Emiko Petrosky, MD, MPH1,2, Robyn Neblett Fanfair, MD, MPH2, Kim Toevs,
MPH3, Malini DeSilva, MD, MPH1,4, Sean Schafer, MD, MPH4, Katrina
Hedberg, MD, MPH4, Jim Braxton, AS, AA, ABCP2, Jaime Walters, MPH3,
Lauri Markowitz, MD2, and Susan Hariri, PhD2
Abstrak:
di negara bagian Oregon Barat Laut Amerika Serikat, terutama di kalangan laki-
laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL). Para penulis bertujuan
celah yang mungkin ada untuk tatalaksana klinis sifilis stadiun awal (sifilis
primer, sifilis sekunder, dan sifilis laten ≤1 tahun) di antara LSL di Multnomah
2008-2013. Rekam medis diringkas untuk kasus-kasus yang terjadi pada 2013
untuk menilai diagnosis, pengobatan, dan skrining praktik. Sifilis stadium awal di
antara LSL meningkat dari 21 kasus pada tahun 2008 menjadi 229 pada tahun
2013. Sebagian besar kasus terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV (berkisar:
Pada tahun 2013, sebanyak 119 (51,9%) kasus didiagnosis di klinik medis sektor
publik dan sebanyak 110 (48,0%) di klinik sektor swasta. Lebih dari 80% pasien
pengobatan cukup dan tepat waktu di antara semua penyedia layanan, terdapat
terinfeksi HIV, diagnosis yang lebih banyak dilakukan oleh penyedia layanan HIV
pengendalian sifilis telah terbukti, tetapi sifilis stadium awal di antara LSL terus
skrining sifilis di antara klinik swasta, tetapi beberapa celah dalam tatalaksana
A. Pendahuluan
ke titik terendah sepanjang waktu pada tahun 2000, sifilis stadium primer dan
sekunder pada laki-laki di Amerika Serikat meningkat dari 3,0 kasus per 100.000
penduduk pada tahun 2001 menjadi 9,8 pada tahun 2013. 2,3 Pada tahun 2013, LSL
menyumbang sebanyak 75% kasus sifilis primer dan sifilis sekunder di 49 negara
bagian dan wilayah Columbia yang memberikan informasi tentang seksual pada
pasangan seks.2 Peningkatan sifilis di antara LSL bersifat meresahkan, mengingat
adanya morbiditas yang terkait dengan sifilis yang tidak diobati, termasuk
neurosifilis dan sekuel kardiovaskular. Selain itu, sifilis terkait dengan penularan
dan akuisisi HIV, 6-9 dan jumlah diagnosis sifilis yang tidak proporsional. terjadi
mencegah penularan lebih lanjut. Selama tahap awal saat pasien bersifat paling
infeksius, pasien dan dokter mungkin tidak mengenali tanda dan gejala (yaitu,
12
chancroid tanpa rasa sakit, ruam atipikal) sebagai sifilis; demikian, pengukuran
kontrol utama adalah skrining rutin, termasuk skrining rutin LSL untuk sifilis. 13,14
yang aktif secara seksual terhadap terjadinya penyakit menular seksual (PMS).15
Untuk LSL yang berisiko lebih tinggi mengalami PMS, dapat diindikasi tindakan
Antara tahun 2008 dan 2013, negara bagian Oregon di Pasifik Barat Laut
Amerika Serikat mengalami peningkatan lebih dari 8 kali lipat dalam kejadian
2,17
sifilis stadium awal, dari 1,2 menjadi 10,1 kasus per 100.000 penduduk,
sebanyak 58% kasus terjadi di antara penduduk Multnomah County, dan sebanyak
95% dari kasus tersebut merupakan diantara LSL. Multnomah County adalah
County selama tahun 2008 hingga 2013, dan mengevaluasi tatalaksana klinis LSL
yang didiagnosis dengan tahap infeksi dan status HIV pada tahun 2013. Tujuan
