Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN INVAGINASI

Disusun oleh:
Oktaviana Hidayatis A
14401.16.17030

PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019

0
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus
masuk ke dalam segmen lainnya yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi.
Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal
(intususepien) (Wong, 2008).
Invaginasi adalah keadaan yang umumnya terjadi pada anak-anak, dan
merupakan kejadian yang jarang terjadi pada dewasa, invaginasi adalah masuknya
segmen usus proksimal kerongga lumen usus yang lebih distal sehingga
menimbulkan gejala obstruksi berlanjut strangulasi usus. Definisi lain Invaginasi
atau intususcepti yaitu masuknya segmen usus (Intesusceptum) ke dalam segment
usus di dekatnya (intususcipient). Pada umumnya usus bagian proksimal yang
mengalami invaginasi (intussuceptum) memasuki usus bagian distal (intussucipient),
tetapi walaupun jarang ada juga yang sebaliknya atau retrograd Paling sering
masuknya ileum terminal ke kolon. Intususeptum yaitu segmen usus yang masuk dan
intususipien yaitu segmen usus yang dimasuki segmen lain.
Ada perbedaan etiologi yang mencolok antara anak-anak dan dewasa, pada anak-
anak etiologi terbanyak adalah idiopatik yang mana lead pointnya tidak ditemukan
sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen
oleh suatu neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead
poinnya dapat ditemukan.
B. ANATOMI FISIOLOGIS
Usus Halus
Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Panjang
duodenum 26 cm, sedangkan yejunum + ileum : 6 m Dimana 2/5 bagian adalah
yejunum. Sedangkan menurut schrock 1988 panjang usus halus manusia dewasa
adalah 5-6 m. Batas antara duodenum dan jejunum adalah ligamentum treits ( Price
& Wilson, 2006)

1
Gambar 1.1 Usus Normal Gambar 1.2 Usus Invaginasi

Yeyunum dan ileum dapat dibedakan dari :


1. Lekukan –lekukan yejunum terletak pada bagian atas rongga atas peritoneum
di bawah sisi kiri mesocolon transversum, ileum terletak pada bagian bawah
rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada ileum
Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang lebih
permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan pada jejunum
lebih berdekatan, sedangkan ada bagian atas ileum lebar, dan pada bagian
bawah lipatan ini tidak ada.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatas dan kiri
aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya menmbentuk satu atau dua
aarkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan ke
dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh darah yang pendek,
yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan dan lemak
jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung mesenterium ileum
lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga lemak ditemukan dari pangkal
sampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa ileum
bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.

2
Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi adalah :
Perbedaan eksterna
1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobile, sedang kan colon asenden dan
colon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.
2. Ukuran usus halus umumnya lebih kecil dibandingkan dengan usus besar yang
terisi.
3. Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke
bawah menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.
4. Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus. Pada
usus besar (kecuali appendix) otot longitudinal tergabung dalam tiga pita yaitu
taenia coli.
5. Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada dindingnya.
Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan appandices
epiploideae.
6. Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular.
Perbedaan interna
1. Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan plica
silcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.
2. Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar tidak
mempunyai.
3. Kelompokan jaringan limfoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosa usus
halus , jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar.
C. KLASIFIKASI
Invaginasi dibedakan dalam 4 tipe :
1. Enterik adalah usus halus ke usus halus
2. Ileosekal adalah valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan
menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari
intususepsi.
3. Kolokolika adalah kolon ke kolon.
4. Ileokoloika adalah ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.

3
D. ETIOLOGI
Intestinal obstruksi terdapat dua bentuk yaitu : mekanik obstruksi dan neurogenik
obstruksi paralitik.
Menurut etiologinya ada 3 keadaan :
1. Sebab didalam lumen usus
2. Sebab pada dinding usus
3. Sebab diluar dinding usus
Menurut tinggi rendahnya dibagi : obstruksi usus halus letak tinggi , obstruksi usus
halus letak rendah dan obstruksi usus besar.
Berdasarkan waktunya dibagi :
1. Acut intestinal obstruksi
2. Cronik intestinal obstruksi
3. Acut super exposed on cronik
Sekitar 85 % dari obstruksi mekanik usus terjadi di usus halus dan 15 % terjadi di
usus besar.
Etiologi obstruksi usus halus menurut Price & Wilson, 2006 adalah :
1. Hernia 6. batu empedu
2. Neoplasma 7. imflamasi
3. Intussusception 8. strictura
4. volvulus 9. cystic fibrosis
5. benda asing 10. hematom

4
E. PATOFISIOLOGI
Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada
dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen
yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainya yang
terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik
adalah dari oral keanal sehingga bagian yang masuk kelumen usus adalah yang
arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus,
pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd intususepsi
pada pasien pasca gastrojejunostomi . Akibat adanya segmen usus yang masuk
kesegmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga
akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan
menyebabkan nekrosis dinding usus.
Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai
intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada
intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari
intususepien, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan
dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi.
Pembengkakan dapt sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya
bendungan menimbulkan perembesan lendir dan darah ke dalam lumen. Ulserasi
pada dindidng usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang terjadi
gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps.
Pembengkakan ddari intisuseptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi
tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang
tidak terjadi pada intususepsi (Wong, 2008).
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partiil
maupun total dan strangulasi. Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih
mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal
yang menerima (intussucipient) ini kemudian berkontraksi, terjadi edema.
Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi
invaginasi
F. PATHWAY

Infeksi virus adeno

Pembengkakan bercak jaringan limfois

Peristaltik usus meningkat

Usus bervaginasi ke dalam usus dibawahnya

Edema dan perdarahan mukosa Peregangan Usus

Sumbatan / obstruksi usus Pemajanan reseptor

nyeri Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen Nyeri

Sebelah proksimal dari letak obstruksi terganggu

Distensi Abdomen
Konstipasi

Muntah Kehilangan Cairan dan Elektrolit


pola nafas
tidak efektif Volume ecf menurun
Defisit
Nutrisi Syok hipovolemik
Ketidakseim
bangan
Kematian
elektrolit

(Price & Wilson, 2006. Wong, 2008. Betz, 2004)


G. TANDA & GEJALA
Menurut Price and Wilson (2006), tanda dan gejala dari invaginasi yaitu :
1. Nyeri perut hebat, mendadak dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik
2. Pada bayi, bayi sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir
3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras
4. Muka pucat dan lemah
5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung
6. Anak cepat marah, nafas dangkal, mendengkur, dan konstipasi
7. Anak sering menarik kaki ke atas perut dikarenakan nyeri yang diderita

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Obstruksi mekanis ditandai darm steifung dan darm counter.
2. Teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi spontan
3. Nyeri tekan (+)
4. Dancen sign (+) Sensai kekosongan pada kuadran kanan bawah karena
masuknya sekum pada kolon ascenden
5. RT : pseudoportio (+), lender darah (+) sensasi seperti portio vagina akibat
invaginasi usus yang lama
Radiologis :
1. Foto abdomen 3 posisi
a. Tanda obstruksi (+) : Distensi, Air fluid level, Hering bone (gambaran plika
circularis usus)
b. Colon In loop berfungsi sebagai :
1) Terapi Reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda-tanda
obstruksi dan kejadian < 24 jam
2) Reposisi dianggap berhasil bila setelah rectal tube ditarik dari anus
barium keluar bersama feses dan udara.
Pemeriksaan foto polos abdomen, dijumpainya tanda obstruksi dan masa di
kwadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi. USG
membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada
potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal
invaginasi. Foto dengan kontras barium enema dilakukan bila pasien ditemukan
dalam kondisi stabil, digunakan sebagai diagnostik maupun terapetik.
Gejala Invaginasi :
1. Anak mendadak kesakitan episodic, menangis dan mengankat kaki (Craping
pain), bila lanjut sakitnya kontinyu
2. Muntah warna hijau (cairan lambung)
3. Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan dalam) à
currant jelly stool
Obstruksi usus ada 2 :
1. Mekanis usus tertutup
2. Fungsional usus terbuka akibat peristaltik hilang
I. PENATALAKSAAN MEDIS
Dasar pengobatan adalah :
1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang nasogastrik.
3. Antibiotika.
4. Laparotomi eksplorasi.
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan
diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama, maka akan
memberikan prognosa yang lebih baik.
Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak
dahulu mencakup dua tindakan :
1. Reduksi hidrostatik
Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan
kateter dengan tekanan tertentu. Pertama kali keberhasilannya dikemukakan
oleh Ladd tahun 1913 dan diulang keberhasilannya oleh Hirschprung tahun
1976.
2. Reduksi manual (milking) dan reseksi usus
Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka
lekosit, mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang
ditandai dengan distensi abdomen, feces berdarah, gangguan sistema usus yang
berat sampai timbul shock atau peritonitis, pasien segera dipersiapkan untuk
suatu operasi. Laparotomi dengan incisi transversal interspina merupakan
standar yang diterapkan di RS. Dr. Sardjito. Tindakan selama operasi
tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi manual dengan milking
harus dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung kepada ketrampilan
dan pengalaman operator. Reseksi usus dilakukan apabila pada kasus yang
tidak berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan atau
ditemukan kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi. Setelah usus
direseksi dilakukan anastomose “end to end” apabila hal ini memungkinkan,
bila tidak mungkin maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.
Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Diagnosis pada
saat pembedahan tidak sulit dibuat. Pada intususepsi yang mengenai kolon
sangat besar kemungkinan penyebabnya adalah suatu keganasan, oleh karena
itu ahli bedah dianjurkan untuk segera melakukan reseksi, dengan tidak usah
melakukan usaha reduksi. Pada intususepsi dari usus halus harus dilakukan
usaha reduksi dengan hati-hati. Jika ditemukan kelainan telah mengalami
nekrose, reduksi tidak perlu dikerjakan dan reseksi segera dilakukan. Pada
kasus-kasus yang idiopatik, tidak ada yang perlu dilakukan selain reduksi.
Tumor benigna harus diangkat secara lokal, tapi jika ada keragu-raguan
mengenai keganasan, reseksi yang cukup harus dikerjakan.
a. Pre-operatif
Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti
penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan
umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit
elektrolit
b. Intra Operatif
Penanganan secara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi,
karena kausa terbanya intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan
neoplasma maka tindakan yang dianjurkan adalah reseksi anastosmose
segmen usus yang terlibat dengan memastikan lead pointnya, baik itu
neoplasma yang bersifat jinak maupun yang ganas.

