BAB 3
Pada pasien dengan HIV dapat mengalami berbagai macam komplikasi neurologi, antara
lain :
3.1. Ensefalitis
3.1.1 Definisi
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme, seperti
3.1.2 Epidemiologi
Menurut Centers for Disease Control sekitar 20.000 kasus dari ensefalitis viral akut
dilaporkan di Amerika. Kematian mencakup 5-20% dari keseluruhan penderita dan gejala
sisa seperti deteriorasi mental, defek amnesia, perubahan kepribadian dan hemiparese
terlihat pada sekitar 20%. Namun secara keseluruhan hal ini tidak dapat menggambarkan ang
8
ka kejadian terhadap kematian maupun kelainan neurologis yang khusus dari masing-
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis secara umum sama berupa
1. Demam
2. Kejang
3. Penurunan kesadaran
Manifestasi klinis ensefalitis sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Biasanya bersifat akut tetapi dapat juga perlahan-lahan. Masa prodormal berlangsung antara
1-4 hari yang ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri pada ekstremitas dan pucat, kemudian diikuti oleh tanda ensefalitis yang berat
ringannya tergantung distribusi dan luasnya lesi pada neuron. Pada Ensefalitis HIV
manifestasi utamanya adalah demensia yang lebih dikenal sebagai AIDS Dementia Complex
(ADC). Karakteristik dari demensia antara lain menurunnya intelegensi, disfungsi kognitif,
gangguan motorik, behaviour, respon lambat, ekspresi, penurunan memori dan distaxia.6
3.1.4.1 CT-Scan
Pada ensefalopati HIV terjadi perubahan patologi namun tidak ada perubahan
morfologi pada stadium awal pada ensefalitis HIV, tetapi terjadi atrofi otak dari berbagai
derajat dengan perkembangannya, terutama atrofi pada lobus frontal dan lobus temporal.
Pada stadium lanjut, pelebaran ventrikel dapat ditemukan pada volume otak yang berkurang.
Terjadi perubahan yang serius pada basal ganglia dan brain sterm nuclei. Selain itu juga dapat
1. Paling umum ditemukan adalah atrofi yang difus dan dilatasi sulcal.
9
2. Gambaran terisolasi atau multipel hypodense foci dan akan terlihat bercak-bercak
3.1.4.2 MRI
1. Gambaran atrofi otak yang difus dan multifocal yang terjadi meningkat pada
6. Lesi di substansia alba biasanya bilateral pada bagian medial lobus temporalis dan
didominasi pada bagian inferior lobus frontalis. Kemungkinan lesi berbentuk simetris
atau asimetris,
7. Lesi biasanya tidak menyengat setelah pemberian kontras.7
Gambar 3.5 Menunjukkan gambaran bercak di Gambar 3.6 Axial FLAIR MR Shows
area hiperintensitas di periventicular substansia Confluent High Signal in the
alba, dan meluas ke regio subkortikal di frontal
Periventricular & Subcortical White
lobus kiri. Tidak ada efek massa di daerah
hiperintens Matter, Sparing the U-fibers .The
Diffuse Cortical & White Matter
Atrophy is Typically Seen in Late HIV
Encephalitis
3.2 Demyelinating Disease
3.2.1.Definisi
lapisan pelindung (selubung myelin) yang mengelilingi serabut saraf di otak dan sumsum
tulang belakang. Ketika selubung myelin rusak, impuls saraf lambat atau bahkan berhenti,
3.2.2 Klasifikasi
1. Primer
b. Multiple Sclerosis
d. Transverse myelitis
f. Guillan-Barre Syndrome
2. Infeksi
3. Toksik
c. Kemoterapi
a. Leukodistrofi
5. Iskemik
3.3.1 Definisi
Multipel Sklerosis adalah penyakit progresif yang muncul akibat sistem kekebalan
tubuh yang secara keliru menyerang selaput pelindung saraf atau mielin dalam otak dan saraf
tulang belakang.
3.3.2 Epidemiologi
Pada umumnya terjadi pada masa remaja dan dekade keenam, dengan puncak pada
usia sekitar 12 tahun hingga usia 35 tahun. Prevalensi wanita dibanding laki-laki 2-3 : 1.
