Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Ectropion atau ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata
bawah sehingga konjungtiva terpapar dunia luar. Sumber lain juga mengatakan
ektropion adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan
kelainan posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata membeber atau
mengarah ke luar sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal
berhubungan langsung dengan dunia luar. Ektropion ini biasanya terjadi pada
kelopak mata kanan dan kiri dan umumnya ditemukan pada orang yang sudah
tua.Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat membahayakan integritas
permukaan okular. Ektropion dapat terjadi secara kongenital tapi dapat pula
didapat sebagai akibat dari involusi, sikatriks, mekanis, atau proses
paralisis1,2,3,4,5.
Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,
involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang
menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang
merupakan jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh
kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. 1,2,4.
Jika tidak segera dilakukan penatalaksanaan pada kasus ektropion, maka
akan terjadi paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat
menyebabkan mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea
(exposure keratitis). Ekzema dan dermatitis dapat terjadi akibat epifora
berkepanjangan1,2.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan


bola mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya
yang masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip,
juga dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival
sac dan lacrimal sac 2,3,6,7.
Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit; jaringan
subkutan; otot orbikularis okuli; jaringan areolar submuskular; lapisan fibrosa
yang terdiri dari tarsal dan septum orbita; pengangkat kelopak mata atas dan
bawah; lapisan lemak retroseptal dan konjungtiva2,3,6,7.
Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan
dahi. Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum
pipi, membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan
jaringan padat dari pipi2,6,7.

Gambar 1. Anatomi Palpebra Inferior

Sulkus palpebra superior berkisar 8-11 mm di atas batas palpebra dan terbentuk
dari perlekatan insersi superfisial dari serat levator aponeurotik. Lipatan
palpebra inferior, yang lebih jelas terlihat pada anak-anak, berjarak 3mm dari

2
inferior ke batas medial bawah palpebra hingga 5mm dari inferior ke batas
lateral palpebra2,6,7.

Gambar 2. Anatomi superfisial palpebra

Lipatan nasojugal berawal dari bawah dan samping regio kantus bagian
dalam sejajar dengan lekukan dari pemisah orbikularis okuli dan levator labii
superior membentuk saluran air mata2,6,7.
Mata yang terbuka merupakan celah palpebra, ruang fusiformis diantara
kedua batas palpebra dengan panjang kurang lebih 28-30mm dan lebar
maksimal 9mm. Cekungan natural dari palpebra superior merupakan sebuah
fungsi statik dari bentuk tarsus yang berkombinasi dengan adaptasi palpebra
terhadap kelengkungan bola mata2,6,7.

3
Gambar 3. Anatomi Palpebra Inferior

2.1.1. Kulit dan Jaringan Subkutan


Kulit palpebra merupakan yang tertipis di seluruh tubuh dengan
ketebalan kurang dari 1 mm dan tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Bagian
medial dari kulit palpebra memiliki bulu yang lebih halus dan lebih banyak
kelenjar sebaseus dari bagian lateral yang menyebabkan bagian ini lebih halus
dan lebih berminyak. Bagian transisi dari kulit yang lebih tipis ke bagian kulit
yang lebih tebal menuju alis (sekitar 10mm dibawah rambut-rambut alis bagian
bawah) penting secara klinis. Batasan ini harus diperhatikan dalam pembedahan
kelopak mata rekonstruktif 2,3,6,7.
Jaringan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar. Lemak sangat tipis
pada kulit preseptal dan preorbital dan tidak ada sama sekali pada kulit
pretarsal. Jaringan subkutan tidak dijumpai pada ligamen palpebra medial dan
lateral, dimana kulit melekat pada jaringan fibrosa dibawahnya.
Dermatochalasis, blepharochalasis dan epicanthicfolds adalah beberapa
kondisi yang secara primer melibatkan kulit dan jaringan subkutan dari
palpebra6,7,8.

4
Gambar 4. Anatomi Palpebra
Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System; Chapter 9, 7th Section; American Academy of Ophtalmology;
2011-20012: 134-5, 146, 192-3

2.1.2. Otot Orbikularis Okuli


Otot ini merupakan salah satu otot superfisial dalam membentuk
ekspresi wajah. Diinervasi oleh sistem superficial musculoaponeurotic
(SMAS), kontraksi otot berakibat bergeraknya jaringan diatasnya dengan cara
memanjangnya septa fibrosa dari SMAS hingga dermis2,3,6,7,8.
Otot ini secara umum dibagi menjadi bagian orbita dan palpebra, yang
secara khusus dibagi lagi menjadi bagian preseptal dan pretarsal. Bagian
palpebral berperan dalam berkedip dan mengerutkan mata secara sadar,
sedangkan bagian orbita berperan dalam menutup mata secara paksa. Inervasi
nervus fasialis berasal dari cabang temporal dan dari cabang zigomatikum.
Saraf-saraf ini tersusun secara horizontal dan mempersarafi otot-otot dari
permukaan bagian bawah. Bagian orbita melebar dengan pola sirkular
mengelilingi orbita, berlapis dengan otot-otot lain dalam membentuk raut
wajah7.

Otot orbikularis bagian preseptal berada di atas septum orbita dan berasal dari

5
arah medial dari superfisial dan bagian dalam serta berhubungan dengan
ligamen palpebra bagian medial. Bagian pretarsal berada di depan tarsus,
dengan asal yang lekat dengan ligamen palpebra bagian medial6,7.

Gambar 5. Otot Orbikularis Okuli dan otot-otot terkait A. Frontalis muscles; B.


corrugator supercili muscle; C. procerus muscle; D. orbicularis muscle (orbital
portion); E. orbicularis muscle (preseptal portion); F. orbicularis muscle
(pretarsal port ion); G. medial canthal tendon; H. lateral canthal tendon.

Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and


Lacrimal System; Chapter 9, 7th Edition; American Academy of Ophtalmology;
2011-20012: 134-5, 146, 192-3

2.1.3. Jaringan Areolar Submuskular


Terdiri dari beragam jaringan ikat longgar dibawah otot orbikularis
okuli. Palpebra dapat terpisah menjadi bagian anterior dan posterior melalui
plana potensial ini, dimna dicapai dari pembagian garis abu-abu di batas
palpebra. Pada palpebra superior, potongan mendatar dibagi oleh serat-serat
levator aponeurosis, dimana beberapa melewati orbikularis untuk melekat pada
6
kulit dan membentuk celah. Pada palpebra inferior, potongan ini dibagi oleh
serabut dari ligamen orbitomalar2,6,7.

Bagian atas dari potongan submuscularis ini berbatas dengan retro-


orbicularis oculi fat (ROOF), yang paling terlihat pada regio alis. Selain itu,
suborbicularis oculi fat (SOOF) ditemui pada batas potongan palpebra
inferior7.

2.1.4. Tarsal dan Septum Orbita


Lempengan Tarsal, dibentuk dari jaringan fibrosa padat dan
bertanggung jawab dalam integritas struktural dari palpebra.Tarsal ditahan oleh
septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan
rongga orbita. Tiap tarsal berukuran panjang 29mm dan ketebalan 1mm. Setiap
tarsal memiliki
25 kelenjar sebaseus yang disebut meibomian, yang tersebar secara vertikal.
Salurannya terbuka pada batas posterior palpebra hingga ke garis abu -abu tepat
di depan batas mukokutaneus. Bagian ujung medial dan lateral dari tarsal
menempel pada orbital rim oleh ligamen palpebra medial dan lateral2,3,6,7.

Gambar 6. Tarsal dan septum Orbita

Septum Orbita, adalah struktur jaringan ikat yang melekat di pinggir pada
periosteum dari batas orbita, di bagian tengah menyatu dengan retraktor palpebra,
yang berperan sebagai diafragma2,3,6,7,8
2.1.5. Konjungtiva
7
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang halus dan tembus cahaya.
Konjungtiva palpebra membatasi permukaan dalam kelopak mata mulai dari
konjungtiva tarsalis (dari batas mukokutaneus dari pinggir kelopak hingga ke
batas tarsal) dan berlanjut sebagai konjungtiva palpebra orbita hingga ke fornix.
Konjungtiva tarsalis melekat ke tarsal, sedangkan lamina propria submucosa
berada dibawah konjungtiva orbita palpebra dan memungkinkan lewatnya otot
Müller yang kaya pembuluh darah. Jika lebih kedalam ladi dari forniks,
dibagian depan dari bola mata dikenal sebagai konjungtiva bulbi2,6,7.
2.1.6. Kelenjar pada palpebra
Palpebra memiliki 4 kelenjar,yaitu kelenjar Meibom, Zeis, Moll dan
kelenjar lakrimal aksesori. Kelenjar Meibom atau kelenjar tarsal berada pada
stroma tarsal yang berjumlah 30 sampai 40 pada palpebra superior dan 20
sampai 30 pada palpebra inferior. Kelenjar ini merupakan modifikasi dari
kelenjar sebasea. Kelenjar Zeis juga merupakan modifikasi dari kelenjar
sebasea. Kelenjar Moll merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang
terbuka pada duktus kelenjar Zeiss. Kelenjar lakrimal aksesori berada pada
batas atas dari tarsal2,3,6

8
Gambar 7. Kelenjar pada Palpebra

2.2. Inervasi
Sumber dari sensoris palpebra berasal dari cabang terminal dari divisi
ophtalmikus (V1) dan divisi maksilaris dari N.Trigeminal (V2). Cabang-cabang
dari N.Fasialis mempersarafi otot-otot pembentuk raut wajah. Cabang frontal
dan zigomatikum dari N.VII menginervasi otot orbikularis okuli dan otot dahi.
Levator palpebra superior dipersarafi oleh cabang atas dari N.Okulomotor,
memasuki otot dari bagian permukaan sepertiga bawah. Otot Müller (dan otot
tarsal inferior) memerlukan inervasi simpatis.7,8
2.3. Perdarahan
Arteri karotis interna dan eksterna merupakan asal suplai dari arteri
palpebra. Arteri karotis interna berasal dari cabang terminal dari arteri
ophtalmikus dan arteri lakrimalis. Arteri karotis interna berperan melalui cabang-
cabang arteri fasialis, arteri temporal superfisial dan arteri infraorbita.2,3,6,7,8
2.4. Ektropion

Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata (bawah) sehingga


konjungtiva terpapar ke dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion
adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan
posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata melebar atau mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung
dengan dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat
membahayakan integritas permukaan okular. Ektropion dapat terjadi secara
kongenital tapi dapat
pula didapat sebagai akibat dari involusi, sikatriks, mekanis, atau proses

paralisis1,2,3,4,5,9,10,11.
Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,
involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang
menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan
jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan

9
jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. Selain pengklasifikasian
di atas, ada juga yang menyebutkan ektropion spastik, namun jarang
ditemukan.. Ditemukan pada anak-anak dan remaja yang disertai dengan
spasme orbikularis dimana kelopak terpapar ke dunia luar1,2,3,4,5,9,10.
Inflamasi serius dapat terjadi hingga akhirnya merusak mata. Ektropion
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mata rutin tanpa memerlukan
pemeriksaan tambahan. Patofisiologi terjadinya ektropion tergantung dari
tipenya.1,3,9

Secara umum ektropion terjadi akibat relaksasi jaringan sejalan dengan bertambahnya
usia oleh karena itu sering terjadi pada usia tua. Namun hal ini juga dapat terjadi akibat
paralisis nervus fasialis (Bell’s Palsy), trauma, bekas luka ataupun jenis operasi
lainnya.1,3,9

Gambar 5. Anatomi mata ektropion

2.4.1. Klasifikasi
a. Ektropion
Involusional/Seni
lis
Ektropion senilis adalah jenis ektropion yang paling umum dijumpai
pada usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian bawah. Sumber lain
mengatakan bahwa ektropion involusional dapat terjadi bilateral. Jenis ini
diakibatkan kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis.
1,2,4,5,10

