Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh

pasien dalam kehidupan sehari – hari (Grosberg, et al. 2013). Hampir 90% nyeri

kepala benigna (tidak membahayakan). Meskipun kebanyakan adalah kondisi

yang tidak berbahaya, namun nyeri kepala yang timbul pertama kali dan akut

adalah manfestasi awal dari penyakit sistemik atau suatu proses intrakranial yang

memerlukan evaluasi sistemik yang lebih teliti. (Bahrudin, 2013)

Menurut kriteria IHS yang diadopsi oleh PERDOSSI, nyeri kepala

dibedakan menjadi nyeri kepala primer dan sekunder. 90% nyeri kepala masuk

dalam kategori nyeri kepala primer, 10% sisanya masuk dalam kategori nyeri

kepala sekunder. Disebut nyeri kepala primer apabila tidak ditemukan adanya

kerusakan struktural maupun metabolik yang mendasari nyeri kepala. Disebut

nyeri kepala sekunder apabila nyeri kepala didasari oleh adanya kerusakan

struktural atau sistemik (Hidayati, 2016)


2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi nyeri kepala

Nyeri kepala di definisikan sebagai rasa nyeri yang timbul dari kepala atau leher

bagian atas tubuh (Marks, 2013)

2.2 Etiologi Nyeri Kepala

Secara praktis penyebab timbulnya nyeri kepala dapat diringkas sebagai berikut:

a. Circulation: perdarahan intrasereberal, perdarahan subaraknoidal

b. Encephalomeningitis

c. Migraine

d. Eye: glaukoma, radang, keratitis, anomali refraksi

e. Neoplasma (tumor otak)

f. Trauma kepala: komusio, kontusio, perdarahan ekstradural, perdarahan

subdural.

g. Ear & nose: mastoiditis, otitis media, sinusitis, rhinitis

h. Dental: gusi dan gigi

i. Cluster headache

j. Otot: tension headache

k. Arteritis temporalis

l. Trigeminal neuralgia

Bila huruf terdepan dirangkai, maka terbentuk kata “CEMENTED COAT”.

(Bahrudin, 2013)
3

2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala Primer

Secara garis besar klasifikasi nyeri kepala menurut International

Headache Society 2018 dibagi atas nyeri kepala primer, nyeri kepala sekunder,

dan Painful Cranial Neuropathies, Other Facial Pain and Other Headaches.

Nyeri kepala primer meliputi migrain, tension tipe headache, nyeri kepala cluster

Tabel 2.1 Langkah Anamnesis Pasien dengan Nyeri Kepala

(“H.SOCRATESS”)

H History (riwayat)
S Site (tempat)
O Origin (tempat asal)
C Character (karakter)
R Radiation (penjalaran)
A Associated symptoms (kumpulan gejala yang terkait)
T Timing (waktu)
E Exacerbating & relieving (hal yang memperparah dan memperingan)
S Severity (derajat keparahan/intensitas)
S State of health between attacks (kondisi kesehatan diantara serangan)

Sebagian besar pasien dengan nyeri kepala pada pemeriksaan fisiknya

ditemukan normal. Hanya sebagian kecil saja yang tidak normal. Apabila

ditemukan ketidaknormalan pada pemeriksaan fisik pasien dengan nyeri kepala,

maka hal ini merupakan tanda bahaya (red flags). Beberapa tanda bahaya nyeri

dapat dilihat pada tabel 2.3. Red flags adalah gejala atau tanda fisik yang memberi

petunjuk akan adanya suatu kelainan yang serius yang mendasari nyeri. (Grosberg

et al., 2013)

 Tabel 2.2 Tanda Bahaya Nyeri Kepala yang Menakutkan (SNOOPY)

S Systemic symptoms (gejala sistemik)


S Secondary Headache risk factors (faktor resiko nyeri kepala sekunder)
S Seizures (kejang)
4

N Neurologics symptoms or abnormal signs (gejala neurologik atau tanda


abnormal)
O Onset
O Older (usia tua)
P Progression of headache (nyeri kepala progresif)
P Positional change (perubahan posisi)
P Papiledema (papil edem)
P Precipitated factors (faktor pencetus)
(Hidayati., 2016)

2.3.1 Migrain

Migrain sendiri merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer

yang diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan

merupakan penyebab nyeri kepala primer kedua setelah Tension Type

Headache (TTH). Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya

unilateral dengan sifat nyeri yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di

daerah frontotemporal.

