Anda di halaman 1dari 41

REFERAT DAN LAPORAN KASUS

CEDERA KEPALA

Sara Sonnya Ayutthaya


1061050149
PEMBIMBING:
dr. Noer Hasiani Mercy Lumbantobing, SpS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
PERIODE 5 OKTOBER 7 NOVEMBER 2015
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Luka di kulit
kepala
Fraktur tulang
tengkorak
Cedera kepala
Robekan selaput
otak

Kerusakan
jaringan otak

Gangguan
neurologis

Epidemiologi
Amerika Serikat: 500.000 kasus/tahun (80%
CKR, 10 % CKS, 10% CKB)
RSCM: 60-70% CKR, 15-20% CKS, 10% CKB.
Angka kematian: 35%-50% akibat CKB, 5%10% CKS, CKR tidak ada yang meninggal

B. Tujuan penulisan
Tujuan umum:
Diketahuinya manajemen klinis cedera
kepala

Tujuan khusus:
Diketahuinya
Diketahuinya
Diketahuinya
Diketahuinya

definisi cedera kepala


klasifikasi cedera kepala
patofisiologi cedera kepala
tatalaksana cedera kepala

C. Manfaat penulisan
Bagi penulis
Sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan kepaniteraan klinik
neurologi FK UKI
Bagi instansi
Dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian lebih lanjut
Bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang cedera kepala

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi otak

B. Fisiologi otak

C. Patofisiologi

D. Definisi cedera kepala


Brain Injury Assosiation of America.
Cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala yang bukan
bersifat congenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/ benturan fisik dari luar
gangguan kesadaran gangguan
kognitif dan fungsi fisik.

E. Klasifikasi cedera kepala


1 Klasifikasi secara umum:
Komosio serebri
Kontusio serebri
Hematom epidural
Hematom subdural
Hematom intraserebral
Fraktur basis kranii

Komosio serebri
Biasa disebut sebagai gegar otak.
Ditandai dengan pingsan tidak lebih dari 10
menit
serta adanya amnesia retrograd yaitu lupa
akan
peristiwa2 sebelum cedera kepala terjadi.
Tidak didapati gejala kerusakan otak
Kontusio serebri
Suatu keadaan memar otak yang tidak
mengganggu kontinuitas jaringan serta
ditandai dengan
masa pingsan yang lama.

Disamping itu kontusio juga dipengaruhi oleh


posisi
kepala. Apakah kepala dalam keadaan diam
tapi dapat
bergerak atau kepala sedang dalam keadaan
bergerak.
Gejala yang ditimbulkan tergantung dari
daerah yang
terkena.
Gangguan diencephalon, motorik
memperlihatkan
rigiditas dekortikalis yaitu sikap kedua lengan
dalam
keadaan flexi dan tungkai ekstensi

Hematoma epidural.
Perdarahan yang terjadi diantara tengkorak
dan
duramater akibat robeknya Arteri
meningea media
atau cabangnya.
Adanya lusid interval yaitu masa sadar
antara waktu
siuman dari pingsan setelah cedera kepala
dan
menurunnya kembali kesadaran.
Gejala awal tidak khas dapat berupa
pingsan atau
nyeri kepala sebentar dan kemudian

Hematoma subdural
Perdarahan terjadi antara duramater dan
arachnoidea
akibat kerusakan vena2 permukaan otak.
Darah yang
keluar dari vena akan membeku dan
membentuk
gumpalan gejala seperti tumor serebri.
Penderita mengeluh nyeri kepala yang hebat
biasanya
didaerah dahi disertai dengan mual dan
muntah. Gejala
menghebat bila penderita berbaring.
Gangguan

Fraktura basis kranii


Fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak.
Bila
selaput arachnoidea robek, liquor
serebrospinalis
akan keluar melalui hidung atau telinga.
Bila disertai dengan robeknya pembuluh
darah,
maka darah akan keluar melalui hidung dan
telinga.
Biasanya keadaan ini akan menyembuh
sendiri
dalam waktu 5-6 hari.
LCS yang keluar dijaga agar jangan sampai

2 Berdasarkan mekanisme:
Cedera kepala tumpul
Cedera kepala tembus

3 Berdasarkan ringan beratnya:


Ringan (GCS 14-15)
Sedang (GCS 9-13)
Berat (GCS 3-8)

F. Pemeriksaan
Anamnesis (mekanisme trauma)
Pemeriksaan fisik umum ( tanda vital
dan GCS)
Pemeriksaan fisik neurologi
Pemeriksaan penunjang
- Radiologi (CT Scan kepala)
- Lab (rutin Hb)

G. Tatalaksana
Tatalaksana survei primer (A B C D E)
Rawat inap
Medika mentosa: cairan intravena,
manitol, steroid, furosemide,
barbiturat, dan antikonvulsan
Pembedahan (bila diperlukan)

CASE REPORT

Identitas

Nama: Tn. M
Umur: 41 tahun
Alamat: Rawa Bambu, Bekasi Barat
Pekerjaan: Pegawai swasta
Agama: Islam
Suku: Jawa

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan penurunan
kesadaran akibat 1 jam SMRS jatuh dari
pohon dengan ketinggian 3 m. Saat
jatuh, posisi yang pertama kali terbentur
adalah kepala. Pasien baru sadar setelah
1 jam berada di IGD. Setelah sadar,
pasien sempat muntah sebanyak 3 kali
dan juga keluar darah dari hidung dan
telinga. Saat ini pasien masih mengeluh
pusing berputar dan mual.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien baru pertama kali mengalami
kecelakaan. Riwayat hipertensi dan
kencing manis disangkal.

