Oleh
1830912320118
Pembimbing
Juni, 2019
DAFTAR ISI
A. Definisi .......................................................................................... 2
B. Epidemiologi ................................................................................. 3
C. Etiologi .......................................................................................... 7
D. Klasifikasi .................................................................................... 10
E. Patofisiologi ................................................................................. 12
G. Diagnosis ..................................................................................... 18
H. Tatalaksana .................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
flaksid akut. Sekitar 1/3 penderita Guillain Barre Syndrom harus ditempatkan pada
ICU karena gagal nafas. Penegakan diagnosis Guillain Barre Syndrom didapatkan
Penyakit Guillain Barre Syndrom sudah ada sejak tahun 1859. Nama Guillain
Barre diambil dari dua ilmuan Perancis, Guillain dan Barre yang menemukan dua
orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh
langka dan terjadi hanya 1 atau 2 kasus per 100,000 di dunia tiap tahunnya.2
Pemeriksaan EMG dapat memberikan hasil yang normal pada fase akut, dan baru
menunjukkan hasil yang abnormal pada minggu ke 3-4. Hasil yang abnormal dari
1
BAB II
A. Definisi
pada anggota gerak dan kadang-kadang dengan sedikit kesemutan pada lengan atau
tungkai, disertai menurunnya refleks. Selain itu, kelumpuhan dapat juga terjadi di
otot-otot penggerak bola mata sehingga penderita melihat satu objek menjadi dua
Guillain Barre Syndrom adalah penyakit postinfeksi akut saraf perifer dan
akar saraf. Dua pertiga pasien melaporkan gejala infeksi pernapasan dan infeksi
saluran pencernaan sebelum terjadinya Guillain Barre Syndrom. Jenis infeksi yang
dominan adalah infeksi Campylobacter jejuni, dan infeksi lainnya seperti infeksi
rata-rata pasien Guillain Barre Syndrom tidak mengetahui jenis infeksi yang
mendahului penyakitnya.6
2
3
Guillain Barre Syndrom jarang terjadi akan tetapi Guillain Barre Syndrom
adalah sindrom autoimun serius yang menyerang saraf perifer, yang menyebabkan
terdapat pada membran sel saraf, yang menyebabkan infeksi pernapasan dan
refleks fisiologis. Untk diagnosis, gejala harus mencapai maksimal empat minggu
sejak onset dan semua penyebab lain yang memungkinkan harus disingkirkan.
Serikat.8
B. Epidemiologi
kejadian Guillain Barre Syndrom di Amerika Serikat dengan peningkatan 1,5 kasus
per 100.000 populasi pada penduduk dengan usia kurang dari 15 tahun dan
puncaknya pada 8,6 kasus per 100.000 populasi pada penduduk dengan usia 70-79
tahun. Tentara militer Amerika Serikat juga beresiko tinggi terkena Guillain Barre
4
dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa, persentase kejadian Guillain Barre
Perbandingan pria dan wanita yang terkena Guillain Barre Syndrom adalah
1,5:1, dimana pada pria lebih sering terljadi di usia tua. Dan menurut studi dari
Swedia, angka kejadian Guillain Barre Syndrom berkurang selama kehamillan dan
Syndrom dapat terjadi pada semua usia. Dan di Amerika Serikat, puncak usia
tertinggi kejadian Guillain Barre Syndrom pada remaja dewasa pada usia 15 - 35
tahun, dan tertinggi kedua pada usia 50 - 75 tahun. Angka terendah adalah pada usia
bayi infan.5,6
Syndrom di Eropa adalah 1,2 - 1,9 kasus per 100.000, dimana di seluruh dunia,
insidennya adalah sebesar 0,6 - 4 kasus per 100.000. Laki - laki 1,5 kali lebih sering
meningkat seiring dengan peningkatan usia dari 1 per 100.000 di usia kurang dari
30 tahun dan meningkat 4 kasus per 100.000 di usia lebih dari 75 tahun.7,9
5
Syndrom belum banyak. Insiden terbanyak di Indonesia adalah pada dekade I, II,
III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita hampir
wanita 3:1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan April
sampai dengan Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.2
Sekitar dua per tiga kasus Guillain Barre Syndrom pasti didahului infeksi
sebelumnya kurang lebih 6 minggu sebelum gejala Guillain Barre Syndrom muncul.
Infeksi yang sering menyerang yaitu infeksi pernapasan dan pencernaan. Meskipun
organisme penyebab infeksi tidak selalu dapat dideteksi, organisme yang sering
sebelumnya juga dapat memicu terjadinya Guillain Barre Syndrom. Vaksinasi yang
menginduksi Guillain Barre Syndrom pertama kali ditemukan pada tahun 1976,
dimana saat itu sedang musim vaksinasi influenza. Dan secara statistik terjadi
pembedahan dan trauma kepala juga dipercayai dapat mencetus terjadinya Guillain
Barre Syndrom. Hipotesis yang diberikan yaitu pembedahan dan trauma kepala
C. Etiologi
Etiologi Guillain Barre Syndrom sampai saat ini masih belum diketahui
yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya Guillain Barre
6
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1
dimediasi oleh imun yang menargetkan saraf perifer. Dua pertiga penderita
neurologis. Infeksi pernapasan adalah yang paling sering. Beberapa vaksin dan
7
penyakit sistemik lainnya sering juga dihubungkan dengan kejadian Guillain Barre
Syndrom.5
pada kapsulnya yang mempunyai kesamaan dengan sel saraf. Respon imun
nafas atas, pneumonia, dan penyakit seperti flu yang tidak spesifik lainnya.
dan virus varicella-zoster. Dan juga pada pasien yang terinfeksi HIV.5
e. Obat-obatan5
Pembedahan dan trauma kepala juga dapat mengaktivasi proses laten yang
D. Klasifikasi
adalah jenis paling umum ditemukan pada GBS, yang juga cocok dengan
gejala asli dari sindrom tersebut. Manifestasi klinis paling sering adalah
bahwa pada AIDP terdapat infiltrasi limfositik saraf perifer dan demielinasi
segmental makrofag.
GBS epidemik pada tahun 1991 dan 1992 di Cina Utara dan 55% hingga 65%
dari pasien GBS merupakan jenis ini. Jenis ini lebih menonjol pada kelompok
yang berbeda dari AMAN, AMSAN juga mempengaruhi saraf sensorik dan
motorik. Pasien biasanya usia dewasa, dengan karakteristik atrofi otot. Dan
imunitas tampak terjadi di daerah paranodal pada saraf kranialis III, IV, VI,
disfaga, sembelit dengan obat pencahar atau bergantian dengan diare sering
terjadi pada kelompok pasien ini. Gejala nonspesifik awal adalah kelesuan,
kelelahan, sakit kepala, dan inisiatif penurunan diikuti dengan gejala otonom
10
termasuk ortostatik ringan. Gejala yang paling umum saat onset berhubungan
Tipe ini adalah varian lebih lanjut dari GBS. Hal ini ditandai dengan onset
sign. Perjalanan penyakit dapat monophasic atau terutama di otak tengah, pons,
Sebagian besar pasien BEE telah dikaitkan dengan GBS aksonal, dengan
indikasi bahwa dua gangguan yang erat terkait dan membentuk spectrum
lanjutan.13
E. Patofisiologi
produksi antibodi yang menyerang gangliosida spesifik dan glikolipid, seperti GM1
dan GD1b, yang berada pada myelin sistem saraf perifer. Ikatan antibodi dalam
mengapa komponen normal dari serabut mielin ini menjadi target dari sistem imun
belum diketahui, tetapi infeksi oleh virus dan bakteri diduga sebagai penyebab
adanya respon dari antibodi sistem imun tubuh. Hal ini didapatkan dari adanya
11
melalui mukosa atau epitel usus. Respon imun innate mengakibatkan penyerapan
patogen oleh antigen presenting cells (APC) yang immatur. Setelah bermigrasi ke
nodus limpatikus, APC yang berdiferensiasi dan matur dapat menghadirkan peptida
pada molekul MHC kelas II dan mengaktivasi sel T CD4 yang mengenali antigen
dari patogen infeksius. Sel B juga diaktivasi oleh sel Th2 yang baru. Hal tersebut
memproduksi sel yang dimediasi oleh humoral yang respon terhadap patogen.
Dua per tiga kasus GBS berhubungan dengan infeksi akut sebelumnya yang
influenza, dan Varicella-zoster virus telah ditemukan pada serum pasien setelah
onset GBS. Pada kasus infeksi C. jejuni, antibodi diproduksi, mengaktivasi sistem
komplemen dan fagositosis bakteri. Untuk kasus yang jarang, antibodi yang
diproduksi melawan antigen C. jejuni dan juga mengikat gangliosida jaringan saraf,
menyebabkan aktivasi komplemen dan kerusakan oleh fagosit. Hal inilah yang
mimicry. Molecular mimicry adalah situasi dimana patogen dan host memiliki
antigen yang identik, yang menginduksi antibodi dan respon sel imun T yang
12
reaktif silang. Ada lebih dari satu cara respon imun bisa menjadi reaktif silang.
Patogen dan host bisa mempunyai homolog atau asam amino identik, atau reseptor
inflammatory yang berdasar pada persilangan antara antigen neural dan antibodi
yang diinduksi oleh infeksi yang spesifik. Organisme infeksius, seperti C. jejuni,
menyerang saraf. Antibodi spesifik yang distimulasi dan area target pada saraf yang
Kurang dari 1 per seribu pasien dengan infeksi C. jejuni dapat berkembang menjadi
penting pada terjadinya Guillain Barre Syndrom. Akan tetapi, belum ada penelitian
Barre Syndrom.8
dari infiltrasi sel mononuklear pada saraf perifer. Lokasi dan keberatan inflamasi
inflammatori akut, myelin utama rusak, dimana neuropati akson motor akut, nodus
ranvier ditargetkan.9
F. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering dilaporkan sebelum onset Guillain Barre Syndrome
adalah demam, batuk, nyeri tenggorokan dan gejala respiratori atas lainnya. Infeksi
gejala yang lebih ringan. Gejala gastrointestinal lebih dapat menimbulkan subtipe
acute motor atau acute motor-sensory axonal neuropathy (AMAN atau AMSAN)
yang mana penyembuhannya lebih lambat dan resiko lebih tinggi disabilitas
berulang.8
2. Manifestasi Klinis
1)Kelemahan
simetris secara natural. Anggota tubuh bagian bawah biasanya terkena terlebih
dahulu sebelum tungkai atas. Pasien merasakan kelemahan pada kakinya yang
pinggang, dengan atau tanpa hilang rasa atau rasa kesemutan. Otot-otot
proksimal mungkin terlibat lebih awal daripada yang lebih distal. Tubuh,
ventilasi.10
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan GBS. Saraf
pupil. Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dan
tungkai yang terkena. Varian Miller-Fisher dari GBS adalah unik karena
3)Perubahan Sensorik
parestesia, mati rasa, atau perubahan sensorik serupa. Gejala sensorik sering
mendahului kelemahan. Parestesia umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung
4)Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan GBS, 89% pasien
punggung, pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit
gerakan. Rasa sakit ini sering digambarkan sebagai sakit atau berdenyut.
Gejala dysesthetic diamati ada dalam sekitar 50% dari pasien selama
tanpa batas waktu pada 5-10%pasien. Sindrom nyeri lainnya yang biasa
dialami oleh sebagian pasien dengan GBS adalah sebagai berikut; Myalgic,
nyeri visceral, dan rasa sakit yang terkait dengan kondisi imobilitas (misalnya,
5)Perubahan otonom
dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan GBS. Perubahan otonom
Retensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung dan
6)Pernapasan
atau orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah sebagai
berikut; Dispnea saat aktivitas, Sesak napas, Kesulitan menelan, Bicara cadel.
mereka.9
G. Diagnosis
GBS lebih dikenal sebagai sindrom daripada penyakit karena belum jelas
agen penyebab spesifik dari penyakit GBS ini. Beberapa penyakit yang mempunyai
16
gejala yang mirip dengan gejala yang ditemukan pada GBS. Diagnosis GBS bisa
jadi sulit dan memberikan banyak diagnosis banding, dan diperlukan beberapa
kelemahan motorik yang simetris dan penurunan refleks otot. Perubahan spesifik
pada cairan serebrospinal dan konduksi saraf secara spesifik dapat mendukung
diagnosis. Lumbal pungsi dan tes neurofisiologi harus dilakukan secara benar pada
1) Anamnesis
pencernaan atau saluran pernafasan 10 hari yang lalu atau infeksi bakteri seperti
mentah, meminum susu yang sudah kadaluwarsa, dan air minum yang
terkontaminasi oleh baketri. West Nile virus juga dapat menyerupai GBS, namun
suhu dan raba, diikuti oleh gejala kelemahan otot. Terkadang berhubungan dengan
nyeri pada daerah leher, punggung, dan pantat. Kelemahan biasanya dimulai pada
ekstremitas bawah dan terjadi secara progresif naik ke atas, dimulai dari
17
ekstremitas bawah, anggota bagian paha, tubuh dan sampai ke bagian otot-otot
plateaudalam 1-28 hari . Khusus untuk kasus dengan onset yang terjadi secara
tiba-tiba, nyeri tekan dan nyeri pada otot sering terjadi pada fase inisiasi.
wajah kadang merupakan tanda tanda awal gagal nafas. Pada fase ini pasien
2) Pemeriksaan Fisik
biasanya didapatkan kelemahan otot dan penurunan fungsi sensorik, menurun atau
hilangnya sensasi rasa nyeri/suhu dan raba getar. Pada pemeriksaan fisik biasanya
ditemukan tendon reflex yang menurun atau menghilang. Gangguan fungsi otonom
tachycardia.21,22
3) Kriteria diagnosis
18
Kriteria diagnosis yang umum dipakai adalah kriteria dari National Institute of
Terjadinya kelemahan motorik yang progresif pada lebih dari satu ekstremitas.
Keparahan bervariasi, mulai dari kelemahan minimal pada tungkai dengan atau
tanpa ataksia ringan, hingga paralisis total pada keempat ekstremitas dan
a. Ciri-ciri klinis
Relatif simetris.
Gejala saraf kranial kurang lebih 50% terjadi parese N VI dan sering
bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah
dan otot-otot menelan, kadang <5% kasus neuropati dimulai dari otot
pada LP serial
Varian:
4) Diagnosis Banding
kemungkinan diagnosis lain yang dapat menyebabkan kelemahan otot yang bersifat
Gangguan 30% kasus, 1-3 hari Ada saat fase awal Sangat jarang
berkemih sifatnya menetap
21
5) Pemeriksaan penunjang
A. Elektrodiagnosis
otot majemuk amplitudo (CMAP) dengan latensi motorik distal (DML) meningkat
menjadi 200% dan 211% dari batas atas normal (ULN). Kecepatan konduksi
motorik di peroneal kiri adalah 65% dari batas bawah normal (LLN), dan rasio
antara amplitudo CMAP proksimal dan distal (prox / dist CMAP) adalah 0,5 di
peroneal kanan dan 0,6 di ulnar kanan. Pada hari ke 11, amplitudo CMAP distal
meningkat sebesar 227-575%, tetapi DML tetap 160% dari ULN, dan CV adalah
52% LLN di saraf peroneum kanan. Proximal / distal CMAP dikurangi menjadi 0,3
di sebelah kanan dan 0,2 di saraf peroneal kiri. Pengurangan amplitudo abnormal
CMAP distal dan proksimal dan kecepatan konduksi dinormalisasi dalam 40 hari
22
tanpa perkembangan dispersi temporal CMAP, tetapi DML pada saraf peroneum
masih sedikit lama. Pada hari ke 3, konduksi sensor antidromik pada saraf median
dan ulnaris normal (53 dan 54 m / s) dan amplitudo potensial aksi sensorik (SAP)
sedikit berkurang, SAP sural ortodromik sural tidak dapat direkam. Pada hari ke 40,
amplitudo SAP median meningkat 207%, dan SAP sural dapat direkam dengan
Pemeriksaan EMG dapat memberikan hasil yang normal pada fase akut, dan
baru menunjukkan hasil yang abnormal pada minggu ke 3-4. Hasil yang abnormal