10
Gambar 6. Ektropion Involusional

b. Ektropion Sikatrikal
Ektropion sikatrikal jarang terjadi , diakibatkan oleh adanya skar atau
kontraktur pada kulit dan jaringan di bawahnya sehingga menyebabkan
tertariknya kelopak mata dan dapat mengenai satu atau kedua kelopak mata.
Penyebab yang paling sering terbentuknya jaringan parut pada kulit adalah
akibat terbakar api, bahan kimia, luka akibat trauma, dan ulkus1,2,4,5,10

Gambar 7. Ektropion Sikatrikal

11
c. Ektropion Paralisis
Ektropion paralisis jarang terjadi, hal ini terjadi akibat paralisis dari
nervus ketujuh yang berhubugan dengan dengan retraksi kelopak mata dan
bawah. Terutama mengenai bagian bawah kelopak mata. Dimana akhirnya akan
menyebabkan penyempitan celah palpebra Penyebab kelemahan saraf ini
diantaranya adalah Bell’s palsy, trauma kepala, dan infeksi telinga tengah1,2,4,10.

Gambar 8. Ektropion Paralisis

Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth Heinemann
Elsevier,

Philadelphia; 2007: 1-2

d. Ektropion Mekanis
Ektropion mekanis jarang terjadi, diakibatkan oleh massa atau tumor
sehingga menyebabkan kelopak mata bawah tertarik ke bawah atau terdorong
ke luar dan kebawah1,2,4,10
e. Ektropion Kongenital
Ektropion kongenital merupakan keadaan yang jarang ditemukan,
namun bisanya terjadi pada Down syndrome dan Bleharophimosis syndrome.
Ektropion kongenital ini dapat terjadi pada kedua kelopak mata atas dan bawah.
Chlamydia trachomatis merupakan penyebab ektropion kongenital 1,11.

12
Gambar 9. Ektropion Kongenital

f. Ektropion Spastik
ektropion spastik sangat jarang ditemukan, namun biasanya ditemukan
pada anak- anak dan dewasa muda akibat dari spasme otot orbicularis 2.
2.4.2. Gejala klinis
a. Ektropion Involusional
Ektropion involusional memiliki gejala yang khas dan tidak khas. Gejala
khas ektropion involusional adalah apabila kelopak mata bawah ditarik
menjauhi letaknya maka kelopak tidak dapat kembali ke tempat semula. Gejala
tidak khas yang paling sering adalah ektropia,iritasi mata, mata kemerahan,
epifora, infeksi mata berulang, kelopak mata terbalik ke arah luar serta iritasi
konjungtiva (keratitis)1,2,3,9,10
b. Ektropion Sikatrik
Gejala dari ektropion berupa jaringan parut sehingga kulit di sekitar
kelopak mata tidak elastis. Hal ini bisa disebabkan oleh trauma seperti luka
bakar akbibat panas maupun kimiawi1,2.
c. Ektropion Paralitik
Ektropion paralitik terjadi akibat dari kelemahan otot orbikularis dan
otot wajah sehingga menyebabkan lagophtalmus dimana penderita tidak dapat
menutup matanya sehingga kornea terpapar dunia luar. Akibat dari terpaparnya
kornea menyebabkan mata menjadi merah1.
d. Ektropion Mekanik
Ektropion mekanik terjadi karena adanya massa atau tumor yang
menekan kelopak mata1.
e. Ektropion Kongenital

13
Ektropion kongential memiliki gejala seperti blepharophimosis syndrome

yaitu telechantus, epichantus serta ptosis2.