Macam- macam klinis berdasarkan gambaran spesifik yang ditemukan, antara lain:
13
Pada pasien yang memiliki bukti beberapa lesi asimtomatik sebelumnya, dan di
diagnosis multiple sclerosis. Pada pasien kasus lain yang hadir dengan plak pertama. Hal ini
dikenal sebagai sindrom klinis terisolasi (CIS) dan tidak semua pasien terus berkembangkan
Radiologis sindrom terisolasi (RIS) adalah entitas lain berdasarkan temuan MRI pada
otak yang dijelaskan lesi pada substansia alba sebagai insidental sugestif dari Multipel
Sklerosis pada pencitraan pasien tanpa gejala klinis. Gejala klinis yang mungkin terjadi
gangguan pada sensorik atau motorik atau campuran, termasuk keterlibatan saraf kranial,
a. Diseminasi di ruang
Diseminasi di ruang membutuhkan bright lession ≥ 1 T2 dalam dua atau lebih
lokasi berikut:
1. Periventrikel
2. Juxtacortical
3. Infratentorial
4. Saraf tulang belakang
jika pasien memiliki sindrom batang otak / sindrom tulang belakang, lesi
simptomatik tidak termasuk dari kriteria, karena tidak memberikan kontribusi bagi
jumlah lesi.
b. Diseminasi waktu
Diseminasi di waktu dapat ditegakkan di salah satu dari dua cara, yaitu:
1. Lesi baru bila dibandingkan dengan scan sebelumnya (terlepas dari waktu)
14
atau retrospektif)
2. Ditambah dua dari tiga kriteria berikut
- Diseminasi otak dalam ruang (lesi terang ≥1 T2 di ≥1 dari juxtacortical,
Plak dapat terjadi dimana saja pada sistem saraf pusat. Tipikal dari distribusi yaitu
Gambaran CT-Scan biasanya tidak spesifik, dan perubahan yang signifikan dapat
dilihat pada MRI, dengan CT scan pada dasarnya normal. Gambaran Multipel Sklerosis yang
3.3.6.2 MRI
MRI telah merevolusi diagnosis dan pengawasan pada pasien dengan MS. Bukan
hanya dengan MRI saja untuk mengkonfirmasi diagnosis (lihat kriteria McDonald MRI untuk
multiple sclerosis), tapi CT-Scan tindak lanjut dapat menilai respon terhadap pengobatan dan
a. T1
- Lesi biasanya iso ke hypointense (T1 black hole).
- Callososeptal interface mungkin memiliki beberapa lesi kecil hypointense (Venus
- lesi hyperintense berhubungan dengan atrofi otak dan penyakit yang semakin
berat
b. T2
- Tipikal lesi hiperintens
c. FLAIR
- Tipikal lesi hiperintens
- Tanda yang sangat awal disebut "ependymal dot-dash sign" alternatif fokus kecil
lurus terhadap ventrikel lateral dalam konfigurasi segitiga (meluas keluar radial),
(Gaillard, 2014)
Gambar 3.7 MRI pada Dawson Fingers (Ependymal dot dash sign)
f. MR Spectroscopy
- NAA peaks may be reduced within plaques, which is the most common and
remarkable finding.
- Cho and lactate are found to be increased in the acute pathologic phase.
Double inversion recovery (DIR) a new sequence that suppress both CSF and white
(Rabou, 2014)
Gambar 3.8 MRI pada Double inversion recovery (DIR)
Lokasi plak dapat infratentorial, deep substansia alba, periventrikel, juxtakortikal atau
campuran lesi di substansia alba dan substansia nigra. Bahkan pada satu scan, beberapa fitur
(Abbasi,2013)
Gambar 3.9 Multiple sclerosis is an idiopathic form of white matter demyelination.