dari pemeriksaan konduksi saraf, memiliki nilai sensitifitas dan spesifisitas yang
tinggi pada pemeriksaan GBS. Pada pemeriksaan ENMG terlihat KHS meningkat,
B. Pemeriksaan LCS
lebih dari 2x baseline dengan kadar glukosa yang normal dan tidak ditemukan
bakteri negatif dan kultur virus terkadang pada kasus yang jarang didapatkan virus
spesifik yang terisolasi. Terpisahnya antara protein didalam LCS dan kurangnya
respon sel merupakan nilai diagnostic untuk pasien Guillain-Barré syndrome. MRI
C. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan feses jarang postif karena infeksi biasanya hanya bertahan selama 3
hari saja.21,22
H. Tatalaksana
Akan tetapi, karena gejala yang tidak dapat diprediksi dan potensi kematian serta
24
kecacatan yang signifikan, semua pasien dengan Guillain Barre Syndrome harus di
pengobatan yang dapat menyembuhkan GBS. Tujuan dari terapi adalah untuk
GBS bisa dibagi teknik menjadi intensive care, bantuan pernapasan dan terapi
c. Plasmaperesis yaitu proses dimana darah diambil dari tubuh dan sel darah
putih dan merah dipisahkan dari plasma dan kemudian dikembalikan ke dalam
tubuh.8,9,25
1. Tatalaksana simptomatik
mengurangi kompresi untuk pasien yang rawat inap untuk mengurangi resiko
trombosis vena. Pasien juga perlu diawasi untuk kelainan otonomnya, termasuk
usus dan kandung kemih. Hal yang membahayakan respiratori dapat terjadi secara
cepat terlebih pada pasien dengan progresifitas gejala yang cepat, bulbar palsy, dan
kelemahan ekstremitas atas dan gejala otonom. Evaluasi mengunyah dan menelan
perlu dilakukan pada pasien dengan kelemahan fasial dan orofaring karena resiko
aspirasi. Pasien dengan imobilisasi lama perlu diperhatikan juga untuk mencegah
maupun nosiseptif, serta tingkat nyeri yang dilaporkan adalah sedang berat. NSAID
atau opioid tidak dapat meredakan nyeri dan opioid dapat memperberat gejala
dapat berpengaruh pada pasien Guillain Barre Syndrome di intensive care unit.
Pasien dengan GBS harus melakukan latihan penguatan selama fase akut,
dan rehabilitasi harus direncanakan untuk memulihkan mobilitas dan fungsi otot.
Sampai 80% pasien mengalami kelelahan yang persisten dan berat setelah fase
kecacatan, ataupun usia pasien. Belum ada obat farmakologis yang terbukti dapat
2. Terapi etiologis
gejala menargetkan respon imun yang rusak pada GBS. Membersihkan kompleks
sirkulasi imun melalun plasma exchange telah terbukti dapat mempercepat waktu
pemulihan untuk dapat berjalan kembali, kebutuhan ventilasi, durasi ventilasi, dan
digunakan untuk AIDP yang ringan - berat. Respon yang optimal didapatkan
26
setelah pemberian plasma exchange selama 7 hari dari onset, meskipun adapula
hanya pemberian terapi suportif. Dosis tipikalnya adalah 400 mg/kgBB per hari
per hari selama 2 hari itu efektif. Terapi IVIG lebih mudah ditangani daripada
plasma exchange dan komplikasinya juga lebih rendah. Terapi IVIG harus dimulai
2 minggu sejak onset gejala muncul, dan harus dipertimbangkan bagi pasien yang
tidak rawat jalan. Beberapa studi plasma exchange diikuti oleh IVIG tidak
tidak direkomendasikan.8,9
disabilitas yang signifikan antara pasien yang diberikan kortikosteroid dengan yang
27
adalah:
Pemberian IVIG memiliki efek samping yang lebih sedikit, sehingga lebih
banyak dipilih (Level B)
Median lama rawat inap adalah 7 hari, dan 25% pasien membutuhkan intubasi dan
ventilasi mekanik. Prognosis lebih buruk pada pasien yang tua, dengan gejala yang
berat, dan pasien dengan gejala yang sangat cepat. Masalah neurologis terjadi pada
jejuni atau cytomegalovirus, tidak bisa berjalan dalam 14 hari, usia tua, gejala yang
PENUTUP
tubuh seseorang menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot,
dengan sedikit kesemutan pada lengan atau tungkai, disertai menurunnya refleks.
Pemeriksaan EMG dapat memberikan hasil yang normal pada fase akut, dan
baru menunjukkan hasil yang abnormal pada minggu ke 3-4. Hasil yang abnormal
dari pemeriksaan konduksi saraf, memiliki nilai sensitifitas dan spesifisitas yang
tinggi pada pemeriksaan GBS. Pada pemeriksaan ENMG terlihat KHS meningkat,
H reflex memanjang.
Prognosis GBS adalah baik yaitu sekitar 80% tetapi sekitar 15% nya
20-30% pasien dengan gagal nafas dan memerlukan alat bantu nafas mekanik.
Hampir 70% pasien didapati mempunyai gangguan sistem saraf otonom (aritmia
jantung, dan peningkatan tekanan darah bahkan sampai terjadinya krisis hipertensi
29
DAFTAR PUSTAKA
5. Ho, T. W., Mishu, B., Li, C. Y., Gao, C. Y., Cornblath, D. R., Griffin, J.
W., ... & McKhann, G. M. (1995). Guillain-Barre syndrome in northern
China Relationship to Campylobacter jejuni infection and anti-glycolipid
antibodies. Brain, 118(3), 597-605.
6. van den Berg, B., van der Eijk, A. A., Pas, S. D., Hunter, J. G., Madden, R.
G., Tio-Gillen, A. P., ... & Jacobs, B. C. (2014). Guillain-Barre syndrome
associated with preceding hepatitis E virus infection. Neurology, 82(6),
491-497.
30
31
14. Rees JH, Gregson NA, Hughes RA: Anti-ganglioside GM1 antibodies in
Guillain-Barré syndrome and their relationship to Campylobacter jejuni
infection. Ann Neurol, 1995, 38, 809–816.
19. Ang CW, Yuki N, Jacobs BC: Rapidly progressive, predominantly motor
Guillain-Barré syndrome with anti- GalNAc-GD1a antibodies. Neurology,
1999, 53, 2122–2127.
20. Asbury AK, Cornblath DR: Assessment of current diagnostic criteria for
Guillain-Barré syndrome. Ann Neurol, 1990, 27, S21–S24.
21. Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme JW, Behrman RE. Nelson
Textbook of Pediatrics. Ed 20. 2015.Chapter 616; 3010-3013.
23. Sunit CH, Naveen S, Ravi S, Pratibha S. Approach to a child with acute
flaccid paralysis. Indian J Pediatric. 2012; 79(10): 1351-1357.
24. Gordon PH, Wilbourn AJ. Early Electrodiagnostic Findings in Guillain Barre
Syndrome. JAMA Neurology. 2011; 58(6) : 913-917
32
25. Lin, J. H., Tu, K. H., Chang, C. H., Chen, Y. C., Tian, Y. C., Yu, C. C., ... &
Chang, M. Y. (2015). Prognostic factors and complication rates for
double-filtration plasmapheresis in patients with Guillain–Barré
syndrome. Transfusion and Apheresis Science, 52(1), 78-83.
26. Meulstee J, van der Meche FG: Electrodiagnostic criteria for polyneuropathy
and demyelination, application in 135 patients with Guillain-Barré syndrome.
Dutch Guillain-Barré Study Group. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 1995, 59,
482–486.
27. Hayes KC, Hull TC, Delaney GA: Elevated serum titers of proinflammatory
cytokines and CNS autoantibodies in patients with chronic spinal cord injury.
Neurotrauma, 2002, 19, 753–761.
29. Misawa, S., Kuwabara, S., Sato, Y., Yamaguchi, N., Nagashima, K.,
Katayama, K., ...& Yokota, T. (2018). Safety and efficacy of eculizumab in
Guillain-Barré syndrome: a multicentre, double-blind, randomised phase 2
trial. The Lancet Neurology, 17(6), 519-529.