kami adalah untuk mengkarakterisasi epidemi yang sedang berlangsung dan untuk
B. Metode
nontreponemal [tes rapid plasma reagin (RPR) dan veneral disease research
(TPPA), dan enzyme immunoassay (EIA)]. Kasus sifilis yang telah dikonfirmasi
C. Populasi Penelitian
awal yang dikonfirmasi klinis atau laboratorium (sifilis primer, sifilis sekunder,
atau sifilis laten ≤1 tahun) selama 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2013 dan
yang melaporkan sendiri seks oral / anal dengan seorang pria dalam 12 bulan
D. Pengumpulan Data
termasuk usia, ras / etnis, tahap infeksi, dan status HIV. Status HIV dilaporkan
medis untuk insiden infeksi sifilis dari klinik umum dan swasta yang melaporkan
kasus. Insiden infeksi sifilis didefinisikan sebagai pertama kalinya seorang pasien
mengalami kasus dengan tes RPR reaktif dan bukti infeksi yang telah
pemeriksaan sifilis sebelumnya, tanda dan gejala pada pemeriksaan, bukti lebih
dari satu kunjungan petugas sebelum diagnosis (sebagaimana ditentukan oleh
tanda dan gejala yang sama), titer RPR pada diagnosis, petugas yang
pemeriksaan sifilis untuk pengobatan awal, dan status HIV yang dikonfirmasi oleh
memberikan terapi untuk menilai pasien yang menerima pengobatan dari klinik
Untuk pasien yang tidak terinfeksi HIV, pemeriksaan HIV pada saat tes
sifilis dan pre exposure prophylaxis (PrPP) dikumpulkan. Untuk pasien yang
terinfeksi HIV, penggunaan antiretroviral (ARV), jumlah virus HIV, dan jumlah
CD4 dikumpulkan dari database penyakit yang dilaporkan negara. Untuk menilai
bulan sebelumnya di antara LSL yang terinfeksi HIV yang didiagnosis dengan
sifilis oleh klinik HIV MCHD publik ke pengaturan klinik lainnya. Klinik PMS
publik MCHD tidak dimasukkan dalam analisis ini karena klinik ini hanya
PMS publik MCHD sebagai “Penyedia layanan PMS,” klinik HIV publik MCHD
sebagai “Penyedia layanan HIV,” dan jenis klinik lainnya termasuk satu pusat
akademik besar, tiga sistem medis besar / organisasi perawatan terkelola, dua
klinik perawatan primer praktik swasta, dan satu klinik perawatan umum primer
E. Analisis statistik
Untuk kasus yang didiagnosis selama tahun 2008 hingga 2013, terdapat
dilakukan pemeriksaan tambahan 2 tahun karena ukuran sampel yang kecil pada
tahun 2008 dan 2009. Untuk menguji variabel kategori, kami menggunakan uji
ini mirip dengan tes Wilcoxon non-parametrik dan terjadi peningkatkan analisis
19,20
ketika parameter tidak terdistribusi secara normal. Untuk variabel kontinu,
Untuk kasus yang didiagnosis pada 2013, hanya diagnosis insiden untuk
individu dengan lebih dari satu diagnosis sifilis selama 2013 digunakan untuk
analisis; karena hanya insiden infeksi sifilis yang digunakan, kami merujuk pada
kasus ini sebagai pasien. Analisis deskriptif digunakan untuk menilai tatalaksana
penyedia pelayanan dan status HIV diperiksa menggunakan uji χ2 atau uji exact
Fisher untuk proporsi dan uji Wilcoxon untuk median. Satu pasien dengan HIV
yang baru didiagnosis pada saat pemeriksaan sifilis dieksklusi karena dia tidak
akan memiliki kesempatan untuk berada dalam pengobatan HIV, tidak seperti
kasus dengan riwayat HIV yang diketahui. Semua analisis statistik dilakukan
