Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS TUMOR MYELUM ( TUMOR MEDULLA SPINALIS )

DI RUANG 24B RS SAIFUL ANWAR MALANG

Di susun oleh:

OKTAVIANA HIDAYATIS A

(14401.16.17030)

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MEDULA SPINALIS

A. DEFINISI
Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam
Medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara, 2010)
Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi pada semua kelompok usia,
tetapi jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2008).
Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi
juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2006 : 1190)
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau
isinya dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena keterlibatan medula spinalis atau
akar – akar saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam tumor otak dan
mempunyai prognosis yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.

B. GAMBAR ANATOMI YANG TERKAIT

Sumber : http://medicastore.com/penyakit/689/Tumor_Medula_Spinalis.html
Sumber : http : //cancerresearchchuk.orng

Sumber : https://bimaariotejo.files.wordpress.com/2009/07/81.jpg
C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya
a. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor primer
yang bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma
sedangkan yang bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona
(neoplasma yang timbul pada kanalis sentralis medula spinalis).
b. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan
metastatis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker
payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.
2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price,
2006 : 1190)
a. Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari
dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari
lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price,
2006 : 1192)
b. Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
1) Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis. Tumor ini
biasanya neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen).
Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma
tumbuh menyerupai jam pasir yang meluas kedalam ruang ekstradural.
Sebagian kecil neurofibroma mengalami perubahan sarkomatosa dan menjadi
infasis atau bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak begitu
erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan sekitar 90%
dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita usia
separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral medula
spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi medula
spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 : 1193)
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri. Struktur
histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial.
Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial,
tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari
tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma dan
sisanya adalah ologidendroglioma dan hemangioblastoma. Ependimoma
dapat terjadi pada semua tingkat medula spinalis tetapi paling sering pada
konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke
bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang
serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193).

Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1

Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-


ekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural
Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya

Intradural Intradural
Ekstra dural
ekstramedular intramedular

Chondroblastoma Ependymoma, tipe Astrocytoma


myxopapillary
Chondroma Ependymoma
Epidermoid
Hemangioma Ganglioglioma
Lipoma
Lipoma Hemangioblastoma
Meningioma
Lymphoma Hemangioma
Neurofibroma
Meningioma Lipoma
Paraganglioma
Metastasis Medulloblastoma
Schwanoma
Neuroblastoma Neuroblastoma

Neurofibroma Neurofibroma

Osteoblastoma Oligodendroglioma

Osteochondroma Teratoma

Osteosarcoma

Sarcoma

Vertebral
hemangioma
3. Kompresi medula spinalis pada berbagai tingkat :
a. Tumor foramen magnum
Sebagian besar merupakan meningioma. Dan berasal dari dura taut
kranioservikalis.
Gejala awal dan tersering adalah
- Nyeri servikalis posterior (nyeri sub oksipital).
- kelemahan sensoris dan motoris berupa hiperestesia dalam dermatom vertebra
servikalis (C2) akibat kompresi pada akar syaraf.
- Gejala tambahan gangguan sensorik dan motorik pada tangan. Gejala lainnya
adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus (osilisasi mata yang cepat saat
memandang atau melihat suatu daerah atau benda), kesulitan bernapas, mual
muntah serta artrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. (Price, 2006 :
1191)
b. Tumor daerah servikal (Price, 2006 : 1191)
Lesi daerah servikal menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik.
- Lesi servikalis bagian atas disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior sehingga kelemahan dan atrofi gelang
bahu dan lengan.
- Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan
hilangnya refleks tendon ektremitas atas (biseps brakioradialis, trisep).
- Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari
pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
c. Tumor daerah thorakal
Pada lesi daerah thorakal seringkali terjadi kelemahan spastik yang timbul
perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan mengalami parestesia. Pasien dapat
mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada serta abdomen akibat
gangguan intrathorakal dan intraabdominal. Pada lesi thorakal bagian bawah
refleks perut bagian bawah dan tanda beevor (umbilikus menonjol apabila
penderita pada posis terlentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat
menghilang. (Price, 2006 : 1191)
d. Tumor di daerah lumbosakral (Price, 2006 : 1992)
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas menyebabkan fleksi panggul dan
spastisitas tungkai bawah.
- Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta
kehilngan refkleks pergelangan kaki.
- Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral
bagian bawah.
e. Tumor kauda equina
Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda
– tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. (Price, 2006 : 1192)
D. ETIOLOGI
1. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian
adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
2. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar
dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan membentuk
jaringan tumor baru di daerah tersebut.
E. PATOFISIOLOGI
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan
infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan serebrospinal. Derajad
gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa
terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama
tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau
tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang
belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan
nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan
sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis yang terserang.
Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu
pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor. Tumor medula
spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada
sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur.
Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan.
Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan
sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat
dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk
hilang fungsi eliminasi fecal dan urine.
F. PATHWAY