The lesions may be scattered through supra and infratentorial white matter
17
Gambar 3.12 Axial T1 C+MR Shows a Gambar 3.13 Axial FLAIR MR Shows
Tumefactive Multiple Sclerosis(MS) Marked White Matter Hyperintensity
Plaque That Extend into the Splenium. The with Extension into the Corpus
Incomplete Ring of Enhancement Callosum. There is a Central
is Characteristic of Demyelination. The CC Hypointense Mass
is Almost Always Involved in MS Causing Mass Effect on the Adjacent
Ventricle. Enhancement was an
Incomplete Ring, Typical for
Demyelination
18
Gambar 3.14 Axial T2WI MR Show Gambar 3.15 Axial T1WI MR Show Cystic-
Significant, Predominantly White Matter appearing Right Posterior Parietal Lobe
Atrophy and Confluent Periventricular Mass .Several Other Subtle Hypointense
& JuxtacorticalHyperintense Plaques of Lesions are Present . Faint Rim
Severe Chronic Multiple Sclerosis Enhancement was Seen on T1 C+ (Not
Shown)
Gambar 3.16 Axial NECT Shows Hypodense Gambar 3.17 Hyperintense T1 lesions
Right Posterior Parietal Mass with Extensive in MS are makers of increased disability
and brain atrophy
White Matter Edema . Partial (“Horseshoe”)
Rim Enhancement Seen on T1 C+MR is
Characteristic of Tumefactive Demyelination.
3.4.1 Definisi
Abses otak adalah koleksi infeksi purulen berbatas tegas didalam parenkim otak.
Supurasi yang terbatas dapat terjadi di dalam otak seperti halnya pada bagian-bagian tubuh
yang lain. Setelah peradangan purulen yang akut, pus di dalam jaringan otak dapat bergerak
bebas atau dikelilingi kapsul. Besar abses beraneka ragam mulai dari ukuran mikroskopik
3.4.2 Etiologi
a. Pyogenic Abscess
b. Toxoplamosis
c. Tuberculosis
Abses otak bisa menyebabkan berbagai gejala, tergantung kepada lokasinya. Nyeri
kepala merupakan gejala yang paling sering ditemukan, diikuti rasa mengantuk, bingung,
kejang umum dan lokal, dan gangguan motorik, sensorik, lapangan pandang, dan bahasa.
Triase demam, sakit kepala, dan defisit neurologis fokal terjadi pada kurang dari setengah
pasien. Frekuensi dari tanda dan gejala umumnya berturut-turut: sakit kepala 70%, perubahan
status mental 65%, defisit neurologis fokal 65%, demam 50%, kejang 25-35%, mual dan
3.4.4 Diagnosis
untuk menentukan letak abses. Abses otak dapat ditentukan lokasinya pada saat operasi
20
dengan menggunakan aspirasi jarum. Pemeriksaan terbaik untuk menemukan abses otak
Gambar 3.18. Tampak proses pada fase Gambar 3.19. Axial post-gadolinium
abses dengan contras potongan axial T11WI showing ring-enhancing lesion
with mass effect in a patient with
pyogenic brain abscess.
Neuropatologi dan Gambaran CT-Scan dalam proses pembentukan abses otak oleh bakteri
dibagi menjadi :
1. Early cerebritis
Gambar 3.20. Early cerebritis : Pada hari pertama terlihat daerah yang
hipodens dengan sebagian gambaran seperti cincin. Pada hari ketiga
gambaran cincin lebih jelas sesuai dengan diameter cerebritisnya. Didapati
mengelilingi pusat nekrosis
21
Gambar 3.22. Late Capsule Formation : Gambaran kapsul dari abses jelas
terlihat, sedangkan daerah nekrosis tidak diisi oleh kontras
22
3.5.1. Definisi
Meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat
berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena
mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan
gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala panas
tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan
konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami
3.6.1. Definisi
komplikasi dari penyakit tuberkulosis primer biasanya di paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberkulosa.17
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
25
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.18
26
Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, demam,
anoreksia
b. Stadium II : Intermediate
Mengantuk, kejang,
Penurunan kesadaran
thorax, CT-scan, MRI. Pada pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat terlihat adanya
Pada meningitis fase akut, temuan pada CT-Scan sebagian besar normal. Contrast-
kemudian menjadi lebih ditonjolkan pada tahap akhir dari penyakit. Lesi pada parenkim tidak
mudah terlihat pada gambaran CT-Scan , kecuali pada area iskemia yang disebabkan oleh
vaskulitis sekunder yang merupakan komplikasi yang terjadi pada lebih 20% kasus.18
27
Magnetic resonance imaging (MRI) bukan merupakan pemeriksaan rutin dalam kasus
gambaran yang lebih jelas pada parenkim otak. Terkadang perbaikan setelah pemberian
gadolinium (Gd)-DTPA pada pemeriksaan MRI bukan hanya pada jaringan otak dan medulla
spinalis, namun juga pada cairan serebrospinal, seperti yang dilaporkan dalam kasus
transfer MRI telah diusulkan sebagai pemeriksaan yang berguna dalam diagnosis meningitis
transfer dapat dianggap sangat sugestif meningitis TB. Hal ini penting untuk memulai
pengobatan tuberculostatic sedini mungkin karena mortalitas dan morbiditasnya masih tinggi.
tuberkulosis pada remaja dan orang dewasa mampu menurunkan morbiditas tetapi tidak ada
3.6.4 Prognosis
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal
mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
a. Umur penderita.
3.7.1 Definisi
Cerebellar syndrome umumnya lebih dikenal dengan ataxia atau kombinasi unstable
biasanya melibatkan cara berjalan seseorang, keterampilan motorik halus, gerakan kepala,
gerakan mata, dan koordinasi secara keseluruhan. Pada seseorang dengan sindroma ini
mungkin timbul gerakan involunter, tremor pada tangan atau kaki, kaki menyeret saat
3.7.3.1 MRI
Pada gambaran MRI otak terlihat ringan, umumnya terjadi atrofi cerebral dengan
atrofi serebelum yang menonjol melibatkan garis tengah dan struktur hemisfer dengan
pembesaran ventrikel keempat. Cairan dapat dilemahkan dengan inversion recovery (FLAIR)
yang dapat memperlihatkan abnormalitas dari substansia alba. Tidak ada kelainan fokal yang
diamati.
Gaalen, 2012
Gambaran 3.33 Cerebellar MRI. Axial no-contrast T1-weighted (left panel) and
coronal contrast-enhanced T1-weighted (right panel) MR images show atrophy of
the vermis and cerebellar hemispheres with enlargement of the 4th ventricle.
3.8.1 Definisi
30
pada pasien dengan HIV dan merupakan penyebab paling sering terhadap abses serebral.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang merupakan penyakit parasit
pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Parasit ini merupakan golongan Protozoa
yang bersifat parasit obligat intraseseluler yang menginfeksi sebagian besar populasi dunia
3.8.2 Epidemiologi
Toksoplasmosis terjadi pada 3-15% pasien dengan AIDS di Amerika Serikat. Beberapa
Lesi klinis silent dan dapat diagnosis hanya pada otopsi. Klinis toksoplasmosis terjadi
Baru-baru ini dalam sebuah studi epidemiologi di kota Meksiko dengan 320 pasien
(3%).
Pada bayi yang terjangkit toksoplasmosis kongenital tampak normal pada waktu lahir
dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada
gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus,
korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrad sabin yang disertai kelainan
lain:
calcifications
31
Toksoplasmosis serebral sering muncul dengan onset subakut dengan gejala fokal
nerologik. Walau bagaimanapun, terdapat juga onset yang tiba-tiba disertai kejang atau
pendarahan serebral. Hemiparesis dan gangguan bicara sering ditemui sebagai gejala klinis
awal. Keterlibatan batang otak bisa menyebabkan lesi saraf cranial serta terjadi
disfungsi serebral seperti disorientasi, kesadaran menurun, atau koma. Jika ada lesi di
3.8.4.1 USG
pada 36% janin yang didiagnosis penyakit ini ventrikulomegali simetris, periventrikel
intrakranial dan densitas hepar atau lien, destruksi fokal pada jaringan serebral dan
pembesaran pada cistern atau ventrikel, kalsifikasi okuler, micropthalmia, metaphyseal bands,
iregularitas pada metaphyseal dari lempeng pertumbuhan, ascites janin, dan peningkatan
ketebalan plasenta. Dalam darah janin, Toxoplasma imunoglobulin specific tingkat M yang
tinggi.
bayi sampai usia 18 bulan atau mengikuti penutupan fontanela. Pada pasien dewasa,
USG dikombinasikan dengan hasil serologi ibu secara signifikan terkait dengan hasil klinis.
