Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruktif lumen usus atau
oleh gangguan peristaltis. Obstruktif usus disebut juga obstruktif mekanik.
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus.1
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di
Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data
Departemen Kesehatan Indonesia. Terapi ileus obstruktif biasnya melibatkan
intervensi bedah.2
Obstruktif usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding
usus, maupun diluar lumen usus. Obstruktif usus dapat bersifat akut maupun kronik,
parsial maupun total.Obstruktif pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi,
invaginasi atau sumbatan didalam lumen usus. 75% kasus obstruktif usus halus
disebabkan oleh adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya
adalah hernia inkarserata dan penyakit Chron. Ileus obstruktif merupakan
kegawatdaruratan abdomen dan merupakan 60-70% dari seluruh kasus abdomen
diluar appendicitis akut.3
Terapi ileus obstruktif biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu
kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan
secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien. 2

1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan


tanda adanya obstruktif usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan.1Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus.2
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam
lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen
usus tersebut.1

B. ANATOMI
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisibagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.1,2,3,4
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian
ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang
relative lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya
sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan
duodenum dan jejunum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.
Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung).

2
Kira-kira dua perlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
terminalnya adalah ileum.. Jejenum terletak di region abdominalis media
sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis
bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir
pada junctura ileocaecalis.
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior
abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang
dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek
melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen
sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis
kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium
memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica
superior antara kedua lapisan peritoneum yang memgbentuk messenterium
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi
menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon
ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan
hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon
ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura
hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari
fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu
mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli
sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon
sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan
kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk

3
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh
kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis
dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus
dalan perineum.

C. ETIOLOGI

4
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:1,2,3,4

1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus


obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh
riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruktif yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar
5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam
masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruktif
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat
menyebabkan obstruktif melalui kompresi eksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruktif dan iskhemia terhadap bagian
usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruktif sekunder sampai inflamasi
akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti
malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruktif usus
besar.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruktif.

5
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau
hernia Littre.
12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruktif parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi obstruktifnya, ileus obstrukif atau ileus
mekanik dibedakan menjadi,antara lain:1,2,3,4,6
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruktif mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruktif mengenai usus besar (dari ileum
terminal sampai rectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :

6
1. Obstruktif sebagian (partial obstruction) : obstruktif terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruktif sederhana ( simple obstruction) : obstruktif/ sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruktif strangulasi (strangulated obstruction) : obstruktif disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren.

E. PATOFISIOLOGI
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal
berdilatasi.Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas,
distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga
suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi
usus oleh karena obstruktif menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh
berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.Gangguan
vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos
dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin
pada usus yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi.
Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat
terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruktif usus halus atau
usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi
katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut
membesar.5

7
F. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada


1. Lokasi obstruktif
2. Lamanya obstruktif
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus

1. Obstruksi sederhana

8
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen
usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi
muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut
bagian atas.1,2
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising
usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.2

2. Obstruksi disertai proses strangulasi


Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik
dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.1,2

3. Obstruksi kolon
Gejalanya biasanya lebih ringan dan terjadi lebih perlahan dibandingkan
obstruksi pada usus halus. Gejala awalnya adalah peubahan kebiasaan buang
air besar, terutama berupa obstipasi dan kembung, yang kadang disertai kolik
pada perut bagian bawah (suprapubik). Akhirnya,penderita mengeluh
konstipasi menyebabkan adanya distensi abdomen. Muntah mungkin terjadi
namun tidak sering. muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi.
Muntahannya kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuuhan bakteri
berlebihan karena adanya renggang waktu yang lama.6

9
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada Anamnesis ileus obstruktif biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia.
 Nyeri (kolik)
Obstruksi usus halus : Nyeri dirasakan sekitar umbilicus
Obstruksi usus besar : Nyeri dirasakan diseputar suprapubik
 Muntah
Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
Obstruksi usus besar : onset berlangsusng lama
 Kembung
 Konstipasi

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa
abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltic usus yang biasa
berkolerasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan
muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan
kolik.

10
b. Auskultasi
Pada ileus obstruktif auskultasi terdengar kehadiran episodic
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit usus
diatas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltic bisa tidak ada maupun
menurun parah.

c. Perkusi
Hipertimpani.

d. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup “defans Muscular” involunter atau
rebound dan pembengkakan massa yang abnormal.

Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan


rectum. Pemeriksaan ini bisa membantu penemuan massa atau tumor serta
tidak adanya feses didalam kubah rectum menggambarkan ileus obstruktif
usus halus. Jika darah makroskopik atau feses positif banyak ditemukan
didalam rectum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan
atas lesi instriksi didalam usus. Apabila isi rectum menyemprot maka
menandakan penyakit Hirschprung.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Nilai laboratorium awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pemeriksaan
laboratorium tidak mempunyai cir-ciri khusus. Pada urinalisis, berat jenis

11
bias meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolic. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah
tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Pada kimia darah sering
adanya gangguan elektrolit.

b. Radiologi
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
 Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
 Coil spring appearance
 Herring bone appearance
 Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

2. Ileus obstruksi letak rendah :


 Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
 Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada
tepi abdomen
 Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada
ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruh dari gaster sampai rectum.

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit. Tindakan umum sebelum

12
dan sewaktu pembedahan meliputi tatalaksana dehidrasi, perbaikan
keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa lambung. Pada strangulasi,
tidak ada waktu untuk memperbaiki keadaan umum, sehingga strangulasi
harus segera diatasi. 2,3,4,6

Terapi konservatif
 Pasien dengan ileus obstruksi bisanya mengalami dehidrasi dan
kekurangan elektrolit (Natrium, kalium, dan klorida) akibat berkuranganya
intake makanan, muntah, sehingga membutuhkan penggantian cairan
intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat. Koreksi
melalu cairan ini dapat dimonitor melalui urin dengan menggunakan
kateter , tanda tanda vital, pemeriksaan laboratorium, tekanan vena sentral.
 Pemberian antibiotik broadspectrum dapat diberikan sebagai profilaksis
atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ileus obstruksi. Injeksi
Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24 jam dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat juga diberikan untuk mengatasi muntah.
 Dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan nasogastric
tube (NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk mengeluarkan
udara dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi, dan resiko aspirasi
pulmonal karena muntah.
 Pada ileus obstruksi parsial, biasanya dilakukan tindakan konservatif dan
pemantauan selama 3 hari. Penelitian menunjukkan adanya perbaikan
dalam pasien dengan keadaan tersebut dalam waktu 72 jam. Namun jika
keadaan pasien tidak juga membaik dalam 48 jam setelah diberi terapi
cairan dan sebagainya, maka terapi operatif segera dilakukan.

Operatif
Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan
tindakan operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki
keadaanumum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila rehidrasi
dan dekompresi nasogastrik telah dilakukan.

13
Tindakan operatif dilakukan apabila terjadi :
- Strangulasi
- Obstruksi total
- Hernia inkarserata
- Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif (pemasangat NGT, infus,
dan kateter).
Tindakan operatif pada ileus obstruksi ini tergantung dari
penyebabnya. Misalnya pada adhesi dilakukan pelepasan adhesi tersebut,
tumor dilakukan reseksi, dan pada hernia dapat dilakukan herniorapi dan
herniotomi.
Kanker kolon yang meyebabkan obstruksi kadang dilakukan reseksi
dan anastomosis, dengan atau tanpa colostomi atau ileostomy sementara. Jika
tidak dapat dilakukan, maka tumor diangkat dan kolostomi atau ileostomi
dibuat. Diverkulitis yang menyebabkan obstruksi, biasanya sering terjadi
perforasi. Reseksi bagian yang terkena devertikel mungkin agak sulit tapi
merupakan indikasi jika terjadi perforasi ataupun peritonitis umum. Biasanya
dilakukan reseksi dan kolostomi, namun anastomosis ditunda sampai rongga
abdomen bebas radang (cara Hartman).Vovulus sekal biasanya dilakukan
tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir dengan
melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi
terhadap sekum dengan cara adhesi. Pada volvuus sigmoid, dapat dilakukan
reposisi dengan sigmoidoskopi, dan reseksi dan anastomosis dapat dilakukan
beberapa hari kemudian. Tanpa dilakukan reseksi, kemungkinan rekuren dapat
terjadi.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang
dikerjakan pada obstruksi ileus :
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerate non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.

14
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon,invaginasi strangulata dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan penderitanya,misalnya pada Ca sigmoid obstruksi, mula-mula
dilakukan kolostomi saja, kemudiani dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
Tindakan dekompresi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
kesimbangan asam basa darah tetap dilaksanakan pasca tindakan operasi.
Pada obstruksi lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring
pasca bedah saangat penting sampai 6-7 hari pasca bedah. Bahaya pada pasca
bedah ialah toksinemia dan sepsis. Gambaran klinisnya biasanya tampak pada
hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan
disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan
keseimbangan elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang dapat
menyebabkan peritonitis sepsis dan kematian.1

J. PROGOSIS
Mortalitas obstruksi tanpa strangulate adalah 5% asalkan operasi
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas
sampai sekitar 35% atau 40%. Mortalitas ileus obstruktif juga dipengaruhi oleh

15
banyak factor, seprti umur, etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Pada ileus
obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15-30%. 1,2,6

16
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. H Tanggal Masuk : 17 Maret 2015
Umur : 60 tahun Jaminan : Jamkemas
JK : Laki-laki Ruangan : Teratai
Alamat : Ds. Matansala Rumah Sakit : Undata
kec. Bungku
Kab. Morowali

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Sakit perut

Anamnesis terpimpin : Dialami sejak ± 1 bulan yang lalu dan memberat 2


hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Awalnya pasien
hanya merasakan nyeri ulu hati dan lama
kelamaan mulai merasakan sakit pada seluruh
bagian perut dan terasa panan. Pasien juga
merasakan perutnya terasa kembung dan panas.
Pasien juga menegeluhkan tidak bisa BAB sejak ±
3 hari sebelum masuk rumah sakit. Terkadang
Jika pasien BAB terasa susah (keras) dan keluar
hanya sedikit-sedikit (seperti kotoran kambing)
dan bercampur darah, flatus (-), Mual (+), muntah
(+), demam (-),sakit kepala (-), pusing (-).

Riwayat pengobatan : pasien sudah mendapat perawatan di RS morowali


selama ± 1 hari.

Riwayat Penyakit Sebelumnya : Hipertensi (+) tidak terkontrol

17
Riwayat penyakit keluarga : -

III. PEMERIKSAAN FISIS

Status Generalisata :
Tanda Vital:
TD : 150/90 mmHg Pernapasan : 22 x/menit
Nadi : 80 x/menit Suhu aksilla : 37,5 °C

Kepala : Normochepal
Konjungtiva Anemis (+/+)
Sklera Ikterik (-/-)
Pupil isokor kiri dan kanan

Leher :
- Pembesaran Kelenjar tiroid (-)
- Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax
- Inspeksi : Simetris Bilateral, Retraksi (-), Jejas (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), Krepitasi (-), vocal fremitus kanan
= kiri
- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : vesicular (+/+), Bunyi tambahan (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi :Ictus Cordis teraba pada SIC V Midclavicula
sinistra
- Perkusi : Pekak, Batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I/II Reguler
Abdomen
- Inspeksi : Tampak Distensi, jejas (-)

18
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan meningkat
- Palpasi : Nyeri tekan (+), defans Muscular (-)
- Perkusi : Hypertimpani pada seluruh kuadran perut
Genitalia : Tidak tampak adanya kelainan
Ekstremitas
o Superior : Akral hangat, edem (-)
o Inferior : Akral hangat, edem (-)

Pemeriksaan Tambahan
Rectal Toucher : Tonus sphincter ani menjepit, mucosa rectum licin,
ampula recti licin, nyeri tekan (-),masaa (-), keluaran
lender bening (-), feses (-), darah (-)
IV. RESUME
Pasien laki-laki usia 60 tahun masuk dengan keluhan sakit perut yang
dialami sejak ± 1 bulan yang lalu dan memberat 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Awalnya pasien hanya
merasakan nyeri ulu hati dan lama kelamaan mulai merasakan sakit pada
seluruh bagian perut dan terasa panas. Pasien juga merasakan perutnya terasa
kembung. Pasien juga menegeluhkan susah BAB sejak ± 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. Jika pasien BAB terasa susah (keras) dan keluar hanya sedikit-
sedikit (seperti kotoran kambing) dan bercampur darah. Mual (+), Muntah (+).
TD: 150/90 mmhg, N: 80 x/menit, P: 22 x/menit, S: 37,50 C
Konjungtiva anemis (+/+), Pada pemeriksaan perut Tampak Distensi,Peristaltik
usus (+) kesan meningkat, Nyeri tekan (+), Hypertimpani pada seluruh kuadran
perut.