Tindakan manual reduksi tidak dianjurkan karena risiko:


1) Ruptur dinding usus selama manipulasi
2) Kemungkinan iskemik sampai nekrosis pasca operasi
3) Kemungkinan rekurensi kejadian intususepsi
4) Ileus yang berkepanjangan akibat ganguan otilitas
5) Pembengkakan segmen usus yang terlibat
Batas reseksi pada umumnya adalah 10cm dari tepi – tepi segmen usus
yang terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30 cm dari
lesi, kemudian dilakukan anastosmose end to end atau side to side.
Pada kasus-kasus tertentu seperti pada penderita AIDS, lesi/lead
pointnya tidak ditemukan maka tindakan reduksi dapat dianjurkan, begitu
juga pada kasus retrograd intususepsi pasca gastrojejunostomi tindakan
reduksi dapat dibenarkan, keadaan lainya seperti intususepsi pada usus
halus yang kausanya pasti lesi jinak tindakan reduksi dapat dibenarkan
juga, tetapi pada pasien intususepsi tanpa riwayat pembedahan abdomen
sebelumnya sebaiknya dilakukan reseksi anastosmose .
c. Pasca Operasi
1) Hindari Dehidrasi
2) Pertahankan stabilitas elektrolit
3) Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
4) Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek menggangu
motilitas usus
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Lakukan pengkajian fisik secara rutin
1. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga
tentang gejala.
2. Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pasca operasi
3. Observasi perilaku anak
4. Observasi adanya manifestai intususepsi:
a. Nyeri abdomen akut tiba-tiba
b. Anak berteriak dan menarik lutut ke dada
c. Anak tampak normal dan nyaman selama interval di antara
episode nyeri
d. Muntah
e. Letargi
f. Keluarnya feses seperti jeli merah ( feses bercampur darah dan
mucus )
g. Abdomen lunak ( pada awal penyakit )
h. Nyeri tekan dan distensi abdomen ( penyakit lanjut )
i. Massa berbentuk sosis yang dapat diraba dikuadran kanan atas
j. Kuadran kanan bawah kosong ( tanda dance )
k. Demam, prostasi dan tanda-tanda lain peritonitis
5. Observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis:
a. diare
b. anoreksia
c. penurunan berat badan
d. muntah (kadang-kadang )
e. nyeri periodic
f. nyeri tanpa gejala lain ( pada anak yang lebih besar )
B. Diagnosa
1. Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
makanan karena faktor biologi.
c. Resiko ketidakseimbangan elketrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
d. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
mengahambat ekspansi paru
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal
2. Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur invasif.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
c. Koping tidak efektif berhubungan dengan tingkat kontrol persepsi
tidak adekuat, krisis situasional.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan
sumber informasi.
e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.