2.4.3. Pemeriksaan Mata


Ada beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada
kasus ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan
vertikal, kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis
serta adanya perubahan kulit sekitar kelopak mata13.
a. Pemeriksaan kelopak mata
Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10
mm antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan

dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik ke


bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya
kelopak mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau
lambat. Apabila ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak
mata akan lambat bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya pabila
kelopak mata ditarik makan kelopak mata segera kembali ket tempat semula.
Jika sudah yakin adanya kelemahan kelopak mata mka harus dipikirkan
penyebabnya apakah ada kelainan struktur anatomi atau lainnya13.
b. Pemeriksaan tendon canthus
Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus
dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada acute angular
contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila tendon
canthus tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon. Bagian
lateral dari kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari sudut lateral
canthus dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1-2 mm13.
c. Pemeriksaan otot orbikularis
Kelemahan oto orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf
wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata
ditutup secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot
berkurang. Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral13.
d. Perubahan kulit

14
Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga
menyebabkan pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terbalik
ke arah luar13.
2.4.4. Diagnosis
Diagnosa ektropion dapat di ditegakkan berdasarkan anamnesa yang
lengkap serta pemeriksaan spesifik pada mata. Pada anamnesa yang kita
tanyakan misalnya riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau
pernah ada riwayat operasi kelopak mata13.
2.4.5. Tatalaksana
a. Ektropion Senilis/Involusional
Tatalaksana medikamentosa untuk ektropion involusional dapat diberikan salap
lubrikasi agar mata tetap lembab, khususnya apabila korena sudah terpapar dunia
luar. Namun terapi lubrikasi ini hanya untuk mengurangi gejala saja, terapi
utamanya tetap dilakukan pembedahan9,14.
Untuk tatalaksana pembedahannya dilakukan pada spesifik kelainan
anatomi kelopak mata. Umumnya ini memerlukan pemendekan kelopak mata
pada kelemahan horizontal. Namun pemilihan prosedur pembedahan
bergantung pada kelopak mata sendiri, tendon dan posisi canthus.
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahannya, dapat dilakukan 3 jenis
operasi1,2,4,9,10:
 Medial conjunctivoplasty.
Operasi ini sangat berguna untuk kasus ektropion yang ringan
termasuk yang mengenai area punctum1,2,4.

Gambar 10. Medial Conjunctivoplasty

15
 Horizontal lid shortening.
Operasi dilakukan pada kasus ektropion yang sedang, dilakukan eksisi
pentagonal1,2,4.

Gambar 11. Horizontal lid shortening

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology;


Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

 Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski


Operasi ini dilakukan untuk kasus ektropion yang tergolong berat1,2,4.

Gambar 12. Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski

Gambar 13. Teknik pembedahan pada ektropion


involusinal

16
b. Ektropion Sikatrikal
Sebelum langsung kepada terapi pembedahan, dapat dilakukan digital masase
yang dapat meregangkan bekas luka. Atau jika tidak berhasil, dapat
dipertimbangkan pemberian injeksi steroid9. Tergantung derajat keparahannya
dapat dilakukan beberapa cara operasi seperti1,2:
 V-Y operation.
Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shaped
di kulit dan dijahit dengan bentuk Y2,9

Gambar 14. V-Y operation

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology;


Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

 Z-plasty (Elschnig’s operation).


Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan sampai sedang1,2,4,9.

Gambar 15. Z-plasty

Sumber : Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition;


Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8
17
 Excision of scar tissue and full thickness skin grafting.
Ini dilakukan untuk kasus ektropion sikatrikal yang berat. Skin graft
diambil dari kelopak mata atas, belakang telinga, atau sisi dalam lengan

atas1,2,5,9,10.
c. Ektropion Paralisis
Terapi pembedahan untuk ektropion paralisis bergantung pada derajat
keparahan dari kelemahan palpebra. Pilihan terapi pembedahan, yatitu medial
canthoplasty, lateral tarsorrhaphy dan lid-shortening procedures1.

d. Ektropion Mekanik
Ektropion mekanik dapat dikoreksi dengan mengobati penyebab
utamanya2.
e. Ektropion Kongenital
Dapat diberikasn lubrikasi pada kornea. Apabila keluhan tidak
berkurang harus dipertimbangkan pemasangan sutura pada palpebra. Lateral
tarsorrhaphy dapat dilakukan jika teknik sutura tidak berhasil. Pada kasus
kongenital yang parah dapat dilakukan skin flap atau skin graft15.

Dari sebuah penelitian didapatkan 80% pasien memilki hasil klinis yang
baik dengan sekali pembedahan. 15% pasien memerlukan operasi kedua,
termasuk satu pasien ektropion involusonal, dua pasien paralitik dan tiga
dengan ektropion sikatriks16.