Riwayat kebiasaan pribadi


Pasien jarang berolahraga, tidak
merokok, tidak minum alkohol.

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum: Tampak sakit
sedang
GCS: E3V4M6 = 13
TD: 120/70mmHg,
Frekuensi Nadi: 85 kali/menit
Frekuensi Napas: 18 kali/menit
Suhu: 36,5oC

Pemeriksaan neurologi
Rangsang Meningen: brudzinsky 2 (-), kernig (-),
laseque (-)
Nervus Cranialis:
N III, N IV, N VI: Pupil Isokor, 3mm/3mm, RCL:
+/+, RCTL: +/+, parese N VI oculi dextra
N VII: Sulcus Naso Labialis simetris
N VIII: nistagmus (+)
N XII: Lidah di tengah
Motorik:
5555
5555
5555
5555
Refleks Fisiologis: Biseps: +/+, Triseps: +/+
Refleks Patologis: Babinski: -/- Chaddock: -/-

Pemeriksaan laboratorium

Hb: 14,4 g/dl


Leukosit: 11.400/mm
Ht: 42,9 %
Trombosit: 370 ribu/mm3

Diagnosis
Cedera kepala sedang

Planning
IVFD: RL/12 jam
Injeksi:

kalnex 3 x 500
citicolin 3 x 500
cefoperazon 3 x 1
pumpitor 1 x 1
MP 2 x 62,5

Oral:
Tramadol 3 x 1
Vastigosan 3 x 1

Pembahasan
1 Kronologis
Berdasarkan anamnesis, pasien baru sadar
setelah 1 jam berada di IGD.
Pada pemeriksaan fisik (di ruangan): nilai
GCS pasien E3M4V6. Rangsangan
meningen (-) dan refleks patologis (-).
Pemeriksaan nervus cranialis: Parese N VI
oculi dextra dan kerusakan pada N VIII.
Pada pemeriksaan derajat motorik:
semuanya dalam batas normal.
Berdasarkan beratnya cedera, pasien
termasuk cedera kepala sedang.

2 Medica mentosa
Kalnex
As. Tranexamat (menghambat aktivator
plasminogen menjadi plasmin. )
Menghentikan perdarahan
Tab: 3-4 x 250/500 mg. Inj: 1-2x 500 mg IV/IM
KI: gagal ginjal berat, pembekuan
intravaskular aktif, peny tromboemboli,
gangguan penglihatan warna, perdarahan sub
arachnoid

Citicolin:
Meningkatkan vaskularisasi otak
Meningkatkan kerja Formatio retikularis
batang otak
Indikasi: Penurunan kesadaran karena
trauma serebral
Fase akut: 1-2 x 250/500 mg IV drip/bolus
ES: syok

Cefoperazon:
Inhibitor enzim betalaktamase
Mencegah Infeksi sekunder
2 x 2-4 gr IM/IV

Tramadol:
Menghambat pelepasan
neurotransmitter dari saraf afferen yang
sensitif terhadap rangsang impuls
nyeri terhambat
Dosis: 3-4 x 50 mg

Vertigosan:
Betahistine mesilate: memperlebar
spinchter prekapiler meningkatkan
aliran darah telinga bagian dalam
Vertigo dan pusing
1-2 tab 3 x 6-12 mg

Methyl prednisolon:
Mengurangi edema serebri
Dosis 8-10 mg IV diikuti 4 mg/6 jam selama
10 hari. Tappering off dilakukan sekitar 7 hari
ES: ulserasi peptik

Pumpitor:
Mengontrol sekresi asam lambung dengan
menghambat pompa proton yang
mengtranspor ion H+ keluar dari sel parietal
lambung
Dosis 1 x 20 mg selama 4 minggu

Kesimpulan
1

Laki-laki umur 41 tahun masuk IGD


dalam keadaan tidak sadar akibat jatuh
dari ketinggian 3 m. Setelah 1 jam di
IGD pasien sadar. rawat inap
2 Pemeriksaan di ruangan
GCS: E3V4M6, Ransang meningen (-),
Refleks patologis (-), Parese N VI oculi
dextra, gangguan N VIII (Nistagmus +)
Lain-lain dalam batas normal
3 Diagnosis: Cedera kepala sedang

Anda mungkin juga menyukai