Perkembangan awal dari embrio

Kelainan kongenital

Kegagalan penutupan elemen saraf

dari kanalis spinalis

Defek pada arkus posterior

Kegagalan fungsi arkus posterior

vertebra pada daerah lumbosakral

sina bipida okulta spina bipida aperta

terlibatnya struktur saraf

paralisis spastik peningkatan TIK Nyeri

Resiko
resiko tinggicidera
cidera resiko herniasi defisit neurologis

paralisis visera paralisis motorik paralisis motorik

paralisis anggota kehilangan sesoris

Gangguan urine
eliminasi urin gerak bawah anggota gerak bawah

hambatan mobilitas fisik Intoleransi aktifitas

Gangguan
mobilitas fisik
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1192)
a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah
tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.
b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat
oleh gerakan tulang belakang.
c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan
medula spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang
ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.
2. Tumor Intradural
a. Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
- Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.
- Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling berat
terjadi pada malam hari.
- Defisit sensorik
- Parestesia
- Ataksia
- Jika tumor terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan serta
gangguan motorik yang hebat.
b. Tumor Intramedular (Price, 2006 : 1193)
- Hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas diseluruh segmen
yang terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
- Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
- Defisit sensasi nyeri dan suhu.
- Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi
- Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis
kelamin
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam
Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis

Lokasi Tanda dan Gejala

Foramen Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh


Magnum lambat sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan
tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai
dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis
kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ;
batuk, mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat
memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan
sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang
melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing.
Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan
hilangnya sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya
adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan
bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan neurologik
tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia,
rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga
N.XI, dan kelemahan ekstremitas.
Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi
radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga
menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis
bagian atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh
kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria
spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan
atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih
rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks
tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps).
Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan
bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah
dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan
hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.

Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan


pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami
parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit
dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin
dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan
intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut
bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus menonjol apabila
penderita pada posisi telentang mengangkat kepala melawan
suatu tahanan) dapat menghilang.
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor
yang melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya
letak segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan
radiks saraf desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih
tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak
mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks
kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi
panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi
kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan
tanda Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan
keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah
dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta
kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi
daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol
usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang
mengenai daerah sakral bagian bawah.
Kauda Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi.
Ekuina Tnda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum
atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai.
Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang
terkena dan terkadang asimetris.
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan serabut-serabut neuron
2. Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
6. Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih atau sembelit.
7. Komplikasi pembedahan :
a. Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.
b. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
c. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.

1. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,
dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh
cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok
sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis
yang komplit.
2. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan
ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang belakang
lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan
vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat,
hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
3. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan
terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga
dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang
berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan
melihat progresifitas tumor.
4. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang
mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor
yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.
5. Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis semua tipe
tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan
kontras pada struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan
pemeriksaan yang lain.
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen
intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau
tampak berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta
pelebaran jarak interpendikular.
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradural-
ekstramedular memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada
pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada
bayangan medula spinalis.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.
Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan
neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang
mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara
total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
1. Deksamethason : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga
menghasilkan perbaikan neurologis).
2. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
a. Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik
kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
b. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada
10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi
biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
3. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan
kecepatan deteriorasi
a. bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera
mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya
dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama
radiasi, selama 2 minggu.
b. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg
selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
4. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat
diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
5. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan
tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan :

a. Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan
riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
b. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
c. Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan
atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang
radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.
d. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR MYELUM

A. Pengkajian tumor myelum

a. Identitas pasien
1. Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor myelum
2. Jenis Kelamin
Penyakit tumor myelum ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada
perempuan.
3. Usia
Tumor myelum dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54
tahun.
4. Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap serta lingkungan yang
sering terpajan oleh gas kimia, asap industry
5. Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor myelum.
6. Suku Bangsa
Tumor myelum jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun
Oseania.Namun relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara dan China.
7. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor myelum,
karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu.
b. Status kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya didapat keluhan muntah, gangguan menelan( batuk, air liur keluar,
nyeri punggung saat beraktivitas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS.
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit
sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan
keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah
terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor
myelum ini menunjukkan tanda dan gejala nyeri punggung saat beraktivitas
hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di bawah
daun telinga.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada
keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit
neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
4. Aktivitas / istirahat
Gejala Kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan
kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam
keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi
tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
5. Makanan / cairan
Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan sklera. Tanda :
muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
6. Integritas Ego,
Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas,
mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
c. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang
berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dari
rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur, rambut rontok
b. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan :
perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
c. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi
d. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti,
kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak
seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi,
kejang, sensitiv terhadap gerakan
e. Pencernaan : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
f. Sistem Reproduksi : Amenorhea, , dabetes insipidus.
g. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
h. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan
sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan
tingkat kepuasan)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akutberhubungan dengan Peningkatan TIK
2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan paralisis visera
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kehilangan sensoris anggota gerak bawah
C.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan

1 Nyeri akut  Tingkat nyeri 1. Manajment nyeri


berhubungan L.08066 I.08238
dengan - Keluhan nyeri Observasi
Peningkatan TIK menurun (5) - Identifikasi lokasi,
- Meringis karakteristik, durasi,
menurun (5) frekuensinyeri, kualitas,
- Gelisah menurun intensitas nyeri
(5) - Identifikasi skala nyeri
- Kesulitan tidur Teraupetik
menurun (5) - Berikan teknik non
- Perineum terasa farmakologi untuk
tertekan menurun mengurangi rasa nyeri
(5) Edukasi
- Uterus teraba - Jelaskan penyebab, periode
membulat (5) dan pemicu nyeri
- Frekwensi nadi - Jelaskan strategi meredakan
membaik (5) nyeri
- Pola napas Kolaborasi
membaik (5) - Kolaborasi pemberian
- Tekanan darah analgesic
membaik (5) 2. Pemberian analgesic
- Fungsi berkemih I.08243
membaik (5) Observasi
- Nafsu makan - Identivikasi karakteristik nyeri
membaik (5) - Identivikasi alergi obat
- Pola tidur Teraupetik
membaik (5) - Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk
mencapainilai optomal
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesic, sesuai indikasi
2 Gangguan  Eliminasi Urin 1. Managemen Eliminasi Urine
Eliminasi Urin L.04034 L.04152
berhubungan - Desakan Observasi
dengan paralisis berkemih
- Identifikasi tanda dan gejala
visera menurun (5)
retensi atau inkontenensia urine
- Distensi kandung
- Identifikasi faktor yang
kemih menurun
menyebabkan retensi atau
(5)
inkontenensia urine
- Berkemih tidak
- Monitor eliminasi urine
tuntas menurun
(5) Terapeutik
- Volume residu
- Catat waktu dan haluaran
urin menurun (5)
berkemih
- Urine menetes /
- Batasi asupan cairan, jika perlu
dribbling
- Ambil sample urine tengah (
menurun (5)
- Enuresis midstream) atau kultur
menurun (5)
Edukasi
- Disuria menurun
(5) - Ajarkan tanda dan gejala
- Anuna menurun infeksi saluran kemih
(5) - Ajarkan mengukur asupan
- Frekwensi BAK cairan dan haluaran urine
membaik (5) - Ajarkan mengenali tanda
- Karakteristik berkemih dan waktu yang tepat
urine membaik untuk berkemih
(5) - Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot panggul/
berkemih
- Anjurkan minum yang cukup
- Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat


supositoria uretra, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Muttakin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:

Salemba Medika

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih

Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Ed.1. Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Ed.1 cetakan 2.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Ed.1

cetakan 2. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN KASUS TUMOR MYELUM RS SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :

OKTAVIANA HIDAYATIS A

14401.16.17030

Kelompok 03

Telah diperiksa kelengkapannya pada :

Hari :

Tanggal :

Dan dinyatakanmemenuhikompetensi

Mengetahui,

Pembimbing CI PembimbingAkademik

............................................. .............................................
LEMBAR KONSULTASI

Nama : OKTAVIANA HIDAYATIS A


NIM : 14401.16.17030
Prodi : D3 Keperawatan

No Hari/Tgl Saran TTd/Paraf

Anda mungkin juga menyukai