2.4.6. Komplikasi
Paparan yang terus menerus dapat menyebabkan kekeringan dan
penebalan pada konjungtiva dan ulkus kornea (keratitis akibat pajanan).
Dermatitis dapat terjadi akibat epipora yang berkepanjangan4.

18
BAB III
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama: Tn. F Ruang : -


Umur: 22 tahun Kelas : -
Nama Lengkap : Mr.X
Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang, 1 Januari 1953
Umur : 66 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pemulung
Alamat : Palembang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan :-

Dokter yang Merawat : dr. Septiani Nandra Indawaty, Sp. M


Dokter Muda : Abdurrahman Hakim S.Ked
Tanggal Pemeriksaan : 18 November 2019

Keluhan Utama : Mata Perih


Keluhan Tambahan : Gatal, Berair, dan tajam pengelihatan menurun

1. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan mata kanan sering merasa perih disertai dengan
rasa gatal sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Keluhan juga disertai dengan rasa
gatal, berair dan silau jika melihat cahaya sejak kelopak mata kanan mengalami
trauma kimawi pada 1 bulan yang lalu sehingga kelopak mata tidak bisa ditutup
kembali. Pasien juga mengaku semakin hari tajam pengelihatan terasa semakin
menurun.
1 bulan SMRS. Os mengaku disiram cuka parah oleh orang tidak dikenal saat
berada di pinggir jalan. Os mengaku cuka parah tersebut tidak mengenai mata
bagian dalam tetapi mengenai seluruh bagian kelopak mata kanan sampai ke bagian
leher dan tangan. Setelah kejadian itu os mengaku langsung ke RS cabang /klinik
terdekat, tetapi os mengaku tidak diberikan obat tetes ataupun salep pada mata. Os
mengaku sejak kejadian itu kelopak mata tidak bisa menutup kembali dan tajam
pengelihatan mata kanan semakin lama semakin menurun

19
2. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak diketahui

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak diketahui

Nama: Tn. F Ruang : -


PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 22 tahun Kelas : -

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82x/ menit
- Laju Napas : 20x/ menit
- Suhu : 36,7˚C

Status Oftalmologis
20
OD OS

Infiltrate (+)

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 1/60 -
2. Tekanan Intra Okuler - -
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (+) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
21
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)

10. Kornea
Kejernihan keruh Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas (+) normal (+) normal

22
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Sedang Sedang
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Hitam Hitam
Gambaran radier Nyata Nyata
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm
Regularitas Regular Regular
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi tidak diperiksa tidak diperiksa
Refleks fundus (-) (-)
Papil (-) (-)
- warna papil (-) (-)
- bentuk (-) (-)
- batas (-) (-)

23
Retina (-) (-)
- warna (-) (-)
- perdarahan (-) (-)
- eksudat (-) (-)
Makula lutea (-) (-)

Anjuran Pemeriksaan:
1. Tonometri
2. Funduskopi
3. Uji Fluoresensi

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama: Tn. F Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur: 22 tahun Kelas : -
Pasien datang dengan keluhan mata kanan sering merasa perih disertai dengan rasa
gatal sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Keluhan juga disertai dengan rasa gatal,
berair dan silau jika melihat cahaya sejak kelopak mata kanan mengalami trauma kimawi
pada 1 bulan yang lalu sehingga kelopak mata tidak bisa ditutup kembali. Pasien juga
mengaku semakin hari tajam pengelihatan terasa semakin menurun.
1 bulan SMRS. Os mengaku disiram cuka parah oleh orang tidak dikenal saat
berada di pinggir jalan. Os mengaku cuka parah tersebut tidak mengenai mata bagian

24
dalam tetapi mengenai seluruh bagian kelopak mata kanan sampai ke bagian leher dan
tangan. Setelah kejadian itu os mengaku langsung ke RS cabang /klinik terdekat, tetapi
os mengaku tidak diberikan obat tetes ataupun salep pada mata. Os mengaku sejak
kejadian itu kelopak mata tidak bisa menutup kembali dan tajam pengelihatan mata
kanan semakin lama semakin menurun