Migrain pada wanita terjadi 3 kali lebih sering dari pada pria,

migrain bisa dikatakan merupakan penyakit kronis yang paling umum

terjadi pada wanita, rasa sakit biasanya dideskripsikan “sakit” dan “sangat

sakit” oleh 60% - 80% penderita migrain. awitan sering terjadi di usia

belasan dengan prevalensi puncak pada usia 35-45 tahun. Dua tipe migrain

yang umumnya terjadi adalah migrain tanpa aura dan migrain dengan aura

atau yang lebih dikenal dengan migrain yang umum terjadi dan classic

migrain (Bahri dan Zulfazli, 2015)

2.3.1.1 Migrain tanpa Aura (Common migrain)

Merupakan migrain terbanyak sekitar 80%. Keluhan berupa nyeri kepala berulang

dengan manifestasi serangan selama 4 – 72 jam. Karakteristik nyeri kepala


5

unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan

aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotophobia dan

fonophobia (Perdossi, 2016).

diagnosis migrain ini dibagi menjadi beberapa kriteria: (Internasional Headache

Society)

(Setiawan, 2014)
6

2.3.1.2 Migrain dengan Aura (klasik)

Serangan berulang yang berlangsung beberapa menit, unilateral, aura

visual, sensorik yang reversibel, atau gejala sistem saraf pusat lainnya yang

berjalan secara perlahan, diikuti nyeri kepala dan gejala penyerta migrain.

Beberapa pasien mengalami fase prodromal, terjadi beberapa jam atau

beberapa hari sebelum sakit kepala, dan / atau fase postdromal mengikuti

resolusi sakit kepala. Gejala prodromal dan postdromal meliputi perubahan

mood, irritable, depresi atau euphoria, hasrat untuk makanan tertentu,

kelelahan, tidur berlebihan.

2.3.1.3 Faktor pencetus :

a. Hormonal (menstruasi)

b. Psikologis (stress, depresi)

c. Puasa dan terlambat makan


7

d. Faktor herediter

e. Terlalu banyak tidur atau kurang tidur

f. Cahaya kilat, ketinggian

2.3.1.4 Tatalaksana

Umum : hindari pencetus migrain

farmakologi migrain dibagi menjadi 2 kelompok

a. Pengobatan serangan akut

 Abortif non spesifik

Analgetik (paracetamol, asam mefenamat, aspirin) diberikan

bersama dengan obat yang dapat mengurangi stasis lambung seperti

metoclopramide.

 Abortif spesifik

- Golongan ergotamin / dehidroergotamin secara subkutan atau IM

diberikan sebanyak 0,25 – 0,5 mg. Secara oral atau sublingual

dapat diberikan 2 mg segera setelah nyeri timbul. Efek sampingnya

terjadi vasokontriksi pembuluh darah koroner dan pembuluh darah

perifer lain

- Sebaiknya diberi sumatriptan secara suntikan maupun peroral

karena efek samping yang minimal

b. Pengobatan profilaksis

Kriteria pemberian :

- Insidens seraangan > 2 – 3x tiap bulan


8

- Serangan berat dan mengganggu aktifitas normal

- Secara psikologi pasien tidak bisa mengatasi nyeri

- Terapi abortif gagal / terjadi efek samping berat

Obat yang diberikan :

- Propanolol (beta bloker) kontraindikasi : pasien asma, pasien yang

sering melakukan kegiatan olahraga

- Calcium blocker (flunarizin) efek samping : parkinson, mengantuk

- Valproic acid (anti konvulsan). Efek samping : hepatotoksik

- Lama pengobatan antara 6 – 8 minggu (Bahrudin, 2017)

2.3.2 Nyeri Kepala Cluster (Cluster Headache)

Cluster headache adalah sakit kepala jenis primer dengan tipe

serangan sakit kepala yang parah, mendadak, berulang di daerah

periorbital unilateral. Cluster merupakan kumpulan dari serangan.

Nyeri kepala cluster cenderung jarang ditemukan. Meskipun jenis

nyeri kepala ini adalah yang paling jarang, sekitar 5000.000 warga

Amerika pernah mengalami nyeri kepala ini minimal sekali dalam

hidupnya dengan 70% pasien melaporkan pertama kali mengalami nyeri

ini di bawah usia 30 tahun. (Haryani et al, 2018)

Etiologi belum pasti diketahui, tetapi beberapa pemicu meliputi

stress, alergi, gangguan pola tidur, perokok berat, alkohol.


9

Nyeri kepala cluster dapat di klasifikasikan menjadi 2 tipe utama :

a. Tipe episodic :80 – 90% dari kasus nyeri kepala terbanyak, dimana

terdapat setidaknya dua fase cluster yang berlangsung selama 7 hari

hingga 1 tahun yang diantarai oleh periode bebas nyeri selama 1 bulan

/ lebih lama.

b. Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali dalam

setahun, dapat disertai remisi atau dengan periode bebas nyeri yang

kurang dari 1 bulan

2.3.2.1 Gejala klinis :

 Lebih banyak didapatkan pada laki – laki (90%), usia dewasa

 Timbul terutama pada malam hari

 Nyeri tajam yang terjadi unilateral mengenai separuh dari kepala,

terutama berkisar sekitar mata (orbitofrontal), kemudian meluas ke

rahang dan pelipis serta leher

 Nyeri ini terkadang dapat digambarkan sebagai nyeri yang pulsatil

ataupun seperti terikat dan dapat terjadi bilateral

 Nyeri kepala ini berlangsung singkat, antara 15 menit – 3 jam per

episode, karakter seperti “dibor” seolah – olah mata didorong keluar.

Serangan dapat terjadi hingga 8 episode per hari.

 Biasanya disertai gejala otonom : keluar banyak air mata, rhinorrhea,

sindroma horner (ptosis, enoftalmus, anhidrosis, flushing dan miosis)


10

 Nyeri timbul oleh karena gangguan saraf simpatis yang

menginervasi arteri temporalis sehingga terjadi vasodilatasi

(Bahrudin, 2017)

2.3.2.2 Pemeriksaan fisik

- selama serangan  injeksi konjungtival, lakrimasi, obstruksi hidung,

muka merah, pembengkakan di pelipis pipi gusi, nyeri tekan pada tempat

a.carotis di leher

- beberapa jam setelah serangan  muncul sindroma horner parsial

(ptosis, miosis)

2.3.2.3 Tatalaksana :

 Terapi abortif :

- O2 murni dengan memakai masker 8 – 10 / menit selama 15 menit

- Ergotamin tartat / sumatriptan, tetes hidung lidocain 4%

- Methysergide, kortikosteroid, valproic acid, verapamil

 Terapi preventif

Metisergide, kortikosteroid – ergotamin tartat – klorpromasin,

lithium karbonat verapamil. (Bahrudin, 2017)

2.3.3 Tension Type Headache (TTH)

Definisi

Nyeri kepala tegang sebagai episode yang berulang dan nyeri kepala yang

berlangsung bermenit – menit sampai berhari – hari, nyeri bersifat ketat atau
11

menekan, dengan intensitas ringan sampai sedang, biasanya bilateral dan tidak

memberat dengan aktifitas fisik rutin, namun dapat disertai fotofobia dan

fonofobia.

Klasifikasi Tension Type Headache

1. Infrequent episodic TTH

2. Frequent episodic TTH

3. Kronik TTH

2.3.3.1 Tension-type headache episodik yang infrequent

Deskripsi:

Nyeri kepala episodik yang infrequent, secara tipikal bilateral, rasa menekan atau

mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang, berlangsung beberapa menit

sampai hari. Nyeri tidak bertambah pada aktivitas rutin dan tidak didapatkan

mual, tetapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.

