit pada sistem
pernapasan. Konsensus para ahli menyebutkan bahwa disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan
disfungsi ventrikel kanan tidak dimasukkan dalam cor pulmonale.
Cor pulmonale kronis dapat disebabkan oleh perubahan struktural yang terjadi akibat hipertensi
pulmonal (hipertrofi atau dilatasi) atau gangguan fungsi ventrikel kanan yang berhubungan
dengan penyakit paru kronis atau hipoksemia (misal hipertensi pulmonal grup 3).
Hipertensi pulmonal akan meningkatkan tekanan arteri dan resistensi pulmonal. Hal ini
meningkatkan usaha jantung saat memompa darah. Jika terus berlangsung, akan terjadi
hipertrofi, dilatasi, dan berujung pada gagal ventrikel kanan.
Patofisiologi yang mirip juga terjadi pada cor pulmonal yang disebabkan penyakit paru kronis.
Pada penyakit paru kronis, akan terjadi hipoksia, yang kemudian menyebabkan polisitemia dan
hiperviskositas darah, penurunan aliran darah kapiler paru, serta asidosis dan hiperkapnia.
Selanjutnya, akan terjadi hipertensi pulmonal, yang berujung pada hipertrofi, dilatasi, dan gagal
ventrikel kanan.
Cor pulmonale akut sering disebabkan oleh emboli paru dan acute respiratory distress syndrome
(ARDS). Pada emboli paru yang masif, peningkatan resistensi arteri pulmonal secara tiba-tiba
dapat menyebabkan cor pulmonale.
Terapi medis untuk pulmonary heart disease kronis di fokuskan pada penatalaksanaan
untuk penyakit paru dan peningkatan oksigenasi serta peningkatan fungsi ventrikel kanan dengan
menaikkan kontraktilitas dari ventrikel kanan dan menurunkan vasokonstriksi pada pembuluh
darah di paru. Pada pulmonary heart disease akut akan dilakukan pendekatan yang berbeda yaitu
di fokuskan pada kestabilan klien.
Untuk mendukung system kardiopulmonal pada klien dengan pulmonary heart disease
harus diperhatikan mengenai kegagalan jantung kanan yang meliputi masalah pengisian cairan di
ventrikel dan pemberian vasokonstriktor (epinephrine) untuk memelihara tekanan darah yang
adekuat. Tetapi pada dasarnya penatalaksanaan akan lebih baik jika di fokuskan pada masalah
utama, misalnya pada emboli paru harus dipertimbangkan untuk pemberian antikoagulan, agen
trombilisis atau tindakan pembedaham embolektomi. Khususnya jika sirkulasi terhambat akan
dipertimbangkan pula pemberian broncodilator dan penatalaksanaan infeksi untuk klien dengan
PPOK; pemberian steroid dan imunosupresif pada penyakit fibrosis paru.
Terapi non farmakologis yaitu : perubahan gaya hidup, monitoring , dan control faktor
resiko.
Terapi oksigen, pemberian diuretic, vasodilator, digitalis, theophyline, dan terapi antikoagulan di
gunakan untuk terapi jangka panjang pada cor pulmonal kronis.
1. Terapi Oksigen.
Terapi oksigen sangat penting diberikan pada klien. Klien dengan pulmonary
heart disease memiliki tekanan oksigen (PO2) di bawah 55 mm Hg dan menurun dengan
cepat ketika beraktivitas atau tidur. Terapi oksigen dapat menurunkan vasokonstriksi
hipoksemia pulmonar, kemudian dapat menaikkan cardiac output, mengurangi
vasokonstriksi, meringankan hipoksemia jaringan, dan meningkatkan perfusi ginjal.
Secara umum, terapi oksigen di berikan jika PaO2 kurang dari 55 mm Hg atau saturasi
O2 kurang dari 88%. Manfaat dari terapi oksigen adalah untuk menurunkan tingkat gejala
dan meningkatkan status fungsional. Oleh karena itu, terapi oksigen penting di berikan
untuk managemen jangka panjang khususnya untuk klien dengan hipoksia atau penyakit
paru obstruktif (PPOK).
2. Diuretik.
Diuretik di gunakan pada klien dengan pulmonary heart disease kronis, terutama
ketika pengisian ventrikel kiri terlihat meninggi dan pada edema perifer. Diuretic
berperan dalam peningkatan fungsi dari ventrikel kanan maupun kiri. Diuretik
memproduksi efek hemodinamik yang berlawanan jika tidak di perhatikan
penggunaannya. Volume pengosongan yang berlebihan dapat menimbulkan penuruna
cardiac output. Komplikasi lain dari diuretic adalah produksi hypokalemic metabolic
alkalosis, yang akan mengurangi efektivitas stimulasi karbondioksida pada pusat
pernafasan dan menurunkan ventilasi. Produksi elektrolit dan asam yang merugikan
sebagai akibat dari penggunaaan diuretic juga dapat menimbulkan aritmia, yang berakibat
menurunnya cardiac output. Oleh karena itu diuretik di rekomendasikan pada
managemen pulmonary heart disease kronis, dengan memperhatikan pemakaian.
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas Ps meliputi :
skala o-5
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan
yang paling sering dengan riwayat hipertensi pulmonal.
3. Sistem persarafan
4. Sistem perkemihan
Inspeksi : Urin, Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam Warna :
kuning pekat , Bau : khas ,Oliguria
5. Sistem pencernaan
Inspeksi : Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
Auskultasi : Peristaltic : tidak terkaji
Palpasi : Abdomen : asites
Perkusi : timpani, double sound (-)
6. Sistem Rangka
Diagnosa Keperawatan
o Memberikan latihan
nafas untuk
menurunkan kolaps
jalan nafas, dispnea
Bantu pasien dan kerja nafas.
untuk memilih
posisi yang
mudah untuk
bernapas. o Mengurangi rasa
sakit yang di rasakan
Dorong nafas oleh klien
perlahan atau
nafas bibir
sesuai o Mengontrol Paco2
kebutuhan biasanya meningkat
atau toleransi (bronchitis, enfisema)
individu dan pao2 secara
umum menurun,
sehingga hipoksia
terjadi dengan derajat
Penkes
lebih kecil atau lebih
Mengajarkan
besar. Catatan: paco2
tehnik
“normal” atau
relaksasi napas
meningkat
dalam
menandakan
kegagalan pernapasan
yang akan datang
selama asmatik.
Kolaboratif
Awasi/gambar
kan seri GDA
dan nadi
oksimetri.
o Membantu
meningkatkan difusi
gas dan ekspansi
jalan napas kecil,
Mandiri memberika pasien
Berikan posisi beberapa control
fowler atau terhadap pernapasan,
semi fowler membantu
menurunkan ansietas.
o Memenuhi kebutuhan
di dalam tubuh
o Mengontrol rasa
sesak saat
melalkukan
pernapasan
Berikan nutrisi
melalui selang
infuse
Penkes
Ajarkan teknik
napas dalam o Mengurangi kadar
dan atau oksigen yang berada
pernapasan dalam ruangan dan
bibir atau membuat udara
pernapasan disekitar pasien
diafragmatik bersih
abdomen bila
diindikasikan
Kolaborasi
Berikan terapi
nebulizer
ultrasonic dan
udara dan
oksigen yang
dilembabkan
sesuai
program atau
protocol
institusi
Risiko Tujuan : Nafsu Obsevasi
ketidakseimbangan makan lebih Pantau nilai o Mengetahui
nutrisi kurang dari meningkat. laboratorium, perkembangan
kebutuhan tubuh b.d. khususnya asupan gizi klien
Penurunan nafsu Kriteria hasil : transferin, melalui sampel darah.
makan (energi lebih Gizi untuk kebutuhan albumin, dan
banyak digunakan metabolik elektrolit.
untuk usaha bernapas, terpenuhi. Massa
sehingga metabolism tubuh dan berat Kaji timbang o mengetahui
berlangsung lebih badan klien berada berat badan perkembangan klien
cepat). dalam batas normal. pasien pada dalam
interval yang mempertahankan
DS :
tepat. berat badan normal.
Klien mengatakan
adanya peningkatan
selera makan Mandiri o Membantu pasien
Beri motivasi memenuhi diet yang
DO :
pada klien disarankan untuk
Melakukan aktivitas untuk kebutuhan nutrisi
makan bersamaan mengubah dalam metabolisme.
dengan aktivitas lain kebiasaan
makan. o Memenuhi kondisi
dimana berat badan
dalam keadaan
normal
o Menambah
pemahaman bagi
Bantu untuk klien mengenai
mengembangk nutrisi
n rencana
manajemen
berat badan o Mengurangi anorexia
pada pasien
Berikan
penguatan o Menambah nafsu
positif untuk makan dan
nutrisi yang membersihkan
baik dan kuman-kuman yang
latihan fisik ada dalam mulut,
yang rutin sehingga makanan
yang klien makan
Beri makanan akan terasa lebih
untuk klien nikmat.
semenarik
mungkin
o Istirahat
memungkinkan tubuh
memperbaiki energy
Bantu klien
yang digunakan
mengidentifika
selama aktifitas
si pilihan
aktivitas
Penkes :
o Memulihkan kondisi
Ajarkan klien klien setelah
bagaimana melakukan suatu
menghadapi aktivitas
aktifitas
menghindari
kelelahan dan o Dengan ahli
berikan
gizi,perawat dapat
periode
menentukan jenis-
istirahat tanpa
jenis makanan yang
gangguan di
harus dikonsumsi
antara aktifitas
untuk
memaksimalkan
Anjurkan pembentukan energy
periode untuk dalam tubuh pasien.
istrahat dan
aktivitas o Memberikan
secara kenyamanan klien
bergantian secara psiko
Kolaborasi :
Kolaborasi
dengan ahli
gizi mengenai
menu
makanan
pasien
Kolaborasikan
dengan ahli
terapi okupasi,
fisik
(misalnya,
untuk latihan
ketahanan)
atau rekreasi
untuk
merencanakan
dan memantau
program
aktivitas jika
perlu
Penurunan curah Tujuan : Observasi :
jantung b/d oliguria mengembalikan pola o Pengeluaran urine
Pantau
eliminasi urin normal. mungkin sedikit dan
DS : pengeluaran
Kriteria hasil : klien pekat karena
urine, catat
Klien mengatakan menunjukkan pola penurunan perfusi
jumlah dan
kencing sedikit pengeluaran urin yang ginjal. Posisi
warna saat
normal, klien terlentang membantu
DO : dimana
menunjukkan diuresis sehingga
diuresis
Jumlah pengeluaran urin pengetahuan yang pengeluaran urine
terjadi.
dalam batas abnormal adekuat tentang dapat ditingkatkan
eliminasi urin. selama tirah baring.
o Mengidentifikasi
penyakit lain yng di
alami oleh klien
o Kongesti visceral
(terjadi pada GJK
lanjut) dapat
mengganggu fungsi
gaster/intestinal
o Posisi tersebut
meningkatkan filtrasi
Kaji respon ginjal dan
klien saat menurunkan produksi
melakukan ADH sehingga
BAK meningkatkan
dieresis.
Kaji bising
o Mengurangi kerja
usus. Catat
sistem metabolic
keluhan
pada tbuh
anoreksia,
mual, distensi
abdomen dan
konstipasi.
Mandiri
Pertahakan
duduk atau o Mengajarkan pasien
tirah baring untuk mandiri dalam
semifowler
selama fase
akut. o Mengidentifikasi
kondisi pasien pada
saat timbulnya rasa
sakit
Berikan
informasi
tentang tehnik
penurunan
stress, seperti
biofeedback ,
relaksasi otot
progresif,medi
tasi dan latihan o Perlu memberikan
fisik diet yang dapat
diterima klien yang
memenuhi kebutuhan
Penkes
kalori dalam
Ajarkan pembatasan natrium
penggunaan,
dosis, o Membantu dalam
frekuensi, dan proses penyembuhan
fek samping klien
obat
Ajarkan untuk
melaporkan
dan
menggambark
an awitan
palpitasi dan
nyeri ,durasi,
factor
pencetus,
daerah,
kualitas, dan
intensitas.