C. Intervensi
Pre Operasi
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Nyeri akut  Tingkat nyeri 1. Manajment nyeri
berhubungan L.08066 I.08238
Observasi
dengan agen - Keluhan nyeri - Identifikasi lokasi,
pencederaan menurun (5) karakteristik, durasi,
fisiologis - Meringis frekuensinyeri,
menurun (5) kualitas, intensitas
- Gelisah menurun nyeri
(5) - Identifikasi skala

- Kesulitan tidur nyeri


Teraupetik
menurun (5) - Berikan teknik non
- Perineum terasa farmakologi untuk
tertekan menurun mengurangi rasa
(5) nyeri
- Uterus teraba Edukasi
- Jelaskan penyebab,
membulat (5)
periode dan pemicu
- Frekwensi nadi nyeri
- Jelaskan strategi
membaik (5)
meredakan nyeri
- Pola napas Kolaborasi
membaik (5) - Kolaborasi pemberian
- Tekanan darah analgesic
2. Pemberian analgesic
membaik (5)
I.08243
- Fungsi berkemih Observasi
membaik (5) - Identivikasi

- Nafsu makan karakteristik nyeri


- Identivikasi alergi
membaik (5)
obat
- Pola tidur Teraupetik
membaik (5) - Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapainilai
optomal
Edukasi
- Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, sesuai indikasi
2 Defisit Nutrisi  Status nutrisi L.03030 1. Managemen nutrisi
berhubungan - Porsi makan L.03119
dengan yang dihabiskan Observasi
ketidakmampuan meningkat (5) - Identifkasi status
mengabsorbsi - Kekuatan otot nutrisi
makanan karena pengunyah - Identifikasi alergi dan
faktor biologi. meningkat (5) intoleransi makanan
- Kekuatan otot - Identifikasi makanan
menenlan yang disukai
menigkat (5) - Identifikasi
- Perasaan cepat kebutuhan kalori dan
kenyang jenis nutrien
menurun (5) - Monitor asupan
- Nyeri abdomen makanan
menurun (5) - Monitor BB
- Diare menurun - Monitor hasil
(5) pemeriksaan lab
- Berat badan Terapeutik
membaik (5) - Lakukan oral hygine
- IMTmembaik (5) sebelum makan
- Frekwensi - Isilitasi menentukan
makan membaik pedoman diet
(5) - Berikan makanan
- Nafsu makan tinggi serat untuk
membaik (5) menghindari
- Bising usus konstipasi
membaik (5) - Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan , jika perlu
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Post Operasi
no Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
1 Resiko infeksi  Tingkat infeksi 1. Pencegahan infeksi
berhubungan - Kebersihan tangan Observasi
dengan luka post meningkat (5) - Monitor tanda dan
operasi - Kebersihan badan gejala infeksi lokal
meningkat (5) dan sistemik
- Nafsu makan Terapeutik
meningkat (5) - Batasi jumlah
- Demam menurun (5) pengunjung
- Kemerahan menurun - Berikan perawatan
(5) kulit pada daerah
- Nyeri menurun (5) edema
- Bengkak menurun - Cuci tangan sebelum,
(5) sesudah, kontak
- Cairan berbau busuk dengan pasien dan
menurun (5) lingkungan pasien
- Sputumberwarna - Pertahankan teknik
hijau menurun (5) aseptik pada pasien
- Kadar sel darah beresiko tinggi
putih membaik (5) Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan yang
benar
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta : EGC
Dongoes, Merillynn. 2008. Nursing care plans. Guidelines for planing and
documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
Jakarta. EGC
Prince A Sylvia & Wilson. 2006. Patofisiology Clinical Concept. Jakarta. Peter
Anugrah EGC
Suriadi & Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta. EGC
Wong D. L., Huckenberry M.J. 2008. Wong’s Nursing care of infants and children.
Mosby Company, St Louis Missouri
Wong D. Dan Whalley. 2007. Clinical Manual Of Pediatric Nursing. 4th edition.
Lippincott: Philadelphia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Ed.1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Ed.1
cetakan 2. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Ed.1
cetakan 2. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Oktaviana Hidayatis A


NIM : 14401.16.17030
Judul : Invaginasi

Mahasiswa
( )

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )

LEMBAR KONSUL
Nama : Oktaviana Hidayatis A
NIM : 14401.16.17030
NO. TANGGAL KONSUL SARAN PEMBIMBING TTD

Anda mungkin juga menyukai