Kriteria diagnosis:

A. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1

hari/bulan (< 12 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D

B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari

C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas: 1. lokasi bilateral 2. kualitas

menekan atau mengikat (tidak berdenyut) 3. intensitasnya ringan atau sedang 4.

tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
12

D. Tidak didapatkan: 1. mual atau muntah 2. lebih dari satu keluhan fotofobia atau

fonofoliia

E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis lCHD-3 yang lain.

2.3.3.2 Tension-type headache episodik yang frequent

Deskripsi:

Nyeri kepala episode jrequenr, dengan tipikal bilateral, menekan atau mengikat

dengan intensitas ringan sampai sedang. berlangsung beberapa menit sampai

beberapa hari. Nyeri tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin dan tidak

ada mual, tetapi mungkin didapat fotofobia atau fonofobia.

Kriteria diagnosis:

A. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dalam 1-14 hari/bulan

berlangsung > 3 bulan (≥12 dan < 180 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D

B Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari

C. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari 4 karakteristik, berikut: 1.

lokasinya bilateral 2. menekan atau mengikat (tidak berdenyut) 3. intensitas

ringan atau sedang 4. tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin

seperti berjalan atau naik tangga

D. Tidak didapatkan: 1. mual atau muntah 2. lebih dari satu keluhan fomiobia atau

fonofobia

E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain


13

2.3.3.3 Tension-type headache kronis

Deskripsi:

Gangguan ini berkembang dari tension type headache episodik frequent, dengan

harian atau sangat sering nyeri kepala episodik, dengan tipikal bilateral, menekan

atau mengikat dengan kualitas intensitas nyeri sedang sampai berat, berlangsung

beberapa jam sampai beberapa hari, atau terus menerus. Nyeri kepala tidak

bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin, kemungkinan terdapat mual,

fotofobia, dan fonofobia ringan.

Kriteria diagnosis:

A. Nyeri kepala timbul 2 15 hari/bulan, berlangsung > 3 bulan (≥ 180 hari/tahun)

dan juga memenuhi kriteria B-D

B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus-menerus

C. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut: 1. lokasi bilateral 2.

menekan/mengikat (tidak berdenyut) 3. ringan atau sedang 4. tidak memberat

dengan aktivitas fisik yang rutin

D. Tidak didapatkan: 1. lebih dari satu: fotofobia, fonofobia atau mual yang

ringan 2. mual yang sedang atau berat, maupun muntah

E. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain

2.3.3.4 Penanganan tension-type headache

Prinsip penanganan tension-type headache


14

Berikut dijelaskan prinsip penanganan tension-type headache:

1. Terapi tension-type headache meliputi modifikasi gaya hidup untuk

mengurangi kambuhan nyeri kepala, modalitas terapi non farmakologis, dan terapi

farmakologis akut maupun profilaksis. .

2. Tahap awal penting pada tata laksana tension-type headache adalah edukasi

mengenai faktor pencetus dan implementasi tatalaksana stres dan latihan untuk

mencegah/mengurangi tension-type headache.

3. Tension-type headache akut membaik dengan sendirinya atau dikelola dengan

analgesik yang dijual bebas seperti asetaminofen, NSAID atau asam asetilsalisilat.

Kombinasi dengan kafein juga efektif.

4. Terapi non farmakologis meliputi terapi relaksasi, cognitive-behavioral therapy

dan pemijatan.

5. Terapi profilaksis diberikan bila nyeri kepala frequent, berhubungan dengan

pekerjaan, sekolah dan kualitas hidup, dan/atau penggunaan analgesik yang dijual

bebas meningkat (>10-15 hari per bulan). Pilihan terapi profilaksis meliputi

antidepresan trisiklik seperti amitriptyline dan nortriptyline.

2.3.3.5 Jenis terapi penanganan tension-type headache

Jenis terapi penanganan tension-type headache dibedakan menjadi:

 Terapi Farmakologis Tension-type Headache

a. Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu


15

1) Analgesik: aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 1000 mg/hari, NSAIDs

(Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400

mg/hari, asam mefenamat, fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenac 50-100

mg/hari). Pemberian analgesik dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi

gastrointestinal, penyakit ginjal dan hepar, gangguan fungsi platelet.

