Anatomi Fisiologi
1. Mulut
Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir,
dan pipi
Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinyaoleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah
belakang bersambung dengan faring.
2. Faring
3. Esofagus
Panjangnya sekitar 25cm, mulai dari faring sampai pintu kardiak dibawah
lambun. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah
melalui thorak menembus diagfragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
4. Gaster
5. Usus halus
c. Mukosa usus halus, permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan
mukosa dan maktovili memudahkan pencernaan dan absorbsi
Panjangnya 1m, lebar 5-6cm, berfungsi menyerap air dari makanan, tempat
tinggal bakteri koli, tempat feses,. Usus besar terdiri dari 8 bagian:
Sekum
Kolon asenden
Appendiks (usus buntu)
Kolon transversum
Kolon desenden
Kolom sigmoid
Rektum
Anus
B. Definisi
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
interstinal. Obstruksi usus dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan propulsi
(pendorongan) isi dari saluran cerna. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk
baik yang terjadi pada usus halus maupun usus besar (kolon). Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total. Terdapat 2 jenis obstruksi usus: (1) Nonmekanis (mis: ileus
paralitik atau ileus adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma
yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus; (2) Mekanis, terjadi obstruksi di
dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.
C. Etiologi
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan
letak obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan
terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan
volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan
orang tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90% obstruksi yang terjadi.
Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya
mengenai kolon sigmoid. Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis
sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus. Intususepsi adalah invaginasi
salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi
yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum
terminalis yang masuk ke dalam sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan
penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.
a. Mekanis
2) Karsinoma
3) Volvulus
4) Intususepsi
5) Obstipasi
6) Polip
1) Ileus paralitik
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Uremia
D. Manifestasi klinis
2) Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal
dan tidak terdapat flatus.
6) Jika obstruksi usus berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi
shock hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan
manifestasi klinis takikardi dan hipotensi. Suhu tubuh biasanya normal tapi kadang-
kandang dapat meningkat. Demam menunjukkan obstruksi strangulate.
1) Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
E. Patofisiologi
Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di daerah diatas usus yang
mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan
merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan
dalam lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan
arteriola. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan
akhirnya ruptur atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat peritonitis. Muntah
refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion
hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium
dalam darah, yang akhirnya mencetuskan alkalosis metabolik. Dehidrasi dan
asidosis yang terjadi kemudian, disebabkan karena hilangnya cairan dan natrium.
Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat terjadi.
Seperti pada obstruksi usus halus, obstruksi usus besar mengakibatkan isi
usus, cairan, dan gas berada proksimal disebelah obstruksi. Obstruksi dalam kolon
dapat menimbulkan distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan dapat
mengalir balik melalui katup ileal. Obstruksi usus besar, meskipun lengkap, biasanya
tidak dramatis bila suplai darah ke kolon tidak terganggu. Apabila suplai darah
terhenti, terjadi strangulasi usus dan nekrosis (kematian jaringan); kondisi ini
mengancam hidup. Pada usus besar, dehidrasi terjadi lebih lambat dibandingkan
pada usus kecil karena kolon mampu mengabsorpsi isi cairannya dan dapat melebar
sampai ukuran yang dipertimbangkan diatas kapasitas normalnya.
F. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi Sederhana
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan didaerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi daerah distal.
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan
nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda- tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang hebat, menetap
dan tidak menyurutm maka dilakukan tindakan operasi segera untuk menghindari terjadinya
nekrosis usus.
G. Pathway
H. Komplikasi
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
I. Pentatalaksanaan Medis
a. Obstruksi usus halus Dekompresi usus melalui selang usus halus atau
nasogatrik bermanfaat dalam mayoritas kasus. Apabila usus tersumbat secara lengkap,
maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi bedah. Sebelum pembedahan, terapi
IV diperlukan untuk mengganti penipisan air, natrium, klorida, dan kalium. Tindakan
pembedahan terhadap obstruksi usus sangat tergantung pada penyebab obstruksi.
Penyebab paling umum dari obstruksi, seperti hernia dan perlekatan, prosedur bedah
mencakup perbaikan hernia atau pemisahan perlekatan pada usus tersebut. Pada beberapa
situasi, bagian dari usus yang terkena dapat diangkat dan dibentuk anastomosis.
Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi usus tergantung pada durasi obstruksi dan
kondisi usus yang ditemukan selama pembedahan
b. Obstruksi usus besar Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi
dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara
bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap
pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Prosedur ini memberikan
jalan keluar untuk mengeluarkan gas dan sejumlah kecil rabas. Selang rektal dapat
digunakan untuk dekompresi area yang ada dibawah usus. Tindakan yang biasanya
dilakukan, adalah reseksi bedah untuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi
sementara atau permanen mungkin diperlukan.
J. Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanaya klien datang dengan keluhan sakit perut yang hebat, kembung,
mual, muntah, dan tidak ada BAB/defekasi yang lama.
4) Demam?
5) Bisa flatus?
1) Ada atau tidak riwayat tumor ganas, polip, peradangan kronik pada usus?
2) Riwayat pernah dioperasi pada daerah abdomen?
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
d) Distensi abdomen
2) Auskultasi Pada awal, bising usus cepat meningkat di atas sisi obstruksi,
kemudian bising usus berhenti.
3) Perkusi. timpany
4) Palpasi. Nyeri tekan
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
6) Pernapasan
K. Diagnosa Keperawatan
c. Ketidakseimbangan nutrisi:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri dan distensi abdomen ditandai
dengan: nafas pendek dan dangkal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola napas
klien kembali efektif
Criteria hasil:
Intervensi:
Criteria Hasil:
Intervensi:
b. Kaji pasien adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor kulit jelek,
membrane mukosa kering.
f. Kolaborasi berikan cairan 0,9 % NaCl (normal salin) atau ringer laktat
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorpsi ditandai dengan: nyeri abdomen, cepat sekali kenyang setelah makan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam diharapkan nutrisi
klien seimbang.
Criteria hasil:
Intervensi:
j. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nitrisi yang akan digunakan pasien.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
teratasi atau terkontrol
Criteria hasil:
Intervensi:
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ansietas
berkurang
Criteria hasil:
Intervensi:
DAFTAR PUSTAKA
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi III, Penerbit
Erlangga: Jakarta
Guyton A.C., Hall H.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta :
EGC
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi 7. London :
Churchill Livingstone