Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

SINDROMA EKSTRAPIRAMIDAL

Presentan :
RANTI CHORISATIVA (1310070100174)
YOLANDA M (1310070100178)
NIA GUSNAWTI (1310070100213)

Preseptor :
dr.SULISTIANA DEWI,SpKJ
Defenisi Sindrom Ekstrapiramidal

Sindrom ekstrapiramidal adalah suatu gejala


atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka
pendek atau jangka panjang dari medikasi
antipsikotik golongan tipikal karena terjadinya
inhibisi transmisi dopaminergik di ganglia basalis.
Adanya gangguan transmisi di korpus striatum yang
mengandung banyak reseptor D1 dan D2 dopamin
menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga
bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal.
Gejala ekstrapiramidal sering
dibagi dalam beberapa kategori
yaitu :
- Reaksi distonia,
- Tardive dyskinesia,
- akatisia,
- Sindrom Parkinson,
- Sindrom Neuroleptic Maligna
Epidemiologi
Reaksi distonia akut +/-10% pasien pria
muda neuroleptik haloperidol dan flufenarizin.
Tardive dyskinesia terjadi +/-20-30% pasien
pengguna antipsikotik tipikal dalam kurun waktu 6
bulan atau lebih.
Akatisia (sering terjadi). Kemungkinan besar
terjadi pada pasien dengan medikasi neuroleptik.
Umumnya pada pasien muda.
Sindrom parkinson lebih sering pada dewasa muda
perempuan:laki-laki = 2:1.
Sindrom Neuroleptic Maligna sangat jarang
dijumpai.
Etiologi
Sindrom ekstrapiramidal terjadi akibat pemberian
obat antipsikotik baik dalam jangka waktu singkat atau
lama adanya gangguan keseimbangan antara transmisi
asetilkolin dan dopamine pusat.

Obat antispikotik dengan efek samping gejala


ekstrapiramidalnya sebagai berikut:
Antipsikosis Dosis (mg/hr) GejalaEkstrapiramidal

Chlorpromazine 150-1600 ++
Thioridazine 100-900 +
Perphenazine 8-48 +++
Trifluoperazine 5-60 +++
Fluphenazine 5-60 +++
Haloperidol 2-100 ++++
Pimozide 2-6 ++
Clozapine 25-100 -
Zotepine 75-100 +
Sulpride 200-1600 +
Risperidon 2-9 +
Quetapine 50-400 +
Olanzapine 10-20 +
Aripiprazole 10-20 +
Beberapa hal lain yang mempengaruhi kerja
ekstrapiramidal:
Ketidakseimbangan degeneratif

Ketidakseimbangan metabolik

Ketidakseimbangan sistem endokrin dan eksokrin

Inflamasi

Racun

Tumor atau SOL

Anoxia
PATOFISIOLOGI
Umumnya semua neuroleptik

disfungsi ekstrapiramidal

neuroleptik menginhibisi transmisi dopaminergik di ganglia


basalis. Beberapa neuroleptik tipikal (seperti haloperidol,
fluphenazine)

Penggunaan neuroleptik

gangguan transmisi korpus striatum


mengandung banyak reseptor D1 dan D2 dopamin

depresi fungsi motorik yang bermanifestasi sebagai sindrom


ekstrapiramidal.
Manifestasi klinis
Reaksi Distonia
Merupakan spasme atau kontraksi
involunter satu atau lebih otot skelet yang
timbul beberapa menit dan dapat pula
berlangsung lama, biasanya menyebabkan
gerakan atau postur yang abnormal.
Distonia juga dapat terjadi pada glosofaringeal
yang menyebabkan disartria, disfagia, kesulitan
bernafas hingga sianosis bahkan kematian.
Distonia juga dapat terjadi pada otot
diafragmatik yang membantu pernapasan
sehingga sulit bernafas hingga sianosis bahkan
kematian..
Manifestasi klinis

Akatisia
Manifestasi berupa keadaan subjektif kegelisahan
(restlessness) yang panjang,, gugup atau suatu keinginan
untuk tetap bergerak umumnya kaki yang tidak bisa
tenang, atau rasa gatal pada otot
Sindrom Parkinson
Faktor risiko antipsikotik menginduksi parkinson adalah
peningkatan usia, dosis obat, riwayat parkinson
sebelumnya, dan kerusakan ganglia basalis.
Manifestasi klinis

Tardive Dyskinesia

Disebabkan oleh defisiensi kolinergik yang relatif


akibat supersensitif reseptor dopamin di puntamen
kaudatus. Merupakan manifestasi gerakan otot abnormal,
involunter, menghentak, balistik, atau seperti
mempengaruhi gaya berjalan, berbicara, bernafas, dan
makan pasien dan kadang mengganggu
Diagnosis

Diagnosa awal anamnesa pasien.


Pemeriksaan yang dapat dilakukan di antaranya adalah
pemeriksaan fisik pada umumnya yaitu tanda tanda
vital dan kondisi fisik seluruhnya. Dapat ditambah
pemeriksaan neurologis.
Pemeriksaan laboratorium tergantung pada tampilan
klinis. Pemeriksaan rutin elektrolit, pemeriksaan
potassium, asam urat, keratin kinase-MM , nitrogen dan
urea darah, kreatinin darah, glukosa darah, mioglobin dan
bikarbonat bermanfaat dalam menilai status hidrasi,
fungsi ginjal, status asam basa, kerusakan otot dan
hipoglikemi
Diagnosis Banding

Sindroma putus obat


Parkinson Disease

Distonia primer

Tetanus

Gangguan gerak ekstrapiramidal primer

Penyakit Huntington

Chorea Syndenham

Anxietas

gejala psikotik yang memburuk


Penatalaksanaan

Penatalaksanaan umum untuk sindrom ekstrapiramidal


yakni :
Non-farmakologis : Menurunkan dosis antipsikotik hingga
mencapai dosis minimal yang efektif
Farmakologis :
- Pada pasien > 60 tahun diberikan L-dopa
.Pemberian L-dopa 3-4x 1 hari dengan total dosis
maksimal 600 mg/ hari diberikan 30 menit
sebelum makan, contoh madopar, sinemet.
- Pada pasien muda diberikan da (dopamine
antagonist)
Penatalaksanaan

Pemberian dopamine agonist , dibagi menjadi ergot da dan


non-ergot da
Contoh ergot da:
- Bromocriptin dimulai dengan dosis 1,25 mg ditingkatkan
sampai total maksimal 40mg/ hari terbagi dalam 3-5 dosis
- pergolide mesylate dimulai dari 0,05 mg 0,05 mg tiap 4-7
hari sampai 2-4 mg / hari untuk 3x beri
- Piribedil 50 mg terbagi 5x/ hari
- Cabergoline , dostinex 0,5 mg setiap 2 hari
Contoh Non-ergot da
- Pramipexole, sifrol 1 mg dimulai dari 0,125 mg. Dosis
umumnya 3-4,5 mg / hari
- Ropinirole, requip 2 mg, dimulai dari 0,25 mg. Dosis
umumnya 3-9 mg/ hari
Penatalaksanaan

Pemberian antikolinergik seperti :


Trihexyphenidil ((THP), 4-6mg per hari selama 4-6
minggu.
n-Methyl-D-Aspartate Receptor Inhibitor: amantadine
dimulai dari 100 mg. Dosis umumnya 300-400 mg/ hari
terbagi dalam 3-4 dosis
Enzyme inhibitor: Monoamine Oxidase Type B inhibitor
MAO B contoh selegiline, selegos 5 mg, rasagiline sebagai
neuroprotektor.
COMT I (Cathechol o Methyl Transferase Inhibitors) :
entacapone, comtan 200mg dosis maksimal 1600 mg,
tolcapone untuk menurunkan degradasi dopamine otak
dan meningkatkan efek L-dopa.
Pemberian epinefrin dan norepinefrin juga
memberikan efek menurunkan konsentrasi
antipsikotik dalam plasma sehingga absorbsi
reseptor dopamin berkurang dan efek gejala
ekstrapiramidal dari antipsikotik dapat
berkurang.
Bila reaksi distonia akut berat harus
mendapatkan penanganan cepat dan agresif.
Umumnya lebih praktis untuk memberikan
difenhidramin 50 mg IM.
Penatalaksanaan akatisia dengan memberikan
anti kolinergik dan amanditin, dan pemberian
proanolol dan benzodiazepine seperti klonazepam
dan lorazepam.
Prognosis