V. DIAGNOSIS AWAL
Susp. Ileus Obstruktif + Hipertensi

19
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium
Darah Rutin :
 WBC : 13.51 x 103/ µL
 RBC : 4.75 X 106/ µL
 HGB : 6.3 g/dL
 HCT : 28.1%
 PLT : 343 x 103 / µL

Glukosa : 85.5 mg/dl


Creatinin : 0.93 mg/dl
Ureum : 61.8 mg/dl

- Radiologi (BNO 3 Posisi)


Foto Polos Abdomen

Tampak gambaran : Dilatasi usus (+), Air Fluid level (+), Hearing Bone (+)
Kesan : Ileus obstruksi letak rendah

20
VII. DIAGNOSIS AKHIR
Ileus obstruksi ec susp. Obstruksi kolon

VIII. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa :
O2 2-4 liter/menit
IVFD RL 28 tetes/menit
Ranitidin 1 ampl/ 12 jam/IV
Ceftriaxone 1gr/ 12 jam/ IV (skin test)
Ketorolac 1amp/8 jam/IV
Transfusi PRC 750 cc

- Non Medikamentosa :
Pasang NGT
Pasang kateter
Stop Intake oral
Resusitasi Cairan

- Rencana Tindakan
Periksa Elektrolit
Colon in loop

IX. PROGNOSIS
Dubia ad Malam

21
DISKUSI

Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus obstruksi dapat disebabkan oleh adhesi,
hernia inkaserata, tumor, volvulus, invaginasi, askariasis dan kelainan congenital.

Diagnosis ileus obstruktif pada kasus ini ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis
didapatkan keluhan berupa nyeri perut secara keseluruhan, kembung, mual,
muntah dan susah BAB yang merupakan tanda dari ileus obstruktif.

Dari hasil pemeriksaan fisik, Inspeksi pada abdomen didapatkan distensi


(+), auskultasi peristaltic usus menurun, nyeri tekan (+) Suprapubik, dan perkusi
abdomen hipertimpani pada seluruh kuadran.

Penyumbatan mekanik pada ileus obstruksi terjadi karena adanya daya


mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu sehingga akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan
cairan pada bagian proksimal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi). Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik).

Pada pemeriksaan rectal touché ditemukan Tonus sphincter ani menjepit,


mucosa rectum licin, ampula recti licin, nyeri tekan (-),masaa (-), keluaran lender
bening (-), feses (-). Pemeriksaan ini dapat membantu penemuan massa atau
tumor, serta tidak adanya feses dalam kubah rectum menggambarkan ileus
obstruksi usus halus. Jika darah makroskopik atau feses positif banyak ditemukan
dalam rectum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi
instrinsik didalam usus.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan radiologi berupa foto polos polos
abdomen posisi erect dan LLD, ditemukan gambaran dilatasi usus, hearing

22
bone appearance dan air fluid level (+) yang merupakan gambaran radiologi
dari ileus obstruktif.dan pada pasien tersebut terkesan gambaran ileus obstruksi
letak rendah yang kemungkinan disebabkan akibat obstruksi dari kolon.
Tujuan utama penatalaksanaan pada ileus obstruktif adalah dekompresi
bagian yang mengalami obstruktif untuk mencegah perforasi. Pemasangan NGT
untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen.
Pasien dipuasakan, kemudian dilakuakn resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Tindakan operasi dilakuakn bila sudah tercapai
rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling
sering dilakukan adalah pembedahan sesegara mungkin.
Diagnosis penyebab ileus obstruktif pada pasien ini belum dapat
ditegakkan secara pasti dikarenakan pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan
colon in loop. Namun kemungkinan obstruksi yang terjadi pada pasien
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang akibat dari
obstruksi colon.
Pada pasien ini, belum dilakukan pembedahan sesegara mungkin Karena
organ-organ vital pasien tidak stabil dimana pada pasien ini mengalami anemia
dan sesak dan gelisah. Namun, dalam 3 hari perawatan pasien ini meninggal
dunia. Kemungkinan Penyebab kematian dari pasien ini kemungkinan dari syok
hipovolemik akibat terpi konservatif yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan
umum pasien tidak adekuat.

23

Anda mungkin juga menyukai