2) Kafein (analgesik ajuvan) 65 mg.

3) Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen 65-200 mg kafein.

b. Pada tipe kronis:

1) Antidepresan

Jenis trisiklik: amitriptyline, sebagai obat terapleutik maupun sebagai pencegahan

tension-type headache. Obat ini mempunyai efek analgesik dengan cara

mengurangi firing rate of trigeminal nucleus caudatus. Dalam jangka lama semua

trisiklik dapat menyebabkan penambahan berat badan (merangsang nafsu makan),

mengganggu jantung, hipotensi ortostatik dan efek antikolinergik seperti mulut

kering, mata kabur, tremor dan dysuria, retensi urine, dan konstipasi.

2) Antiansietas

Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita dengan

komorbid ansietas. Golongan benzodiazepine dan butalbutal sering dipakai.

Kekurangan obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat

memperburuk nyeri kepalanya.


16

 Terapi Non Farmakologis

a. Kontrol diet

b. Terapi fisik

c. Hindari pemakaian harian obat analgesik, sedatif, dan ergotamin

d. Behaviour Treatment

1. Pengobatan Fisik

a. Latihan postur dan posisi

b. Masase, ultrasound, terapi manual, kompres panas/dingin

c. Akupuntur TENS (transcutaneous electrical stimulation)

Obat Anastesi ataupun Bahan Lain pada Trigger Point

2. Terapi behaviour

Dapat dilakukan biofeedback, stress management therapy, reassurance, konseling,

terapi relaksasi, cognitive-behavioural therapy. Harus diberikan keterangan yang

jelas mengenaipatofisiologi sederhana dan pengobatannya serta tension-type

headache bukanlah penyakit yang serius seperti tumor otak, perdarahan otak dan

sebagainya sehingga dapat mengurangi ketegangan penderita.

3. Penanganan psikologis

Dalam hal ini harus diberikan penjelasan agar penderita dapat menerima hasil

yang didapat dan cukup realistik.


17

 Terapi Preventif Farmakologis

Indikasi:

Perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan nyeri kepala pada

tension-type headache episodik dan serangan yang lebih dari 15 hari dalam'satu

bulan (chronic tension-type headache).

Indikasi terapi preventif:

a. Terapi preventif direkomendasikan pada kasus disabilitas akibat nyeri kepala ≥

4 hari/ bulan atau tidak ada respons terhadap terapi simtomatis, bahkan bila

frekuensi nyeri kepalanya rendah.

b. Terapi dikatakan efektif bila mengurangi frekuensi serangan dan/atau derajat

keparahan minimal 50%.

c. Identifikasi faktor pencetus dan yang mengurangi nyeri kepala, jika

memungkinkan juga berperan dalam mengurangi frekuensi serangan.

d. Penyakit komorbid yang lain ikut menentukan pemilihan terapi (misal:

penggunaan amitriptyline dikontraindikasikan pada hipertrofi prostat dan

glaukoma).

e. Perhatian khusus terhadap adanya interaksi obat.

f. Terapi preventif seharusnya berbasis obat tunggal yang dititrasi pada dosis

rendah yang efektif dan ditoleransi dengan baik


18

g. Pasien harus dilibatkan dalam pemilihan terapi clan sedapat mungkin

dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat dalam jumlah banyak (kepatuhan

minum obat berkebalikan dengan jumlah obat yang dikonsumsi).

h. Pasien harus diinformasikan mengenai bagaimana dan kapan obat seharusnya

diminum, efikasi dan efek sampingnya. Pasien disarankan untuk mencatat

serangan nyeri kepala pada diary nyeri kepala untuk mengetahui frekuensi dan

durasi nyeri kepala, gangguan fungsional, jumlah obat simtomatis yang diminum,

efikasi terapi prevensi dan efek samping yang mungkin muncul.

Prinsip-prinsip pemilihan pengobatan:

a. Obat berdasarkan efektivitas lini pertama, efek samping, dan komorbid

penderita.

b. Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis

maksimal.

Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih.

Dapat diganti dengan obat lain bila obat pertama gagal.

e. Sedapat mungkin monoterapi.