Prognosis pasien dengan sindrom ekstrapiramidal yang


akut akan lebih baik bila gejala langsung dikenali dan
ditanggulangi. Sedangkan prognosis pada pasien dengan
sindrom ekstrapiramidal yang kronik lebih buruk, pasien
dengan tardive distonia hingga distonia laring dapat
menyebabkan kematian bila tidak diatasi dengan cepat.
Sekali terkena, kondisi ini biasanya menetap pada pasien
yang mendapat pengobatan neuroleptik selama lebih dari
10 tahun.
Komplikasi

Pada distonia laring dapat menyebabkan asfiksia dan


kematian. Medikasi anti-EPS mempunyai efek sampingnya
sendiri yang dapat menyebabkan komplikasi yang buruk.
Anti kolinergik umumnya menyebabkan mulut kering,
penglihatan kabur, gangguan ingatan, konstipasi dan retensi
urine. Amantadine dapat mengeksaserbasi gejala psikotik.
Identitas Pasien
Nama : Ny.D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD tidak tamat
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Tanah Garam
Tanggal Diperiksa : 18 Juli 2017
Data diperoleh dari :
Anamnesa yang diambil secara autoanmnesa dan
alloanamnesa dengan ibu pasien di bangsal jiwa RSUD solok
pada tanggal 18 Juli 2017
Keluhan Utama

Pasien di bawa kerumah sakit RSUD Solok karena seluruh


badan kaku sejak 2 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk ke IGD karena seluruh badan kaku sejak 2


hari SMRS. Pasien sering melamun dan menyendiri, kadang
pasien berbicara sendiri. Keadaan pasien menurun karena
pasien tidak mau makan sejak 3 hari ini.
Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD
Solok. Satu bulan sebelum ini pasien juga telah
masuk bangsal jiwa RSUD Solok dikarenakan
pasien suka makan sampah, buang air kecil dan
besar di sembarang tempat, dan pasien berjalan
merangkak. Berdasakan hasil anamnesa pasien
memakan sampah tersebut karena disuruh oleh
bisikan ditelinganya, kemudian pasien juga
melihat bayangan hitam yang menyuruhnya
untuk memakan sampah tersebut. Pasien juga
merasakan bayangan hitam tersebut berbau
sangat busuk. Pasien meyakini bahwa ada hantu
yang selalu mengganggu dia. Dan meyakini
hantu tersebut mengendalikan pikiran pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Psikiatri
Pasien pernah dirawat di bangsal jiwa RSUD Solok.
Dirawat pertama karena suka memakan makanan di
tempat sampah, bicara sendiri, dan BAK di sembarang
tempat. Dirawat yang kedua karena putus obat.

- Riwayat Gangguan medik : Tidak ada riwayat penyakit


kronik sebelumnya.

- Penggunaan zat Psikoaktif : Tidak ada riwayat


penggunaan zat psikoaktif dan alkohol.
Riwayat Kehidupan Pribadi
- Riwayat Prenatal dan Perinatal :Pasien lahir pada usia
kandungan 10 bulan, setelah lahir badan pasien membiru dan
kejang.
- Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun) : Pasien sering kejang
dan lambat bicara serta lambat berjalan.
- Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun) : Pasien masih
sering kejang dan mulai berkurang saat usia 5 tahun.
Pertumbuhan tidak sesuai dengan usianya seperti berbicara
lambat, lambat dalam merespon, jarang menunjukkan emosi,
tidak bisa berhitung, tidak bisa membedakan warna. Pasien
akan kejang apabila merasa tersinggung. Pasien masuk SD
bersama adiknya, saat SD pasien tampak tidak bisa mengikuti
pelajaran SD sehingga pasien putus sekolah pada kelas 1 SD.
Kemudian pasien juga sering melamun, tidak bisa tidur, dan
BAK sembarangan.
- Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja : Pasien tidak
memiliki teman karena suka menyendiri, sering melamun,
dan kadang berbicara sendiri, melakukan kegiatan sehari-
hari masih dibantu ibunya. Jika ditanya hanya menjawab
1 kata
Riwayat Pendidikan : SD tidak tamat