Pemeriksaan fisik:
Status prasens : dalam batas normal
Status oftalmologi :
 VOD 1/60

Daftar Masalah:
1. Kelopak mata tidak bisa menutup
2. Mata kanan perih
3. Mata kanan terasa gatal dan berair
4. Mata kanan silau jika melihat cahaya
5. Tajam pengelihatan VOD menurun
6. VOD 1/60

Diagnosis :
Ektropion sikatrik VOD dengan Keratitis Exposure VOD

Nama: Tn. F Ruang : -


RENCANA PENGELOLAAN
Umur : 22 tahun Kelas : -

25
1. Medikamentosa
- Cendo Cyclon 1 tetes
- Gentamycin e.d 8x1 OD
- Chlorampenicol e.d 3x1 OD
- Rencana Rekonstruksi palpebra superior inferior OD
2. Edukasi:
- Menjaga kebersihan mata
- Menggunakan obat yang digunakan secara teratur

Nama dan tanda tangan dokter muda : Abdurrahman Hakim, S.Ked

Diperiksa dan disahkan oleh : dr. Septiani Nandra Indawaty, Sp. M

Dokter Pembimbing: dr. Septiani Nandra Indawaty, Sp. M

Tanggal : 19 Desember 2019

Tanda tangan,

(Abdurrahman Hakim, S.Ked)

26
BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang pasien laki laki bernama Mr.X dengan usia 66 tahun datang ke igd rumah
sakit umum daerah palembang bari dengan keluhan mata kanan sering merasa perih disertai
dengan rasa gatal sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Keluhan juga disertai dengan rasa
gatal, berair dan silau jika melihat cahaya sejak kelopak mata kanan mengalami trauma
kimawi pada 1 bulan yang lalu sehingga kelopak mata bagian bawah tidak bisa ditutup
kembali. Kelopak mata tidak bisa ditutup kembali pada kasus kemungkinan adalah
ektropion, Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata (bawah) sehingga konjungtiva
terpapar ke dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion adalah kelopak mata terbuka
ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan posisi kelopak mata di mana tepi kelopak
mata melebar atau mengarah ke luar sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal
berhubungan langsung dengan dunia luar. Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi
ektropion kongential, involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal.
1 bulan SMRS. Os mengaku disiram cuka parah oleh orang tidak dikenal saat berada
di pinggir jalan. Os mengaku cuka parah tersebut tidak mengenai mata bagian dalam tetapi
mengenai seluruh bagian kelopak mata kanan sampai ke bagian leher dan tangan. Setelah
kejadian itu os mengaku langsung ke RS cabang /klinik terdekat, tetapi os mengaku tidak
diberikan obat tetes ataupun salep pada mata. Os mengaku sejak kejadian itu kelopak mata
tidak bisa menutup kembali. Kelopak mata bagian bawah tidak bisa ditutup kembali pada
kasus disebabkan oleh disebabkan oleh adanya skar atau kontraktur pada kulit dan jaringan
di bawahnya sehingga menyebabkan tertariknya kelopak mata dan dapat mengenai satu atau
kedua kelopak mata. Penyebab yang paling sering terbentuknya jaringan parut pada kulit
adalah akibat terbakar api, bahan kimia, luka akibat trauma, dan ulkus.
Berdasakan anamnesis pasien juga mengatakan bahwa mata mata kanan sering merasa
perih disertai dengan rasa gatal sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Keluhan juga disertai
dengan rasa gatal, berair dan silau jika melihat cahaya sejak kelopak mata kanan mengalami
trauma kimawi pada 1 bulan yang lalu. Hal ini disebabkan ektropion pada pasien telah
mengalami komplikasi. Paparan yang terus menerus dapat menyebabkan kekeringan dan
penebalan pada konjungtiva dan ulkus kornea (keratitis akibat pajanan). Dermatitis dapat
terjadi akibat epipora yang berkepanjangan.