2.3.4 Trigeminal Neuralgia

Trigeminal neuralgia yaitu nyeri unilateral secara spontan pada

muka yang mempunyai karakteristik seperti tersengat listrik, terbatas pada

distribusi 1 atau lebih divisi nervus trigeminus. Nyeri dapat dibangkitkan


19

dengan stimulus seperti menggosok gigi, berkumur, bercukur, merokok,

berbicara tetapi dapat juga terjadi secara spontan.

V.1 (n. Optalmikus) : kulit kepala, dahi, kepala bagian depan

V.2 (n. Maxillaris) : pipi, rahang atas, gigi dan gusi

V.3 (mandibularis) : rahang bawah, gigi bawah dan gusi

Etiologi tidak diketahui, penelitian mengatakan akibat dari

kompresi n.V, demyeliniasi syaraf akibat traksi gigi, genetik, tumor,

multiple sclerosism stress dan imun

2.3.4.1 Gejala klinis :

- Nyeri wajah unilateral seperti tertusuk, diperberat dengan gerakan

rahang atau disentuh

- Nyeri diawali dengan sensasi kejutan listrik kemudian timbul nyeri

- Kuantitas bervariasi, <1x/hari hingga ratusan kali/hari. Diantara

serangan tidak ada gejala, tetapi bisa terdapat nyeri tumpul.

2.3.4.2 Penatalaksanaan

- Carbamazepin 50 – 100 mg sebagai lini pertama ditingkatkan pelan

– pelan sampai dosis 600 – 1200 mg. Jika keluhan nyeri menghilang,

tappering off

- Oxarbazepine 300 mg sebagai alternatif

- Phenytoin 300 – 500 mg / hari sebagai lini kedua

- Gabapentin 600 – 2000 mg / hari


20

2.3.4.3 Prognosis

- Setelah serangan pertama mungkin tidak muncul dalam beberapa bulan

/ setahun

- Serangan dapat menjadi lebih sering, lebih mudah dicetuskan, dan

pengobatan lebih lama


21

BAB III
KESIMPULAN
Nyeri kepala adalah semua perasaan yang tidak menyenangkan di daerah

kepala dan merupakan gejala atau gangguan umum yang dikeluhkan sehari-hari.

International Headache Society 2018 membagi nyeri kepala menjadi nyeri kepala

primer, nyeri kepala sekunder dan Painful Cranial Neuropathies, Other Facial

Pain and Other Headaches. Nyeri kepala primer dibagi menjadi Migrain, Tension

Type Headach, Cluster Headache, Trigeminal Neuralgia dan lain-lain Terapi pada

nyeri kepala dibagi menjadi farmakologis dengan obat-obatan maupun non

farmakologi dengan berbagai metode.


22

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, T., Zulfazli. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Dan Jenis Migrain Pada

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unversitas Syiah Kuala Tahun 2014.

Idea Nursing Jurnal Vol VI No 1. 39 – 50

Bahrudin, M. 2013. Neurologi Klinis. Nyeri. Hal 215-235. Malang: UMM Press

Bahrudin, M., 2017, Neurologis Klinis, Malang : UMM Press.

Grosberg BM, Friedman BW, Solomon 5, 2013. Approach to the Patient with

headache in Robbins MS, Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache,

Hongkong, Wiley Blackwell:16-25.

Haryani S, Tandy V, Vania A, Barus J. 2018. Penatalaksanaan Nyeri Kepala

pada Layanan Primer. Callosum Neurology Vol 1 No 3. 80 – 88

Hidayati, H., 2016. The Clinician's Approach To The Management Of Headache.

MNJ Vol 2 No 2. 89 – 97

International Headache Society. 2018. The International Classification of

Headache Disorders, 3rd edition. Cephalalgia Vol. 38(1) 1–211.

Munir Badrul. 2017. Neurologi Dasar ed 2. Hlm 135 - 142. Malang : Sagung

Seto

PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Surabaya: Airlangga

University Press.

Setiawan, I., 2014. Nyeri Kepala. Universitas Muhammadiyah Malang Vol 10 No

1. 84 – 89
23

Anda mungkin juga menyukai