Anda di halaman 1dari 25

I.

Pendahuluan
Palpebra merupakan lipatan ayng terdiri dari kulit, otot dan jaringan fibrosa yang sangat
mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis diantara kulit di bagian tubuh lain. Fungsi lain
palpebra selain sebagai proteksi mekanikal terhadap bola mata, juga melindungi kerusakan dari
cahaya yang menyilaukan. Kelopak mata normal akan berkedip 20-30 kali, ini sangat membantu
untuk mendistribusikan air mata pada konjungtiva dan kornea supaya terjaga dari kekeringannya
dan membersihkan partikel-partikel dari permukaan bola mata.1,2
Kelopak mata terdiri dari 9 struktur lapisan, yaitu kulit, margin kelopak mata, jaringan ikat
subkutan, otot orbickularis okuli, septum orbital, otot levator palpebral superior, otot müller,
tarsus, dan konjungtiva. Secara anatomi dibagi menjadi lamella anterior dan posterior dimana
lamella anterior terdiri dari kulit dan otot orbikularis, lamella posterior terdiri dari otot retraktor,
tarsus dan konjungtiva.3
Fissura intrapalpebra vertikal remaja berukuran 10-11 mm. Pada orang dewasa menurun
menjadi 8-10 mm dan pada orang tua sekitar 6-8 mm atau kurang. Fissura horizontal sekitar 30-
33 mm. Palpebra superior lebih mudah bergerak dibandingkan palpebra inferior dan dapat
dinaikkan sampai 15 mm dengan muskulus levator. Apabila muskulus frontalis dari alis
digunakan, fissura palpebral menjadi lebih lebar 2 mm. Palpebra superior dan inferior bertemu
pada sudut 60 derajat di medial dan lateral. Pada posisi primer, margo palpebra superior pada anak-
anak terletak pada limbus superior kornea, sementara pada orang dewasa terletak 1,5-2 mm di
bawah limbus superior kornea.2,4
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai palpebra, selanjutnya akan dibahas mengenai
embriologi, anatomi, vaskularisasi, persarafan, aliran limfatik dan fisiologi dari palpebra.

1| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


II. Embriologi
Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif yaitu, ektoderm permukaan, ektoderm
neural dan mesoderm. Palpebra superior dan inferior berkembang dari hubungan yang kompleks
antara permukaan ektoderm dan mesoderm.1

Gambar 1. Embriologi5

Perkembangan dari palpebra terdiri dari tiga tahap:6


1. Perkembangan awal (Initial development)
Pada bulan pertama, vesikel optik ditutupi oleh lapisan tipis dari ektoderm permukaan.
Pada bulan kedua, proliferasi seluler di sekitar mesoderm membentuk lipatan sirkuler dari
lapisan mesoderm pada kedua sisi ektoderm. Lipatan ini membentuk palpebra yang secara
bertahap memanjang menutupi mata. Bagian mesodermal dari palpebra superior berkembang
dari arah prosessus frontonasal, sedangkan palpebra inferior berasal dari prosessus maxillaris.
Lapisan luar dari ektoderm menjadi kulit pada bagian luar dan konjungtiva bagian dalam.
Tarsal, jaringan penyambung dan jaringan muskular dari palpebra berasal dari inti
mesodermal.6

Gambar 2. Perkembangan awal (Initial Development)6

2| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


2. Penggabungan (Fusion)
Penggabungan dari palpebra oleh epitel dimulai dari kedua ujung pada minggu kedelapan
dan ketika sempurna segera menutupi epitel kornea. Pelekatan satu sama lain dari palpebra
berlangsung hingga akhir bulan kelima sampai bulan ketujuh.6

Gambar 3. Penggabungan (Fusion)6


3. Pemisahan (Final reopening)
Pemisahan dimulai dari sisi nasal dan umumnya selesai pada bulan keenam atau ketujuh
dari masa perkembangannya. Pada bayi cukup bulan, palpebra telah terbentuk sempurna dengan
otot-otot penggerak, bulu mata, dan kelenjar meibom. Terdapat sekitar 20-22 kelenjar meibom
pada kelopak bawah dan 22-24 pada kelopak mata atas. Tidak adanya kelenjar meibom mungkin
menjadi penanda untuk sindrom ectodermal dysplasia.5,6

Gambar 4. Pemisahan (Final Reopening)6

3| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


III. Anatomi

Gambar 5. Anatomi palpebra3

Kulit dan Jaringan Subkutan


Kulit palpebra terdiri dari lapisan tipis dermis dan tidak mempunyai lapisan lemak
subkutan, tetapi mengandung jaringan ikat longgar, bulu-bulu halus, kelenjar sebasea, dan kelenjar
keringat. Kulit dari palpebra superior lebih tipis dari palpera inferior, sehingga tidak
mengherankan kelemahan kulit akibat penuaan sering terjadi. Jaringan pretarsal biasanya melekat
erat pada jaringan di bawah palpebra superior dan inferior, sedangkan jaringan preseptal melekat
secara longgar membentuk ruang potensial untuk mengakumulasi cairan.5,7
Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit dengan ketebalan rata-rata 0,05 mm pada
kelopak mata dan tidak mengandung pembuluh darah, sehingga dermis memiliki peran untuk
memberikan nutrisi. Lapisan epidermis dari lapisan yang paling dasar menuju permukaan terdiri
dari: Stratum basal yang mengandung sel-sel kuboid atau kolumnar dalam satu baris dan
mengandung inti yang berukuran besar, stratum spinosum terdiri dari sel-sel poligonal. Sitoplasma
diisi dengan tonofilaments dan fosfolipid, stratum granulosum mengandung butiran keratohialin
dan kaya akan histidin, stratum korneum yang terbuat dari sel mati, dengan keratinosit yang merata
mengalami proses yang dikenal sebagai deskuamasi.2

4| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Dermis terletak di bagian bawah membran basalis dengan ketebalan sekitar 0,3 mm pada
kelopak mata. Berisi tiga jenis jaringan yang tidak berlapis: kolagen, jaringan elastis, dan serat
retikular. Lapisan dermis bagian atas berisi serat kolagen yang tipis. Lapisan bawah kulit lebih
tebal dan mengandung serat kolagen yang lebih tebal yang mencapai hampir 70% dari berat
dermis. Di bawah dermis adalah lapisan subkutan jaringan lemak dan jaringan ikat.2
Garis pada kulit palpebra dibagi atas sulkus palpebra dan lipatan palpebra. Sulkus palpebra
transversus berukuran 8-10 mm berada di margo palpebra superior dan 4-5 mm berada di margo
palpebra inferior. Sulkus palpebra superior dibentuk oleh insersi serabut kutaneus dari aponeurosis
levator ke dalam preseptal orbikularis okuli, yang merupakan tempat lipatan palpebra dan dekat
dengan batas superior dari tarsus. Sulkus palpebra inferior ada tiga. merupakan tanda batas inferior
dari tarsus dan berinsersi di muskulus refraktor palpebra inferior. Sulkus nasojugal terletak di
inferomedial dan sulkus malar inferior terletak di kantus lateralis, yang merupakan tempat
pertemuan muskulus orbikularis dan bantalan lemak malar. Lipatan palpebra terjadi akibat
terlipatnya kulit di atas sulkus palpebra dan merupakan kulit preseptal yang longgar dan jaringan
subkutaneus.5,7

Gambar 6. Sulkus Palpebra5


Jaringan Ikat
Bagian dalam otot orbikularis berada diatas periostium maksilaris dan zigomatikum, yang
dinamakan Sub-Orbikularis Okuli Fat (SOOF). Lemak ini sejalan pada bagian atas yang terletak
Retro-Orbikularis Okuli Fat (ROOF), dimana terdapat bagian dalam alis mata yang memanjang
ke kelopak mata, kemudian bergabung dengan fasia post orbikularis di bagian atas kelopak mata.
SOOF berperan penting dalam proses penuaan karena penurunan gravitasi pada jaringan lunak
bagian tengah. Prosedur operasi dilakukan untuk elevasi SOOF ke posisi anatomis sebelumnya,
untuk mengembalikan kontur yang lebih ketat di kelopak mata bawah dan jaringan lunak tengah.
Akibat bantalan lemak dibawah alis mengalami penurunan gravitasi, sehingga lipatan kulit
kelopak mata atas menjadi berlebih. Untuk mencapai hasil fungsional dan estetika yang baik, ahli
5| Anatomi dan Fisiologi Palpebra
bedah mata harus mengatasi bantalan lemak dibawah alis yang turun, kulit, dan lemak di kelopak
mata saat operasi blepharoplasty.1,7
Margo Palpebra
Barisan bulu mata merupakan barisan terdepan margo palpebra. Terdapat 100 sampai 150
silia pada palpebra superior dan 50-75 silia pada palpebra inferior. Bulu mata berasal dari folikel
rambut pada permukaan anterior tarsus dan menonjol keluar tepat di depan margo palpebra. Setiap
folikel rambut terdiri dari dua glandula Zeis. Kelenjar keringat atau glandula Moll terdapat di dekat
silia dan bermuara dekat folikel. Glandula moll dan zeis menghasilkan lipid yang akan
dikonstribusikan ke lapisan superfisial dari air mata dan memperlambat penguapan.5,7
Grey Line, yaitu merupakan gambaran dari muskulus riolan dan muskulus pretarsal
orbikularis yang memisahkan lamella anterior dari lamella posterior. Glandula meibom dan tarsus
membentuk lapisan margo palpebra di belakang grey line dan bagian lamella posterior. Glandula
meibom tersusun secara vertikal di dalam tarsus dengan orifisium berada pada permukaan margo.
Mucocutaneous junction terletak di posterior dari orifisium glandula meibom. Punktum lakrimal
terlihat di dekat sudut kantus medial. Punktum superior tesembunyi oleh rotasi ke bagian dalam,
sedangakn punktum inferior dapat terlihat tanpa melakukan eversi.5,7

Gambar 7. Margo palpebra7


Tendon Kantus
Bentuk fisura palpebra dibentuk oleh tendon kantus medial dan lateral yang berhubungan
dengan tarsal plate. Dua tempat asal dari tendon kantus medial anterior dan posterior menuju
kantung lakrimal dan terbagi menjadi upper limb dan lower limb yang melekat pada superior dan
inferior tarsal plate. Perlengketan tendon pada periosteum diatas puncak lakrimal anterior
menyebar dan melekat kuat pada puncak lakrimal posterior, yang berperan penting dalam menjaga
posisi kelopak mata. Tendon kantus lateral melekat pada tuberkel orbita lateral di dalam tepi orbita

6| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


dan terbagi menjadi cabang superior dan inferior yang menempel pada masing-masing tarsal
plate.1,7
Pemotongan, peregangan atau diinsersi dari salah satu tendon kantus biasanya
menyebabkan masalah kosmetik atau fungsional seperti telekantus dan kelemahan di kelopak mata
horizontal. Ketidakstabilan kelopak mata horizontal sering menyebabkan pemanjangan lateral
kantus. Oleh karena itu, koreksi bedah harus diarahkan untuk memperpendek lateral kantus,
daripada reseksi kelopak mata pada fisura palpebra yang normal. Tendon kantus lateral biasanya
menyisip 2 mm lebih tinggi daripada tendon kantus medial, sehingga membuat fisura palpebra
horizontal menjadi normal ke atas, medial, lateral. Insersi pada tendon kantus lateral inferior ke
tendon kantus medial menyebabkan penurunan yang miring (antimongoloid).1,7

Muskulus Orbikularis Okuli


Muskulus orbikularis okuli merupakan otot protraktor utama, yang terdiri dari lapisan otot
yang tipis dari serabut otot yang tersusun menutupi palpebra dan daerah periorbital. Otot ini
dipersarafi oleh nervus kranial VII. Ssecara anatomi, muskulus orbikularis okuli dibagi menjadi
tiga bagian yaitu, orbital, pretarsal, dan preseptal. Bagian palpebra (pretarsal dan preseptal)
bertanggung jawab terhadap gerakan berkedip dan bagian orbital terhadap penutupan kelopak
mata. Otot orbikularis okuli bagian orbital terletak di tepi tulang orbita. Muncul dari anterior tulang
maksila, tulang frontal dan medial dari tendon kantus. Serat ototnya mengelilingi tepi orbita dan
bagian kelopak otot orbikularis memanjang dari tepi orbita ke tepi kelopak mata.8
Bagian preseptal berada di septum orbita kelopak mata atas dan bawah. Serat ototnya tegak
lurus terhadap tendon kantus medial atas dan bawah. Bagian preseptal berasal dari batas atas dan
bawah tendo kantus medial. Muskulus preseptal inferior berasal dari kaput tendon. Pada palpebra
superior, muskulus preseptal mempunyai kaput anterior dari tendon sedangkan kaput posterior
berasal dari cabang superior dan posterior tendon. Pada bagian lateral, muskulus preseptal
membentuk palpebral lateral raphe.3
Bagian pretarsal terletak diatas lempeng tarsal serat otot pada kelopak mata atas maupun
bawah, yang berasal dari tendon kantus medial. Kontraksi dari serat otot ini juga berkontribusi
terhadap mekanisme pompa lakrimal. Penutupan kanalikuli bagian atas otot orbikularis okuli
pretarsal menyatu bersama menjadi berkas serat otot yang menonjol yang disebut juga otot Horner,
memanjang ke posterior dan masuk ke puncak lakrimal posterior tepat dibelakang cabang tendon
kantus medial. Beberapa serat otot berlanjut hingga ke sepanjang dinding medial orbita. Fungsi

7| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


otot horner untuk menjaga posisi sudut kantus medial bagian posterior dan mengencangkan
kelopak mata terhadap bola mata pada waktu penutupan kelopak mata. Terdapat ikatan serat otot
bergaris tambahan yang berjalan di sepanjang tepi kelopak mata atas dan bawah disebut sebagai
otot Riolan, terfiksasi kuat dengan tarsus dan berperan dalam sekresi glandula meibom, berkedip
dan letak posisi bulu mata.1,3,7
Bagian orbital dari muskulus orbikularis okuli merupakan bagian terluar dan terbesar, dan
berfungsi untuk menutup mata dengan keras dan berkedip secara sadar. Berasal dari permukaan
anterior tendon kantus medialis, prosesus orbitalis dari os. frontalis, dan prosesus frontalis dari os.
maksilaris di bagian depan krista lakrimalis. Muskulus ini berjalan mengelilingi orbital sampai
berinsersi kembali ke kantus medial inferior dimana muskulus ini melekat ke periosteum krista
lakrimalis posterior, faskia lakrimalis dan tendo muskulus medialis. Di superior, bagian orbital
meluas sampai alis dan bergabung dengan muskulus frontalis dan muskulus supersili. Di medial,
perlekatan meluas dari supraorbita sampai os. Nasalis. Di inferior, bagian orbital berasal dari
permukaan anterior tendon kantus medial dengan sekitar periosteum dan meluas sampai foramen
intraorbita yang akan berlanjut sepanjang margo infraorbita. Di lateral, bagian ini melewati
zigomatikum, pipi dan menutupi fasia temporalis.3,5

Gambar 8. Muskulus orbikularis okuli3


a. Muskulus Frontalis b. Muskulus korugator Supersili
c. Muskulus Procerus d. Muskulus Orbikularis Okuli (pars orbitalis)
e. M. Orbikularis Okuli (preseptal) f. M. Orbikularis Okuli (pretarsal)
Septum Orbita
Secara anatomi, septum orbita merupakan lembaran-lembaran fibrosa tipis, yang dimulai
dari arkus marginalis sampai superior dan inferior rima orbita yang berasal dari periosteum. Pada
palpebra superior, septum orbita bersatu dengan permukaan anterior aponeurosis levator. Septum

8| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


orbita biasanya berinsersi 3-5 mm di atas tepi tarsal superior dan sekitar 10 mm di atas bulu mata.
Pada palpebra inferior, septum berjalan ke depan sampai bertemu denan muskulus retraktor 4-5
mm di bawah tarsus inferior dan bersatu dengan kapsulo palpebral. Septum berjalan ke arah medial
bersama muskulus orbikularis pretarsal dan melekat pada krista lakrimalis postrior bersama
beberapa jaringan fibrosa dan meluas sampai krista lakrimalis anterior. Pada bagian lateral, septum
melekat pada tendon kantus lateral dan berinsersi pada bagian atas tuberkel orbita lateral.2,5,9
Septum orbita dapat diidentifikasi pada saat operasi dengan menarik kearah distal dan akan
didapatkan adanya perlawanan karena melekat pada tulang. Dibagian belakang septum orbita
terdapat kantong-kantong lemak yang terletak di sebelah anterior dari aponeurosis levator palpebra
atas dan fasia kapsulopalpebra pada kelopak mata bawah. Hubungan anatomis ini sangat penting
dalam prosedur bedah kelopak mata.7,10

Lemak Orbita
Lemak orbita memberikan perlindungan pada bola mata dan mempermudah pergerakan
bola mata. Pada palpebra superior, terdapat dua kantung lemak: daerah nasal dan sentral
(preaponeurotik). Pada palpebra inferior, terdapat tiga kantung lemak: nasal, sentral dan temporal.
Kantung-kantung lemak ini dibungkus oleh lapisan tipis fibrosa. Bantalan lemak orbita sentral
merupakan tanda penting pada operasi elektif kelopak mata dan repair laceration palpebra, karena
terletak dibelakang septum orbita dan di depan aponeurosis levataor.2,10

Muskulus Retraktor
Retraktor pada palpebra superior adalah muskulus levator palpebra dan aponeurosisnya,
serta muskulus tarsal superior (muskulus muller) yang dipersarafi oleh saraf simpatis. Pada
palpebra inferior sebagai retraktor adalah fasia kapsulopalpebral dan muskulus tarsal inferior.7
 Muskulus Levator Palpebra
Berorigo pada apeks orbita, yaitu pada periorbita tulang spenoidal tepat di atas Annulus
Zinni. Komponen otot berukuran 40 mm, sedangkan aponeurosisnya 14-20 mm. Ligamentum
tarsal superior (ligamentum Whitnall) adalah kondensasi serabut elastis selubung muskulus
levator bagian anterior yang berlokasi pada area transisi muskulus levator dengan aponeurosis
levator.7,11
Ligamentum Whitnall fungsi utamanya sebagai penunjang palpebra superior dan
jaringan orbita superior. Di medial melekat di sekitar troklea dan tendon muskulus oblik

9| Anatomi dan Fisiologi Palpebra


superior. Di lateral membentuk septum yang berisi stroma kelenjar lakrimalis, kemudian ke
atas melekat pada bagian dalam dinding lateral orbita kira-kira 10 mm diatas tuberkel orbita.
Aponeurosis levator selanjutnya terbagi menjdi bagian anterior yang berinsersi pada septum
antara serat-serat muskulus preseptal orbikularis dan posterior berinsersi pada permukaan
anterior seperdua bagian bawah tarsus.7,11
 Muskulus Muller
Disebut juga muskulus tarsalis superior dan berorigo pada permukaan bawah
aponeurosis levator pada ligamentum Whitnall, kira-kira 12-14 mm di atas tepi tarsal superior,
dipersarafi oleh saraf simpatis dan berinsersi pada tepi tarsus superior. Muskulus ini melekat
erat pada batas posterior konjungtiva.7,11
 Fassia Kapsulopalpebral
Fascia kapsulopalpebral inferior berasal dari ujung serat-serat muskulus rektus inferior
dan menyatu dengan pembungkus muskulus oblik inferior. Di antara muskulus oblik inferior,
dua fasia ini membentuk ligamentum suspensori Lockwood. Ligamentum ini berinsersi pada
tepi tarsus inferior dan tepat berada di bawah tarsus selanjutnya bergabung dengan fasia septum
orbita.7,11
 Muskulus Tarsalis Inferior
Muskulus tarsalis inferior terletak posterior, yang melekat di atas permukaan fasia
kapsulopalpebral dan melekat di bawah konjungtiva. Pembungkus fasia kapsulopalpebral dan
muskulus tarsalis inferior terbagi dan mengelilingi muskulus oblik inferior dan bertemu
kembali sebelum berinsersi di anterior tarsus inferior, dan menyatu dengan septum orbita 4-5
mm dan berinsersi di tepi bawah tarsus inferior.5,7

Tarsus
Tarsus merupakan lamella posterior dan merupakan struktur penyokong utama dari
palpebra yang terdiri dari jaringan fibrosa yang padat dan tidak mengandung kartilago. Panjang
horizontal lempeng tarsal atas dan bawah sekitar 25 mm dengan ketebalan sekitar 1-1,5 mm,
ketinggian vertikal sentral bervariasi dari 8-12 mm pada kelopak mata atas dan 3,5-4 mm pada
kelopak mata bawah. Bagian medial dan lateral lempeng tarsus melewati tendon kantus lateral dan
medial. Lempeng tarsus bisa bergeser secara horizontal sesuai umur sebagai hasil peregangan
tendon kantus lateral dan medial.7,12

10 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Konjungtiva
Lapisan paling posterior dari kelopak mata adalah lapisan konjungtiva yang terbagi
menjadi bagian palpebra, fornix dan bulbar. Tsersusun dari selaput mukus epitel skuamous non
keratin dan membentuk lapisan posterior palpebral. Bagian palpebra paling dekat dengan
permukaan posterior tarsus kelopak mata atas, bawah dan sulit dipisahkan. Konjungtiva bagian
palpebra akan berlanjut masuk ke bagian fornix yang terletak 10 mm diatas limbus kornea superior.
Fornix superior disokong ligamen suspensori yang muncul dari fasia otot levator dan otot rektus
superior. Fornix inferior terletak 8 mm di bawah limbus kornea inferior, disokong oleh ligamen
suspensori yang muncul dari ligamen Lockwood. Konjungtiva terdiri dari sel goblet, beberapa
kelenjar lakrimal aksesoris Wolfring dan Krause, pembuluh darah dan saraf sensoris pada
submukosa konjungtiva.7,10,12

Gambar 9. Anatomi konjungtiva.9


Kelenjar Meibom
Kelenjar meibomi berasal dari tarsus dan lebih kurang 25 di kelopak mata atas dan 20 di
kelopak mata bawah. Selama kehamilan pada bulan kedua, bulu mata dan kelenjar meibomian
dapat dibedakan dari unit pilosebaseous secara umum. Potensi ganda ini menjelaskan kenapa
setelah trauma atau iritasi kronik folikel bulu mata dapat berkembang dari kelenjar meibomian
(acquired distichiasis). Sama halnya baris ekstra dari bulu-bulu yang tumbuh dari kelenjar
meibomian mungkin ada sejak lahir (congenital distichiasis).1,7

11 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Gambar 10. Potongan sagital palpebra superior4

IV. Vaskularisasi, Persarafan, dan Sistem Limfatik


Vaskularisasi
Vaskularisasi palpebra bersumber dari dua arteri, yaitu arteri karotis interna dan arteri
karotis eksterna. Arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika dan selanjutnya
bercabang menjadi arteri supraorbital, arteri supra troklear dan arteri dorsonasal di sebelah medial
serta arteri lakrimal di sebelah lateral. Arteri karotis eksterna bercabang menjadi arteri angular dan
temporal pada wajah. Sirkulasi kedua sistem ini sangat luas, melalui palpebra superior dan inferior
membentuk arkade marginal dan perifer. Arteri karotis interna mensuplai bagian intraorbital
termasuk arteri oftalmika yang cabang terminalnya mensuplai palpebra superior. Arteri karotis
eksterna mensuplai arteri superfisial yaitu arteri fasialis dan angular yang mensuplai palpebra
inferior. Arteri fasial mempercabangkan arteri angular yang melalui regio kantus medialis dan
beranastomose dengan arteri dorsonasal. Arteri temporalis superfisial beranastomose melalui
cabang fasial transversa dan cabang zigomatikum.5,7,13

