Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bientar Tirta P Y
Dwi Yuli A.
Fadiah Hasanah
Haris Iqbal M.
Ika Septiani
Nurul Chafifah
Pangestu Rahmawati H
Rasika Wiguna
Riana Azzahra Devi
P17420213088
P17420213092
P17420213094
P17420213097
P17420213099
P17420213108
P17420213109
P17420213110
P17420213112
Kelas : IIC
Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam
Medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara, 2010)
Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi pada semua kelompok
usia, tetapi jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2008).
Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja
tapi juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2006 : 1190)
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang
atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala gejala karena keterlibatan medula
spinalis atau akar akar saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam
tumor otak dan mempunyai prognosis yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.
B. GAMBAR ANATOMI YANG TERKAIT
Sumber : http://medicastore.com/penyakit/689/Tumor_Medula_Spinalis.html
Sumber : https://bimaariotejo.files.wordpress.com/2009/07/81.jpg
C. KLASIFIKASI
neurofibroma
atau
meningioma
(tumor
pada
meningen).
medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 :
1193)
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri. Struktur
histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial.
Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial,
tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari
tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma
dan sisanya adalah ologidendroglioma dan hemangioblastoma. Ependimoma
dapat terjadi pada semua tingkat medula spinalis tetapi paling sering pada
konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke
bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang
serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193).
Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1
.
Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intraduralekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural
Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya
Intradural
Ekstra dural
Intradural ekstramedular
intramedular
Chondroblastom
Ependymoma, tipe
myxopapillary
Chondroma
Epidermoid
Hemangioma
Lipoma
Lipoma
Meningioma
Lymphoma
Neurofibroma
Meningioma
Paraganglioma
Metastasis
Schwanoma
Astrocytoma
Ependymoma
Ganglioglioma
Hemangioblastoma
Hemangioma
Lipoma
Medulloblastoma
Neuroblastoma
Neuroblastoma
Neurofibroma
Neurofibroma
Oligodendroglioma
Osteoblastoma
Teratoma
Osteochondroma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
besar
merupakan
meningioma.
Dan
kranioservikalis.
Gejala awal dan tersering adalah
- Nyeri servikalis posterior (nyeri sub oksipital).
berasal
dari dura
taut
1191)
b. Tumor daerah servikal (Price, 2006 : 1191)
Lesi daerah servikal menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik.
- Lesi servikalis bagian atas disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior sehingga kelemahan dan atrofi
Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta
bagian bawah.
e. Tumor kauda equina
Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda
tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. (Price, 2006 : 1192)
D. ETIOLOGI
1. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian
adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
2. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar
dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.
E. PATHOFISIOLOGI
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan
infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan serebrospinal. Derajad
gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa
terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama
tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau
tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas
tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya
menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit
motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis yang
terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan
dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor. Tumor
medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti
pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi
temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama
pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya
rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit,
bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan
hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine.
F. PATHWAY
Perkembangan awal dari embrio
Kelainan kongenital
Kegagalan penutupan elemen saraf
dari kanalis spinalis
Defek pada arkus posterior
Kegagalan fungsi arkus posterior
vertebra pada daerah lumbosakral
paralisis spastik
Resiko
resiko
tinggicidera
cidera
paralisis visera
gangguan inkontinensia
Gangguan inkontinensia
urin
urine
peningkatan TIK
Nyeri
resiko herniasi
paralisis motorik
kehilangan sesoris
anggota gerak bawah
Intoleransi
aktifitas
defisit neurologis
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1192)
a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah
tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.
b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat
oleh gerakan tulang belakang.
c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan
medula spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang
ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.
2. Tumor Intradural
a. Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
- Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.
- Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling berat
-
yang terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
Defisit sensasi nyeri dan suhu.
Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi
Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis
kelamin
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam
Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis
Lokasi
Foramen
Magnum
Servikal
Torakal
Lumbosakral
Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak
segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf
Kauda Ekuina
Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tndatanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau
perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis
flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan
terkadang asimetris.
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan serabut-serabut neuron
2. Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
6. Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih atau sembelit.
7. Komplikasi pembedahan :
a. Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.
b. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
c. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.
1. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,
dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh
cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok
sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan
paralisis yang komplit.
2. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan
ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai mata burung hantu pada tulang
belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intraduralekstramedular memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada
pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada
bayangan medula spinalis.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.
Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan
gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor
yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak
secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
1.
Deksamethason : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga
2.
kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada
10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi
BAB II
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR MEDULA
SPINALIS
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah,
penghasilan
2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat
tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit
neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam
keseimbangan, perubaanpola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur
seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
4. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada
tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
5. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda :
cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
7. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan sklera.
Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar,
disfagia)
8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran,
tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda :
perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi
pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak
simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia,
hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
9. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
10. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi.
11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
13. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar
matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
14. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat
kepuasan)
15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan
rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
B. Masalah keperawatan
1. Kelumpuhan
2. Gangguan sensibilitas
3. Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical tinggi
4. Gangguan sistem cerna
5. Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil
6. Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung
1. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf, peningkatan TIK
ditandai dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar
wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap
toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri,
perubahan pola tidur, menarik diri secara fisik.
NOC :
a.
Pain Level
b.
Pain control
c.
Comfort level
Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan nyeri pasien
berkurang dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi karena paralisis
motoric yang menyebabkan kelemahan ektermitas bagian bawah.
NOC :
a. Self Care : ADLs
b. Toleransi aktivitas
c. Konservasi energi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
NIC :
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
d. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
e. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
f. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
g. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
h. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Resiko cidera berhubungan dengan tidak berfungsinya sensoris yang disebabkan oleh
paralisis spatik.
NOC :
a. Risk Kontrol
b. Immune status
c. Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Klien tidak mengalami injury
dengan kriterian hasil:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
DAFTAR PUSTAKA
Muttakin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama