PROGNOSIS EDH
Disusun oleh:
Pembimbing:
MALANG
2018
Lembar Persetujuan
PROGNOSIS EDH
Disusun oleh:
Hari : Rabu
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Med, dr. Tommy Alfandy Nazwar, SpBS dr. Dimas Prasetyo
BAB I
PENDAHULUAN
degeneratif yang terjadi pada otak yang disebabkan oleh energi mekanik dari
luar yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, fisik, dan psikososial yang
bersifat sementara atau permanen dan dapat disertai penurunan kesadaran atau
tidak. Cedera kepala dapat melibatkan setiap komponen yang ada pada kepala,
mulai dari bagian terluar (SCALP) hingga bagian terdalam (Intrakranial) (Astuti et
al, 2016). Cedera kepala mempunyai angka kejadian yang masih relatif tinggi.
Data pasien trauma kepala yang masuk instalasi gawat darurat baik akibat
cedera kepala adalah Epidural Hematoma (EDH), dan sekitar 5-15% pada pasien
dan bisa juga spontan namun jarang terjadi yang berada diantara tulang
tengkorak bagian dalam di ruang antara tabula interna dan duramater. EDH akan
menempati ruang dalam intrakranial, sehingga perluasan yang cepat pada lesi ini
dan bahkan kematian (Liebeskind et al, 2010). Meskipun demikian, EDH adalah
bentuk cedera kepala yang mudah dirawat dan sering dikaitkan dengan
prognosis yang baik. Kemajuan dalam pencitraan CT scan telah membuat
konfirmasi diagnosis EDH dengan cepat dan akurat. Pasien dengan EDH yang
memenuhi kriteria bedah dan mendapat intervensi bedah dengan cepat dapat
memiliki prognosis yang sangat baik jika ada kerusakan otak primer yang
mana bila biasanya terjadi fraktur calvaria yang berakibat robeknya arteri
frontal maupun oksipital. Volume EDH biasanya stabil dan mencapai volume
kasus – kasus EDH. Perhatian harus ditingkatkan pada tingkat kesadaran yang
diukur dengan Glasgow Coma Score (GCS), ukuran pupil, dan tanda lateralisasi
dapat mendiagnosis dan merujuk pasien dengan lebih baik lagi sehingga dapat
memperbaiki prognosis dan kualitas hidup pasien. Penulis referat ini diharapkan
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah referat ini antara lain
sebagai berikut.
TINJAUAN PUSTAKA
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
menyerap kekuatan trauma eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu
pembuluih besar. Bila robek pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan
pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang
membawa infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas
penting untuk membersihkan dan debridement kulit kepala yang seksama bila
galea terkoyak. Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang
Tulang terdiri dari dua dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang
berongga. Dinding luar di sebit tabula eksterna, dan dinding bagian dalam di
isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang lebih ringan . tabula interna
mengandung alur-alur yang berisiskan arteria meningea anterior, media, dan
dalam ruang epidural, dapat manimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di
temukan dan diobati dengan segera. Pelindung lain yang melapisi otak adalah
meningen. Ketiga lapisan meningen adalah dura mater, arachnoid, dan pia mater
(Anderson, 2008).
1. Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dua
sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat yang berlanjut
membungkusmedulla spinalis
laba-laba
3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak
pembuluh darah.
ventrikel III, dan ventrikel IV. Antara ventrikel I dan II dihubungkan oleh foramen
oleh foramen Monroi, ventrikel III dan IV dihubungkan oleh foramen aquaductus
Otak mendapat darah dari sistem vaskular yang disbeut circulus Willisi
yang terdiri dari sirkulasi anterior dan sirkulasi posterior. Sirkulasi anterior berasal
dari arteri carotis interna yang kemudian bercabang menjadi arteri cerebri media
dan arteri cerebri anterior. Sedangkan sirkulasi posterior berasal dari arteri
Gambar 2.3 Cincin arteri otak. Circulus arteriosus cerebri (Willisi). (Gambar diambil dari Sobotta).
2.2 Definisi
epidural yaitu antara periosteum dan duramater, yang mana dapat terjadi pada
yang terjadi pada intrakranial terjadi pada sekitar 2% pasien dengan trauma
kapitis ringan-sedang dan 5-15% pasien dengan trauma kapitis berat. EDH
dianggap sebagai komplikasi yang paling serius dari trauma kepala, karena
2.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 2% kasus trauma kepala mengakibatkan EDH (sekitar
40.000 kasus per tahun) dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Berdasarkan
persebaran data internasional menurut usia, EDH jarang terjadi pada individu
yang berusia <2 tahun, dan jarang pula terjadi pada individu yang berusia >60
tahun karena lapisan duramaternya telah melekat dengan kuat pada calvaria,
namun dilaporkan 60% penderita EDH adalah individu yang berusia 20 tahun,
dengan trauma kapitis berat (GCS 3-8) memiliki resiko mortalitas sekitar 20%,
Pasien pre-operatif dengan tingkat kesadaran trauma kapitis sedang (GCS 9-12)
trauma kapitis ringan (GCS 13-15) hampir tidak memiliki resiko mortalitas bila
segera ditangani dengan tepat. EDH bilateral memiliki resiko mortalitas sekitar
15-20%, sedangkan EDH fossa posterior memiliki resiko martalitas sekitar 26%
fraktur. Fraktur yang paling ringan, ialah fraktur linear. Jika gaya destruktifnya
lebih kuat, bisa timbul fraktur yang berupa bintang (stelatum), atau fraktur impresi
merobek dura dan sekaligus melukai jaringan otak (laserasio). Sumber utama
perdarahan berasal dari arteri meningeal, terutama pada regio temporal, yang
2016).
Gambar 2.2 EDH dan SDH (Tito, 2011).
2.4 Patofisiologi
Perdarahan ini lebih sering terjadi akibat robekan pada arteri meningea media.
Robekan ini sering terjadi bila terdapat fraktur pada tulang tengkorak yang
bersangkutan.
spinosum dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan dan tulang di
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa
terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau
terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam
waktu beberapa jam, penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif
kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut lucid
jaringan otak. Perdarahan epidural berlangsung cepat karena berasal dari arteri
yang bertekanan tinggi. Perdarahan epidural pada fase awal tidak bergejala atau
nyeri kepala, mual, dan muntah diikuti dengan penurunan kesadaran. Gejala
secara progresif.
Manifestasi klinis yang paling tampak pada kejadian EDH adalah adanya
memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Salah satu cara untuk mengukur
(Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala.
Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran
dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera
2010).
Pada EDH perdarahan berasal dari arteri, maka darah akan terpompa
terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau
terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam
waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif
disebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang
ringan pada Epidural hematom. Jika pada subdural hematoma cedera primernya
hampir selalu berat atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak
terjadi lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah
pendesakan oleh EDH akan menimbulkan gejala seperti muntah, nyeri kepala,
papil edema, herniasi, dan cushing response berupa bradikardia, hipertensi, dan
depresi pernafasan. Gejala ini bersifat progresif sehingga harus segera ditangani
Studi laboratorium
mempersulit klinis.
apabila tersedia adalah CT SCAN. CT scan adalah pemeriksaan pilihan dan gold
standard dalam evaluasi EDH. Pemeriksaan MRI juga juga bis dilakukan untuk
potensi cedera intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian
saja (single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk
Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang tinggi
pada stage yang akut ( 60 – 90 HU), ditandai dengan adanya peregangan dari
Gambar 2.5 CT scan pada EDH memberikan gambaran hiperdens berbentuk bikonveks
MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur yang terjadi serta menunjukkan
mungkin tidak sesuai untuk pasien dalam kondisi tidak stabil . MRI
2.6. Tatalaksana
menangani pasien EDH. Pengecekan primary survey yang terdiri dari airway,
breathing, circulation, disability, dan exposure dapat mencegah tidak sampai
Usahakan agar jalan nafas selalu babas, bersihkan lendir dan darah yang dapat
dan pemberian oksigen. Infus dipasang terutama untuk membuka jalur intravena
a. Hiperventilasi.
vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat
kemungkinan asidosis. Bila dapat diperiksa, PaO2 dipertahankan > 100 mmHg
b. Cairan hiperosmoler.
Umumnya digunakan cairan Manitol per infus untuk “menarik” air dari
c. Kortikosteroid.
sawar darah otak. Dosis parenteral yang pernah dicoba juga bervariasi :
Dexametason pernah dicoba dengan dosis sampai 100 mg bolus yang diikuti
d. Barbiturat.
karena kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan
kemsakan akibat hipoksi, walaupun suplai oksigen berkurang. Cara ini hanya
2004).
Terapi diatas adalah terapi penunjang yang harus diikuti dengan terapi
definitive yaitu dengan tindakan operasi. EDH adalah kasus emergensi yang
golden period tindakan terapi definitif harus dilakukan kurang dari 6 jam setelah
kejadian, karena 6 jam merupakan batas terjadinya immediate necrotic cell death
disebabkan oleh trauma dan membuang gumpalan darah yang berada di dalam
kedalaman >1 cm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk
functional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi
operasi emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini disebabkan oleh lesi desak
ruang. Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
Sedangkan untuk indikasi evakuasi life saving adalah efek massa signifikan :
Penurunan klinis
GCS awal pasien masuk dengan dengan kondisi pasien ketika pulang
dari rumah sakit. Jadi, semakin baik GCS pasien saat masuk maka
bahwa pasien EDH yang dilakukan tindakan operasi sebelum 2 jam pasca
dengan baik sebesar 67%, sedangkan pasien yang ditangani lebih lama
memiliki angka kematian sebesar 56% dan sembuh dengan baik sebesar
13%.
hidup 100% dan tidak ada yang meninggal dunia. Sedangkan pasien
pasien EDH yang dilakukan trepanasi dalam waktu > 24 jam tidak
KESIMPULAN
degeneratif yang terjadi pada otak yang disebabkan oleh energi mekanik dari
luar yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, fisik, dan psikososial yang
bersifat sementara atau permanen dan dapat disertai penurunan kesadaran atau
tidak dan sampai saat ini angka kejadian cedera kepala masih sangat tinggi.
Salah satu kasus cedera kepala yang paling sering terjadi adalah EDH.
dan bisa juga spontan namun jarang terjadi yang berada diantara tulang
tengkorak bagian dalam di ruang antara tabula interna dan duramater. EDH akan
menempati ruang dalam intrakranial, sehingga perluasan yang cepat pada lesi ini
Menegakkan diagnose EDh saat ini juga bukanlah hal yang sulit dengan dibantu
memberikan pernyataan bahwa semakin cepat ditangani maka hasil pada pasien
EDH akan semakin baik. Oleh karenanya, sebagai dokter kita harus dapat cepat
Ahmed S et al. 2009. Out come in Head Injured patients :Experience at a level 1
122.
treated traumatic extradural hematoma. Rev. Col. Bras. Cir. 2012; 39(4):
Arnold CD. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Outcome Pasien
39(2): 50-57
Dawodu ST, Campagnolo DI, Yadav RR. 2011. Traumatic Brain Injury (TBI) –
November 2017.
Hao Chen et al., 2012. Clinical Study: Progressive Epidural Hematoma in Patient
University.
Graaff VD. 2001. Human Anatomy. 6th ed. McGraw-Hill Science, p. 393-396.
Guha A. 2004. Management of traumatic brain injury: some current evidence and
haematoma. https://radiopaedia.org/articles/extradural-haematoma-vs-
[Turk] 2010;27:161-164.
http://emedicine.medscape.com/article/1137065-overview#a0199.
Loftus CM. 2008. Neurosurgical Emergencies, 2nd ed. Thieme, New York, p. 53-
67.
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2044/1/09E01466.pd
Jun 8.
Marcella A, Madera MD, Narayan RK, Shelly D. Timmons MD. 2010. Traumatic
poisoning/traumatic_brain_injury_tbi/traumatic_brain_injury.html. Diakses
14. 16:811-7.
McDonald DK, Lin EC, Naul LG. 2011. Imaging in Epidural Hematoma.
http://emedicine.medscape.com/article/340527-overview#showall.
366.
http://openanesthesia.org/index.php?title=Intracranial_Pressure_and_Cer
Patton KT, Thibodeau GA. 2013. Anatomy and physiology, ed 8, St. Louis,
Mosby
82: p961-5.
72.
Tito R.T. 2011, Subdural hematoma and epidural hematoma. Brain and spain
injury law blog, titolooffice.com
Toncay, Kaner. 2002. Case Report, Post Operative Spinal Epidural Hematoma
Literature. http://www/casejournal.com/content/5/1/581.
hypoxic-ischemic-encephalopathy-how-brain-damage-caused.html.