Perlindungan Penelitian oleh Oregon Health Authority dan sesuai dengan kode
F. Hasil
Dari tahun 2008 hingga 2013, total 663 kasus sifilis awal terdiagnosis pada
LSL di Multnomah County; jumlah kasus meningkat setiap tahun dari 21 kasus
pada tahun 2008 menjadi 229 kasus pada tahun 2013 (Gambr. 1). Distribusi kasus
dengan tahap infeksi tidak berubah secara signifikan dari waktu ke waktu (p tren
= 0,713). Pada sepanjang tahun, sebagian besar kasus terjadi pada kulit putih non-
dan 72,0% pada 2012–2013). Usia rata-rata meningkat secara signifikan dari 36
tahun (interquartile range (IQR): 30–44) pada tahun 2008–2009 hingga 39 tahun
(IQR: 31–48) pada tahun 2012–2013 (p tren = 0,009). Sebagian besar pasien
terinfeksi HIV, dan proporsi kasus di antara pasien terinfeksi HIV meningkat dari
sebanyak 119 (51,9%) di pengaturan medis sektor publik dan sebanyak 110
(48,0%) kasus di pengaturan sektor swasta. Rekam medis terdapat pada 64 kasus
yang terdiagnosis oleh penyedia layanan PMS, seluruh 52 kasus yang terdiagnosis
oleh penyedia layanan HIV, dan sebanyak 87 (77%) kasus terdiagnosis oleh
penyedia layanan lainnya. Sepuluh pasien terdiagnosis dengan sifilis dua kali pada
tahun 2013. Di antara sisa insiden 193 kasus, sebanyak 24,9% adalah sifilis
primer, 42,5% adalah sifilis sekunder, dan 32,6% adalah sifilis laten dini (Tabel
1).
besar pasien dengan sifilis primer menerima pengobatan pada hari yang sama
dengan mereka diperiksa sifilis (median 0 hari, IQR: 0-2 hari), sedangkan
selama 2 hari (IQR: 0–4 hari) , dan dengan sifilis laten awal rata-rata selama 3
hari (IQR: 1–6 hari) setelah tes sifilis (p <0,001). Tiga (6,3%) pasien dengan sifilis
primer dan 19 (23,3%) pasien dengan sifilis sekunder melakukan lebih dari satu
kunjungan pada penyedia pelayanan untuk gejala yang sama sebelum diagnosis,
dan beberapa mengalami kesalahan diagnosis yang tercatat dalam bagan medis.
Salah diagnosis untuk pasien yang kemudian didiagnosis dengan sifilis primer
termasuk chancroid dan virus herpes simplex dan untuk sifilis sekunder termasuk
dermatitis kontak, eksim, alergi, pityriasis rosea, demam berdarah, dan kudis.
1). Semua pasien menerima pengobatan untuk sifilis; sebanyak 83,3% diobati
dengan satu dosis penisilin benzatin, sebanyak 11,0% dengan tiga dosis penisilin
benzatin, dan 5,8% dengan doksisiklin. Sebagian besar pasien yang didiagnosis
oleh penyedia PMS menerima pengobatan pada hari yang sama mereka dilakukan
pemeriksaan untuk sifilis (median 0 hari, IQR: 0–3 hari), sedangkan sebagian
besar pasien yang didiagnosis oleh penyedia HIV menerima pengobatan pada hari
berikutnya (median 1 hari, IQR: 0 -5 hari), dan mereka yang didiagnosis oleh
penyedia lain rata-rata 3 hari (IQR: 1–6 hari) setelah dilakuakan tes sifilis (p
diagnosis terjadi pada sekitar 15,9% pasien yang didiagnosis oleh penyedia
pelayanan lainnya, 3,3% didiagnosis oleh penyedia pelayanan PMS, dan 2,1%
didiagnosis oleh penyedia HIV (p = 0,006); dari semua itu, semua pasien yang
didiagnosis oleh penyedia pelayanan lain dan penyedia pelayanan HIV menerima
HIV. Sebanyak 128 (66,3%) pasien terinfeksi HIV pada saat tes sifilis (Tabel 2).
Pasien yang terinfeksi HIV berusia lebih tua dari pasien yang tidak terinfeksi HIV
ras / etnis. Pasien yang terinfeksi HIV lebih mungkin memiliki riwayat infeksi
sifilis di masa lalu dibandingkan dengan pasien yang tidak terinfeksi HIV (39,8%
didiagnosis dengan sifilis laten dini, sementara sebagian besar pasien yang tidak
terinfeksi HIV didiagnosis dengan sifilis sekunder (p = 0,004). Terdapat tiga kasus
neurosifilis, semuanya di antara pasien terinfeksi HIV; dua pada pasien dengan
sifilis sekunder dan satu pada pasien dengan sifilis laten yang lebih dini. Tidak ada
Median Titer RPR saat diagnosis lebih tinggi di antara pasien terinfeksi
HIV dibandingkan dengan pasien yang tidak terinfeksi HIV (1:64 dibanding 1:32;
p <0,001). Sebagian besar (80,0%) pasien yang tidak terinfeksi HIV menjalani tes
HIV pada saat tes sifilis, sebanyak 2 (3,1%) pasien didokumentasikan berdasarkan
PrPP, dan sebanyak 38,3% telah dilakukan pemeriksaan sifilis setidaknya sekali
dalam 12 bulan sebelumnya. Sebagian besar (84,4%) pasien yang terinfeksi HIV
beban virus HIV RNA atau jumlah CD4 dalam 6 bulan sebelumnya.
Kami lebih lanjut menganalisis tes sifilis di antara pasien terinfeksi HIV
dalam 12 bulan sebelumnya. Lebih banyak pasien terinfeksi HIV yang didiagnosis
dengan sifilis oleh penyedia layanan HIV dibandingkan penyedia pelayanan lain
disbanding 40,0%; p <0,001), dan proporsi yang lebih besar diperiksa lebih sering
(≥2 pemeriksaan, 3 hingga 6 bulan secara terpisah) oleh penyedia layanan HIV
G. Pembahasan
Hasil temuan kami menunjukkan bahwa jumlah kasus sifilis stadium awal
tahun 2008 hingga 2013, karakteristik demografi dan karakteristik klinis mereka
sebagian besar tetap tidak berubah. Sebuah penelitian baru-baru ini menggunakan
data perwakilan nasional yang menemukan adanya perbedaan ras / etnis pada HIV
dan PMS, dengan orang dewasa kulit hitam dan Hispanik di Amerika Serikat
memiliki beban HIV dan PMS yang lebih tinggi daripada populasi kulit putih.
Berbeda dengan peningkatan sifilis yang terjadi terutama pada LSL muda
dengan sifilis stadium awal di Multnomah County cenderung berusia lebih tua (>
County. Temuan kami bahwa lebih dari separuh LSL dengan sifilis staidum awal
di Multnomah County terinfeksi HIV adalah kongruen dengan data nasional dan
mungkin mencerminkan sindrom PMS dan HIV yang lebih besar di antara LSL di
berbagai negara maju, persentase kasus sifilis yang tinggi pada LSL terjadi pada
10,11
LSL yang terinfeksi HIV, dan risiko terjadinya infeksi ulang pada laki-laki
adalah tinggi.11
hampir setengah dengan infeksi HIV, didiagnosis di klinik swasta atau pusat
medis besar. Hampir semua LSL yang terinfeksi HIV berada dalam pengobatan
dan memiliki jumlah beban virus (viral load) yang tidak terdeteksi, menunjukkan
pemanfaatan layanan kesehatan yang tinggi dan kepatuhan yang baik terhadap
obat HIV. Hal tersebut harus memberikan kesempatan yang ideal untuk deteksi
dini dan pengobatan sifilis. Namun, hampir seperempat dari LSL dengan sifilis
sekunder memiliki lebih dari satu kunjungan penyedia untuk gejala yang sama
sebelum diagnosis, menunjukkan adanya hilangnya peluang diagnosis, dan
medis. Pada banyak kasus, kondisi tersebut terjadi pada pasien di pengaturan
melakukan anamnesis tentang riwayat seksual atau mungkin tidak terbiasa dengan
HIV di antara LSL yang tidak terinfeksi telah berimplikasi pada peningkatan PMS
non-HIV.22 Pada penelitian kami, hanya sebagian kecil dari LSL dengan infeksi
sifilis berada di PrPP. Penilaian penggunaan PrPP dan tingkat PMS di antara LSL
Pasien dengan sifilis yang tidak diobati selama tahap awal infeksi dapat
secara tepat waktu,23 terutama di klinik PMS publik di mana sebagian besar pasien
menerima pengobatan pada hari yang sama dengan pemeriksaan sifilis mereka.
mungkin karena kelambatan dalam hasil pemeriksaan dari klinik swasta di mana
tidak dilakukan tes sifilis RPR yang cepat, penyedia layanan swasta menunggu
hasil tes konfirmasi sebelum pemberian pengobatan, atau dari proporsi yang lebih
besar dari kasus di klinik swasta yang dirujuk ke klinik PMS publik untuk
pengobatan.
Salah satu strategi untuk memfasilitasi pengobatan yang tepat adalah pengiriman
pada hari yang sama saat pasien menerima pengobatan di klinik-klinik tersebut.
Sebagian besar LSL didiagnosis saat terjadi gejala, dan proporsi kasus
asimptomatik yang didiagnosis dengan sifilis laten awal tidak meningkat dari
waktu ke waktu sebagaimana yang diharapkan jika lebih banyak skrining yang
dilakukan.14 LSL yang aktif secara seksual harus diskrining setidaknya setiap
15
tahun untuk infeksi HIV dan sifilis, dengan tes HIV dan PMS yang lebih sering
pedoman nasional untuk skrining PMS di antara LSL yang terinfeksi HIV di
klinik HIV Amerika Serikat, tingkat skrining sifilis tahunan berkisar antara 54%
hingga 76%.26,27 Skrining sifilis lebih sering dilakukan bahkan lebih sedikit,
dengan satu penelitian menemukan hanya 20% dari LSL yang terinfeksi HIV di
adanya peningkatan frekuensi skrining sifilis di antara risiko LSL tertinggi akan
memiliki dampak yang lebih besar pada penurunan transmisi dan prevalensi sifilis
klinik HIV publik tampaknya secara rutin melakukan skrining untuk sifilis, seperti
yang disarankan oleh sebagian besar LSL yang memiliki bukti tes sifilis
sebelumnya dan terdapat persentase yang tinggi terhdapa diagnosis sifilis laten
yang lebih awal. Namun, di antara LSL yang terinfeksi HIV yang didiagnosis oleh
dan tes HIV dan PMS selama kunjungan pengobatan kesehatan rutin untuk orang
meningkatkan skrining HIV / PMS pada LSL oleh penyedia layanan swasta,
grafik dalam catatan medis elektronik, atau pengujian otomatis untuk sifilis ketika
grafik medisnya tersedia untuk ditinjau mungkin berbeda dari yang catatannya
tidak ditinjau. Lebih banyak grafik yang ditinjau adalah untuk LSL yang terinfeksi
HIV dalam pengobatan, sedangkan lebih banyak grafik tidak ditinjau berasal dari
klinik publik dan swasta kecil yang melihat lebih banyak LSL yang tidak
dalam analisis subjek tahun 2008 hingga 2013 karena tidak mungkin untuk
di luar penyedia layanan yang biasa daripada dari penyedia layanan primer atau
klinik PMS atau HIV publik karena kami menginklusi semua data laboratorium
sebagian besar ditetapkan selama analisis ini, tetapi jumlah sifilis stadium awal di
klinis yang dapat berkontribusi pada peningkatan dramatis yang terlihat pada
populasi ini. Penelitian lainnya juga memiliki hasil temuan yang serupa, bahkan
dalam kondisi dengan sumber daya yang substansial, sifilis di antara LSL tetap
Selain pengenalan yang lebih baik terhadap tanda dan gejala selama
DAFTAR PUSTAKA
1. Read P, Fairley CK, Chow EP. Increasing trends of syphilis among men who
have sex with men in high income countries. Sex Health. 2015; 12:155–163.
