Anda di halaman 1dari 86

Neurofisiologi Penglihatan

Dr Soemardini, MPd
Dr Habiba Aurora, MBiomed
Dr Ratih Paramita Suprapto, Mbiomed
Laboratorium Fisiologi - Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya

1
The Eye
• Dinding bola mata terdiri dari
– Sclera - Cornea
– Choroid – Corpus ciliaris – Iris (Traktus Uvea)
– Retina
• Isi bola mata terdiri dari
– Humor aquos
– Lensa
– Corpus vitreus

3
Konjungtiva
• Membran mukosa tipis
transparan meliputi
posterior kelopak mata
(palpebral conjunctiva)
dan permukaan anterior
sclera (bulbar conjunctiva)

• Bersambung dengan kulit


pada margin kelopak mata
(mucocutaneous junction)
dan epithel cornea di
limbus.

4
Sclera
• Meliputi permukaan bola mata
bagian depan menjadi kornea
• Sclera: - tebal (1mm)

• Fungsi:
1. Mempertahankan bentuk bola
mata
2. Melindungi trauma

5
Cornea
Lapisan avaskular, terdapat
banyak persarafan.
Lapisan cornea:
– epithel
– membrana Bowman
– Stroma
– Membrana Descemeti
– Endothel
Fungsi:
– sebagai dinding bola mata
– Epithel  Pertahanan thdp
infeksi
– media refraksi
6
Traktus Uvea

Pensuplai darah retina


a. Iris (diameter 1,5 – 8 mm)
Membagi anterior dan
posterior chamber
Di dalam stroma iris
terdapat otot sphincter &
dilator untuk mengatur
cahaya yang masuk (miosis
– midriasis)
b. Corpus ciliaris
c. Choroid
7
Pengaturan Diameter Pupil
• Saraf parasimpatis : merangsang otot
sphincter pupil → memperkecil celah pupil
(miosis).
• Saraf simpatis: merangsang otot dilator iris →
dilatasi pupil (midriasis).
• Jika mata disinari cahaya, pupil akan mengecil
→ disebut refleks cahaya pupil.
• Jaras lengkung refleks: lihat gambar berikut.

8
Gambar persarafan
otonom mata,
memperlihatkan juga
lengkung refleks
cahaya.

9
Cont… Traktus Uvea
2. Ciliary Body / Corpus Ciliaris
Epithel yang melapisi processus ciliary : berperan
dalam pembentukan humor aquos
Terdapat otot ciliary yang mengandung serat radial,
circular, longitudinal.
• Serat circular : mengkontraksikan dan merelaksasikan
zonula fibers  mengubah ketegangan kapsula lensa
 mengubah ketegangan kapsula lensa  perubahan
fokus jauh / dekat
• Serat longitudinal : insersi ke trabecular meshwork
untuk mengubah pori-pori trabecular meshwork,
(kontraksi  memperbesar pori-pori)

10
Lensa

 65% air dan 35% protein


 Bikonveks, elastis, transparan,
avascular, syaraf (-)
 Anterior lensa : humor aquos;
Posterior : humor vitreus
 Fungsi : Media refraksi
 Dihubungkan dengan zonula
zinii lalu ke corpus ciliaris
 zonula zinii relaksasi→ lensa
jadi cembung → akomodasi
11
12

Humor Aqueous
Humor Aqueous
• Menyediakan media
transparan dan tidak
berwarna antara kornea dan
lensa

• Disekresi oleh epitel silia yang


melapisi prosesus ciliary dan
memasuki ruang posterior 
ruang anterior 
meninggalkan mata dengan
aliran pasif melalui dua jalur di
sudut bilik mata depan (secara
anatomis terletak di limbus)
13
Aliran Keluar Aquos Humor
• Jalur konvensional : humor
aqueous melewati
trabecular meshwork 
kanal Schlemm  saluran
pembuangan menuju vena
aqueous  pembuluh vena
episcleral.
• Rute non-konvensional :
(uveoscleral flow) otot
ciliary  keluar melalui
sclera.

14
• Ada keseimbangan ada antara produksi dan drainase humor
aqueous.
• Gangguan aliran, biasanya melalui jalur konvensional
(degenerasi trabecular meshwork atau canal schlemm) 
Humor aquos meningkat  Tekanan intra Okuler (TIO)
meningkat (faktor risiko utama dalam patogenesis glaukoma).
• TIO normal 2-20 mmHg

15
Fungsi humor aqueous
• Menyediakan nutrisi
• Membuang produk ekskretoris dari metabolisme
• Mengangkut neurotransmiter
• Menstabilkan struktur okular dan berkontribusi terhadap
regulasi homeostasis dari jaringan-jaringan okular
• Memungkinkan sel radang dan mediator untuk beredar
di mata dalam kondisi patologis dan obat yang akan
didistribusikan ke struktur mata yang berbeda.

16
Corpus vitreus

 Meliputi 2/3 volume mata mengandung


99% air dan 1% collagen dan hyaluronic
acid
 Bening, avascular, konsistensi gel

17
Retina
• Jaringan saraf berlapis-lapis,
semitransparan meliputi
2/3 bagian bola mata
• Tebal 0,1 mm di orra serata
& 0,56 mm di posterior
Mengandung reseptor
penglihatan batang &
kerucut.

18
RETINA
Mengandung 4 neuron:
• sel bipolar,
• sel ganglion,
• sel horizontal,
• sel amacrine,

19
Lapisan Retina dari Dalam ke Luar
1. Internal limiting
membrane
2. Nerve fiber layer
3. Ganglion cell layer
4. Inner plexiform layer
5. Inner nuclear layer
6. Outer plexiform layer
7. Outer nuclear layer
8. External Limiting
Membrane
9. Photoreceptor cell (rod &
cone)
10. Retinal pigment
epithelium (RPE)
Lapisan Retina
dari Luar ke Dalam

21
Mengandung bagian :
 Di pusat posterior
retina terdapat
Macula lutea (Ø 3
mm)
 Di pusat makula ada
fovea merupakan
zona avaskular
(bentukan depresi MAKULA

yang menyediakan Di pusat fovea ada foveola


refleksi saat merupakan bagian paling tipis
pemeriksaan Optic disc / Bintik buta/ Papil
funduskopi) terdapat nervus opticus : tempat
penipisan outer keluarnya arteri dan vena retina
nuclear layer. central dan nervus opticus
22
REFRACTION OF LIGHT
( ENTERS A TRANSPARENT MEDIUM OF HIGHER REFRACTIVE INDEX)
INDEKS BIAS
• Rasio dari kecepatan cahaya di dalam vakum dibandingkan di
dalam zat tersebut.

• N = kecepatan cahaya dalam ruang hampa


kecepatan cahaya dalam medium

• Kecepatan cahaya dalam ruang hampa adalah konstanta fisika


(kecepatan tercepat di mana energi dapat ditransfer).
• Cahaya bergerak lebih lambat melalui media lain yang tidak
vakum.

24
Mata sebagai Kamera

Angka-angka adalah indeks bias.


• Pada manusia, kekuatan total refraksi optik
mata rileks adalah sekitar 60 dioptri.
• Kornea berperan 2/3 dari kekuatan refraksi
• Lensa (bersama dengan humor aquous dan
humor vitreous) 1/3 sisanya (hanya sedikit
tetapi punya kemampuan akomodasi).

26
Visual Axis
Pengaruh Kekuatan Lensa terhadap
Jarak Fokus

Lensa I D mengkonvergensi sinar paralel untuk memfokuskan sinar pada


jarak 1 m dari lensa
28
Lensa 2D mengkonvergensi sinar paralel untuk pada jarak 1/2 m dst
• Emetrope (normal vision) : bila cahaya paralel
yang masuk mata tanpa ada akomodasi lensa
direfraksikan di retina.

• Accomodation : kemampuan lensa untuk


mencembung karena ada kontraksi M. Ciliaris
di corpus ciliaris
29
Akibat Akomodasi
• Punctum Remotum : Titik terjauh yang tanpa
akomodasi dibias pada retina. Contoh: saat
orang yang melihat garis pertemuan langit
dan laut (horizon)

• Punctum Proximum : Titik terdekat yang dgn


akomodasi max. dibias pada retina. Contoh:
saat orang membaca.

30
Pengaturan Akomodasi
• Akomodasi terjadi karena
kontraksi dan relaksasi m.
ciliaris.
 Penglihatan jauh :
Relaksasi m. ciliaris
menurunkan
kekuatan bias lensa.
 Penglihatan dekat :
Kontraksi m.ciliaris
meningkatkan
kekuatan bias lensa.

31
• m. ciliary kontraksi  mengurangi ketegangan
kapsul lensa  meningkatkan kecembungan dari
lensa  meningkatkan daya optik mata.
• Area korteks yang mengatur akomodasi terletak
paralel dengan area yang mengatur pergerakan
fiksasi mata, dengan integrasi akhir pada area 18
dan 19 korteks Brodmann  menjalarkan sinyal
motorik ke otot ciliaris  akomodasi
• Usia manusia bertambah  kekuatan akomodasi
berkurang  PRESBIOPIA

32
Testing Central Vision (Vc)

Snellen chart
Snellen Chart Huruf terakhir Tidak

PEMERIKSAAN VISUS
bisa

Hitung Jari mulai 6 m bila tidak bisa


maju 1 m  (x/60)

Bila Hitung Jari 1 m tidak bisa 


Lambaian tangan 1 m  1/300

Bila Lambaian tangan tidak bisa 


Light Perception  LP + atau LP -
Visus
- Va = Vc = Visus acies atau visus centralis

• Vc = 5/5 atau 6/6


pada jarak 5 m orang mampu membaca huruf pada
snellen chart, yang seharusnya dibaca mata normal
pada jarak 5 m.
• Vc = 5/10
pada jarak 5 m orang mampu membaca huruf pada
snellen chart, yang seharusnya dibaca mata normal
pada jarak 10 m.

35
• V = 1/60
pada jarak 1 m pasien hanya dapat menghitung jari pemeriksa

• V= 1/300
pada jarak 1 m pasien hanya dapat melihat lambaian tangan
pemeriksa

• V = 1/~ atau LP (+)


pada jarak 1 m pasien hanya dapat membedakan gelap dan
terang dengan senter

• V = 1/0
Pasien buta

36
Focusing in the Human Eye
=emetrope
Distance to Object

<===far close===>

=myope

<===far close===>
=hypermetrope

<===far close===>

37
Mata normal (emetrope)

A. Obyek dengan jarak jauh  cahaya paralel masuk


mata akan dibiaskan tepat di retina.

B. Obyek dengan jarak dekat  bayangan akan jatuh


tepat di retina dengan lensa berakomodasi.

38
Penglihatan Dekat/Rabun jauh (Myope)

A. Cahaya paralel yang


masuk ke mata akan
jatuh di depan retina.
Karena aksis mata >>
panjang atau daya
refraksi >> besar.
B. Agar bayangan jatuh di
retina, mata dikoreksi
dengan lensa spheris
negatif/konkaf.

39
Penglihatan Jauh/Rabun Dekat
(Hypermetrope)

A. Cahaya paralel yang masuk ke


mata akan dibiaskan di
belakang retina.
Karena aksis mata >> pendek
atau daya refraksi >> lemah.

B. Agar bayangan jatuh di retina,


mata dikoreksi dengan lensa
spheris positif/konvek.

40
PRESBYOPE
• Jika jarak punctum proximum letaknya jauh dari
jarak baca
• Dikoreksi dengan lensa Spheris positif/konvek
• Timbul pada usia ± 40 th
• Pada usia : 40 th  ad S +1.00
45 th  ad S +1.50
50 th  ad S +2.00
55 th  ad S +2.50
60 th  ad S +3.00
> 60 th  ad S +3.00

41
PRESBYOPIA
ASTIGMATISME

• Sinar yang paralel dengan


sumbu tidak dibias pada satu
titik
• Astigmat irregular : titik-titik
tidak pada 1 garis
• Astigmat regular : titik-titik
pada sumbu (1 garis)
• Bisa disebabkan oleh kelainan
di kornea atau lensa.

43
44
45
Lensa silindris adalah lensa yang
memfokuskan cahaya yang
melewatinya menjadi sebuah garis ,
bukan titik seperti pada lensa sferis.
Lensa ini digunakan untuk
mengkoreksi astigmatisma.

46
Ketajaman Penglihatan
(Visual Acuity)
• Sudut terkecil pada mata yang terbentuk oleh
sinar-sinar dari sepasang pita paralel (gelap
dan terang) yang masih dapat memberi kesan
sebagai 2 benda terpisah.
• Lebar sudut : 0,5 menit (merupakan sudut
yang masih dapat dipisahkan oleh sel kerucut
fovea centralis).

47
• Orang dengan
ketajaman penglihatan
normal mampu
membedakan dua titik
sebagai titik yang
terpisah ketika titik itu
terpisah 1,5 – 2mm

48
Faktor Yang Mempengaruhi Ketajaman Penglihatan

1. Kedudukan benda di lapang pandang


• Paling tajam di titik fixasi → bayangan jatuh di fovea
centralis
• Paling tak tajam : bagian tepi lap. Pandang
2. Derajat pencahayaan.

Lapang pandang : merupakan bagian dunia luar


yang terlihat mata, dengan pandangan mata yang
terfixasi.

49
Fisiologi
Penglihatan

50
51
MEKANISME PEMBENTUKAN BAYANGAN

• Panjang gelombang cahaya ± 397 – 723 nm.


• Berkas cahaya difokuskan di retina.
• Energi cahaya diubah menjadi aksi potensial
(sinyal listrik) terjadi di fotoreseptor (sel rod
and cone/batang dan kerucut).
• Berkas cahaya yang mengenai retina → aksi
pot. pada rodes & cones (fotoreseptor) →
ganglion  n opticus  cortex lobus occipital
→ kesan penglihatan.
52
Jaras Sensoris Visual Retina

53
Layers of the Retina
Photoreceptors Optic Nerve
Rods Cones

light

Signal-Processing
Neurons Ganglion
Cell
Membrane discs bearing
photopigment molecules 54
Jaras Sensoris Visula Retina – Kortex
 Akson sel ganglion
berjalan ke belakang (N.
II)  Serabut dari masing-
masing hemi retina nasal
mengadakan crossing
(decusatio) pada chiasma
opticum  tract. Opticus
 Corpus geniculatum
lateralis
(bagian thalamus) 
lobus Occipitalis di cortex
cerebri (daerah primer
penglihatan : area
Brodman 17)
55
Jaras Visual ber Sinaps dengan
selain Jaras Visual
• Sebagian serabut akson sel ganglion dari tract. Opticus sinaps
dengan  nucleus pretectalis dan colliculus superior 
nucleus parasimpatis (nuclei edinger westphal) terbentuk
hubungan yang mengawali reflex pupil.
• Akson lain berjalan dari chiasma opticum  nucleus
suprachiasmatic (hypothalamus) untuk pengaturan irama
sirkadian.
• Akson lain berjalan dari tractus opticus  colliculus superior
 tractus tectospinalis & tectobulbaris (tectonuclearis) 
neuron cornu anterius substantia grisea medullae spinalis &
nuclei motorii craniales  gerakan pemantauan otomatis
mata dan leher terjadi saat membaca, menutup mata sbg
gerakan proteksi, mengangkat lengan untuk melindungi mata.
56
Susunan Korteks Penglihatan

Terdiri dari:
1. Korteks
penglihatan
primer (= Area
Penglihatan I =
Korteks Striata).
2. Area penglihatan
sekunder (= Area
Asosiasi
Penglihatan).

57
Fungsi Korteks Penglihatan

• Korteks Penglihatan Primer


 Merupakan ujung dari sinyal-sinyal penglihatan
langsung yang berasal dari mata.
 Berdasarkan pada area mata, fovea memiliki
beberapa ratus kali lebih banyak perwakilan di
korteks penglihatan primer dibandingkan bagian
perifer retina.

• Area Penglihatan Sekunder


 Sinyal sekunder yang dijalarkan ke area ini
digunakan untuk menganalisis arti penglihatan.
58
Lapangan Penglihatan
• Definisi : area penglihatan yang dilihat oleh satu mata
pada suatu jarak tertentu. Area yang tampak pada sisi
nasal disebut lapangan pandang bagian nasal, dan area
yang tampak pada sisi lateral dinamakan lapangan
pandang bagian temporal.
• Pemetaan lapangan pandang untuk tiap mata
dinamakan perimetri.
• Lapangan pandang dapat menyempit secara konsentris,
menghilang ½ untuk mata kanan atau kiri, atau
menghilang sebagian.
59
Gambar peta perimetri, menunjukkan lapangan pandang mata
sebelah kiri. 60
Gangguan lapang pandang
yang disebabkan oleh lesi –
lesi pada jaras opticus :

2. Kebutaan total kanan


akibat putus nervus opticus
kanan
3. Hemianopsia bitemporal :
kerusakan kiasma optikus
4. Hemianopsia nasal kiri :
kerusakan parsial nervus
opticus kiri
5. Hemianopsia homonim
kanan : kerusakan pada
tractus opticus kiri
6. Hemianopsia homonim
kanan : kerusakan pada
radiatio optica kiri
7. Hemianopsia homonim
kanan : kerusakan pada
lobus oksipital kiri

61
Gerakan Sakadik pada Mata
• Bila penglihatan bergerak terus menerus di depan
mata, maka fiksasi mata akan melompat-lompat dari
satu titik ke titik lain dengan kecepatan 2 sampai 3
lompatan per detik.
 Lompatan ini disebut sakade.
 Gerakannya disebut gerakan optikokinetik.

• Selama terjadi gerakan sakadik ini, otak akan menekan


bayangan penglihatan sehingga orang tersebut tidak
merasakan adanya gerakan perpindahan dari satu titik
ke titik lain.
62
Fiksasi pada Obyek yang Bergerak
(“Gerakan Mengejar”)
• Mata dapat tetap difiksasi pada obyek yang
sedang bergerak, yang disebut sebagai
gerakan yang mengejar.
• Mekanisme kortikal yang berkembang dengan
sangat baik dapat dengan otomatis dan
involunter mendeteksi rangkaian pergerakan
suatu obyek dan dengan cepat membentuk
rangkaian pergerakan yang sama pada mata.
63
Layers of the Retina
Photoreceptors Optic Nerve
Rods Cones

light

Signal-Processing
Neurons Ganglion
Cell
Membrane discs bearing
photopigment molecules 64
Fotoreseptor Retina
• RODS
– Reseptor penglihatan malam (penglihatan
skotopik)
– Peka cahaya
– Tak mampu utk penglihatan warna
• CONES
– Reseptor penglihatan terang (penglihatan fotopik)
– Ketajaman lebih besar
– Untuk penglihatan warna

65
BAGIAN-BAGIAN RETINA
Fotoreseptor terdiri atas :
• Outer Segment : peka
cahaya
• Inner Segment :
mitochondria >>
• Nucleus
• Synaptic Body

66
Makula Lutea
• Luas < 1 mm2
• Sel cones > dan
ketajaman besar
Fovea
• Bagian tengah
macula
• Sel cones >>> dan
ketajaman
penglihatan
PALING BESAR 67
Fotokimia Penglihatan
• Rod dan Cone mengandung zat yang
terurai jika terkena cahaya (sensitif thdp
cahaya).
• Sehingga merangsang N. Opticus
• Zat kimia di rod : rhodopsin
• Zat kimia di cone : cone pigment atau
color pigment
68
Siklus Visual Rhodopsin - Retinal
• Rhodopsin :
protein scotopsin
dan retinal
(pigmen
carotenoid)
• Retinal bentuk
khusus : 11-cis
retinal (karena
yang bisa ikatan
dengan
scotopsin).
69
• Rhodopsin + energi cahaya  bathorhodopsin
(senyawa tidak stabil dalam hitungan nsec) 
lumirhodopsin (beberapa μsec) 
metarhodopsin I (1 msec)  metarhodopsin
II  scotopsin dan all-retinal trans.
• Metarhodopsin II (activated rhodopsin)
mengeksitasi perubahan listrik dalam rod cell
lalu menjalarkan bayangan visual ke CNS.

70
Pembentukan Kembali Rhodopsin
1) Perubahan all - trans
retinal  11 – cis
retinal
2) Katalisis oleh enzim
isomerase retina
3) Ketika 11 - cis - retinal
terbentuk, otomatis
dia bergabung lagi
dengan scotopsin
untuk membentuk
rhodopsin
71
Peran vitamin A dalam Pembentukan
Rhodopsin
• Rute 1 : all-trans retinal
 11-cis retinal
• Rute 2 : all trans - retinal
 all trans - retinol
(salah satu bentuk
vitamin A)
• All trans - retinol  11
cis - retinol oleh enzim
isomerase
• 11 cis - retinol  11 cis -
retinal dan bergabung
dengan scotopsin untuk
membentuk rhodopsin
72
Peran vitamin A dalam pembentukan
rhodopsin
• Perubahan retinal menjadi vitamin A atau sebaliknya
membutuhkan waktu lebih dari perubahan scotopsin + retinal
menjadi rhodopsin atau sebaliknya.

• Jika retina terkena cahaya untuk waktu yang lama, maka


rhodopsin  retinal → menjadi vitamin A, sehingga terjadi
penurunan konsentrasi fotokimia (rhodopsin) lebih tinggi saat
cahaya lama.

• Dalam kegelapan, retinal  rhodopsin; mungkin retinal habis


sehingga vitamin A  retinal  rhodopsin. Jadi dalam
kegelapan, retinal dan vitamin A pada batang berubah
menjadi rhodopsin. 73
Adaptasi Terang & Gelap
1. Bila berada dalam terang cukup lama maka:
zat fotokimia rod/cone → retinal + rodopsin/fotopsin
Retinal rod/cone → vit A. Akibatnya konsentrasi zat
fotokimia peka cahaya sangat rendah sehingga kepekaan
mata thd cahaya berkurang ( adaptasi TERANG)

2. Bila dalam gelap cukup lama maka:


retinal + opsin rod/cone → pigmen peka cahaya (rodopsin)
Vit A → retinal → pigmen peka cahaya
Akibatnya: reseptor visual jadi peka → dgn cahaya sedikit
sudah terang ( adaptasi GELAP)

74
NICTALOPIA: Buta Senja

• Mengalami kebutaan pada senja hari

• Bila vit. A darah sangat rendah  retinal


& rodopsin pada rods sangat rendah dan
fotopsin pada cones juga sangat rendah
 kepekaan rods & cones menurun 
cahaya sedikit di senja hari tidak begitu
tampak.

75
Buta Warna

• Pengelompokan buta warna berdasarkan teori


3 receptor (merah, hijau dan biru)

• Buta warna (anopia)


Protanopia : tidak memiliki cone merah
Deuteranopia : tidak memiliki cone hijau
Tritanopia : tidak memiliki cone biru

76
• Trichromatic artinya memiliki 3 cone system tapi salah
satunya mengalami kelemahan, contoh:
– Protanomali  lemah untuk warna merah
– Deuteranomali  lemah untuk warna hijau
– Tritanomali  lemah untuk warna biru

• Dichromatic : hanya memiliki 2 cone systems → protanopia /


tritanopia  artinya salah satu hilang

• Monochromatic :
hanya memiliki 1 cone system, diseimbangkan dengan
perubahan intensitas, hanya bisa melihat hitam, putih, abu-
abu.

77
ALBINO (Herediter)
• Melanin pada koroid (-)
• Pada daerah terang cahaya masuk melalui iris yang
tak berpigmen → cahaya dipantulkan ke segala arah
oleh choroid → 1 bintik cahaya merangsang rods &
cones, dipantulkan ke segala arah → merangsang
banyak reseptor

• Jadi ketajaman sangat berkurang (20/100 atau


20/200 walaupun dikoreksi)

78
Pergerakan Mata dan Pengaturannya

Gambar otot-otot ekstraokuler dan persarafannya.


79
GERAK BOLA MATA DAN LINTASAN SYARAF

OTOT PENGGERAK BOLA MATA


• Pada setiap gerak mata dibawah kesadaran, terdapat
rangsangan simultan pada setiap otot luar kedua mata
seimbang sehingga pergerakan menjadi lancar
• Pada setiap pergerakan binocular
terdapat 2 buah otot (satu otot dari masing-masing
mata yang bekerja sama) akan menerima rangsangan
sama besar

80
81
Arah Gerakan
• Kanan atas : RS OD+OI OS

• Kanan : RL OD + RM OS

• Kanan bawah : RI OD+OS OS

• Kiri atas : OI OD+RS OS

• Kiri : RM OD+RL OS

• Kiri bawah : OS OD+RI OS

82
Pergerakan Mata dan Pengaturannya
(lanjutan)

Pergerakan Otot Sistem Saraf

Mata berputar Rektus medialis N III


pada aksis Rektus lateralis N VI

Obliqus superior N IV
Mata berputar Obliqus inferior N III
pada ordinat Rektus superior N III
Rektus inferior N III
83
Pergerakan Mata dan Pengaturannya
(lanjutan)

Otot Pergerakan Utama Pergerakan Tambahan


RL ABDUKSI -
RM ADUKSI -
RS ELEVASI ADUKSI, INTORSI
RI DEPRESI ADUKSI, EKSTORSI
OS INTORSI DEPRESI, ABDUKSI
OI EKSTORSI ELEVASI, ABDUKSI

84
Fusi Bayangan Penglihatan dari Kedua Mata

Bayangan penglihatan dalam kedua mata normal berfusi pada


“titik korespondensi” di kedua retina
 penjalaran sinyal penglihatan
Lapisan sel saraf di korpus genikulatum lateralis
 penjalaran sinyal penglihatan
Korteks penglihatan
Bila tidak terjadi fusi yang tepat, terjadilah eksitasi gangguan
 penjalaran eksitasi gangguan
Aparatus okulomotor
menyebabkan gerakan mata
konvergen, divergen, atau rotasi supaya fusi dapat dibentuk kembali
85
Terima Kasih

86

Anda mungkin juga menyukai