USG abdomen pada pasien dewasa dengan riwayat sakit perut dan hasil abnormal pada tes
nekrotik. Abses Toxoplasma biasanya menunjukkan multipel kapsul tipis dengan pusat yang
nekrosis. CT-Scan dengan kontras dapat menunjukkan gambaran lesi multiple yang hipodens
dengan edema perifokal. Peningkatan kontras biasanya seperti cincin atau nodular.
Peningkatan jarang homogen atau tidak ada. Lesi yang soliter jarang terjadi. Lesi dikelilingi
edema ringan sampai sedang dan menunjukkan efek massa yang sedikit atau sedang. Lesi
ganglia.13
33
(Kahmekar, 2012)
dari nodul terletak di basal ganglia, tetapi yang lain yang tersebar di seluruh otak di
persimpangan grey matter - white matter junction. Perdarahan dan kalsifikasi dapat terjadi
setelah perawatan medis, meskipun kalsifikasi cincin telah dijelaskan pada CT scan pada saat
diagnosis pertama. Namun, kalsifikasi cincin jarang pada penyakit didapat dibandingkan
dengan penyakit kongenital. Seiring berjalannya waktu atrofi otak dapat terlihat pada sekitar
sepertiga dari pasien, ini mungkin hasil dari kerusakan sel langsung disebabkan oleh human
berhubungan dengan multipel, tidak teratur, nodular, seperti kista atau kalsifikasi yang
melengkung di daerah periventrikel dan choroid plexus. Lesi bilateral dan bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 2 cm,dan ada kemungkinan terkait hidrosefalus. Kubah tengkorak
dapat menebal dengan sutura overlapping. Tanda karakteristik dari Toxoplasmosis adalah
target sasaran asimetris, yang terdeteksi pada CT dan MRI scan, meskipun MRI lebih sensitif.
34
Tanda target asimetris merepresentasikan abses dengan peningkatan cincin dan berisi abses
lainnya yang sejenis dengan peningkatan cincin, nodul eksentrik dalam rongga abses.
3.8.4.3 MRI
Toxoplasmosis adalah lesi massa otak yang paling umum ditemui pada pasien
terinfeksi HIV, dan insiden meningkat tajam sejak awal epidemi AIDS. Terkadang
penampilan yang tidak biasa dari toxoplasmosis membuat diagnosis dengan teknik pencitraan
kemampuan untuk membedakan antara berbagai lesi SSP. Pada T1-weight precontrast MRI,
lesi yang hipointens relatif terhadap jaringan otak. Pada MRI T2-weight, yang fokus infeksi
(Gaillard, 2015)
Gambar 3.36 T1-weight menunjukkan lesi hypointense,
asimetris, periventrikel bilateral atau basal ganglia.
Lesi aktif sering dikelilingi oleh edema. Nodular fokal atau tambahan cincin terjadi
Gambar 3.39 Axial T2 MRI dengan Gambar 3.40 Axial CECT Menggambarkan
gambaran massa nodular Multipel Lesi Cincin yang Menyengat dengan
di inti basal sebelah kanan Hipodensiti di Sekelilingnya
Pada gambar diatas terlihat massa nodular berpusat di inti basal sebelah kanan dengan
ireguler ketebalan kontras. Akan signifikan sekitarnya melalui T2 / FLAIR, terlihat meluas
melalui batang otak ke midbrain dan inferior ke batang otak kanan. Ada moderat massa
36
regional dengan penipisan dari sulci frontotemporal dan penipisan dari ventrikel lateral
Bagian tengah massa adalah agak hipointens untuk grey matter di T1-weighted
imaging dan hyperintense pada T2- weighted imaging dengan penekanan yang buruk pada
FLAIR. Difusi pada pencitraan menunjukkan sinyal tinggi merata terutama di bagian tepi
massa dan terpusat menurun ADC. Ada sedikit meningkat rCBV di tepi massa. Spektroskopi
MRI lebih efektif dalam menggambarkan lesi, khususnya di kortikal dan subkortikal.
Selain itu juga menghindari biopsi bedah otak, terapi empiris dengan Pyrimethamine,
Sulfadiazine dan asam folat dan mengikuti perilaku kesehatan sesuai dengan kriteria ex
juvantibus. Sedikitnya dari 90% pasien yang mendapat terapi fase awal meningkat pesat
hilangnya perubahan radiologis dengan seluruh atau sebagian dalam 2-4 minggu. Pasien
Pada pasien imunokompeten, adanya massa meningkatkan resiko suatu glioma. Fitur
tidak khas pada abses piogenik namun abses sekunder untuk organisme atipikal (misalnya
Toksoplasmosis). Diagnosis limfoma, yang mungkin memiliki penampilan sama pada pasien
immunocompromised .9
diakibatkan oleh virus JC (John Cunningham) yang menginfeksi oligodendrocytes. Hal ini
dianggap manifestasi klinis yang paling umum dari infeksi virus JC di otak.5
3.9.1 Lokasi
Lesi cenderung memiliki konfluen, bilateral tapi asimetris pada otak. Mereka
didistribusikan di seluruh otak, termasuk batang otak dan ganglia basal. Subkortikal frontal
37
dan lobus parietal merupakan lokasi umum serta selalu melibatkan substansia alba. Lesi juga
3.9.2.1 CT-Scan
Zona fokus asimetris atenuasi rendah yang melibatkan peri-ventrikel dan substansia
alba subkortikal. Hal ini membedakan dengan hypoattenuation yang lebih simetris terlihat
(Aribandi, 2015)
Gambar 3.41 Non enhanced CT of the head
shows a hypoattenuating lesion in the
subcortical white matter. Note the
characteristic scalloped lateral margin
3.9.2.2 MRI
keterlibatan subkortikal. Ada sedikit atau tidak ada massa dan subkortikal U-fibers yang
biasanya terlibat.
c. T1 C + (Gd)
d. MR Spectroscopy: menurut salah satu spektrum penelitian lesi PML yang ditandai
dengan berkurang secara signifikan NAA, laktat, dan secara signifikan meningkatkan
(Aribandi, 2015)
Gambar 3.42 T2-weighted MRI in a
patient infected with HIV demonstrates a
hyperintense lesion in the left
frontoparietal region in the subcortical and
periventricular white matter.
3.10.1 Definisi
family). CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang
39
dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur
hidupnya.10
Gejala muncul setelah 6 – 90 hari setelah infeksi primer. Kadang hanya muncul
dengan gejala mirip sakit flu (flu-like symptoms). Sakit yang menyerupai
mononukleosisinfeksius adalah tampilan yang umum terjadi dari CMV pada orang-orang
Dua pencitraan yang paling umum terjadi akibat CMV adalah meningoencephalitis
Pada pemeriksaan USG CMV Congenital janin biasanya tidak terdeteksi oleh USG
rutin trans-abdominal, tapi pre-natal transvaginal screening USG pada ibu yang terinfeksi
dapat menunjukkan:
a. Otak
-
Kalsifikasi intrakranial janin : Kalsifikasi terutama periventrikular (fokus
hyperechogenic).11
-
Hidrosefalus janin
-
Heterogen muncul parenkim
-
Microcephaly
-
Adhesi intraventrikular
b. Lain-lainya
- Hepatomegali janin
40
- IUGR
- usus echogenic
Temuan ini dikaitkan dengan hasil yang buruk, yang memungkinkan ibu untuk
3.10.3.2 CT-Scan
termasuk:
3.10.3.3 MRI
Pada CMV encephalitis, biasanya hanya ada peningkatan sinyal T2 / FLAIR non
spesifik di substansia alba. Dari ventriculitis juga tampak peningkatan permukaan ependymal
a. High T2 terjadi perubahan pada substansia alba yang paling menonjol dalam
distribusi periventrikel.
b. Tidak ada yang menyengat (kecuali ventriculitis, dalam hal ini 30% kasus atau ada
yang menyengat).
Gambaran mirip dengan ensefalitis HIV, walaupun biasanya CMV terjadi pada
pasien dengan penyakit yang lama, dan jumlah CD4+ rendah. MRI pada CMV Congenital
didapatkan gambaran :
a. Microcephaly
c. Lesi pada substansia alba: keterlibatan substansia alba didominasi parietal posterior
e. Delayed myelination
a. HIV encephalitis
menyengat
karakteristik high T2/FLAIR signal dan menyengat pasca pemberian kontras sangat mengacu