Gambar 11. Sistem arteri karotis interna dan eksterna orbita.5

12 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


(1) a. auricular profunda; (2) a. tympani anterior; (3) a. meningeal medial; (4) a. alveolar inferior; (5) a. masseter; (6)
a. pterygoideum; (7) a. temporal profunda; (8) a. bukkal; (9) a. alveolar superior posterior; (10) a. infraorbital; (11)
sphenopalatine; (12) a. pterygoid canal; (13) a. temporal superfisial; (14) a. fasialis transversa; (15) a. zygomatico-
orbital; (16) a. Cabang frontalis; (17) a. Karotis internal; (18) a. ophthalmikus; (19) a. Oftalmikus intrakonal; (20) a.
Oftalmik ethmoidalis posterior; (21) a. supraorbital; (22) a. supratrokhlear; (23) a. Oftalmikus etmoidalis anterior;
(24) a. infratrokhlear; (25) a. Arkade perifer (superior); (26) a. Arkade marginalis (superior); (27) a. lakrimalis; (28)
a. recurrent meningeal; (29) a. zygomaticotemporal; (30) a. zygomatikofasial; (31) a. palpebra lateralis; (32) a.
Arkade marginalis inferior; (33) a. angularis; (34) a. fasialis; (35) a. retina sentralis; (36) a. Siliaris posterior lateral;
(37) a. Muskulus rektus superior; (38) a. Silisris posterior medialis; (39) short ciliary; (40) long ciliary; (41) anterior
ciliary; (42) greater circle of iris; (43) lesser circle of iris; (44) episcleral; (45) a. subconjungtival; (46) a.
konjungiva; (47) a. Arkade marginalis; (48) vortex vein; (49) medial palpebral; (50) dorsal nasal.

Aliran darah vena palpebra dibagi atas dua bagian yaitu bagian pretarsal atau superfisial
dan bagian postarsal atau bagian profunda. Bagian pretarsal mengalir ke vena jugularis eksterna
dan interna. Bagian posttarsal mengalirkan darah vena ke dalam vena oftalmika dan berakhir di
sinus kavernosus.6,7

Gambar 12. Suplai vena orbita2


(a) Arkade vena superior (b) Arkade vena inferior
(c) Vena fasialis transversal (d) Vena superior palpebra.

Persarafan
Nervus motorik dari muskulus orbikularis okuli berasal dari nervus fasialis (N. VII) melalui
cabang temporal dan zigomatikum. Nervus fasialis dibagi menjadi dua cabang, yaitu cabang
temporofasial superior dan cabang servikofasial inferior. Temporofasial superior dibagi lagi
menjadi dua subdivisi, yaitu cabang temporal dan zygomatikus yang menginnervasi muskulus
frontalis dan muskulus orbikularis okuli. Servikofasial inferior memberi cabang pada bukal,
mandibula dan servikal yang menginnervasi muskulus pada wajah bagian bawah dan leher.14,15

13 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Nervus sensorik dari palpebra berasal dari cabang oftalmikus dan maksiaris yang berasal
dari nervus trigeminus. Rangsangan sensori dari palpebra superior berjalan ke cabang oftalmikus
melalui cabang terminal utama, yaitu nervus supraorbital, supratroklear dan lakrimalis. Cabang
dari nervus maksilaris (V2) menginervasi palpebra inferior, pipi dan daerah inferial lateral. Kulit
palpebra bagian medial, kantus medial, sakkus lakrimalis dan karunkel diinnervasi oleh nervus
infra troklearis yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris (cabang V1). Nervus
zigomatikotemporal (cabang nervus lakrimalis) menginnervasi bagian lateral dari palpebra dan
pelipis. Cabang ini juga menginnervasi daerah sekitar alis, dahi dan hidung.2,7,9

Gambar 13. Sistem persarafan palpebra2


1. Nervus lakrimal 2. Nervus zigomatikotemporal 3. Nervus zigomatikofasial 4. Nervus supraorbital 5.
Nervus Supratrklear 6. Nervus infratroklear 7. Nervus infraorbital

Sistem Limfatik
Drainase limfatik dari palpebra sesuai dengan perjalanan aliran vena. Terdapat dua
kelompok limfatik pada palpebra, yaitu kelompok medial yang mengalir ke dalam limfonodus
submandibular dan kelompok lateral yang mengalir ke dalam limfonodus preaurikuler. Pembuluh
limfe yang melayani bagian medial palpebra mengalir ke dalam kelenjar limfe submandibular.5,7

Gambar 14. Drainase limfatik dari palpebra.5

14 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


V. FISIOLOGI PALPEBRA
Kelopak mata atau palpebra adalah lipatan kulit dan lapisan yang ketika ditutup, menutupi
seluruh bola mata. Kelopak mata memiliki 4 fungsi, yakni memberikan proteksi mekanis pada
bagian anterior bola mata, mengalirkan air mata menuju saluran air mata di bagian medial pada
penutupan kantus, menyebarkan film air mata di atas permukaan anterior mata saat terbuka, serta
dapat menghasilkan film air mata.16,17
Pergerakan Normal Palpebra
Muskulus levator palpebra, muskulus orbikularis okuli dan muskulus muller pada palpebra
superior dan inferior mempunyai peranan dalam fungsi pergerakan bola mata. Gerakan palpebra
menutup dan terbuka dapat secara volunter (disadari) maupun secara tidak sadar.18
Elevasi
Pada saat mata dibuka, palpebra superior terangkat kira-kira 10 mm melawan gravitasi dan
terlipat di bawah tepi orbita pada lipatan palpebra. Gerakan ini terutama diakibatkan oleh kontraksi
dari muakulua levator palpebra yang diinervasi oleh sistem simpatis. Gerakan ini selalu
berhubungan dengan kontraksi muskulus rektus superior. Walaupun palpebra superior mengikuti
bola mata saat menatap ke atas, pada refleks berkedip bola mata dan palpebra superior bergerak
ke arah yag berlawanan, bola mata bergerak ke atas sedangkan palpebra superior ke bawah dan
menutup.18
Menutup Mata
Ada tiga jenis gerakan menutup mata yang dihasilkan oleh kombinasi-kombinasi yang
berbeda dari serabut muskulus orbikularis okuli dan muskulus yang menggerakkan alis mata yaitu
berkedip, menutup mata dengan sadar dan blefarospasme. Gerakan menutup mata secara sadar
(voluntary winking) adalah gerakan satu mata. Gerakan ini dihasilan oleh konstraksi muskulus
orbikularis okuli bagian palpebra dan orbital secara simultan. Sedangkan pada blefarospasme,
dihasilkan oleh kontraksi muskulus orbikularis okuli pars palpebra dan otot-otot pada alis mata.18
Refleks Mengedip
Impuls somatosensori dari selaput lendir mata menjalar ke nervus oftalmika menuju saraf
sensorik utama dari nervus trigeminal (aferen). Setelah mencapai sinaps pada bagian tersebut,
impuls tersebut menjalar menuju nukleus nervus fasialis dan kemudian melalui nervus fasialis
menuju otot orbikularis okuli di kedua sisi (eferen). Gangguan dari salah satu jalur refleks ini,

15 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


baik komponen aferen maupun eferen dengan menyentuh kornea, maka akan menyebabkan kedua
mata refleks mengedip.19
Jika sebuah objek muncul secara tiba-tiba di depan mata, maka mata akan refleks menutup
(refleks mengedip). Impuls aferen pada refleks ini menjalar dari retina langsung ke midbrain
tectum dan kemudian, melalui saluran tektonuklear menuju nukleus nervus fasialis di kedua
sisinya, serabut eferen yang mempersarafi otot orbikularis okuli.17,18
Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks kedip seperti
adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus atau adanya hubungan dengan
sirkuit dopamin di hipotalamus. Pada penelitian Taylor, telah dibuktikan adanya hubungan
langsung antara jumlah dopamin di korteks dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis
dopamin D1 menunjukan peningkatan aktivitas mengedip sedangkan penghambatnya
menyebabkan penurunan refleks kedip mata.19,20
Refleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer, namun dua
refleks fungsional yang signifikan adalah :
1. Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva yang disebut refleks
kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung cepat yaitu 0,1 detik.
2. Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip optikus. Refleks
ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.19
Ritme Normal Kedipan Mata
Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan interval dua sampai
sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,3-0,4 detik. Menurut Hollan, frekuensi mengedip
berhubungan dengan status mental dan juga diregulasi oleh proses kognitif. Kara Wallace pada
Biennial International Conference on Infant Studies XVth di Jepang menyatakan bahwa berbicara,
menghapal, dan perhitungan mental (mental arithmatic) dihubungkan dengan peningkatan
frekuensi mengedip, sedangkan melamun, mengarahkan perhatian, dan mencari sumber stimulus
diasosiasikan dengan penurunan frekuensi mengedip mata. Namun, kedipan mata dapat bervariasi
pada setiap aktivitas seperti membaca, menggunakan komputer, menonton televisi, mengendarai
alat transportasi, dan memandang. Frekuensi mengedip juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal seperti keletihan, pengaruh medikasi, stres dan keadaan afektif.19,20
Refleks optikus adalah subkortikal dan dikendalikan melalui sebuah jalur yang melewati
badan genikulatum lateral. Jalur ini kemudian ke batang otak dan nukleus spinal melalui

16 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


tektobulbar dan tektospinal, yang mengangtifkan respon motorik, misalnya berkedip, mengangkat
lengan ke atas untuk melindungi mata ketika serangga tiba tiba ada di pandangan kita. Jalur saraf
ini bertanggung jawab terhadap gerakan refleks dalam menanggapi rangsangan penglihatan dan
gerakan refleks cepat.20

VI. KELAINAN PALPEBRA


Kelainan palpebra dapat disebabkan oleh infeksi, malposisi, dan neoplasma.21
Infeksi
1. Blefaritis
Blefaritis adalah inflamasi kronis kelopak mata yang umumnya terjadi bilateral. Secara
anatomis, blefaritis dibedakan menjadi blefaritis anterior dan blefaritis posterior, meskipun
umumnya muncul secara bersamaan. Pada blefaritis anterior, inflamasi terjadi di tepi kelopak
mata, kulit, dan folikel bulu mata, sedangkan pada blefaritis posterior, inflamasi terjadi di tepi
posterior kelopak hingga konjungtiva tarsal. Umumnya pasien mengeluhkan nyeri seperti rasa
terbakar, tergesek, perasaan mata berpasir dan seperti terdapat benda asing, gatal, serta tanda
berupa kemerahan di tepi kelopak mata.8

Gambar 15. Manifestasi klinis blefaritis.8


(A) Tepi kelopak mata hiperemis pada dermatitis seboroik.
(B) Sumbatan kelenjar meibom dan sisik yang menempel di bulu mata.
(C) Penumpukan meibom seperti tetesan minyak di orifisium kelenjar meibom.
(D) Sekret seperti pasta gigi pada blefaritis
Tata Laksana
 Non farmakologik
 Menjaga kebersihan kelopak mata

17 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


 Kompres kelopak mata dengan air hangat selama 5-10 menit untuk melunakkan krusta dan
mengencerkan meibom, kemudian membersihkan krusta dari tepi kelopak mata
mengunakan lidi kapas yang dicelupkan dalam larutan sampo bayi (diencerkan dalam air
dengan perbandingan 1:1).
 Pada kasus blefaritis posterior, meibom yang menumpuk dapat dikeluarkan dengan cara
menekan kelopak mata ke arah tepi setelah dikompres.
 Farmakologik pada blefaritis anterior diberikan
 salep mata antibiotik kloramfenikol 1% (tiap 1-3 jam)
 Tetes mata steroid (fluorometolon 0,1% tiap 6 jam)
 Bblefaritis posterior diberikan antibiotik oral, yaitu doksisiklin 2x100mg atau eritromisin
4x500mg
 Antibiotik topikal diberikan untuk mengurangi kolonisasi bakteri di tepi kelopak.8

Gambar 16. Ilustrasi klinis penatalaksanaan blefaritis.8


(A) Sumbatan pada muara kelenjar meibom.
(B) Pemberian kompres hangat melunakkan sumbatan meibom.
(C) Ekspulsi sekret dengan cara menekan kelenjar dari luar.