[PubMed: 25607751]
2. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease
Surveillance, 2013. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services;
2014.
3. Patton ME, Su JR, Nelson R, Weinstock H. Primary and secondary syphilis—
United States, 2005–2013. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2014; 63:402–
406. [PubMed: 24807239]
4. Heffelfinger JD, Swint EB, Berman SM, Weinstock HS. Trends in primary and
secondary syphilis among men who have sex with men in the United States.
Am J Public Health. 2007; 97:1076–1083. [PubMed: 17463387]
5. Clark EG, Danbolt N. The Oslo study of the natural history of untreated
syphilis; An epidemiologic investigation based on a restudy of the Boeck-
Bruusgaard material; A review and appraisal. J Chronic Dis. 1955; 2:311–344.
[PubMed: 13252075]
6. Stamm WE, Handsfield HH, Rompalo AM, Ashley RL, Roberts PL, Corey L.
The association between genital ulcer disease and acquisition of HIV infection
in homosexual men. JAMA. 1988; 260:1429–1433. [PubMed: 3404600]
7. Dickerson MC, Johnston J, Delea TE, White A, Andrews E. The causal role for
genital ulcer disease as a risk factor for transmission of human
immunodeficiency virus. An application of the Bradford Hill criteria. Sex Trans
Dis. 1996; 23:429–440.
8. Fleming DT, Wasserheit JN. From epidemiological synergy to public health
policy and practice: The contribution of other sexually transmitted diseases to
sexual transmission of HIV infection. Sex Transm Infect. 1999; 75:3–17.
[PubMed: 10448335]
9. Bentwich Z, Maartens G, Torten D, Lal AA, Lal RB. Concurrent infections and
HIV pathogenesis. AIDS. 2000; 14:2071–2081. [PubMed: 11061647]
10. Simms I, Fenton KA, Ashton M, et al. The re-emergence of syphilis in the
United Kingdom: The new epidemic phases. Sex Trans Dis. 2005; 32:220–
226.
11. Dougan S, Evans BG, Elford J. Sexually transmitted infections in Western
Europe among HIV-positive men who have sex with men. Sex Trans Dis.
2007; 34:783–790.
12. Bissessor M, Fairley CK, De Guingand D, Bradshaw CS, Chen MY. Delay in
the diagnosis of early syphilis among men who have sex with men: Need for
greater community and health provider education. Int J STD AIDS. 2009;
20:52–53. [PubMed: 19103894]
13. Branger J, van der Meer JT, van Ketel RJ, Jurriaans S, Prins JM. High
incidence of asymptomatic syphilis in HIV-infected MSM justifies routine
screening. Sex Trans Dis. 2009; 36:84–85.
14. Bissessor M, Fairley CK, Leslie D, Howley K, Chen MY. Frequent screening
for syphilis as part of HIV monitoring increases the detection of early
asymptomatic syphilis among HIV-positive homosexual men. JAIDS. 2010;
55:211–216. [PubMed: 20585261]
15. Workowski KA, Berman S. Sexually transmitted diseases treatment
guidelines, 2010. Morb Mortal Wkly Recom Rep. 2010; 59:1–110.
16. Gray RT, Hoare A, Prestage GP, Donovan B, Kaldor JM, Wilson DP. Frequent
testing of highly sexually active gay men is required to control syphilis. Sex
Trans Dis. 2010; 37:298–305.
17. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease
Surveillance, 2008. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services;
2009.
18. Oregon Administrative Rules 333-018-0000, 333-018-0005, 2015
19. Van Elteren, PH. Bull Int Stat Inst. Vol. 37. International Statistical Institute;
Hague: 1960. On the combination of independent two-sample tests of
Wilcoxon; p. 351-361.
20. Lehmann, H. Nonparametrics: Statistical Methods Based on Ranks. San
Francisco, CA: Holden-Day; 1975.
21. Operario D, Lee JH, Kuo C, Zaller N. Racial and ethnic disparities in HIV
and STIs in the United States—National Health and Nutrition Examination
Survey 1999–2012. AIDS Patient Care STDs. 2015; 29:635–638. [PubMed:
26398316]
22. Volk JE, Marcus JL, Phengrasamy T, et al. No new HIV infections with
increasing use of HIV preexposure prophylaxis in a clinical practice setting.
Clin Infect Dis. 2015; 61:1601–1603. [PubMed: 26334052]
23. Centers for Disease Control and Prevention. 2011 Performance Measures
Quick Reference Guide. Atlanta: U.S. Department of Health and Human
Services; 2011.
24. Chen SY, Johnson M, Sunenshine R, England B, Komatsu K, Taylor M.
Missed and delayed syphilis treatment and partner elicitation: A comparison
between STD clinic and non-STD clinic patients. Sex Trans Dis. 2009;
36:445–451.
25. Aberg JA, Gallant JE, Ghanem KG, Emmanuel P, Zingman BS, Horberg MA.
Primary care guidelines for the management of persons infected with HIV:
2013 update by the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 2014; 58:1–10. [PubMed: 24343580]
26. Hoover KW, Butler M, Workowski K, et al. STD screening of HIV-infected
MSM in HIV clinics. Sex Trans Dis. 2010; 37:771–776.
27. Flagg EW, Weinstock HS, Frazier EL, Valverde EE, Heffelfinger JD,
Skarbinski J. Bacterial sexually transmitted infections among HIV-infected
patients in the United States: Estimates from the medical monitoring project.
Sex Trans Dis. 2015; 42:171–179.
28. Tuite AR, Fisman DN, Mishra S. Screen more or screen more often? Using
mathematical models to inform syphilis control strategies. BMC Public
Health. 2013; 13:606. [PubMed: 23800206]
29. Dorell CG, Sutton MY, Oster AM, et al. Missed opportunities for HIV testing
in health care settings among young African American men who have sex
with men: Implications for the HIV epidemic. AIDS Patient Care STDS.
2011; 25:657–664. [PubMed: 21923415]
30. Shirreffs A, Lee DP, Henry J, Golden MR, Stekler JD. Understanding barriers
to routine HIV screening: knowledge, attitudes, and practices of healthcare
providers in King County, Washington. PLoS One. 2012; 7:e44417.
[PubMed: 22970215]
31. Cohen CE, Winston A, Asboe D, et al. Increasing detection of asymptomatic
syphilis in HIV patients. Sex Transm Infect. 2005; 81:217–219. [PubMed:
15923288]
32. Bissessor M, Fairley CK, Leslie D, Chen MY. Use of a computer alert
increases detection of early, asymptomatic syphilis among higher-risk men
who have sex with men. Clin Infect Dis. 2011; 53:57–58. [PubMed:
21653303]
33. Lanier Y, Castellanos T, Barrow RY, Jordan WC, Caine V, Sutton MY. Brief
sexual histories and routine HIV/STD testing by medical providers. AIDS
Patient Care STDS. 2014; 28:113–120. [PubMed: 24564387]
34. Fenton KA, Wasserheit JN. The courage to learn from our failures: Syphilis
control in men who have sex with men. Sex Trans Dis. 2007; 34:162–165.