27
Pada penatalaksanaan pasien direncanakan untuk rekonstruksi palpebra superior dan
inferior, hal ini sesuai dengan teori yaitu untuk tatalaksana ektropion yaitu melalui
pembedahan, pembedahan yang dapat dilakukan yaitu (i) V-Y operation Operasi dilakukan
untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shaped di kulit dan dijahit dengan bentuk
Y, Z-plasty (Elschnig’s operation). Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan
sampai sedang dan Excision of scar tissue and full thickness skin grafting. Ini dilakukan
untuk kasus ektropion sikatrikal yang berat. Skin graft diambil dari kelopak mata atas,
belakang telinga, atau sisi dalam lengan.

28
BAB V

KESIMPULAN

Ektropion adalah kelainan posisi kelopak dimana terjadi eversi atau


mengarah keluarnya tepi kelopak mata atau margo palpebra sehingga
konjungtiva tarsalis terpapar ke dunia luar. Ada beberapa klasifikasi ektropion
antara lain, ektropion senilis/involusional, ektropion sikatriks, ektopion
paralisis, ektropion mekanik, ektropion kongenital. Ektropion ini dapat
menyebabkan iritasi, dan dapat merusak integritas permukaan bola mata.
Ektropion dapat diadiagnosa dengan anamnesa yang lengkap, seperti
riwayat kelainan kelopak mata, riwayat trauma dan riwayat pernah operasi
mata sebelumnya. Penatalaksanaan awal adalah untuk melindungi kornea.
Mata dapat dilindungi dengan cara memfiksasikan palpebra inferior ke bawah
dan menggunakan lubrikasi dengan obat tetes mata ataupun salep. Terapi
pembedahan yang dapat dilakukan adalah skin flap atau skin grafting.
Akan tetapi, ketika kornea yang terpapar menunjukkan tanda keratopati
yang signifikan, dianjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan segera.
Paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat
menyebabkan mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea
(exposure keratitis).

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Tsai J.C. et.al.; Lids, in Oxford American Handbook of Opthalmology;


Chapter 4; Oxford University Press, New York; 2011: 117-8
2. Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology;
Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007:
351-3
3. Ilyas, Sidarta. 2011. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition;


Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8
5. Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:
http://emedicine.medscape.com/article/834932-
overview#aw2aab6c12 [ Accessed: 18 Desember 2019]
6. Riordan-Eva, Paul et al. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology
17th edition. London : McGraw Hill Company
7. American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and
7th
Lacrimal System; Chapter 9, Section; American Academy of
Ophtalmology; 2011- 20012: 134-5, 146, 192-3
8. Wals & Hoyt’s.; Introduction, Normal and Abnormal Eyelid Function, in
Clinical Neuro-Ophtalmology; Chapter 1st, chapter 24th, 6th Edition;
Lippincott Williams & Walkins; 2005
9. Ing, Edsel. 2014. Ectropion. In:
http://emedicine.medscape.com/article/1212398-
overview#aw2aab6b2b2 [ Accessed: 18 Desember 2019]

10. Olver J.; Common Eyelid Malpositions, in Ophtalmology at a Glance;


Chapter 25; Blackwell Science Ltd, Massachusetts; 2005: 56-7
11. Zia, Chaundhuri; Congenital Eyelid Anomalies in Postgraduate; Volume 2;
Jaypee Brothers Medical Publishers, India. 2012: 134
12. Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic
Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth
30
Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007: 1-2
13. Miletic, Daliborka; Our Approach to Operative Treatment of Lower Lid
Ectropion, in Operative Treatment of Eyelid Ectropion. Volume 49, No.
3,2010
14. Marzouk, A. Mohamed. Lateral Tarsal Strip Technique for Correction of
Lower Eyelid Ectropion in Journal of American Science; 2011.
15. Bashour, Mounir. 2014. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction. In :
http://emedicine.medscape.com/article/1212397-overview#aw2aab6b2b2
[ Accessed 18 Desember 2019]

31
16. Myron, Yanoff and Duker S., Jay; Ectropion in Opthalmology; Chapter 12,
3rd
Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2009

32
33

Anda mungkin juga menyukai