2. Hordeolum dan Kalazion


Hordeolum adalah peradangan kelenjar atau folikel rambut akut di kelopak mata.
Hordeolum dapat dikategorikan eksternal atau internal, sesuai dengan di mana peradangan terletak
pada kelopak mata.21

Gambar 17. Hordeolum(bo,aao)


Kalazion adalah peradangan kronis kelenjar meibomian di kelopak mata yang dapat
berkembang secara spontan atau mungkin mengikuti hordeolum. Massa kelopak mata yang

18 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


persisten atau berulang harus menjalani biopsi karena kemungkinan merupakan karsinoma
kelenjar sebasea, karsinoma sel skuamosa, atau karsinoma sel basal palpebral.7,21

Gambar 18. Kalazion21


Tata Laksana
Oleskan kompres hangat ke kelopak mata 4 kali sehari selama 3-5 menit. Pijat garis
kelopak mata dan bulu mata untuk mendorong kelenjar membuka. Oleskan salep antibiotik topikal
ke tepi bulu mata dan di seluruh area jika diduga ada infeksi. Antibiotik oral dapat diberikan jika
diindikasikan ada infeksi bakteri sekunder. Insisi dan kuretase lesi jika tidak ada resolusi dalam 3-
4 minggu.7,21

Malposisi Kelopak Mata Atas


1. Ptosis
a. Ptosis involusional
Ptosis involusional diduga disebabkan oleh peregangan aponeurosis otot levator.21

Gambar 19. Ptosis involusional21


b. Ptosis miogenik
Jenis ptosis miogenik yang paling umum adalah ptosis kongenital. Anak-anak
dengan ptosis kongenital harus dievaluasi untuk menghindari terjadinya ambliopia.
Kekuatan otot levator biasanya abnormal karena cacat pada persarafan otot selama
perkembangan. Otot yang lemah tidak berkontraksi dengan baik, oleh karena itu, seorang
pasien pada ptosis kongenital, kelopak mata tidak turun pada saat downgaze. Tata laksana
yang paling umum untuk ptosis kongenital adalah memperpendek otot levator dan
memotong otot levator dengan suspensi frontalis kelopak mata.21

19 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Ptosis miogenik yang didapat pada orang dewasa biasanya dikaitkan dengan
kondisi bawaan. Oftalmoplegia eksternal progresif kronis (Chronical Progresive External
Ophthalmoplegia/CPEO) dikaitkan dengan disfungsi mitokondria. Mutasi DNA
mitokondria dapat dideteksi dan kondisinya dapat diturunkan secara maternal. Pasien
dengan ptosis miogenik kongenital harus ditanya apakah ada orang lain dalam keluarga
mereka dengan kondisi yang sama.21
c. Ptosis neurogenik
Ptosis neurogenik disebabkan oleh kelumpuhan saraf ketiga atau sindrom Horner.
Kelumpuhan saraf ketiga akan mempengaruhi otot levator dan menghasilkan ptosis yang
signifikan. Selain itu, akan ada kekurangan motilitas mata dan pupil akan lebih besar.
Sindrom Horner adalah sekunder dari gangguan persarafan simpatis. Pasien akan
mengalami ptosis ipsilateral, miosis, dan anhidrosis. Ptosis pada sindrom Horner biasanya
hanya 2 mm, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelumpuhan saraf ketiga.21

Gambar 20. Sindrom horner21


d. Ptosis mekanis
Ptosis mekanis dapat disebabkan oleh massa di kelopak mata. Pada anak-anak,
ptosis mekanik dapat disebabkan oleh hemangioma kapiler atau neurofibroma plexiform.
Anak-anak dengan ptosis harus selalu dievaluasi untuk mencurigai kemungkinan lesi
massa yang menyebabkan ptosis.21
2. Dermatokalasis
Kulit berlebihan dan jaringan lunak dapat menggantung di atas batas kelopak mata atas,
yang mengakibatkan hilangnya penglihatan tepi. Perbaikan dermatochalasis dilakukan dengan
blefaroplasti palpebra superior.21
3. Retraksi
Secara umum, sklera di atas limbus (persimpangan antara kornea dan sklera) tidak boleh
terlihat pada posisi istirahat kelopak mata atas. Ketika sklera terlihat (scleral show), mata bisa

20 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


menjadi kering karena pajanan kornea. Kondisi paling umum yang menyebabkan retraksi kelopak
mata atas adalah penyakit mata tiroid.21

Gambar 21. Retraksi palpebra21


Malposisi Kelopak Mata Bawah
1. Entropion
Dalam entropion, margin kelopak mata diputar ke dalam ke arah mata. Hal ini
menyebabkan bulu mata menggosok konjungtiva dan kornea, yang dapat menyebabkan iritasi
mata, serta kehilangan penglihatan jika terjadi infeksi kornea. Entropion involusional disebabkan
oleh kelonggaran retraktor kelopak bawah dan ligamentum kantus lateral. Tata laksana termasuk
mengencangkan kelopak mata bawah secara horizontal dan vertikal. Entropion sikatrikal
disebabkan oleh pemendekan permukaan konjungtiva kelopak mata, yang menyebabkan kelopak
mata berputar ke dalam. Pemendekan konjungtiva dapat disebabkan oleh trauma, peradangan
kronis (pemfigoid membran mukosa, sindrom Stevens-Johnson), dan infeksi (trakoma). Tata
laksana dengan dengan cangkok dari mukosa mulut untuk menambah permukaan konjungtiva.8,21

Gambar 22. Entropion involusional


2. Epiblefaron
Epiblefaron adalah suatu kondisi yang sering terlihat pada anak-anak keturunan Asia.
Pasien memiliki lipatan berlebihan kulit kelopak mata bawah yang mendorong bulu mata bagian
bawah ke atas, dan kadang-kadang mengakibatkan iritasi mata. Kondisi ini biasanya membaik
dengan bertambahnya usia pasien dan perkembangan di wajah. Namun, jika ada iritasi yang
signifikan, intervensi bedah mungkin perlu dilakukan.8,21

21 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


Gambar 23. Epiblefaron

Neoplasma
1. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal adalah keganasan kelopak mata yang paling umum, biasanya terjadi
pada kelopak mata bawah dan kantus medial. Lesi mungkin berbatasan dengan telangiectasia dan
cenderung mengalami ulserasi. Tata laksana melibatkan eksisi lengkap diikuti dengan
rekonstruksi. Pilihan untuk eksisi termasuk bedah mikroangiografi dan pembekuan.8,21

Gambar 24. Karsinoma sel basal21


A. Karsinoma sel basal kelopak mata kanan bawah menyebabkan hilangnya
bulu mata dan kerusakan arsitektur normal kelopak mata.
B. Karsinoma sel basal di kantus lateral mata kanan dengan asimetri, batas
mutiara, ulserasi sentral, dan telangiectasia

2. Karsinoma Sel Skuamosa


Karsinoma sel skuamosa akan sering terjadi pada kelopak mata atas dan lateral yang
menunjukkan invasi perineural dan dapat menyebabkan penyebaran keganasan ke orbit, bahkan
secara intrakranial. Pasien yang mengalami imunosupresi lebih rentan terhadap karsinoma sel
skuamosa yang lebih agresif. Perawatan melibatkan eksisi lengkap menggunakan teknik Mohs
atau evaluasi bagian beku.7,21
3. Karsinoma Sebasea
Karsinoma sebasea muncul dari kelenjar minyak kelopak mata (kelenjar Meibomian dan
kelenjar Zeiss). Karsinoma sebasea dapat muncul sebagai konjungtivitis kronis atau chalazion
berulang. Kondisi ini lebih sering terjadi pada individu yang lebih tua (dekade ketujuh hingga

22 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


kedelapan) dan pada kelopak mata atas. Setiap pasien yang lebih tua dengan konjungtivitis
unilateral kronis harus mengevaluasi karsinoma sebasea. Selain itu, seorang pasien dengan
chalazion yang berulang harus dibiopsi untuk mengevaluasi karsinoma sebasea.8,21

23 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Paul Riordan-Eva. Anatomy and Embryology of the eye In: General
Ophthalmology. 17th Edition. Mc Graw-Hill Companies. USA. 2010
2. Dutton JJ, Gayre GS, Proia AD, Anatomy of the Eyelid In: Diagnosis Atlas of common Eyelid
Disease. Informa Healthcare. New York. 2007
3. Cantor, LB, Rapuano, CJ, Cioffi A. Fundamentals and Principles of Ophthalmology. In:
American Academy of Ophthalmology. Section 2. San Fransisco. 2018-9.

4. Lang GK, Wayner P. The Eyelids. In : Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2 nd edition.
Thieme Stutgart. New York : 2006.

5. Amato MM , Monheit B, John W. Eyelid Anatomy. In: Duane's Clinical Ophthalmology (six
volumes). Lippincott Williams & Wilkins. USA: 2003.

6. Dolfus H, Varloes A. Development Anomalies of The Eyelid. In: Pediatric Ophthalmology


and Strabismus. 3rd Edition. Elsevier Saunders. Philadelphia, USA: 2005.

7. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Orbit, Eyelid and Lacrimal System. In: American
Academy of Ophthalmology. Section 7. San Fransisco. 2018-9.
8. Suharko, Hernawita. Palpebra dan Rongga Orbita. Dalam: Buku Ajar Oftalmologi. Jilid 1.
FKUI. 2017.
9. Khurana A K. Disease of the Eyelid. In: Compherensive of Ophthalmology. 4th Edition. New
Age International. 2007.
10. Leatherbarrow B. Applied Anatomy in Ocular Surgery. 2nd Edition. Informa Health Care.
London. 2011.
11. Dryja TP. Lid Inflamation. In: Principles and Practice of Ophthalmology. Volume 1. Elsevier.
2010.
12. Jackson TL. Moorfields Manual of Ophthalmology. Mosby Elsavier. 2008.

13. Larrabee WF, Makielski KH, Henderson JL. Eyelid, Anterior Orbit and Lacrimal System. In:
Surgical Anatomy of The Face. 2nd Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia,
USA. 2004.

14. Tsai James C, et al. Lid. In: Oxford American Hand Book of Ophthalmolgy. Oxford University
Press. 2011.

24 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra


15. William PD, Jemshed AK. Eye Lid Anatomy. In: Color Atlas Of Cosmetic Oculofacial
Surgery. 2nd Edition. Saunder Elsevier. 2010.
16. James B, et al. Lecture Note Oftalmologi. 9nd Edition. Erlangga Medical Series.
17. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd Edition. EGC. Jakarta. 2001

18. Kikkawa DO, et al. Ophthalmic Facial Anatomy and Physiologi. In: Adler’s Physiology of the
Eye. 10th Edition. Mosby. St.louis, USA. 2003.

19. Baehr M, et al. Topical Diagnostic in Neurology Anatomy, Physiology, Sign, Symptoms.
4thcompletely revised edition. Stuttgart. New York. Thieme. 2005.
20. Remington LA, Clinical Anatomy of The Visual System, 2nd Edition, Elsevier China.
21. Harper RA. Eyelid, Orbital, and Lacrimal Disease. In: Basic Ophthalmology. 10th Edition.
American Academy of Ophthalmology. 2016

25 | Anatomi dan Fisiologi Palpebra

Anda mungkin juga menyukai