Riwayat Pekerjaan : Tidak ada

Riwayat Perkawinan :Tidak ada

Aktivitas Sosial : Aktivitas sosial pasien tidak berjalan


dengan lancar karena pasien adalah seorang pribadi yang
pendiam dan tertutup.
Riwayat Keluarga
Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga pasien
yang memiliki gangguan kejiwaan serta memiliki
penyakit yang serupa dengan pasien.

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal dirumah orang tua pasien bersama ibu
kandung dan saudara kandung.
Pemeriksaan Status Mental
Pada Selasa,18 Juli 2017
a. Deskripsi Umum
- Penampilan : Kurang rapi dan kurang bersih.
- Perilaku dan Aktivitas Motorik : Terganggu

- Sikap Terhadap Pemeriksa : Pasien kurang kooperatif


terhadap pemeriksa selama wawancara.

b. Mood dan Afek


- Mood : Kosong.
- Afek : Menyempit
- Keserasian : Mood dan Afek Serasi
c. Pembicaraan
- Pembicaraan : Tidak Spontan
- Volume : Kecil
- Artikulasi : Kurang jelas

d. Gangguan Persepsi
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
- Ilusi : Tidak ada
- Halusinasi : Auditorik (+), Taktil (-) Visual (+),
Penciuman (+) pengecapan (-)
e. Pikiran
- Proses pikir : Tidak Bisa Dinilai
- Isi Pikir : Waham bizzare dan waham kendali
Fungsi Intelektual
- Kesadaran :Compos Mentis Cooperative
- Orientasi :Waktu (terganggu)
:Tempat (terganggu)
:Orang (baik)

- Daya ingat :
Daya ingat jangka panjang : Terganggu
Daya ingat jangka sedang : kurang Baik (pasien kurang
dapat mengingat kejadian yang hari sebelumnya )
Daya ingat jangka pendek : Terganggu
Daya ingat jangka segera : Terganggu

- Konsentrasi dan perhatian


Terganggu
- Kemampuan membaca dan menulis : Tergaggu

. Daya Nilai dan Tilikan


- Daya nilai Sosial : Terganggu
- Daya nilai realita : Terganggu
- Tilikan : Derajat 1
3.4 Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
Status Internus
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : CMC
Status gizi : Baik
TandaVital
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Frekuensi Nadi : 76 x/menit
Frekuensi nafas : 19 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status Neurologis
Tanda meningeal: Kaku kuduk (-), brudzinki (-), kernig sign
(-)
Nervus I-XII : Tidak ada kelainan
Peningkatan TIK: Tidak ada

Reflek Fisiologis

KPR : (++)
APR : (++)
Bicep : (++)
Tricep : (++)
Reflek Patologis
Babinski : (-)

Gordon : (-)
Chaddok : (-)

Scheffer : (-)
Hofman : (-)

Tanda efek Ekstrapiramidal


Tremor : Ada
Akatisia : Ada
Bradikinesia : Ada
Cara berjalan : Tergaggu
Keseimbangan : Tergggu
Rigiditas : Ada
3.5 Diagnosa Multiaksial
Aksis I : Skizofrenia Paranoid + ekstrapiramidal sindrom
Aksis II : Belum ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa

Aksis IV : Masalah dengan Primary Support Group


Aksis V : GAF Scale 40-31 beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi.
Penatalaksanaan

IVFD RL 12 jam/kolf
Inj. Diphenhidramin 2 amp/6 jam (IM)
Inj. Diazepam 1x 1 (IM)
Risperidon 2 x 2 mg
Trihexyphenidyl 3 x 2 mg
Clozapin 1 x 25 mg
3.6 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad Malam
Quo ad sanation : Dubia ad Malam
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai