Oleh:
Annisa Syakhira, S. Kep
2312501010007
Pembimbing:
A. Definisi
Tumor adalah sel yang tumbuh tidak normal pada beberapa bagian
tubuh, dapat tumbuh jinak atau ganas dan tumbuhnya tidak dipengaruhi
jaringan sekitarnya (Kemenkes, 2019).
Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru
di dalam medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna).
(Satyanegara, 2010). Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi
pada semua kelompok usia, tetapi jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun
(Muttakin, Arif, 2008).
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena
keterlibatan medula spinalis atau akar – akar saraf. Tumor medula spinalis
primer merupakan seperenam tumor otak dan mempunyai prognosis yang
lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak. Tumor Medula spinalis tidak
hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi juga akibat kompresi
yang disebabkan oleh tumor, (Price, 2006).
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala akibat terlibatnya
medula spinalis atau radix saraf, (Adril, A. Hakim, 2010).
B. Etiologi
a. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih
dalam tahap penelitian adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan
kimia yang bersifat karsinogenik.
b. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang
menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian
menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula
spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah
tersebut.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya
a. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas.
Tumor primer yang bersifat ganas contohnya astrositoma,
neuroblastoma dan kordoma sedangkan yang bersifat jinak contohnya
neurinoma, glioma dan ependimona (neoplasma yang timbul pada
kanalis sentralis medula spinalis).
b. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena
merupakan metastatis dari proses keganasan di tempat lain seperti
kanker paru-paru, kanker payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar
tiroid atau limfoma.
2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula
spinalis (Price, 2006)
a. Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis
atau dari dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural terutama
merupakan metastasis dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid,
paru-paru, ginjal dan lambung. (Price, 2006)
b. Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
1) Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis.
Tumor ini biasanya neurofibroma atau meningioma (tumor pada
meningen). Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal.
Kadang-kadang neurofibroma tumbuh menyerupai jam pasir yang
meluas kedalam ruang ekstradural. Sebagian kecil neurofibroma
mengalami perubahan sarkomatosa dan menjadi infasis atau
bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak begitu erat
pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan
sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering
terjadi pada wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini
adalah sisi posterolateral medula spinalis. Lesi medula spinalis
ektramedular menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks
saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006)
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri.
Struktur histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan
tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma.
Berbeda dengan tumor intrakranial, tumor intra medular
cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari tumor
intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah
atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma dan
hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat
medula spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda
ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke bagian tengah
medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta
neuron-neuron substansia grisea, (Price, 2006)
Gambar (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-
ekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural
Intradural Intradural
Ekstra dural
ekstramedular intramedular
Chondroblastoma Ependymoma, tipe Astrocytoma
myxopapillary
Chondroma Epidermoid Ependymoma
Hemangioma Lipoma Ganglioglioma
Lipoma Meningioma Hemangioblastoma
Lymphoma Neurofibroma Hemangioma
Meningioma Paraganglioma Lipoma
Metastasis Schwanoma Medulloblastoma
Neuroblastoma Neuroblastoma
Neurofibroma Neurofibroma
Osteoblastoma Oligodendroglioma
Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
D. Manifestasi Klinis
1. Tumor Ekstradural (Price, 2006)
a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas
pada daerah tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola
dermatom.
b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan
menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang.
c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum
keterlibatan medula spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi
paraplegia yang ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah
Lokasi Tanda dan Gejala
A. Pengkajian
2. Keluhan utama
b) Infeksi akut: kejadian, tanda dan gejala kejang, tempat infeksi, sumber
infeksi, penanganan yang sudah diberikan dan responya.
a) Apakah ada trauma : kepala, tulang belakang, spinal cord, trauma lahir,
trauma saraf.
4. Riwayat keluarga
5. Pemeriksaan fisik
6. Statsus mental
GCS
Respon Membuka Mata Nilai
Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Terorientasi 5
Percakapan membingungkan 4
Suara menggumam 2
Mengikuti perintah 6
Ektensi abnormal 2
Kekuatan otot
Respon Nilai
a) Refleks Bisep
2) Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi,
lengan diletakkan diatas lengan pemeriksa
b) Refleks Trisep
c) Refleks Patella
lain.
d) Refleks Babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui
sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan
penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol
kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau
membuka.
Normal pada bayi masih ada.
e) Refleks Achilles
f) Refleks Kornea
Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila
mengedip (N IV & X).
g) Refleks Faring
B. Diagnosa Keperawatan
Edukasi
12. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
13. Jelaskan
strategi Meredakan nyeri
14. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
15. Anjurkan
menggunakan analgetic
secara tepat
16. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
17. Kolaborasi
pemberian analgesic bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Muttakin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama